Komite Advokasi Nasional Antikorupsi Sektor Kesehatan Insert your company logo Peran Asosiasi dalam Mendorong Integritas Sektor Usaha Farmasi F Tirto Kusnadi Ketua Umum Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia
Topik Bahasan 1. Posisi Industri Farmasi dalam Perekonomian Nasional, 2. Kontribusi Industri Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan, 3. Program JKN, Menata Ulang Sistem Pelayanan Kesehatan sekaligus Mengubah Landscape Industri Farmasi, 4. Dilema Industri Farmasi dalam Menghadapi Perubahan Landscape, 5. Peran GPFI dalam membangun integritasanggota, 6. Usulan GPFI kepada stake holder.
Posisi IF dalam Perekonomian Nasional Perpres 14/2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) 2015 2035, memasukkan Industri Farmasi sebagai industri prioritas andalan. Kemudian hal tersebut didukung dengan keluarnya Inpres 6/2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Target Pertumbuhan Sesuai RIPIN Tahun 2015 2020 2025 2035 Pertumbuhan 6.8% 8.5% 9.1% 10.5% Komposisi saat ini BUMN PMDN PMA Jumlah 4 196 39 Nilai 2016 (Rp Trilyun) 44.638 17.640 Porsi 71.67 % 28.33 %
PETA JALAN Industri Farmasi Indonesia sebagai Industri Prioritas Andalan Visi Misi 1. Menjadi Pasar Farmasi 15 Terbesar Dunia tahun 2025, dengan nilai Rp 700 triliun 1. Memenuhi kebutuhan obat dan pengobatan nasional, termasuk JKN & KIS 2. Berkontribusi pada Devisa negara melalui ekspor dan substitusi impor 3. Menguasai teknologi farmasi terkini, termasuk R&D dan kerja sama strategis JKN & KIS: Ketersediaan, Keterjangkauan, Kemudahan Akses Kontribusi Devisa: Ekspor dan Substitusi Impor Bio-Pharma Vaccine Natural Chem-API R&D yang kolaboratif Manufacturing yang berkualitas dan efisien Regulasi yang pro pertumbuhan industri Alignment forum ABGC Infrastruktur yang menunjang industri Sumber Daya Manusia yang kompeten v Ada sekitar 10 proyek investasi Industri Farmasi menghasilkan sekitar 15 BBO (Bahan Baku Obat), v Upaya strategis efisiensi BPJS-K dengan Swamedikasi, v UU JPH (Undang Undang Jaminan Produk Halal).
Kontribusi Industri Farmasi 1. Industri Farmasi (IF) sebagai kelompok usaha, terdiri dari Pabrik Obat, Distributor (PBF) dan Ritel (Apotek dan Toko Obat), 2. Secara umum peran IF dalam pembangunan kesehatan meliputi produksi obat yang dibutuhkan oleh masyarakat, mendistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia dan melayankannya kepada pasien dan konsumen pada areanya masing masing, 3. IF memiliki peluang untuk menghasilkan devisa lebih besar melalui kegiatan ekspor, 4. Pada saat ini sekitar 70% kebutuhan obat nasional dipasok oleh pabrik obat lokal yang tergabung dalam GPFI,
Program Jaminan Kesehatan Nasional 1. Merupakan program social security network yang sangat bermanfaat bagi masyarakat luas, 2. Program tersebut mengubah sistem pelayanan kesehatan dari berbasis out of pocket ke asuransi sosial, 3. Perubahan sistem pelayanan kesehatan secara langsung berdampak pada perubahan landscape industri farmasi,
4. Obat generik menjadi prioritas, penggunaannya menjadi rasional dan harganya mengalami penurunan yang sangat bermakna, 5. Memaksa kelompok usaha farmasi untuk beroperasi dengan sangat efisien dengan tetap memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku, 6. IF produsen obat ethical langsung mengurangi biaya promosi dan sangat selektif mengadakan kerjasama pendidikan berkelanjutan untuk para dokter.
Perubahan Landscape Usaha Farmasi 1. Pola pembiayaan out of pocket menurun tajam, 2. Pemakaian obat menjadi sangat rasional (bahkan mungkin under treatment), 3. Harga obat yang murah semakin murah (Obat Generik) yang mahal kelewat mahal (Originator/Inovator),
4. Pertumbuhan pasar menurun secara nilai, meningkat secara jumlah/unit, 5. Proses pengadaan secara elektronik menggunakan pendekatan e-katalog terkontrol dan menghilangkan terjadinya persekongkolan, 6. Secara umum Program JKN sangat efektif menekan gratifikasi/persekongkolan.
