JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 5 No. 2, Oktober 2005 : 106-112 PENERAPAN BREAK EVEN POINT DALAM MENETAPKAN TARGET PENJUALAN Studi Kasus Pada Hotel Mirah Oleh Hendra Setiawan dan Wahyudi Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor ABSTRAK Manajemen yang baik perlu diterapkan dalam menjalankan kegiatan usaha perhotelan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Meskipun kondisi ekonomi saat ini kurang baik, namun tetap dapat meningkatkan pendapatan sesuai dengan target yang telah direncanakan. Analisa break even point dapat membantu dalam merencanakan tingkat penjualan di masa yang akan datang, serta dapat memberi masukan kepada pihak manajemen Hotel Mirah untuk mengambil keputusan dalam menjalankan kegiatan operasional hotel. Titik BEP terjadi pada saat penjualan Rp 3,036,342,349 atau pada saat penjualan 10,994 unit. Break even dalam keseluruhan atau total tidak berarti bahwa tiap jenis kamar harus dalam keadaan break even. Kemungkinan suatu macam jenis kamar menderita rugi sedangkan yang lainnya memperoleh keuntungan. Berdasarkan perhitungan BEP tahun 2004 diketahui bahwa kamar jenis standar dan deluxe mengalami kerugian, sedangkan kamar jenis executive dan suite memperoleh keuntungan. Keywords : Break Even Point; PENDAHULUAN Dalam dunia perhotelan analisa break even point juga sangat diperlukan karena mampu memberikan informasi mengenai berbagai tingkat penjualan tertentu. Dengan demikian break even point ini sangat berguna bagi manajemen untuk mengetahui pada produksi berapa, dan dengan biaya berapa akan mendapatkan laba sama dengan nol. Sehingga dapat diketahui pada jumlah produksi berapa yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Analisa break even point bukan hanya sekedar ingin mengetahui keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh laba atau tidak menderita rugi melainkan analisa break even point dapat digunakan jauh lebih luas guna mengetahui berbagai tingkat keadaan perusahaan dari keadaan menderita rugi sampai perusahaan memperoleh laba sehingga formulanya dapat dikembangkan lagi sesuai dengan keinginan manajemen perusahaan. METODOLOGI PENELITIAN Dalam penyusunan laporan penelitian ini dilakukan dengan cara : a. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan dengan cara datang langsung kepada perusahaan, untuk mendapatkan data-data informasi yang dibutuhkan, dan juga
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 5 No. 2, Oktober 2005 melakukan wawancara dengan pihak yang berkepentingan pada perusahaan tersebut, selain itu melakukan observasi yaitu mengamati kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. b. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi dan data-data yang diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari literatur atau bahan pustaka mengenai ilmu-ilmu yang mendukung penyusunana penelitian ini. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perhitungan Break Even Point Untuk menganalisa tingkat break even pada Hotal Mirah diperlukan sejumlah informasi mengenai total pendapatan dari penjualan sewa kamar pada Hotel Mirah. Tabel 1. Data Penjualan Tiap Tipe Kamar Tahun 2004 (dalam Rp) Jenis Tarif Unit Penjualan VC/Unit VC Total CM Kamar Standar 208.000 1800 374.400.000 56.950 102.510.000 271.890.000 Deluxe 244.800 9825 2.405.160.000 68.500 673.012.500 1.732.147.500 Executive 317.600 7925 2.516.980.000 78.950 625.678.750 1.891.301.250 Suite 560.000 362 202.720.000 115.000 41.630.000 161.090.000 Jumlah 19.912 5.499.260.000 319.400 1.442.831.250 4.056.428.750 Tabel 2. Persentase Terhadap Penjualan Keseluruhan Tahun 2004 (dalam Rp.) Uraian Jumlah % Penjualan 100 Biaya Variabel 1.442.831.250,00-26,24 Contribution Margin 4.056.428.750,00 73,76 Biaya Tetap 2.239.702.505,00-40,72 Laba 1.816.726.245,00 33,04 Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa hasil penjualan dikurangi dengan biaya variabel merupakan margin contribusi yang tersedia untuk menutup biaya tetap. Di tinjau dari per satuan produk yang dijual, maka setiap satuan produk memberikan sumbangan atau contribution margin yang sama besarnya untuk menutup biaya tetap. 107
