BAB 1 PENDAHULUAN. berhasil disembuhkan. Apalagi diakibatkan munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan suatu negara. Angka kematian ibu (AKI) adalah indikator di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible

BAB I. PENDAHULUAN. mengganti aktor pusat menjadi daerah dalam hal pengambilan kebijakan. dengan masyarakat. Dengan begitu, informasi tentang proses

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. bakterituberkulosis tersebut (Kemenkes RI,2012). Jumlah prevalensi TB di

GAMBARAN PERAN DAN STRATEGI SUB RECIPIENT (SR) COMMUNITY TB CARE AISYIYAH DALAM PENANGGULANGAN TB DI KOTA PADANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

Endang Basuki dan Trevino Pakasi Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

PERANAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

S T O P T U B E R K U L O S I S

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Indonesia saat ini berada pada ranking kelima negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan termasuk salah satu sasaran Millennium Development Goals (MDGs) dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat secara global. TB Paru menduduki peringkat ke 2 sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Situasi Tuberkulosis (TB) paru di dunia masih buruk dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan. Apalagi diakibatkan munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia yang menambah permasalahan Tuberkulosis paru. Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman Tuberkulosis paru terdapat anti Tuberkulosis paru, ini juga menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya Epidemi Tuberkulosis yang sulit ditangani (Kemenkes RI, 2013). Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Tuberkulosis ini disebabkan oleh bakteri yang berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberkulosa. Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) memperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman Tuberkulosis paru, dari jumlah tersebut ada 4 juta penderita baru dengan Basil Tahan Asam (BTA) positif dan 4 juta penderita dengan BTA negatif. Jumlah seluruh penderita Tuberkulosis paru di dunia sekitar 20 juta orang dengan angka kematian 3 juta orang tiap tahunnya, terdapat 25 persen dari penyebab kematian yang dapat dicegah apabila Tuberkulosis paru dapat ditanggulangi dengan baik (Erwin, 2010). Strategi Nasional pengendalian Tuberkulosis paru 2010-2015 yang mencakup

memasukkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Short-course) sebagai penilaian akreditasi rumah sakit; menggunakan 18 alat GeneXpert sebagai Rapid diagnostic Tuberkulosis paru, untuk Tuberkulosis paru (multi drug resistense = MDR) dan Tuberkulosis paru HIV; memperluas pelayanan Tuberkulosis paru ke seluruh Indonesia; melibatkan lintas sektoral pemerintah dan asosiasi profesi untuk menjangkau seluruh kelompok masyarakat; mengembangkan sistem informasi terpadu Tuberkulosis paru; memberdayakan masyarakat dengan pembentukan jaringan masyarakat peduli Tuberkulosis paru Indonesia; menyusun exit strategy agar tidak tergantung pada bantuan luar negeri; menyepakati dengan PT ASKES dan Jamsostek dalam penerapan standar pengobatan Tuberkulosis paru dan pembiayaan berbasis asuransi bagi seluruh pasien Tuberkulosis paru (Kemenkes, 2013). Menteri Kesehatan juga meminta jajaran RS Paru Dr. Ario Wirawan agar senantiasa fokus pada pelayanan pasien, memiliki pelayanan yang terakreditasi, dan siap melaksanakan SJSN Bidang Kesehatan mulai tahun 2014 menuju terwujudnya universal health coverage tahun 2019 (Kemenkes RI, 2013), Dalam hal pengendalian Tuberkulosis ini yang sangat perlu dilakukan adalah memberikan pendidikan atau penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Pendidikan kesehatan berbasis komunitas agar dapat membantu dalam meningkatkan angka penemuan kasus Tuberkulosis paru, mengurangi keterlambatan pengobatan dan mempromosikan pendekatan cara pengobatan yang tepat. Promosi kesehatan dengan menggunakan berbagai media dan metode yang dilakukan untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat yang lebih luas, untuk