Dilema Industri Farmasi 1. Selain padat modal dan padat teknologi, usaha farmasi juga padat aturan (highly regulated) mulai dari GMP (Good Manufacturing Practices), GDP (Good Distribution Practices), GPP (Good Pharmacy Practices) dan lain lain, 2. Perubahan landscape mengharuskan dilakukannya koreksi operasional karena menurunnya pertumbuhan pasar, meningkatnya persaingan usaha dan pemenuhan regulasi yang semakin berat dan ketat dalam waktu bersamaan, 3. Regulasi dalam usaha farmasi umumnya identik dengan investasi yang tidak berkorelasi langsung dengan peningkatan manfaat ekonomi, 4. IF hanya memiliki pilihan, berubah atau punah.
Regulasi vs Integritas 1. Saat ini pasar farmasi masih terfragmentasi akibat banyaknya pemain. Persaingan usaha terjadi selain karena besaran pasarnya yang relatif kecil, juga akibat banyaknya regulasi, 2. Regulasi yang ketat tanpa diimbangi kualitas pelayanan publik yang memadai akan memacu persaingan usaha yang tidak sehat, 3. Regulasi yang efektif akan mendorong pelaku usaha menjunjung tinggi integritas, 4. Tantangan GPFI adalah melakukan advokasi kepada regulator agar tercapai regulasi yang efektif dan membina anggota untuk selalu menjaga integritas.
Faktor Potensial Penyebab Menurunnya Integritas Pelaku Usaha 1. Tingkat penyelesaian layanan registrasi terlalu lama, 2. Kecepatan perubahan (penambahan) peraturan tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas Pelayanan, 3. Akumulasi peraturan yang cenderung memberatkan pelaku usaha,
4. Prosespelaksanaan e-katalog belum optimal: 1) Prosesbisnisdalam rantai pasok obat tidak singkron 2) Jadwal tender terlalu dekat dengan tahun anggaran 3) RKO tidak akurat 4) Peraturan antar lembaga belum harmonis 5. Kontrak payung yang tidak berimbang, 6. Pembayaran tagihan dari Faskeskepada Distributor melebihi TOP, 7. Penggunaan obat e-katalog untuk pelayanan kesehatan non JKN, 8. Apotek yang melayani PRB masih terlalu sedikit dan proses penunjukkannya tidak transparan.
Inisiatif GPFI 1. Melakukan pembinaan anggota, khususnya terkait dengan penerapan kode etik dan pemenuhan terhadap peraturan yang berlaku, 2. Melakukan advokasi ke stake holder (Kemkes, Kemenperin, Kementerian PAN & RB, BKPM, BPOM, KSP, Setwapres dll) agar bisa mencapai kondisi ease of doing business yang ideal sehingga anggota dapat berperan maksimal dalampembangunan kesehatan,
3. Menjadi anggota Komite Advokasi Nasional sektor kesehatan dan konsisten dalam mengikuti kegiatan yang diadakan, begitu pula di tingkat Provinsi, 4. Akan melakukan desiminasi informasi dari berbagai kegiatan bersama KPK/IBIC menuju program PROFIT.
Usulan GPFI 1. Perlu dilakukan relaksasi peraturan agar misi IF sebagai industri prioritas andalan dapat terpenuhi dan harapan yang terkandung dalam Inpres 6/2016 tercapai, 2. Sebagai salah satu stake holder dalam pembangunan kesehatan, GPFI berharap dapat dilibatkan dalam merumuskan regulasi agar efektif dalam penerapannya, 3. Untuk meningkatkan integritas usaha farmasi, peningkatan pelayanan publik dari Pemerintah perlu mendapatkan prioritas dalam penanganan,
4. Metoda pengadaan obat untuk program JKN melalui LKPP perlu disempurnakan mengingat karakteristik kebutuhan Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota berbeda dengan kebutuhan Rumah Sakit, 5. Jadwal tender diajukan (maksimal 3 bulan sebelum tahun anggaran berjalan sudah selesai), 6. Permasalahan defisit anggaran BPJS agar mendapat penanganan yang serius karena sudah berdampak pada usaha farmasi, 7. Aturan WAPU PPn agar dapat ditinjau ulang karena sangat memberatkan bagidistributor.
Insert your company logo