SETIAWAN dan WAHYUDI, Penerapan Break Even Point dalam Menetapkan Target Tabel 3. Realisasi Laporan Keuangan Tahun 2004 Uraian Standar Delux Executive Suite Jumlah Harga/Unit 208.000 244.800 317.600 560.600 1.330.400 Unit Terjual 1.800 9.825 7.925 362 19.912 Sales 374.400.000 2.405.160.000 2.516.980.000 202.720.000 5.499.260.000 VC 102.210.000 673.012.500 625.678.750 41.630.000 1.442.831.250 CM 271.890.000 1.732.147.500 1.891.301.250 161.090.000 4.056.428.750 CM/Unit 151.050 176.300 238.650 445.000 1.011.000 % CM 9,04 49,34 39,80 1,82 100 WACM 13.655 86.990 94.983 8.090 203.718 % FC 6,81 43,74 45,77 3,69 100 FC 152.483.174 979.557.773 1.025.099.088 82.562.471 2.239.702.505 LABA 119.406.826 752.589.727 866.202.162 78.527.529 1.816.726.245 BEP = BEP Total = BiayaTetap Atau CMR Biaya Tetap VC Pendapa tan Dimana di ketahui : Pendapatan : Rp 5,499,260,000.00 Biaya Variabel : Rp 1,442,831,250.00 Contribution Margin : Rp 4,056,428,750.00 Biaya Tetap : Rp 2,239,702,505.00 Laba : Rp 1,816,726,245.00 Dari data Hotel Mirah tersebut, maka dapat diketahui tingkat break evennya yaitu: BEP = BEP = 2,239,702,505.00 1,442,831,250.00 5,499,260,000.00 2,239,702,505 73.76% BEP Total = Rp 3,036,342,349 BEP Kamar = = Biaya Tetap WACM Rp 2,239,702,505 Rp 203,718 = 10,994 Unit Hal ini berarti jika Hotel Mirah melakukan penjualan sewa sebesar Rp 3,036,342,349 atau sebanyak 10,994 unit kamar yang disewakan maka Hotel Mirah tidak akan mendapatkan keuntungan tetapi juga tidak menderita rugi. Pada Hotel Mirah sebagai perusahaan jasa perhotelan yang melakukan penjualan sewa untuk beberapa jenis kamar maka perhitungan break even point tersebut diterapkan untuk seluruh jenis kamar yang dijual. Untuk mendapatkan break even point untuk tiap jenis kamar baik dalam unit maupun rupiah dapat di hitung dengan cara sebagai berikut: Tabel 4. Hotel Mirah Sales Mix dan Produk Mix Tahun 2004 Uraian %CM BEP Unit Produk MIX 365 hari Sales MIX Standar 9,04% 10.994 994 3 206.719.918 Deluxe 49,34% 10.994 5.424 15 1.327.976.703 Executive 39,80% 10.994 4.376 12 1.389.716.610 Suite 1,82% 10.994 200 0,5 111.929.118 10.994 3.036.342.349 108
Titik break even untuk Hotel Mirah dalam tahun 2004 sebesar Rp 3.306.342.349 ini berarti bahwa jika Hotel Mirah hanya mampu melakukan penjualan sewa kamar sebesar Rp 3.306.342.349 maka Hotel Mirah tidak akan memperoleh laba, tetapi juga tidak menderita kerugian,hal ini dapat dibuktikan: Pendapatan Standar 206,719,918 Deluxe 1,327,976,703 Executive 1,389,716,610 Suit 111,929,118 Jumlah pendapatan VC Standar 56,599,516 Deluxe 371,594,788 Executive 345,460,096 Suit 22,985,444 3,036,342,349 Jumlah VC 796,639,844 CM 2,239,702,505 FC 2,239,702,505 laba - Dengan demikian Jika management Hotel Mirah merencanakan untuk memperoleh keuntungan atau laba, maka management Hotel Mirah harus mampu melakukan penjualan sewa kamar lebih dari Rp 3.036.342.349 Break even dalam keseluruhan atau total tidak berarti bahwa tiap jenis kamar harus dalam keadaan break even. Kemungkinan suatau macam jenis kamar menderita rugi sedangkan yang lainnya memperoleh keuntungan. Pembuktian: Tabel 5. Tingkat Penjualan BEP Terhadap Jenis Kamar Tahun 2004 Jenis Kamar Uraian Standar Deluxe Executive Suite Jumlah Tarif 208,000 244,800 317,600 560,000 Volume 994 5,425 4,376 200 10,994 Penjualan 206,719,918 1,327,976,703 1,389,716,610 11,929,118 3,036,342,349 VC 56,599,516 371,594,788 345,460,096 22,985,444 796,639,844 CM 150,120,402 956,381,915 1,044,256,514 8,943,674 2,239,702,505 FC 152,483,174 979,557,773 1,025,099,088 82,562,471 2,239,702,505 Laba (2,362,772) (23,175,858) 19,157,426 6,381,203 - Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak semua kamar yang terjual mendapatkan keuntungan tetapi ada juga yang mengalami kerugian, dimana dari tabel diatas terlihat bahwa kamar tipe standar dan deluxe mengalami kerugian yang besarnya masingmasing Rp 2,362,772 dan Rp 23,175,858. 