RINGKASAN EKSEKUTIF Persentase Satuan Kerja yang memiliki temuan kerugian Negara 1% sebesar 100%.

dokumen-dokumen yang mirip
Ringkasan eksekutif sasaran strategis

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2018 Plt. Inspektur Jenderal. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

HASIL PENGAWASAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALKES INSPEKTUR JENDERAL INSPEKTORAT JENDERAL KEMENKES RI

keluaran ( output), hasil ( outcome), dan dampak ( impact) dari pelaksanaan rencana pembangunan.

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

DUKUNGAN PERAN INSPEKTORAT JENDERAL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

BAB I P E N D A H U L U A N

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2017 Inspektur Jenderal. Drs. Purwadi, Apt, MM, ME NIP

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LKIP ) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA PROGRAM PUSAT DAN DAERAH DALAM MEMPERTAHANKAN OPINI WTP KEMENTERIAN KESEHATAN

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LAKIP Inspektorat Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

KATA PENGANTAR. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan mencurahkan rahmat-nya kepada kita semua dalam melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN ANGGARAN 2012

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2 Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-UndangNomor 17 Tahun 2003 tentang Keuan

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar

Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP)

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

DAFTAR ISI BAB I ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN... 1 A. HAMBATAN TAHUN LALU.. 1 B. KELEMBAGAAN... 2 C. SUMBER DAYA... 8

Rencana Strategis

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016

Rencana Aksi Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

I N S P E K T O R A T

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2015

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMDIKBUD TAHUN 2012

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA INSPEKTORAT KOTA SALATIGA TAHUN 2017

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013

BAB PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Inspektorat Daerah Kabupaten Barru

KATA PENGANTAR. Kandangan, Januari 2016 INSPEKTUR KABUPATEN, Ir.RUSMAJAYA,MT Pembina Utama Muda NIP

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Transkripsi:

RINGKASAN EKSEKUTIF Sebagai salah satu unsur penyelenggara negara, Inspektorat Jenderal mempunyai kewajiban untuk membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang mengacu pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan bentuk pertanggungjawaban atas tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal dalam mencapai visi dan misi berdasarkan perencanaan strategis yang ditetapkan dalam Rencana Startegis Kementerian Kesehatan selama lima tahun yaitu tahun 2015-2019 yang dapat dijadikan lesson learnt untuk perencanaan strategis pengawasan lingkup Kementerian Kesehatan dalam lima tahun kedepan. Sasaran program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur adalah meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksanya reformasi birokrasi. Target tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal yang diuraikan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 adalah Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan yang pencapaiannya dinilai dengan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan yaitu Persentase Satuan Kerja yang memiliki temuan kerugian Negara 1% sebesar 100%. Secara keseluruhan realisasi pencapaian sasaran strategis Inspektorat Jenderal yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah persentase Satuan Kerja yang memiliki temuan kerugian Negara 1% selama 5 tahun (tahun 2015-2019) telah terealisasi 100%. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 ii

Capaian kinerja Inspektorat Jenderal didukung dengan 6 indikator yaitu: 1. Persentasi Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki temuan kerugian Negara 1% sebesar 100%. 2. Persentasi Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki temuan kerugian Negara 1% sebesar 100%. 3. Persentasi Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki temuan kerugian Negara 1% sebesar 100%. 4. Persentasi Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki temuan kerugian Negara 1% sebesar 100%. 5. Persentase penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian Negara di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal sebesar 100%. 6. Persentase Satuan Kerja yang telah menerpkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi sebesar 100%. Pada tahun 2015 capaian kinerja Inspektorat Jenderal didasarkan pada 6 indikator dengan masing-masing target yang sudah ditetapkan, keseluruhan indikator telah mencapai target bahkan berhasil melebihi target yang telah ditetapkan yaitu jumlah satuan kerja di lingkungan setiap unit utama Kementerian Kesehatan yaitu satuan kerja di lingkungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan dan Setjen, Ditjen Bina Gizi dan KIA dan Itjen, Ditjen PP-PL dan Balitbangkes dan Ditjen Binfar & Alkes dan Badan PPSDMK yang dievaluasi laporan kinerja dan keuangannya dengan nilai temuan kerugian negara 1% semua telah mencapai target. Demikian juga penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara di Lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal dan Satuan Kerja yang telah menerapkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi telah mencapai target. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 iii

Cakupan kegiatan pengawasan seperti reviu laporan keuangan sudah menjangkau seluruh Satuan kerja namun kegiatan pengawasan dan pembinaan lainnya untuk mempertahankan opini WTP yang telah dicapai belum menjangkau seluruh satuan kerja karena adanya keterbatasan SDM. Kendala yang masih melingkupi rangkaian pelaksanaan pengawasan Inspektorat Jenderal adalah kepatuhan satuan kerja dalam menindaklanjuti temuan hasil pengawasan terutama tindak lanjut berupa penyetoran kerugian negara yang meilbatkan pihak ketiga serta pegawai yang sudah dimutasi atau pensiun dan meninggal dunia masih merupakan kendala dalam rangkaian pelaksanaan pengawasan oleh Inspektorat Jenderal. Untuk itu peran Tim Penyelesaian kerugian Negara (TPKN) Kementerian Kesehatan akan ditingkatkan dengan melibatkannya dalam kegiatan tindak lanjut LHP. Kerja keras tak kenal lelah telah dilakukan karena menjadi tanggungjawab Inspektorat Jenderal dalam mengawasi dan mencegah segala bentuk tindakan yang dapat mengarah kepada korupsi. Dengan dukungan seluruh unit terkait, upaya yang telah dilakukan membuahkan hasil yang membanggakan, ini terbukti dengan beberapa prestasi yang diraih oleh Kementerian Kesehatan tahun 2015 ini dimana Inspektorat Jenderal mempunyai andil dan memegang peranan penting dalam pencapaiannya. Prestasi yang telah dicapai oleh kementerian kesehatan pada tahun 2015 beberapa di antaranya adalah: penandatanganan komitmen pelaksanaan pembangunan kesehatan yg baik, bersih dan melayani dengan semangat reformasi birokrasi yang disaksikan oleh pimpinan KPK dan Ombudsman; penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Kesehatan dengan PPATK; terbitnya Permenkes 36 tahun 2015 tentang pencegahan kecurangan (Fraud) dalam pelaksanaan program jaminan sosial nasional; opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan RI TA 2014; terbentuknya Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) pada 124 Satuan Kerja Kementerian Kesehatan; memperoleh nilai BB pada Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara; mendapatkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 iv

penghargaan sebagai Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) terbaik; RSUP Dr. Sardjito Jogjakarta, RSUP Fatmawati Jakarta, KKP Kelas II Semarang, KKP Kelas I Tanjung Priok, Balai Kesehatan Olah Raga Masyarakat Bandung, Bali Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala, dan Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia mendapat predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan RS. Dr. Kariadi Semarang berpredikat Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 v

