Oleh: Dr. Muhammad Kadafi, S.H., M.H. (Ketua KADIN Lampung)

Transkripsi

1 Oleh: Dr. Muhammad Kadafi, S.H., M.H. (Ketua KADIN Lampung)

2 KADIN merupakan wadah komunikasi dan konsultasi antar pengusaha indonesia & antara pengusaha indonesia dengan pemerintah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah perdagangan, perindustrian, dan jasa. (Psl 6 UU No.1/1987 tentang KADIN); Membudayakan etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) di kalangan dunia usaha (Psl 10 huruf e Anggaran Dasar KADIN); KADIN memiliki etika bisnis sebagai tuntutan moral dan prilaku yang mengikat bagi para anggotanya (Psl 12 Anggaran Dasar KADIN).

3 164 Kasus Korupsi yang ditangani oleh KPK melibatkan sektor swasta (pengusaha); Dalam upaya pencegahan korupsi. KPK berkepentingan untuk meminta masukan/rekomendasi dari para stake holders (termasuk sektor swasta/ pengusaha); Komite Advokasi Daerah (KAD) sebagai medium pencegahan dengan membangun dialog Publik-privat (sektor swasta-pemerintah) dengan supervisi KPK.

4 Dilema Bisnis timbul ketika keputusan bisnis mesti diambil ketika menghadapi dua atau lebih pilihan dengan dampak yang berbeda, semisal: Laba besar namun memiliki dampak buruk perusakan lingkungan, pelanggaran hukum dan hak masyarakat, dll; Kehilangan profit tidak melakukan sharing profit dengan pemangku kebijakan akan berdampak hilangnya profit perusahaan dalam jangka panjang.

5 Orientasi kemakmuran tidak terbatas pada internal perusahaan saja, tetapi proyeksi kemakmuran meluas pada lingkungan sekitarnya; Berkontribusi pada penciptaan keadilan, HAM, pendidikan, inovasi, dan pemanfaatan SDA secara efisien serta menjaga kelestariannya; Mematuhi segala peraturan hukum serta memupuk rasa saling percaya sesama pelaku usaha; Pengelolaan SDA secara berkelanjutan dan menghindari kerusakan lingkungan.

6 Mengejar laba sebesar-besarnya dengan mengabaikan tanggung-jawab sosial perusahaan; Terjadinya ketidak-adilan, eksploitasi manusia, serta ekonomi biaya tinggi (inefisiensi); Terjadinya praktek korupsi (suap-menyuap, dll), pencucian uang, serta munculnya iklim kompetisi dunia usaha yang tidak sehat; Eksploitasi SDA secara berlebihan dan munculnya kerusakan lingkungan.

7 Implementasi Visi, Misi, dan Nilai Perusahaan; Kukuh berpedoman pada etika bisnis dalam setiap kegiatan usaha; Adanya hubungan yang sehat dan etis dengan setiap stake holders; Taat dan patuh pada hukum dan setiap regulasi yang berlaku; Penghargaan yang tinggi terhadap kemanusiaan dan kelestarian lingkungan.

8 Menyusun Rencana Strategis dan Rencana Aksi untuk terwujudnya dunia usaha yang berintegritas; Memastikan adanya kejelasan visi, misi, dan nilai dari setiap setiap badan usaha yang berpedoman pada etika bisnis; Memediasi antara dunia usaha dengan stake holders untuk mendorong terwujudnya integritas dunia usaha; Terlibat aktif dalam membangun setiap regulasi/ kebijakan yang berhubungan dengan integritas dunia usaha (semisal: SNI untuk sistem manajemen anti penyuapan).

9 Komite Advokasi yang diinisiasi oleh KPK dengan melibatkan KADIN (Pusat dan Daerah) secara tidak langsung dapat menjadi stimulan untuk mengukuhkan implementasi etika bisnis dalam dunia usaha; Pola komunikasi Publik-Privat (pemerintah-swasta) dalam Komite Advokasi dapat menjadi wadah mediasi antar-kepentingan yang sehat dan etis; Forum Kerja anti-corruption working group (ACWG) yang dilakukan secara berkesinambungan dapat memiliki dampak yang signifikan dalam meningkatkan integritas dunia usaha.

10 KPK dapat memfasilitasi penyusunan Rencana Strategis, Rencana Aksi, dan SOP Komite Advokasi; KPK dapat mendorong Regulator/Pemerintah untuk segera menyusun standard pelayanan terhadap publik dan dunia usaha dengan melibatkan stake holders;

11 Bahan Bacaan: UU No. 1 Tahun 1987 Tentang Kamar Dagang dan Industri; AD/ART KADIN (Keppres No. 17 Tahun 2010 tentang Pengesahan perubahan Anggaran dasar KADIN); Pedoman Etika Bisnis Perusahaan (Tim Penyusun, Komite Nasional Kebijakan Governance-KNKG, 2010); Buku Saku Komite Advokasi Nasional dan Daerah (Kedeputian Pencegahan KPK-RI, 2017)