2. Perencanaan Jumlah Kamar yang Harus Tersewa pada Hotel Mirah Pada tahun 2005 pihak manajemen Hotel Mirah merencanakan peningkatan laba sebesar 25% dari pendapatan tahun 2004 Rp 2.270.907.806 (1.816.726.245 x 25%) untuk mencapai keuntungan yang direncanakan perlu ditentukan penyewaan minimal yang harus dicapai oleh Hotel Mirah sehingga keuntungan yang direncanakan tersebut dapat dicapai. Dalam menetapkan penyewaan kamar yang harus dicapai pada tahun 2005 maka dapat ditentukan dengan perhitungan dibawah ini: Rencana Penjualan : FC ( Tahun 2004) + Laba diharapkan 2005 VC Tahun 2004 Sales Tahun 2004 2,239,702,505.55 + 2,270907,805.56 1,442,831,250.00 5,499,260,000.00
SETIAWAN dan WAHYUDI, Penerapan Break Even Point dalam Menetapkan Target = 4,510,610,311 0.737631745 Rencana Penjualan 2005: 6,114,989,413 Hal ini berarti bahwa tingkat penjualan sewa kamar yang harus dicapai oleh Hotel Mirah agar mendapat laba sebesar Rp 2.270.907.805,56 ditahun 2005 adalah Rp 6,114,989,413. Laba sebesar Rp 2,27,907,806 ini didapat dari penjualan sebesar Rp 6,114,989,413 dikurangi Variabel Biaya Rp 1,604,379,102. Hasil dari pengurangan penjualan ini adalah contribution margin sebesar Rp 4,510,610,311 kemudian dikurangi biaya tetap tahun 2004 sebesar Rp 2,239,702,505 sehingga didapat laba sebesar Rp 2,270,907,806 Penjualan Rp 6,114,989,413.00 Biaya Variabel ( 26.24% x 6.114.989.412,67) Rp(1,604,379,102.00) Contribution Margin Rp 4,510,610,311.00 Biaya Tetap Rp(2,239,702,505.00) Laba Rp 2,270,907,806.00 Dari data di atas maka maka jelaslah bahwa perhitungan break even point dapat digunakan sebagai dasar penetapan target penjualan pada tahun berikut. Tingkat penjualan yang diharapkan untuk tiap jenis kamar yang tersedia pada tahun 2005 dapat dihitung sebagai berikut: 110 Tabel 6. Perencanaan Penjualan dan Laba Tahun 2005 Jenis Kamar Uraian Standar Deluxe Executive Suite Jumlah CM 9.04% 49.34% 39.80% 1.82% 100% Volume 2,002 10,925 8,812 403 22,141 Penjualan 416,320,021 2,674,455,824 2,798,795,848 225,417,721 6,114,989,413 VC 113,987,621 748,366,928 695,733,414 46,291,139 1,604,379,102 CM 302,332,400 1,926,088,896 2,103,062,434 179,126,581 4,510,610,311 FC 152,483,174 979,557,773 1,025,099,088 82,562,471 2,239,702,505 Laba 149,849,226 946,531,124 1,077,963,346 96,564,111 2,270,907,806 3. Margin of Safety Apabila hasil penjualan pada tingkat break even dihubungkan dengan penjualan yang terealisasi atau pada tingkat penjualan tertentu, maka akan diperoleh informasi tentang seberapa jauh volume penjualan boleh turun sehingga perusahaan tidak menderita kerugian. Berikut adalah perhitungan margin of safety untuk tahun 2004. MOS : Re alisasi Penjualan 2004 Penjualan BEP 2004 Re alisasi Penjualan 2004 3.036.342.349,33 2.462.917.650,67 : : 0,4479 : 44,79 % Atau MOS : : Penjualan realisasi Penjualan Per Break Even 3.036.342.349,33 : 181% Hal ini berarti bahwa tingkat penjualan sewa kamar untuk Hotel Mirah tidak boleh turun lebih dari 44,79 % dari penjualan yang direncanakan atau 81 % dari tingkat penjualan break even yang telah di tentukan oleh Hotel Mirah agar tidak mengalami kerugian dengan kata lain MOS memberikan petunjuk jumlah max penurunan volume penjualan yang direncanakan agar tidak mengalami kerugian.
