BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bisa untuk mencapai hasil yang optimal. Belajar adalah sebuah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan dan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung merupakan SD paralel. Kelas IV Semester I Tahun Ajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Diskusi. Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 2 JOGOMERTAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Berikut ini akan dijelaskan mengenai kajian teori yang digunakan pada penelitian ini, antara lain Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD, Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ruang Lingkup IPA, Prinsip Prinsip Pembelajaran IPA di SD, Manfaat dan Tujuan Pengajaran IPA di SD, Hasil Belajar dan Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together). 2.1.1 Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD Pada bagian ini, akan membahas Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ruang Lingkup IPA, Prinsip- Prinsip Pembelajaran IPA di SD, Manfaat dan Tinjauan Pengajaran IPA di SD. 2.1.1.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) IPA atau sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala- gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya metode ilmiah (scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah (working scientifically), nilai dan sikap ilmiah (scientific attitudes). Sejalan dengan pengertian IPA tersebut, James B. Conant yang dikutip oleh Amien (dalam Jatmiko, 2004) mendefinisikan IPA sebagai suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut. Merujuk pada pengertian IPA di atas, maka hakikat IPA meliputi empat unsur, yaitu: (1) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui 8

9 eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; (3)aplikasi: penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari; (4) sikap: rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; sains bersifat open ended. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Sains adalah suatu cara atau metode untuk dapatkan pengetahuan dengan mengamati sesuatu yang ada di dunia ini dan pengetahuan yang diperoleh tersebut dapat diuji kembali kebenarannya melalui metode ilmiah. Pada hakekatnya IPA merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai-nilai ilmiah pada siswa serta salah satu mata pelajaran yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif. 2.1.1.2 Ruang Lingkup IPA Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA di SD menurut BSNP (2006:485) meliputi aspek-aspek : a) Mahkluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas, c) Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, d) Bumi dan alam semesta meliputi : tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup IPA di SD adalah mahkluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.

10 2.1.1.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru SD perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran di SD. Prinsip-prinsip pembelajaran di SD menurut Depdiknas (dalam Maslichah, 2006:44) adalah Prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip belajar melakukan (learning to doing), prinsip belajar sambil bermain, prinsip hubungan sosial. Prinsip pembelajaran di atas dapat di uraikan sebagai berikut : a) Prinsip motivasi, merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi siswa perlu di tumbuhkan, guru harus berperan sebagai motivator sehingga muncul rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran. b) Prinsip latar, pada hakikatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Oleh karena itu dalam pembelajaran sebaiknya guru perlu menggali pengetahuan, keterampilan, pengalaman apa yang telah di miliki siswa sehingga kegiatan pembelajaran tidak berawal dari kekosongan terhadap materi. c) Prinsip menemukan, pada dasarnya siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga berpotensi untuk mencari tahu guna menemukan sesuatu. d) Prinsip belajar sambil melakukan, pengalaman yang di peroleh melalui bekerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah di lupakan. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran hendaknya siswa di arahkan untuk berkegiatan. e) Prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang di sukai pada usia SD, dengan bermaian akan menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga akan mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana yang menyenangkan melalui kegiatan bermain sehingga memunculkan kekreatifan siswa.

11 f) Prinsip hubungan sosial, dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil jika di kerjakan secara berkelompok. Dengan kegiatan berkelompok siswa tahu kelebihan dan kekurangannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan kerjasama dengan orang lain. Beberapa prinsip pembelajaran IPA di atas yang paling mendasari di terapkan pada pembelajaran kooperatif adalah prinsip hubungan sosial yang tidak terlepas dari prinsip-prinsip lainnya. 2.1.1.4 Manfaat dan Tujuan Pengajaran IPA di SD Dalam Permen no. 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya. b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. e) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Adapun manfaat mempelajari IPA dikemukakan oleh UNESCO yang dikuti Asri Budiningsih (2002) sebagai berikut :

12 a) IPA menolong siswa untuk dapat berpikir secara logis terhadap kejadian- kejadian sehari-hari dan memecahkan masalah sederhana yang dihadapinya b) Aplikasi IPA dalam teknologi dapat menolong dan meningkatkankualitas hidup manusia dalam kehidupan bermasyarakat. c) Dunia semakin berorientasi pada kehidupan dan teknologi melalui IPA siswa memperoleh bekal yang sangat penting d) Jika IPA diajarkan dengan baik akan menghasilkan pola pikir siswa yang baik pula. e) Melalui IPA secara positif membantu siswa untuk dapat mempelajari mata pelajaran lain terutama bahasa dan matematika. f) Karena sifat-sifat anak yang selalu tertarik dengan lingkungannya, melalui IPA potensi anak akan dikembangkan. Menurut Awan ( 2009 ) tujuan pengajaran IPA adalah untuk memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan pengetahuan seharihari, memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan alam sekitar, mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri, mampu menerapakan berbagai konsep IPA, mamapu menggunakan teknologi sederhana, mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Dari pernyataan tersebut dapat diambil simpulan bahwa pengajaran IPA untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat memanfaatkan teknologi sederhana dari aplikasi IPA. 2.1.2 Hasil Belajar Perubahan yang terjadi pada diri individu dari yang tidak mampu menjadi mampu dan membutuhkan proses pada jangka waktu tertentu merupakan suatu hasil belajar. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh pengalaman seseorang walaupun tidak