mengubah persepsi masyarakat tentang Tuberkulosis paru "suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan memalukan" menjadi penyakit yang berbahaya, tapi dapat disembuhkan". Bila promosi kesehatan ini berhasil, akan dapat meningkatkan penemuan penderita secara pasif (Silitonga, 2000). Menurut Edgar Dale dalam Notoatmodjo (2003), Promosi kesehatan pada dasarnya merupakan proses komunikasi dan proses perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan dapat mencapai hasil yang maksimal, apabila metode dan media promosi kesehatan mendapat perhatian yang besar dan harus disesuaikan dengan sasaran. Penggunaan kombinasi berbagai metode dan media promosi kesehatan akan sangat membantu dalam proses penyampaian informasi kesehatan kepada masyarakat. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu pesan yang disampaikan maka semakin banyak dan jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh oleh seseorang. Penggunaan alat peraga dalam melakukan promosi kesehatan akan sangat membantu penyampaian pesan kepada seseorang atau masyarakat secara lebih jelas. Bahan peragaan dalam promosi kesehatan dapat berupa poster tunggal, poster seri, pricat, tranparan, slide, film, brosur, lembar balik, stiker dan seterusnya. Selain dukungan alat peraga di atas dapat juga dilakukan bentuk pendekatan seperti bimbingan, penyuluhan, interview ataupun pendidikan kesehatan pada kelompok besar seperti metode ceramah, seminar, belajar kelompok. Sementara untuk kelompok kecil dapat dilakukan metode diskusi kelompok, curah pendapat, role play dan permainan simulasi (Notoatmodjo, 2012).

Media promosi kesehatan seperti metode ceramah mempunyai hubungan yang bermakna dalam peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat. Begitu juga dengan berbagai media promosi lainya memperlihatkan bahwa penggunaan media leaflet, audiovisual dapat dikombinasikan dengan diskusi kelompok cukup berpengaruh untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat (Sriyono, 2001). Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dalam pengertian pendidikan tersebut, nampak tersirat beberapa unsur pendidikan yaitu input, proses dan aut put. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok dan masyarakat). Pendidik (pelaku pendidikan), proses adalah upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain. Serta autput adalah melakukan apa yang diharapkan atau perilaku. Dalam pendidikan kesehatan autput yang diharapkan adalah perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan meliputi peningkata pengetahuan dan sikap masyarakat terutama tentang Tuberkulosis paru (Adnani, 2011). Dalam pemberantasan Tuberkulosis paru, keluarga atau masyarakat diharapkan bukan hanya berperan dalam pengawasan minum obat penderita saja, tetapi juga berperan untuk mengajarkan hidup sehat dan menganjurkan pemamfaatan pelayanan kesehatan. Keluarga yang merupakan elemen masyarakat mempunyai peranan penting dalam penanggulangannya Tuberkulosis paru. Dukungan lingkungan sosial dan keluarga diharapkan mampu meningkatkan temuan kasus dan membantu kesembuhan

penderita dalam pengobatan yang teratur tanpa terputus-putus (Lembaga Koalisi untuk Indonesia Sehat, 2012). Saat ini Indonesia berada di peringkat 5 (lima) dunia untuk kasus penyakit Tuberkulosis paru setelah India, China, Negeria dan Afrika Selatan. Menurut data rumah sakit persahabatan sedikitnya tercatat 1500 pasien Tuberkulosis paru per tahun. Sebanyak 10% pasien Tuberkulosis paru di RSU Persahabatan adalah pasien rujukan. Adapun jumlah pasien Tuberkulosis paru yang menjalani pengobatan di RSU Persahabatan saat ini berjumlah sekitar 480 pasien, dari jumlah tersebut 338 pasien masih menjalani pengobatan dan sisanya menolak diobati, dan meninggal dunia sebelum atau sesudah pengobatan (Kemenkes RI, 2011). Melihat fenomena ini maka sangat pentingnya pengetahuan dan sikap masyarakat dalam pencegahan Tuberkulosis paru, untuk itu keluarga sebagai organisasi terkecil dalam masyarakat diharapkan dapat menjadi agen perubahan sosial. Peran serta masyarakat di dalam mencegah penyebaran Tuberkulosis paru sangat penting dilakukan dan dikembangkan, karena bukan hanya menyangkut kepada pencegahan kasus saja, namun dapat membantu pemberantasan berbagai penyakit yang berbasis kepada perilaku masyarakat. Dalam kontek pencegahan Tuberkulosis paru selain keluarga pasien, masyarakat juga turut berperan penting sebagai agen dalam menciptakan perubahan perilaku masyarakat agar sesuai dengan perilaku yang diharapkan seperti, menganjurkan untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan jika menemui gejalagejala batuk yang sudah beberapa hari belum sembuh, dukungan terhadap pencegahan