Daftar Isi Halaman Kata Pengantar... Ringkasan Eksekutif... Daftar Isi... i ii vi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Tugas Pokok dan Fungsi... 2 D. Struktur Organisasi... 3 E. Sistematika... 7 BAB II PERENCANAAN KINERJA... 10 A. Visi dan Misi... 10 B. Tujuan dan Sasaran... 11 C. Arah Kebijakan dan Program... 13 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA... 19 A. Pengukuran Kinerja... 19 B. Analisis Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015...21 C. Realisasi Anggaran...........37 D. Sumber Daya Penunjang...40 E. Capaian Program Aksi Pencegahan & Pemberantasan Korupsi Tahun 2015...47 BAB IV PENUTUP... 61 LAMPIRAN 1. Pernyataan Penetapan Kinerja Itjen Tahun 2014 Eselon I dan Eselon II 2. Penetapan Kinerja Itjen Tahun 2014 Eselon I dan Eselon II vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementerian Kesehatan telah mencanangkan visi Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan serta telah melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk merealisasikan visi tersebut telah disusun strategi sebagai berikut: 1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dan pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global; 2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan mengutamakan pada upaya promotif dan preventif; 3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional; 4. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan yang merata dan bermutu; 5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan; 6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdaya guna dan berhasil guna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab. Agar pencapaian visi dan pelaksanaan strategi tersebut sesuai dengan semangat good governance dan clean government, maka Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebagai aparat pengawasan fungsional bertanggung Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 1

jawab mengawal pelaksanaan keenam strategi yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan. Sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas, maka Inspektorat Jenderal pada setiap tahunnya wajib menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja kepada Menteri Kesehatan. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan tersebut merujuk pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan Rencana Aksi Program Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 serta penetapan kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan tahun 2015. Sistematika Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan tahun 2015 disusun berdasarkan Peraturan Menteri PAN & RB Nomor: 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. B. Maksud dan Tujuan Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal tahun 2015 ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Inspektur Jenderal secara tertulis kepada Menteri Kesehatan atas pencapaian kinerja terhadap indikator-indikator Inspektorat Jenderal sebagaimana tertuang dalam dokumen penetapan kinerja Inspektorat Jenderal tahun 2015. C. Tugas Pokok dan Fungsi Tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi Inspektorat Jenderal berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tanggal 19 Agustus 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Tugas Pokok Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 2

2. Fungsi Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok tersebut Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut : a. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan; b. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya; c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Kesehatan; d. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Kesehatan dan; e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal. D. Struktur Organisasi Untuk melaksanakan tugas dan fungsi, susunan organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Sekretariat Inspektorat Jenderal a. Tugas Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan Inspektorat Jenderal. b. Fungsi Dalam melaksanakan tugasnya Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai fungsi : 1) Pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran dan penyajian informasi hasil pengawasan dan dokumentasi; 2) Analisis pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan; dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 3

3) Pelaksanaan urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga Inspektorat Jenderal. 2. Inspektorat I a. Tugas Inspektorat I mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. b. Fungsi Dalam melaksanakan tugasnya Inspektorat I mempunyai fungsi : 1) Penyusunan rencana dan program pengawasan intern lingkup Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan; 2) Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi dan pemantauan kegiatan lingkup Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan; 3) Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan 4) Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat I. 3. Inspektorat II a. Tugas Inspektorat II mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Inspektorat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. b. Fungsi Dalam melaksanakan tugasnya Inspektorat II mempunyai fungsi : Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 4

1) Penyusunan rencana dan program pengawasan intern lingkup Inspektorat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; 2) Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi dan pemantauan kegiatan lingkup Inspektorat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; 3) Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan 4) Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat II. 4. Inspektorat III a. Tugas Inspektorat III mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. b. Fungsi Dalam melaksanakan tugasnya Inspektorat III mempunyai fungsi : 1) Penyusunan rencana dan program pengawasan intern lingkup Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2) Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi dan pemantauan kegiatan lingkup Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 3) Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan 4) Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat III. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 5

5. Inspektorat IV a. Tugas Inspektorat IV mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. b. Fungsi Dalam melaksanakan tugasnya Inspektorat IV mempunyai fungsi : 1) Penyusunan rencana dan program pengawasan intern lingkup Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan; 2) Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi dan pemantauan kegiatan lingkup Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan; 3) Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan 4) Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat IV. 6. Inspektorat Investigasi a. Tugas Inspektorat Investigasi mempunyai tugas melaksanakan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Kesehatan. b. Fungsi Dalam melaksanakan tugasnya Inspektorat Investigasi mempunyai fungsi : 1) Perumusan rencana dan program kerja pengawasan investigasi; 2) Pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri; 3) Pengawasan investigasi dan pengawasan lainnya Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 6

4) Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan 5) Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat Investigasi. Gambaran struktur organisasi Inspektorat Jenderal adalah sebagai berikut: STRUKTUR ORGANISASI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010) E. Sistematika Laporan Akuntabilitas Kinerja pada dasarnya mengkomunikasikan pencapaian kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan tahun 2015. Capaian kinerja tersebut dibandingkan dengan Penetapan Kinerja sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja akan memungkinkan teridentifikasikannya kendala dan hambatan untuk perbaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 7

kinerja di masa datang. Dengan dasar pemikiran tersebut, sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut : Ringkasan Eksekutif, disajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategis serta sejauh mana Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan mencapai tujuan dan sasaran utama serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaiannya. Dijelaskan juga langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dan langkah antisipasif untuk menanggulangi kendala yang mungkin terjadi pada tahun mendatang. Bab I: Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang penulisan laporan, maksud dan tujuan penulisan laporan, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi serta sistematika penulisan laporan. Bab II: Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, dijelaskan mengenai rencana strategis rencana kerja tahunan dan penetapan kinerja. Pada bab ini akan disampaikan visi dan misi, kebijakan dan program indikator serta cara mencapai tujuan dan sasaran yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian visi dan misi Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan. Bab III: Akuntabilitas Kinerja, diuraikan hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja, termasuk menguraikan secara sistematis keberhasilan/kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipasif yang akan diambil, disajikan pula alokasi dan realisasi anggaran bagi pelaksanaan tupoksi atau tugas-tugas lainnya termasuk analisis tentang capaian indikator kinerja dan efisiensi. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 8

Bab IV: Penutup, mengemukakan tujuan secara umum tentang keberhasilan dan kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan serta strategi pemecahan masalah yang akan dilaksanakan di tahun mendatang. LAMPIRAN-LAMPIRAN Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 9

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019 maupun Kebijakan Strategis Nasional Bidang Kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 021/MENKES/SK/1/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2014-2019. Adapun penjabaran visi dan misi, sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi untuk mencapai target kinerja tahun 2015 adalah sebagai berikut: A. Visi dan Misi 1. Visi Tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal dijiwai oleh semangat untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan kesehatan, untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance) serta pemerintahan yang bersih (clean government). Dengan berpedoman pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019, maka visi Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan adalah Kementerian Kesehatan yang akuntabel, bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 10

2. Misi Untuk mencapai visi tersebut, ditetapkan misi Inspektorat Jenderal yang menggambarkan hal-hal yang harus dilaksanakan, yaitu : a. Meningkatnya kualitas pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan. b. Mencegah terjadinya penyimpangan terhadap pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan di Kementerian Kesehatan. c. Meningkatkan peran Inspektorat Jenderal dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan akuntabel. d. Meningkatkan profesionalisme dan integritas aparatur pengawasan Kementerian Kesehatan. B. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan Terselenggaranya pengawasan secara komprehensif untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, akuntabel, bersih dan bebas KKN melalui rumusan sebagai berikut : a. Meningkatkan kualitas dan intensitas pengawasan dengan efektif dan efisien. b. Meningkatkan percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan. c. Menyempurnakan kebijakan sistem prosedur pengawasan. 2. Sasaran Sasaran program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan adalah Meningkatnya Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan. Target terhadap sasaran dan indikator dijabarkan pada tabel sebagai berikut : Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 11

Tabel 1 Indikator Inspektorat Jenderal Tahun 2015 No Program/Kegiatan Output/Outcome Indikator Target Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi Persentase satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara 1% 88% 1. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat I Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi lingkup Satker Binaan Inspektorat I Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki temuan kerugian negara 1% 84% 2. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat II Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi lingkup Satker Binaan Inspektorat II Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki temuan kerugian negara 1% 90% 3. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat III Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi lingkup Satker Binaan Inspektorat III Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki temuan kerugian negara 1% 94% 4. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat IV Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi lingkup Satker Binaan Inspektorat IV Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki temuan kerugian negara 1% 80% 5. Peningkatan Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Kementerian Kesehatan Meningkatnya penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara Persentase penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal 100% 6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan Persentase satuan kerja yang telah menerapkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi 20% Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 12