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 5 No. 2, Oktober 2005 Prosentase dari Margin of Safety dapat dihubungkan langsung dengan tingkat keuntungan Hotel Mirah, dengan menggunakan data tersebut diatas, dimana margin of safety-nya 44,79 % dan Marginal Income-nya 73,76 % maka : Profit = Marginal Income Ratio x margin of safety Profit = 73,76 % x 44,79% = 33.04 % Ini berarti bahwa apabila Hotel Mirah mampu melakukan penjualan sewa sebesar Rp 5.449.260.000,00 maka profit (laba) yang akan diperoleh sebesar 33.04 % dari hasil penjualan kamar tersebut. Tingkat keuntungan (laba) Hotel Mirah untuk setiap volume penjualan setelah mencapai break even adalah sebesar Marginal Income rationya. Berdasarkan data penjualan Hotel Mirah diawal maka keuntungan yang diperoleh tahun 2004 adalah 33.04% x Rp = Rp 1.816.726.244,45. KESIMPULAN Dari uraian yang telah dikemukakan dalam bab-bab terdahulu penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hotel Mirah adalah hotel berbintang 3, dimana melakukan penjualan atas kamar. Di dalam struktur organisasi perusahaan terlihat adanya pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan tegas. 2. Pada tahun 2004 Hotel Mirah telah melakukan penjualan sewa kamar sebesar Rp 5.449.260,00. 3. Biaya yang dikeluarkan pada tahun 2004 adalah sebesar Rp 3.682.533.755 yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Dimana biaya variabel sebesar Rp 1.442.831.250, Sedangkan biaya tetap sebesar Rp 2.239.702.505. 4. Pada Hotel Mirah untuk tahun 2004 BEP total pada penjualan, Rp 3.036.342.349 dan BEP kamar sebanyak 10.994 unit 5. Selama tahun 2004 Hotel Mirah mengalami kerugian pada kamar tipe Standar dan Delux hal ini terjadi karena penjualan yang kurang maksimal dari ke dua tipe kamar tersebut, di samping pembebanan biaya variabel yang besar untuk tiap unitnya. Namun kerugian tersebut dapat ditutupi dari penjualan kamar tipe Executive dan Suite. 6. Dengan adanya perhitungan BEP maka dapat digunakan sebagai dasar bagi pihak manajemen dalam melaksanakan penjualan dan laba yang diinginkan, dimana untuk tahun mendatang perusahaan menginginkan laba naik sebesar 25 % yaitu Rp 2.270.907.806 maka tingkat penjualan sewa kamar yang harus dicapai perusahaan yaitu Rp 6.114.989.413 atau sebesar 22.141 unit. 7. Agar tidak mengalami kerugian perusahaan menentukan MOS/ angka pengaman yaitu selisih antara Volume penjualan yang dianggarkan dengan Volume penjualan pada titik BEP, Yaitu sebesar 44,79 % artinya penjualan untuk tahun mendatang tidak boleh kurang dari 44,79 % agar perusahaan tidak merugi. DAFTAR PUSTAKA Darmo Soewirjo S. Herdi. Akuntansi Perhotelan: Teori dan Praktek. Cetakan Pertama, Yogyakarta: Andi 2003 Garrison Ray H. Akuntansi Manajemen. Ahli Bahasa Drs. Bambang Purnomo Sidhi, Akt, Drs, Erwan Dukat, Akt. Buku Satu. Edisi ke Tiga. Yogyakarta: Ak Group. 1997 Harahap, Sofyan Syafri. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Cetakan kedua. Edisi Pertama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2001. Kamaruddin Ahmad, Akuntansi Manajemen: Dasar konsep biaya dan pengambilan keputusan. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2000 Kartadinata Abas, Drs. Akuntansi dan Analisis Biaya : Suatu Pendekatan Terhadap Tingkah Laku Biaya. Jakarta: Rineka Cipta. 2000. Maher, Michael W., Edward B. Deakin. Akuntansi Biaya. Edisi keempat. Jakarta: Erlangga. Jakarta. 1997 Matz, Adolf, Milton F. Usry dan Lawrence H. Hammer. Akuntansi Biaya: 111
SETIAWAN dan WAHYUDI, Penerapan Break Even Point dalam Menetapkan Target Perencanaan dan Pengendalian. Jilid 2, Edisi kedelapan. Alih Bahasa Alfonsus Sirait. SE, Herman Wibowo. Jakarta : Erlangga. 1995 Munawir. Akuntansi Keuangan dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE. 2002 Riyanto Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi ke Tiga. Yogyakarta: BPFE.1995 Saladin Djaslim. Intisari Pemasaran dan Unsur Pemasaran. Bandung: Linda Karya. Bandung. 1999 Simamora, Henry. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. 1999. Simamora, Henry. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jilid Dua Jakarta. Salemba Empat. 2000 Supriyono R.A. Akuntansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian Biaya. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE. 1999 Supriyono R.A. Akuntansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian Biaya. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE. 1999 Swastha Basu. Manajemen Penjualan. Cetakan keempat. Yogyakarta: BPFE. 1999. 112