Tuberkulosis paru dan cara hidup sehat, serta dukungan keluarga terhadap pengawasan menelan obat (PMO). Oleh sebab itu mereka yang bukan dari keluarga pasien juga memiliki kontribusi yang penting dalam perubahan perilaku sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat. Data dari Dinas Kesehatan Pemerintah Aceh (2013), jumlah kasus Tuberkulosis paru yang ditemukan berjumlah 4.032. Kasus baru BTA positif yang sudah diobati, dengan kesembuhan mencapai 83%, angka kesembuhan ini sedikit menurun dibandingkan dengan angka tahun sebelumnya 84,1% sedangkan target nasional diatas 85%. Data Rikesdas 2013, prevalensi Tuberkolosis paru Provinsi Aceh sebesar 0,3 %, berdasarkan diagnosis dan gejala menurut Provinsi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara (2013), penemuan kasus Tuberkolosis paru dengan BTA positif 389 kasus, dari 32 (Tiga Puluh dua) Puskesmas yang ada di Kabupaten Aceh Utara, termasuk Puskesmas Nisam dengan jumlah kasus Tuberkulosis paru sebanyak 40 pasien dengan BTA positif. Ditemukan diantara puskesmas lainya yang ada di Kabupaten Aceh Utara. Berdasarkan survey awal dilakukan pada 10 tokoh masyarakat di Desa Meunasah Meucat Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara, peneliti berkesimpulan bahwa pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pencegahan Tuberkulosis paru masih rendah, dimana 8 orang (80 %) masyarakat tidak mengetahui cara penularan TB paru, 6 orang (60 %) menjawab bahwa Tuberkulosis paru adalah penyakit guna-guna, serta 5 orang (50 %) mengatakan obat Tuberkulosis paru gratis di puskesmas tidak dapat menyembuhkan Tuberkulosis paru. Selama ini penyuluhan yang dilakukan dengan

mengunakan metode ceramah oleh petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Nisam secara bersama-sama dengan program yang lain, namun tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat masih rendah, peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang pengaruh metode ceramah dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat dalam mencegah Tuberkulosis paru di Desa Menasah Meucat Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara. Metode ceramah dan media leaflet ini dipilih karena metode dan media penyuluhan yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat yang memiliki keunggulan masing-masing. Metode ceramah memiliki keunggulan pemberin informasi yang ekonomis dan efektif, sedangkan media leaflet memiliki keunggulan yang berisi kalimat singkat, padat dan mudah dimengerti beserta gambar-gambar yang dapat menarik minat untuk membacanya. 1.2. Permasalahan Rendahnya pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pencegahan penyakit Tuberkulosis paru serta penanganannya sehingga dapat menyebabkan masih tingginya penularan penyakit Tuberkulosis paru di Desa Meunasah Meucat Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh metode ceramah dan media Leaflet terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat dalam mencegah Tuberkulosis paru di Desa Meunasah Meucat Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara tahun 2014. 1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh metode ceramah dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat dalam mencegah Tuberkulosis paru di Desa Meunasah Meucat Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara tahun 2014. 1.4. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh metode ceramah dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat untuk mencegah Tuberkulosis paru di Desa Meunasah Meucat Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara tahun 2014. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun mamfaat penelitian ini adalah: 1. Memberi masukan Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, puskesmas Nisam dan Desa Meunasah Meucat dalam melakukan promosi kesehatan kepada masyarakat agar dapat memperhatikan keadaan masyarakat setempat. 2. Bagi peneliti, ini merupakan proses berfikir ilmiah yang didasari pada teori dan praktik sehingga dapat menambah wawasan, pengalaman dan ketrampilan dalam membuat penelitian selanjutnya. 3. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan referensi pada perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa selanjutnya.