C. Kebijakan dan Program Strategi pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan antara lain dijabarkan dalam arah kebijakan dan program-program sebagai berikut: 1. Kebijakan Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) dituntut untuk terus mempertahankan opini laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), hal tersebut dilakukan melalui peningkatan peran dan fungsi pengawasan yang mendorong terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance), memastikan pelayanan publik dilaksanakan sesuai kebijakan dan rencana yang ditetapkan serta mendorong agar tujuan pembangunan kesehatan dapat dicapai secara hemat, efisien, efektif dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) sehingga pada akhirnya diharapkan akan memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian target tersebut. Kebijakan pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan tahun 2015 ditetapkan untuk memberikan arah dan acuan bagi Inspektorat Jenderal dalam melakukan kegiatan pengawasan secara efektif dan efisien melalui: a. Peningkatan peran Inspektorat Jenderal sebagai : 1) Konsultan, yaitu memberikan arah/petunjuk kepada suatu masalah agar kebijakan yang ditempuh obyek pengawasan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2) Katalisator, yaitu senantiasa mendorong/memacu terjadinya perubahan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik. 3) Quality Assurance, yaitu menerapkan sistem kendali mutu yang dimulai sejak tahap perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan pengawasan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 13

b. Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan 1) Peningkatan pengawasan terhadap program kesehatan prioritas. 2) Penetapan sasaran/objek audit berdasarkan penilaian risiko 3) Konsistensi pada penerapan NSPK pengawasan. c. Peningkatan Opini Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan menuju Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), melalui : 1) Peningkatan kualitas laporan keuangan Dalam rangka meningkatan opini Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan tahun 2015 Inspektorat Jenderal melaksanakan kegiatan reviu atas: (a) Laporan Keuangan Kemenkes tahun 2014 semester II. (b) Laporan Keuangan Kemenkes tahun 2015 semester I. Reviu laporan keuangan bertujuan memberikan keyakinan tentang akurasi, keandalan dan keabsahan informasi yang disajikan pada laporan keuangan sehingga laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). 2) Pendampingan penyusunan laporan keuangan berbasis risiko Dilakukan dengan cara mendampingi penyusunan laporan keuangan dalam setiap satuan kerja sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sehingga terselenggara laporan keuangan yang transparan dan akuntabel. 3) Pengamanan aset Kementerian Kesehatan Pengamanan aset Kementerian Kesehatan dilakukan dalam upaya mendorong terselenggaranya penatausahaan dan tata kelola aset sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta mengawal proses hibah BMN pada masing-masing unit utama di lingkungan Kementerian Kesehatan kepada Pemerintah Daerah. 4) Reviu penyusunan perencanaan anggaran tahun 2016 Dalam rangka meningkatkan penyusunan perencanaan anggaran Kementerian Kesehatan tahun 2016, Inspektorat Jenderal akan Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 14

melaksanakan kegiatan reviu penyusunan perencanaan anggaran tahun 2016 di masing-masing unit utama atau satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan. Oleh sebab itu, Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan akan melakukan penelahaan terhadap perencanaan anggaran terlebih dahulu sebelum dilakukan penelahaan oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan. d. Percepatan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan APF Salah satu tugas Inspektorat Jenderal adalah memastikan bahwa satuan kerja menindaklanjuti rekomendasi atau saran hasil audit internal maupun eksternal. Oleh karena itu, Inspektorat Jenderal Kemenkes mempunyai peran yang sangat penting dalam memantau percepatan tindak lanjut, sehingga tindak lanjut dapat terlaksana tepat waktu sesuai ketentuan. Percepatan tindak lanjut dilakukan melalui pemantauan dan pemutakhiran data, serta dilakukan bimbingan teknis dalam rangka memberikan masukan kepada satker untuk penyelesaian tindak lanjut hasil audit yang dilakukan secara berkala. e. Kerjasama Pengawasan dengan APIP lain Kerjasama pengawasan dilakukan dengan aparat pengawasan lain, baik dari intern maupun ekstern pemerintah. f. Penanganan pengaduan masyarakat Dalam rangka meningkatkan penyelesaian pengaduan masyarakat, Kementerian Kesehatan telah membentuk tim untuk menangani pengaduan masyarakat berdasarkan Kepmenkes No.134/MENKES/SK/III/2012, tanggal 21 Maret 2012 tentang Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu. Dalam pelaksanaannya dilakukan berdasarkan Permenkes No. 49 Tahun Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 15

2012, tanggal 4 Desember 2012 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan Kemenkes. g. Penguatan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik 1) Mendorong pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014. 2) Penerapan PP Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di lingkungan Kementerian Kesehatan. 3) Mengoptimalkan peran Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG). 4) Mendorong peningkatan pelaporan LHKPN. 5) Mendorong terbentuknya WBK dan WBBM di lingkungan Kementerian Kesehatan. 6) Mendorong implementasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Kesehatan melalui : a) Monitoring dan evaluasi Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Kesehatan. b) Pembentukan agent of change dan assessor di seluruh unit utama untuk mendukung pelaksanaan Reformasi Birokrasi. 2. Program/Kegiatan Untuk mencapai sasaran hasil program Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi, didukung oleh kegiatan- kegiatan dengan luaran dan indikator kinerja sebagai berikut : a. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat I Luaran: Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi lingkup Satker Binaan Inspektorat I. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 16

Indikator pengukuran pencapaian luaran tersebut adalah : Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki temuan kerugian negara 1 % b. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat II Luaran: Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi lingkup Satker Binaan Inspektorat II. Indikator pengukuran pencapaian luaran tersebut adalah : Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki temuan kerugian negara 1 % c. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat III Luaran: Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi lingkup Satker Binaan Inspektorat III. Indikator pengukuran pencapaian luaran tersebut adalah : Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki temuan kerugian negara 1 % d. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat IV Luaran: Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi lingkup Satker Binaan Inspektorat IV. Indikator pengukuran pencapaian luaran tersebut adalah : Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki temuan kerugian negara 1 % Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 17

e. Peningkatan Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Kementerian Kesehatan Luaran: Meningkatnya penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara Indikator pengukuran pencapaian luaran tersebut adalah: Persentase penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan Luaran: Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan. Indikator pengukuran pencapaian luaran tersebut adalah: Persentase satuan kerja yang telah menerapkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 18

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja adalah kegiatan membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Proses ini lebih lanjut dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan/program/kegiatan di masa yang akan datang agar setiap program/kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna. Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran dengan menggunakan strategi yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) dan dituangkan dalam Penetapan Kinerja yang disusun setiap awal tahun berjalan. Sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, pengungkapan informasi kinerja saat ini relevan dengan perubahan paradigma penganggaran pemerintah yang ditetapkan dengan mengidentifikasi secara jelas keluaran (output) dari setiap kinerja dan hasil (outcome) dari setiap program. Dengan perubahan paradigma tersebut, maka pengukuran kinerja yang menjadi bagian dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 19

sebagaimana disebutkan diatas setidaknya mencakup perkembangan keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing program sebagaimana ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja yang menjadi tolok ukur keberhasilan organisasi. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor: HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, Inspektorat Jenderal melaksanakan 1 (satu) program dari 9 (sembilan) program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yaitu program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan. Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Inspektorat Jenderal dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Dalam rangka mencapai sasaran, perlu ditinjau indikator-indikator Inspektorat Jenderal yang telah ditetapkan. Adapun sasaran kegiatan Inspektorat Jenderal adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi pada masing-masing unit utama. 2. Meningkatnya penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara. 3. Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan. Indikator kinerja merupakan tolak ukur keberhasilan organisasi secara menyeluruh yang menggambarkan tugas, peran dan fungsi organisasi tersebut sebagai langkah yang rasional untuk menilai keberhasilan pelaksanaan. Indikator kinerja organisasi cukup dilaporkan beberapa indikator kinerja saja yang paling utama sebagai kriteria keberhasilan kinerja suatu organisasi. Sesuai dengan dokumen Renstra/Penetapan Kinerja Inspektorat Jenderal, telah ditetapkan satu indikator utama dalam sasaran hasil program, yaitu: Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 20

Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan dengan sasaran meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya reformasi birokrasi. Untuk penilaian indikatornya adalah Persentase Satuan Kerja yang Memiliki Temuan Kerugian Negara 1 % Dalam mencapai indikator utama tersebut di atas, didukung oleh beberapa kinerja kegiatan dengan menghasilkan luaran sebagai berikut: 1. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat I 2. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat II 3. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat III 4. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat IV 5. Peningkatan penanganan pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan 6. Meningkatnya dukungan Manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan B. Analisis Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015 Dilihat dari capaian indikator, untuk tahun 2015 Inspektorat Jenderal dapat melaksanakan tugas-tugas/kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan: 1. Indikator Kinerja Utama Indikator pencapaian sasaran yang berasal Indikator Kinerja Utama (IKU) Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 21

Inspektorat Jenderal pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut : Sasaran Strategis Indikator Target Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan Persentase satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara 1 % 88 Definisi operasional dari indikator kinerja utama: Satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara 1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan dengan temuan kerugian negara 1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil pengawasan. Kondisi yang dicapai: Realisasi capaian indikator kinerja utama itjen tahun 2015 adalah 97,68% dari target 88% dengan dasar perhitungan sebagai berikut: Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara 1% berdasarkan hasil audit Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes yang diaudit x 100% Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 776 satker (179 satker diaudit oleh Itjen, 379 satker diaudit oleh BPK dan 218 satker diaudit oleh BPKP) dengan 18 satker memiliki kerugian negara 1%. Jika dimasukkan dalam rumus di atas maka perhitungannya menjadi: 758 satker 776 satker x 100% = 97,68% Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 22

2. Indikator Kinerja Kegiatan Capaian kinerja Indikator Kinerja Utama tersebut di atas didukung oleh beberapa kegiatan yang menghasilkan luaran sebagai berikut : a. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satuan Kerja Binaan Inspektorat I Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian luaran tersebut, yaitu: Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki temuan kerugian negara 1% Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan: Satuan kerja di lingkup binaan inspektorat I yang memiliki temuan kerugian negara 1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan di lingkup inspektorat I dengan temuan kerugian negara 1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil pengawasan. Kondisi yang dicapai: Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat I tahun 2015 adalah 97,44% dari target 84% dengan dasar perhitungan sebagai berikut: Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara 1% berdasarkan hasil audit Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes di lingkup binaan Inspektorat I yang diaudit x 100% Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 468 satker (80 satker diaudit oleh Itjen, 216 satker diaudit oleh BPK, dan 172 satker diaudit oleh BPKP) dengan 12 satker memiliki kerugian negara 1% Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 23

Jika dimasukkan dalam rumus diatas maka perhitungannya menjadi: 456 satker 468 satker X 100% = 97,44% b. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat II Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian luaran tersebut, yaitu: Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki temuan kerugian negara 1% Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan: Satuan kerja di lingkup binaan inspektorat II yang memiliki temuan kerugian negara 1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan di lingkup inspektorat II dengan temuan kerugian negara 1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil pengawasan. Kondisi yang dicapai: Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat II tahun 2015 adalah 95,24% dari target 90% dengan dasar perhitungan sebagai berikut: Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara 1% berdasarkan hasil audit Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes di lingkup binaan Inspektorat II yang diaudit x 100% Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 42 satker (11 satker diaudit oleh Itjen, 27 satker diaudit oleh BPK dan 4 satker diaudit oleh BPKP) dengan 2 satker memiliki kerugian negara 1%. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 24

Jika dimasukkan dalam rumus diatas maka perhitungannya menjadi: 40 satker 42 satker x 100% = 95,24% c. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat III Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian luaran tersebut, yaitu: Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki temuan kerugian negara 1% Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan: Satuan kerja di lingkup binaan inspektorat III yang memiliki temuan kerugian negara 1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan di lingkup inspektorat III dengan temuan kerugian negara 1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil pengawasan. Kondisi yang dicapai: Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat III tahun 2015 adalah 97,40% dari target 94% dengan dasar perhitungan sebagai berikut: Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara 1% berdasarkan hasil audit Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes di lingkup binaan Inspektorat III yang diaudit x 100% Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 154 satker (41 satker diaudit oleh Itjen, 73 satker diaudit oleh BPK dan 40 satker diaudit oleh BPKP) dengan 4 satker memiliki kerugian negara 1%. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 25

Jika dimasukkan dalam rumus diatas maka perhitungannya menjadi: 150 satker 154 satker x 100% = 97,40% d. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat IV Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian luaran tersebut, yaitu: Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki temuan kerugian negara 1% Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan: Satuan kerja di lingkup binaan inspektorat IV yang memiliki temuan kerugian negara 1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan di lingkup inspektorat IV dengan temuan kerugian negara 1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil pengawasan. Kondisi yang dicapai: Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat IV tahun 2015 adalah 100% dari target 80% dengan dasar perhitungan sebagai berikut: Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara 1% berdasarkan hasil audit Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes di lingkup binaan Inspektorat IV yang diaudit x 100% Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 110 satker (47 satker diaudit oleh Itjen, 63 satker diaudit oleh BPK dan 2 satker diaudit oleh BPKP) dengan 0 satker memiliki kerugian negara 1% Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 26

Jika dimasukkan dalam rumus diatas maka perhitungannya menjadi: 112 satker 112 satker x 100% = 100% e. Peningkatan penanganan pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian luaran tersebut, yaitu: Persentase penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan: Penanganan pengaduan masyarakat adalah upaya yang dilakukan sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal dalam penyelesaian pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara yang dapat dilakukan melalui kegiatan klarifikasi/adtt maupun koordinasi/konsultasi dalam rangka penanganan pengaduan. Kondisi yang dicapai: Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat Investigasi tahun 2015 adalah 100% dari target 100% dengan dasar perhitungan sebagai berikut: Jumlah penanganan pengaduan masyarakat berindikasi kerugian negara yang diterima sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal Jumlah pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara yang diterima sesuai kewenangan Itjen x 100% Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 27

Jumlah pengaduan masyarakat dan permintaan ADTT selama tahun 2015 sebanyak 117 pengaduan yang diterima melalui surat dan WBS dengan penanganan sebagai berikut: 1) Klarifikasi atau penelitian awal: 29 pengaduan 2) Klarifikasi lanjut investigasi: 10 pengaduan 3) ADTT atas perintah pimpinan: 12 pengaduan 4) Koordinasi: 1 pengaduan 5) Diteruskan dengan surat kepada yang berkompeten menangani: 22 pengaduan 6) Tidak ditangani karena informasinya sumir: 26 pengaduan 7) Telaah atau dalam proses: 14 pengaduan 8) Ditangani oleh Inspektorat lain: 5 pengaduan Jika dimasukkan dalam rumus diatas maka perhitungannya menjadi: 117 pengaduan 117 pengaduan x 100% = 100% f. Dukungan Manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian luaran tersebut, yaitu: Persentase satuan kerja yang telah menerapkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi. Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan: Satuan kerja kantor pusat dan kantor daerah yang telah menerapkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi adalah satuan kerja yang telah melaksanakan salah satu dari kegiatan berikut: Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 28

1) Pengendalian gratifikasi 2) Pengelolaan pengaduan masyarakat 3) Pengelolaan LHKPN 4) Kebijakan benturan kepentingan Kondisi yang dicapai: Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Sekretariat Inspektorat Jenderal tahun 2015 adalah 82,95% dari target 20% dengan dasar perhitungan sebagai berikut: Jumlah satuan kerja kantor pusat dan kantor daerah yang telah menerapkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi Jumlah satuan kerja kantor pusat dan kantor daerah di lingkungan Kemenkes x 100% Jika dimasukkan dalam rumus diatas maka perhitungannya menjadi: 146 satker 176 satker x 100% = 82,95% 3. Indikator Kinerja Output a. Inspektorat I 1) Laporan hasil pengawasan Capaian realisasi laporan hasil pengawasan di TA. 2015 tercapai 162 (seratus enam puluh dua) laporan dari target 108 (seratus delapan) laporan yang terdiri dari: a) 80 (delapan puluh) laporan hasil audit dari target 28 (dua puluh delapan) laporan. Capaian hasil audit melebihi target dikarenakan 51 (lima puluh satu) laporan merupakan hasil audit dengan tujuan tertentu atas Barang Milik Negara (BMN) dalam rangka proses Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 29

hibah BMN berupa bangunan pada satker TP 04 dan TP 05 serta 29 (dua puluh sembilan) laporan berupa hasil audit operasional. Terkait dengan audit dengan tujuan tertentu tersebut di atas, dilakukan optimalisasi tim di mana satu tim melakukan audit terhadap 2-4 satuan kerja dalam satu periode audit. b) 6 (enam) laporan hasil reviu Laporan Keuangan di lingkungan Unit Sekretariat Jenderal dan Ditjen Bina Upaya Kesehatan dari target 6 (enam) laporan. c) 5 (lima) laporan hasil reviu RKA-KL satker di lingkungan Unit Unit Sekretariat Jenderal dan Ditjen. Bina Upaya Kesehatan dari target 5 (lima) laporan. d) 71 (tujuh puluh satu) laporan hasil evaluasi lakip satker di lingkungan Unit Sekretariat Jenderal dan Ditjen. Bina Upaya Kesehatan dari target 69 (enam puluh sembilan) laporan. Capaian melebihi target dikarenakan adanya penambahan 2 (dua) Kantor Daerah (KD) baru. 2) Laporan Inspektorat I (Base Line) dengan capaian keluaran 40 (empat puluh) laporan hasil pendampingan/pembinaan Inspektorat I dari target 21 (dua puluh satu) laporan, pembinaan dilakukan berdasarkan hasil reviu RKA-K/L dan penambahan permintaan dari satuan kerja. 3) Laporan pendampingan penyelenggaraan SPIP lingkup tugas Inspektorat I dengan capaian keluaran 11 (sebelas) laporan dari target 9 (sembilan) laporan. Capaian melebihi target dikarenakan adanya permintaan dari satuan kerja. 4) Laporan hasil pengawasan pelayanan kesehatan haji dengan capaian keluaran 1 (satu) laporan dari target 1 (satu) laporan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 30

5) Laporan hasil pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil audit Inspektorat I dengan capaian keluaran 44 (empat puluh empat) laporan dari target 28 (dua puluh delapan) laporan dikarenakan adanya optimalisasi tim dalam rangka percepatan penyelesaian kerugian negara (KN) pada satuan kerja dalam provinsi yang sama. b. Inspektorat II 1) Laporan hasil pengawasan Capaian realisasi laporan hasil pengawasan di TA. 2015 tercapai 32 (tiga puluh dua) laporan dari target 31 (tiga puluh satu) laporan yang terdiri dari: a) 11 (sebelas) laporan hasil audit dari target 10 (sepuluh) laporan. Capaian melebihi target dikarenakan adanya optimalisasi realisasi anggaran sehingga ada penambahan satker yang diaudit. b) 4 (empat) laporan hasil reviu Laporan Keuangan di lingkungan Unit Ditjen. Bina Gizi dan KIA dan Inspektorat Jenderal dari target 4 (empat) laporan. c) 5 (lima) laporan hasil reviu RKA-KL satker di lingkungan Unit Ditjen. Bina Gizi dan KIA dan Inspektorat Jenderal dari target 5 (lima) laporan. d) 12 (dua belas) laporan hasil evaluasi sakip satker di lingkungan Unit Ditjen. Bina Gizi dan KIA dan Inspektorat Jenderal dari target 12 (dua belas) laporan. 2) Laporan Inspektorat II (Base Line) dengan capaian keluaran 11 (sebelas) laporan hasil pendampingan/pembinaan Inspektorat II dari target 2 (dua). Capaian melebihi target dikarenakan adanya 9 (sembilan) kegiatan pembinaan atas permintaan satker dan hasil reviu laporan keuangan dan RKA-K/L. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 31

3) Laporan pendampingan penyelenggaraan SPIP lingkup tugas Inspektorat II dengan capaian keluaran 2 (dua) laporan dari target 2 (dua) laporan. 4) Laporan hasil pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil audit Inspektorat II dengan capaian keluaran 10 (sepuluh) laporan dari target 10 (sepuluh) laporan. c. Inspektorat III 1) Laporan hasil pengawasan Capaian realisasi laporan hasil pengawasan di TA. 2015 tercapai 133 (seratus tiga puluh tiga) laporan dari target 120 (seratus dua puluh) laporan yang terdiri dari: a) 41 (empat puluh satu) laporan hasil audit dari target 28 (dua puluh delapan) laporan. Laporan merupakan hasil audit dengan tujuan tertentu atas Barang Milik Negara (BMN) dalam rangka proses hibah BMN berupa bangunan Teknologi Tepat Guna (TTG) pada satker TP 05. Terkait dengan audit dengan tujuan tertentu tersebut di atas, dilakukan optimalisasi tim di mana satu tim melakukan audit terhadap 2-4 satuan kerja dalam satu periode audit. b) 4 (empat) laporan hasil reviu Laporan Keuangan di lingkungan Unit Ditjen. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dari target 4 (empat) laporan. c) 5 (lima) laporan hasil reviu RKA-KL satker di lingkungan Unit Ditjen. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dari target 5 (lima) laporan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 32

d) 83 (delapan puluh tiga) laporan hasil evaluasi sakip satker di lingkungan Unit Ditjen. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dari target 83 (delapan puluh tiga) laporan. 2) Laporan Inspektorat III (Base Line) dengan capaian keluaran 29 (dua puluh sembilan) laporan hasil pendampingan/pembinaan Inspektorat III dari target 23 (dua puluh tiga). Pembinaan dilakukan berdasarkan hasil reviu RKA-K/L dan penambahan permintaan dari satuan kerja. 3) Laporan pendampingan penyelenggaraan SPIP lingkup tugas Inspektorat III dengan capaian keluaran 12 (dua belas) laporan dari target 9 (sembilan) laporan. Capaian melebihi target dikarenakan adanya penambahan pendampingan pada satuan kerja dari target yang telah ditentukan. 4) Laporan hasil pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil audit Inspektorat III dengan capaian keluaran 57 (lima puluh tujuh) laporan dari target 28 (dua puluh delapan) laporan dikarenakan adanya optimalisasi tim dalam rangka percepatan penyelesaian kerugian negara (KN) pada satuan kerja dalam provinsi yang sama. d. Inspektorat IV 1) Laporan hasil pengawasan Capaian realisasi laporan hasil pengawasan di TA. 2015 tercapai 112 (seratus dua belas) laporan dari target 93 (sembilan puluh tiga) laporan yang terdiri dari: a) 47 (empat puluh tujuh) laporan hasil audit dari target 28 (dua puluh delapan) laporan. Laporan merupakan hasil audit dengan tujuan tertentu atas Barang Milik Negara (BMN) dalam rangka proses Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 33

hibah BMN berupa bangunan Teknologi Tepat Guna (TTG) pada satker TP 05. Terkait dengan audit dengan tujuan tertentu tersebut di atas, dilakukan optimalisasi tim di mana satu tim melakukan audit terhadap 2-4 satuan kerja dalam satu periode audit. b) 4 (empat) laporan hasil reviu Laporan Keuangan di lingkungan Unit Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan dari target 4 (empat) laporan. c) 5 (lima) laporan hasil reviu RKA-KL satker di lingkungan Unit Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan dari target 5 (lima) laporan. d) 56 (delapan puluh tiga) laporan hasil evaluasi sakip satker di lingkungan Unit Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan dari target 56 (delapan puluh tiga) laporan. 2) Laporan Inspektorat IV (Base Line) dengan capaian keluaran 30 (tiga puluh) laporan hasil pendampingan/pembinaan Inspektorat IV dari target 20 (dua puluh). Pembinaan dilakukan berdasarkan hasil reviu RKA-K/L dan penambahan permintaan dari satuan kerja. 3) Laporan pendampingan penyelenggaraan SPIP lingkup tugas Inspektorat IV dengan capaian keluaran 11 (sebelas) laporan dari target 11 (sebelas) laporan. 4) Laporan hasil pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil audit Inspektorat IV dengan capaian keluaran 75 (tujuh puluh lima) laporan dari target 28 (dua puluh delapan) laporan dikarenakan adanya optimalisasi tim dalam rangka percepatan penyelesaian kerugian negara (KN) pada satuan kerja dalam provinsi yang sama. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 34

e. Inspektorat Investigasi 1) Laporan hasil audit dengan tujuan tertentu/audit investigasi dengan capaian keluaran 52 (lima puluh dua) laporan dari target 65 (enam puluh lima). Dari 117 (seratus tujuh belas) pengaduan yang diterima oleh Inspektorat Investigasi hanya terdapat 50 (lima puluh) pengaduan yang berkadar pengawasan untuk dilakukan klarifikasi dan 2 (dua) Audit Dengan Tujuan Tertentu (ADTT) untuk PTT. 2) Laporan koordinasi penanganan pengaduan masyarakat lintas program/lintas sektor dengan capaian keluaran 6 (enam) dari target 6 (enam) laporan. 3) Laporan hasil pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil audit Inspektorat Investigasi dengan capaian keluaran 58 (lima puluh delapan) laporan dari target 50 (lima puluh) laporan. Capaian melebihi target karena adanya optimalisasi realisasi anggaran sehingga ada penambahan 8 (delapan) satker yang menjadi objek tindak lanjut hasil audit. 4) Laporan pendampingan program pencegahan korupsi dengan capaian keluaran 84 (delapan puluh empat) laporan dari target 85 (delapan puluh lima laporan). f. Sekretariat Inspektorat Jenderal 1) Laporan lingkup Inspektorat Jenderal Capaian realisasi laporan lingkup Inspektorat Jenderal di TA. 2015 tercapai 112 (seratus dua belas) laporan dari target 103 (seratus tiga) laporan yang terdiri dari: a) 17 (tujuh belas) dokumen laporan lingkup bagian program dan informasi dari target 20 (dua puluh) laporan. Terdapat 3 (tiga) target yang dialihkan ke lingkup bagian umum yaitu peningkatan kepatuhan wajib lapor LHKPN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 35

b) 66 (enam puluh enam) dokumen laporan lingkup bagian umum dari target 54 (lima puluh empat) laporan. Capaian melebihi target dikarenakan adanya kegiatan monev UPG dan pemutakhiran LHKPN/LHKASN. c) 27 (dua puluh tujuh) dokumen laporan lingkup bagian keuangan dari target 27 (dua puluh tujuh) laporan. d) 2 (dua) dokumen laporan lingkup bagian analisis dan pelaporan tindak lanjut hasil pengawasan dari target 2 (dua) laporan Ikhtisar Hasil Pengawasan Semester (IHPS). 2) Laporan pemutakhiran tindak lanjut hasil pengawasan dengan capaian keluaran 29 (dua puluh sembilan) laporan dari target 28 (dua puluh delapan). 3) Rancangan regulasi dan standar lingkup Inspektorat Jenderal dengan capaian keluaran 11 (sebelas) buku dari target 12 ( dua belas) laporan. 4) Layanan perkantoran dengan capaian keluaran 12 (dua belas) bulan layanan dari target 12 (dua belas) bulan layanan. 5) Perangkat pengolah data dan komunikasi dengan capaian keluaran 504 (lima ratus empat) unit dari target 504 (lima ratus empat) unit. 6) Peralatan dan fasilitas perkantoran dengan capaian keluaran 129 (seratus tiga puluh) unit dari target 130 (seratus tiga puluh) unit. Capaian kurang dari target karena pengadaan/belanja modal berupa pemasangan work station tidak dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu dan apabila tetap dilaksanakan akan mengganggu ruang kerja pimpinan Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 36

C. REALISASI ANGGARAN Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI tahun 2015 didukung oleh dana yang bersumber dari DIPA Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 024.02.1.415366/2015 tanggal 14 November 2014 dengan alokasi sebesar Rp.102.971.000.000,-. Ada peralihan anggaran yang dilakukan berdasarkan Instruksi Presiden No 2 tahun 2105 tentang Langkah-langkah Penghematan dan Pemanfaatan Anggaran Belanja Perjalanan Dinas dan meeting/consinyering Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015, Inspektorat Jenderal mengalami penghematan perjalanan dinas sebesar Rp. 29.896.314.000,-. Sebagian besar dari penghematan Anggaran tersebut tidak dapat dialihkan (refocusing) ke kegiatan pengawasan lainnya yang bukan peruntukkan perjalanan dinas. Karena kegiatan utama pada satker Inspektorat Jenderal adalah pengawasan yang aktifitasnya adalah perjalanan dinas. Alokasi tahun 2015 Rp.102.971.000.000,-. terdiri dari Belanja Pegawai Rp. 38.473.645.000,- dan Non Belanja Pegawai terdiri dari Belanja Barang sebesar Rp. 56.209.009.000,- dan Belanja Modal sebesar Rp. 8.288.346.000,-. Dari alokasi yang dianggarkan tersebut, sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 telah di realisasikan sebesar Rp. 82.863.167.620,- (80,47%), sedangkan anggaran yang tidak terserap sebesar Rp. 20.107.832.380,- (19,53%). Anggaran tidak terserap sepenuhnya dikarenakan beberapa faktor, yang terbagi atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal tersebut yaitu : 1. Terdapat kelebihan alokasi tunjangan kinerja karena acuan perhitungan alokasi Tunjangan Kinerja (tukin) 70% berdasarkan baseline 40% tukin yang Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 37

dibayarkan, sedangkan acuan perhitungan dari Kementerian Keuangan tidak menggunakan baseline 40%. 2. Pembayaran tukin yang dialokasikan Inspektorat Jenderal selama 13 bulan hanya disetujui oleh Kementerian Keuangan selama 9 bulan. 3. Terdapat sisa anggaran yang berasal dari sisa pelelangan, sisa belanja pegawai yang berasal dari Acres 10% yang tidak terealisasi, dan efisiensi layanan perkantoran dan pemeliharaan BMN. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang menjadi alasan tidak terserapnya anggaran secara penuh yaitu : 1. Adanya gagal lelang pada kegiatan belanja modal yang berasal dari anggaran efisiensi perjalanan dinas. 2. Alokasi belanja modal dari efisiensi perjalanan dinas dilaksanakan pada akhir tahun, sehingga pengadaan/belanja modal berupa pemasangan work station tidak dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu dan apabila tetap dilaksanakan akan mengganggu ruang kerja pimpinan. Alokasi anggaran program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemenkes RI selama tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada tabel berikut: ALOKASI ANGGARAN BELANJA BERDASARKAN PROGRAM TAHUN 2014 dan 2015 No Program Anggaran Tahun 2014 Tahun 2015 1 Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan RI 92,926,900,000 102,971,000,000 J U M L A H 92,926,900,000 102,971,000,000 Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 38

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pagu anggaran menurut program Itjen tahun 2015, naik sebesar Rp. 10.044.100.000,- atau sebesar 10,81% dibandingkan dengan pagu anggaran tahun 2014. Realisasi Anggaran Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan adalah sebesar Rp 83.285.221.410,- (80,88%). Jumlah alokasi dan realisasi anggaran serta persentase realisasi anggaran Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan selama 5 tahun (2011 2015) dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik 3.1 Alokasi dan Realisasi Anggaran Itjen Kementerian Kesehatan Tahun 2011-2015 (dalam jutaan rupiah) Pada grafik 3.1 di atas terlihat realisasi anggaran pada tahun 2015 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan satu tahun sebelumnya. Alokasi dan realisasi anggaran Inspektorat Jenderal tahun 2011-2014 terlihat pada grafik 3.2 berikut : Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 39

Grafik 3.2 Persentasi alokasi dan realisasi anggaran Inspektorat Jenderal tahun 2011-2014 D. SUMBER DAYA PENUNJANG Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selain dukungan anggaran, Inspektorat Jenderal juga didukung dengan sumber daya penunjuang lainnya yaitu sumber daya manusia serta sarana dan prasarana. 1. Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia di lingkungan Inspektorat Jenderal s.d Desember 2015 sebanyak 321 orang, dengan rincian sebagai berikut: a. Berdasarkan Jabatan Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2015 berdasarkan jabatan dapat dilihat pada grafik berikut : Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 40

Grafik-3.3 Daftar Pegawai Itjen Berdasarkan Jabatan Berdasarkan grafik diatas dapat dijabarkan bahwa keadaan pegawai di lingkungan Inspektorat Jenderal berdasarkan jabatan terdiri dari: No Jabatan Jumlah 1 Struktural 23 Orang 2 Fungsional Tertentu 133 Orang 3 Fungsional Umum 165 Orang Total 321 Orang Untuk Jabatan Fungsional Tertentu (JFT), dapat dibedakan lagi menjadi jabatan fungsional auditor dan arsiparis yaitu: No JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU JUMLAH 1 Auditor Utama 2 Orang 2 Auditor Madya 17 Orang 3 Auditor Muda 49 Orang 4 Auditor Pertama 56 Orang 5 Auditor Kepegawaian Madya 1 Orang 6 Auditor Kepegawaian Muda 3 Orang 7 Auditor Kepegawaian Pertama 3 Orang 8 Arsiparis Penyelia 2 Orang Total 133 Orang Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 41

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari tabel diatas komposisi terbanyak pada jenjang Auditor Pertama 56 orang (42.75%) dan terendah pada jenjang Auditor Kepegawaian Madya sebanyak 1 orang (0,76%). Jika digambarkan dalam grafik terlihat sebagai berikut: Grafik-3.4 Jumlah Auditor Berdasarkan Jenjang Jabatan Jabatan Fungsional Umum (JFU) merupakan jabatan fungsional PNS yang pengangkatan dalam jabatan dan kenaikan pangkat tidak disyaratkan dengan angka kredit, terdiri dari: auditor (JFU), Auditor Pemula (JFU) dan lainnya yaitu: No JABATAN FUNGSIONAL UMUM JUMLAH 1 Auditor Utama 76 Orang 2 Auditor Pemula 2 Orang 3 Lainnya 86 Orang Total 164 Orang Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari tabel diatas komposisi terbanyak pada jenjang JFU lainnya sebanyak 86 orang Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 42

(52,44%) dan terendah pada jenjang Auditor Pemula sebanyak 2 orang (1,22%). Jika digambarkan dalam grafik terlihat sebagai berikut: Grafik-3.5 Jabatan Fungsional Umum b. Berdasarkan Kelompok Umur Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2015 berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik-3.6 Jumlah Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 43

Berdasarkan grafik 3.6 di atas, dapat dilihat distribusi kelompok umur pegawai yang paling banyak adalah kelompok umur 31-35 tahun sebanyak 64 orang (20%) dan terendah adalah kelompok umur lebih dari 55 tahun sebanyak 20 orang (6%). c. Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2015 berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik-3.7 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa pegawai jenis kelamin pria lebih banyak dari pegawai jenis kelamin wanita yaitu 165 orang pria (51,40%) dan 156 orang perempuan (48,60%). d. Berdasarkan Pendidikan Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2015 berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada grafik berikut : Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 44

Grafik-3.8 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan SDM yang berada di lingkungan Inspektorat Jenderal apabila diklasifikasikan berdasarkan pendidikan, menunjukkan bahwa Pendidikan Strata-2 (S-2) merupakan tingkat pendidikan sebanyak dengan 130 orang (40%) dan Strata-1 (S-1) sebanyak 160 orang (50%). Sisanya 10% merupakan lulusan SLTA - Diploma III. e. Berdasarkan Golongan Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2015 berdasarkan golongan dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik-3.9 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Golongan Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 45

Berdasarkan tabel 3.9 di atas, distribusi pegawai di lingkungan Inspektorat Jenderal menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai adalah golongan III yakni sebanyak 260 orang (81%) sedangkan golongan IV sebanyak 43 orang (13%) dan golongan II sebanyak 18 orang (6%). 2. Sarana dan Prasarana Keadaan Barang Milik Negara di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI pada 31 Desember 2015 adalah: a. Nilai BMN per 31 Desember 2015 Nilai BMN per 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp 22.511.137.777,- yang terdiri dari nilai BMN intrakomptabel (nilai BMN yang disajikan dalam Neraca) sebesar Rp 22.492.693.277,- dan nilai BMN ekstrakomptabel sebesar Rp 18.444.500,-. b. Ringkasan Mutasi Barang Milik Negara Tahun Anggaran 2015 Mutasi BMN per 31 Desember 2015 adalah sebagai berikut: 1) Barang Persediaan Saldo Persediaan pada Inspektorat Jenderal Kemenkes RI per 31 Desember 2015 sebesar Rp 128.950.290,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar Rp 106.970.530,- mutasi tambah habis pakai barang konsumsi persediaan selama periode laporan sebesar Rp 21.979.760,-. Total nilai barang persediaan yang dalam kondisi rusak dan usang adalah sebesar Rp 0,-. 2) Peralatan dan Mesin Saldo Peralatan dan Mesin pada Inspektorat Jenderal Kemenkes RI per 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp 20.189.738.759,-jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar Rp 18.467.428.829,-, mutasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 46

tambah sebesar Rp 1.741.399.430,-, dan mutasi kurang sebesar Rp 19.089.500,-. 3) Aset Tetap Lainnya Saldo Aset Tetap Lainnya pada Inspektorat Jenderal Kemenkes RI per 31 Desember 2015 sebesar Rp 76.987.500,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar Rp 76.987.500,-, mutasi tambah sebesar Rp 0,- dan mutasi kurang sebesar Rp 0,-. 4) Aset Lainnya Saldo Aset lainnya pada Inspektorat Jenderal Kemenkes RI per 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp 2.426.568.918,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar Rp 2.190.134.918,-, mutasi tambah sebesar Rp 236.434.000,-. E. CAPAIAN PROGRAM AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2015 Upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi yang telah dilaksanakan Inspektorat Jenderal pada tahun 2015 di Kementerian Kesehatan yaitu: 1. Komitmen Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan yang Baik, Bersih dan Melayani dengan Semangat Reformasi Birokrasi Penandatanganan komitmen bersama untuk pembangunan kesehatan yang baik, bersih dan melayani dengan semangat reformasi birokrasi antara Menteri Kesehatan RI bersama pejabat Eselon I di lingkungan kementerian kesehatan RI, disaksikan oleh pimpinan KPK, dan ketua Ombudsman. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 47

Penandatanganan komitmen melaksanakan pembangunan kesehatan yg baik, bersih dan melayani dengan semangat reformasi birokrasi. 2. MoU Kemenkes-PPATK Ditandatangani nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Kesehatan dengan Pusat Pelaporan dan Analisis transaksi keuangan (PPATK). Lingkup kegiatan yang dikerjasamakan meliputi pertukaran informasi, peningkatan kapasitas, dan riset di bidang pencegahan dan pemberantasan tidak pidana pencucian uang pada tanggal 30 April 2015. Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Kesehatan dengan PPATK Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 48

3. Terbitnya Permenkes Nomor 36 Tahun 2015 Upaya pencegahan korupsi yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI pada pelaksanaan Sistem Jaminan Sosual Nasional adalah dengan diterbitkannya Permenkes 36 tahun 2015 tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) Dalam Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Nasional 4. Opini WTP pada Laporan Keuangan T.A 2014 Kementerian Kesehatan meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian dalam laporan keuangan tahun anggaran 2014, penghargaan tersebut diberikan langsung oleh anggota VI BPK RI, Prof.Dr. Bahrullah Negara VI Barullah Akbar, M.B.A kepada Menteri Kesehatan RI, Prof.Dr.dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K). Penyerahan hasil pemeriksaan Laporan Keuangan dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian oleh KPK 5. Sosialisasi Pengendalian Gratifikasi Kementerian Kesehatan melakukan sosialisasi pengendalian gratifikasi ke Unit Utama, Unit Pelaksana Teknis (UPT), organisasi profesi, satuan kerja, universitas negeri & swasta. Diikuti focus group discussion (FGD) dengan KPK tentang gratifikasi bagi penyelenggara negara serta pemahaman gratifikasi terkait pelaku pelayanan publik dan workshop tentang UPG. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 49

Sosialisasi Pengendalian Gratifikasi 6. Komitmen Kemenkes dengan Mitra Kerja Tentang Gratifikasi Menindaklanjuti komitmen Kemenkes dengan mitra kerja terkait pengendalian gratifikasi, dilaksanakan sosialisasi gratifikasi yang dilanjutkan dengan penandatanganan komitmen pengendalian gratifikasi di 4 rumah sakit yaitu RS Wahidin Makassar, RS Cicendo Bandung, RS Dr Sardjito, dan RS Sanglah. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2015. Komitmen Bersama Pengendalian Gratifikasi dan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi 7. Monitoring dan Evaluasi Pengendalian Gratifikasi Dilaksanakan monitoring dan evaluasi Program Pengendalian Gratifikasi di 109 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kemenkes seluruh Indonesia untuk memperoleh gambaran pelaksanaan program pengendalian gratifikasi yang telah dilaksanakan yang meliputi hambatan, permasalahan, serta penguatan pelaksanaan program tersebut. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 50

8. Kajian Potensi Fraud Melakukan kajian terhadap potensi fraud dalam pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL). Hasil kajian dan rekomendasi hasil kajian tersebut ditindaklanjuti dengan lahirnya Permenkes 36/2015 tentang Pencegahan Fraud di Pelayanan Kesehatan. 9. Workshop Pengendalian Gratifikasi Berdasarkan data per Oktober 2015 dari 210 Satker di lingkungan Kementerian Kesehatan, sebanyak 124 Satker telah membentuk UPG. Selanjutnya untuk memperkuat kapasitas dan kompetensi pengelola UPG, dilaksanakan workshop pengendalian gratifikasi yang dilaksanakan selama 4 hari bekerjasama dengan KPK. Workshop Pengendalian Gratifikasi bekerjasama dengan KPK 10. MoU Kemenkes dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Melalui WBS Dalam rangka upaya pencegahan tindak pidana korupsi dan melindungi saksi dan pelapor telah dilakukan penandatanganan Kementerian Kesehatan dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) nomor: HK.05.01/MENKES/373/2015 dan nomor: NK-042/I.DIV4.2/LPSK/09/2015, sebelum nota kesepahaman tersebut disepakati Kementerian Kesehatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 51

telah terlebih dahulu menerbitkan Permenkes 29/2014 tentang Tata Cara Penanganan Pelanggaran 11. Membangun Integritas Kampus Membangun integritas kampus bersama Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat, KPK yang diawali dengan workshop integitas kampus di kampus percontohan yaitu Poltekkes Bengkulu dan Poltekkes Malang. 12. Workshop Pencegahan Fraud Workshop pencegahan fraud dalam pelaksanaan JKN bekerjasama dengan KPK. Kegiatan ini akan dilakukan di beberapa kota dan diawali di Kota Bandung pada awal November 2015. Setelah Bandung menyusul kemudian Kupang dan Yogyakarta. 13. Pembekalan Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi Bagi Tim Nusantara Sehat Guna menciptakan generasi muda di sektor kesehatan yang antikorupsi, Inspektorat Jenderal melakukan pengajaran tentang Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK) bagi peserta Nusantara Sehat. 14. Penganugerahan Piagam WBK Bagi satker dilingkungan Kemenkes Menteri Kesehatan Memberikan piagam satuan kerja yang bepredikat Wilayah Bebas dari Korupsi pada satker, RSUP Dr. Sardjito Jogjakarta, RSUP Fatmawati Jakarta, KKP Kelas II Semarang, KKP Kelas I Tanjung Priok, Balai Kesehatan Olah Raga Masyarakat Bandung, Bali Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala, dan Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 52

Penganugerahan piagam WBK bagi Satuan Kerja di Lingkungan Kementerian Kesehatan 15. Penganugrahan Satuan Kerja Berpredikat WBBM Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi (Kemen PAN & RB) menganugrahkan predikat Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) kepada satuan kerja Kementerian Kesehatan, RS. Dr. Kariadi Semarang. Penganugerahan predikat WBBM kepada Satuan Kerja Kementerian Kesehatan oleh KPK 16. Penghargaan Unit Pengendalian Gratifikasi Terbaik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan penghargaan kepada Kementerian Kesehatan sebagai Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 53

dengan UPG terbaik tahun 2015 dan Kementerian/Lembaga yang telah menerapkan Program Pengendalian Gratifikasi dengan jumlah laporan gratifikasi. Penghargaan Gratifikasi Terbaik Kementerian Kesehatan oleh KPK 17. Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Menindaklanjuti Instruksi Presiden No. 7/2015 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) tahun 2015, Kementerian Kesehatan telah melaksanakan seluruh target capaian pada checkpoint B07, B09, dan B12. Hasil yang didapat dari verifikasi/penilaian seluruh aksi PPK oleh Bappenas, kementerian Kesehatan mendapat nilai 100% dengan indikator warna hijau. Adapun Aksi PPK untuk Kementerian Kesehatan pada tahun 2015 adalah: a. Optimalisasi pelaksanaan whistle blowing system (WBS) dan jaminan perlindungan terhadap whistle blower/pelapor yang terintegrasi di Kementerian/Lembaga. b. Pelaksanaan upaya pengendalian gratifikasi di Kementerian Kesehatan. c. Transparansi pelaksanaan layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Rumah Sakit yang bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). d. Pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas dalam mekanisme pengadaan barang dan jasa. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 54

e. Penyampaian data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan dari Kementerian, lembaga, dan instansi pemerintah. 18. Pelaksanaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: HK.03.01/Menkes/066/I/2010 tanggal 13 Januari 2010 tetang Wajib Lapor Harta Kekayaan bagi Pejabat di Lingkungan Kementerian Kesehatan, Itjen Kemenkes mendorong pelaporan LHKPN tersebut kepada seluruh satker di lingkungan Kemenkes. Sampai dengan 31 Desember 2015 dari jumlah wajib lapor PNS sebesar 3.525, yang telah menyampaikan LHKPN adalah 2.827 orang (80,20%). 19. Sistim Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Penilaian penerapan SPIP pada Satuan Kerja lingkup Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal. Penilaian ini dimaksudkan untuk melakukan assessment dan pemetaan pelaksanaan SPIP pada seluruh Satker Kementerian Kesehatan yang tersebar di seluruh Indonesia. Hasil assessment dan pemetaan tersebut diharapkan menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan berbagai kegiatan yang perlu dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal dalam mendorong percepatan penerapan SPIP di lingkungan Kementerian Kesehatan. Pada periode tahun 2015 Inspektorat Jenderal telah melakukan penilaian penerapan SPIP pada 33 satuan kerja dilingkup Kementerian Kesehatan. Selama kurun waktu 2014 2015 Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan telah melakukan pemetaan SPIP pada 111 satker dari total satker Kementerian Kesehatan yang berjumlah 214 satker atau sebesar 51,87%. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 55

Hasil pemetaan penerapan unsur SPIP pada Satker tersebut meliputi: 1. Unsur Lingkungan Pengendalian; 2. Penilaian Risiko; 3. Kegiatan Pengendalian; 4. Informasi dan Komunikasi; 5. Pemantauan. Grafik-3.9 Pemetaan SPIP 2014-2015 Berdasarkan grafik diatas, masih terdapat satker-satker khususnya yang berada di provinsi DKI Jakarta dan Kantor Pusat masih banyak yang belum dilaksanakan pemetaan SPIP oleh Inspektorat Jenderal sedangkan hampir mayoritas APBN Kementerian Kesehatan ada disana sehingga memiliki tingkat risiko yang tinggi. Dari 18 satker yang berada di Provinsi DKI Jakarta baru 1 satker yang telah dilaksanakan pemetaan SPIP oleh Inspektorat Jenderal sedangkan 46 satker yang berada di kantor pusat sama sekali belum dilaksanakan pemetaan SPIP. Hal ini terjadi karena keterbatasan Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015 56