13 menutup kemungkinan bahwa proses belajar seseorang bisa disengaja maupun tidak disengaja. Seorang guru harus belajar mengadakan pembaruan pembelajaran dengan memasukkan pengalaman-pengalaman belajar yang menarik. Pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang benar-benar membelajarkan siswa, semakin siswa terlibat aktif dalam pembelajaran akan semakin berkualitas hasil belajar siswa. Jadi siswa tidak sekedar datang, duduk, catat, dan pulang tanpa ada pengalaman belajar. Sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar atau aktivitas belajar (Anni 2005). Namun, faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar selain aktivitas siswa yaitu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, salah satunya adalah intelegensi dimana intelengensi merupakan suatu norma umum dalam menentukan keberhasilan belajar. Semakin tinggi intelegensi yang dimiliki semakin besar keberhasilannya dan sebaliknya (Dimyati 2009). Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari suatu konsep atau suatu materi, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan materi. Untuk mengetahui seseorang telah berhasil atau tidak dalam belajar maka harus dilakukan kegiatan evaluasi (Rifai dan Anni 2009). Hamalik (1995: 48) mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subyek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang. Sependapat dengan Hamalik, Sudjana (2005: 3) mengatakan bahwa hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dapat diperoleh siswa dari proses pembelajaran dimana dapat dilihat dari nilai hasil dari tes saat pembelajaran dan perubahan perilaku siswa. Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes tertulis

14 saat penelitian. Hasil belajar dapat diukur dengan ketuntasan siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan indikator yang telah ditentukan. 2.1.3 Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) Numbered Heads Together(NHT) adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Nur, 2005:46) Menurut Zuhdi (2010:64) NHT (Numbered Heads Together) adalah suatu model pembelajaran kooperatif dimana siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok, lalu secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Adapun ciri khas Numbered Heads Together adalah guru hanya menunjuk salah seorang siswa mewakili kelompoknya. Dalam menunjuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut (Nur, 2005). Dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Selain itu model pembelajaran NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap hasil belajar. Siswa akan berusaha memahami konsep-konsep ataupun pemecahan permasalahan yang disajikan oleh guru seperti diungkapkan oleh Ibrahim, dkk (2007) bahwa dengan belajar kooperatif akan memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik penting lainya serta akan memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun siswa kelompok atas yang bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas akademisnya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen dalam Ibrahim (2000:28) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan lansung

15 kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah sebagai berikut : (a) Penomoran, (b) Pengajuan pertanyaan, (c) Berpikir bersama, (d) Pemberian jawaban. Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Tahapan dalam pembelajan NHT(Numbered Heads Together) menurut Trianto (2007 : 62): a) Penomoran Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan delapan orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. b) Pengajuan Pertanyaan Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula. c) Berpikir Bersama Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan. d) Pemberian Jawaban Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru

16 dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut. Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Tipe NHT untuk pembelajaran IPA kelas 4 SD Negeri I Karangtengah adalah sebagai berikut : a) Langkah 1. Persiapan Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. b) Langkah 2. Pembentukan kelompok Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga aturan dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu : 1) Tetap berada dalam kelas 2) Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru 3) Memberikan umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari saling mengkritik sesama siswa dalam kelompok c) Langkah 3. Diskusi masalah Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban

17 dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum. d) Langkah 4. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. e) Langkah 5. Memberi kesimpulan Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Adapun kelebihan dan kelemahan NHT (Numbered Heads Together) menurut Zuhdi (2010:65) adalah: Kelebihan 1) Setiap siswa menjadi siap semua, 2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan 1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Peran seorang guru sangat diperlukan, sebagai pengawas dan fasilitator. Guru tidak hanya membiarkan siswanya mengerjakan sendiri namun juga harus membimbing jalannya diskusi. Agar tujuan pembelajarannya dapat tercapai. Hasil belajar IPA akan meningkat melalui penerapan Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Thogether) karena melalui penerapan model NHT, melatih siswa bertanggung jawab secara individu dalam berkerja kelompok untuk memahami materi pelajaran dan memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. 2.1.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian PTK yang dilakukan oleh Maimunah 2012, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UKSW, dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe NHT Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester II 2011/2012. Menunjukan Model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar menjadi lebih baik. Pada siklus I nilai hasil belajar siswa mengalami

18 peningkatan 72,73% (16 dari 22 anak). Nilai rata-rata 62,95 dengan ketuntasan belajar 40,19% (13 dari 22 anak). Pada siklus II diperoleh nilai rata-tara 72,27 dengan ketuntasan 83,36% (19 anak dari 22 anak). Kriteria ketuntasan adalah 65. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang semester II (dua) tahun pelajaran 2011/2012 telah terbukti. Penelitian oleh Winarti 2012, mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UKSW, dengan judul Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together) Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Banyumudal 2 Kabupaten Wonosobo Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/ 2012. metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) dengan kerja kelompok dan diskusi, siswa dapat berargumentasi/ berpendapat untuk memecahkan soal masalah dengan pengamatan/ observasi melalui pemanfaatan alat peraga yang sudah tersedia, sehingga siswa dapat menemukan jawaban melalui pengamatan/ observasi secara langsung tanpa menggarang atau membayangkan jawaban soal masalah tersebut, siswa lebih antusias dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan yang menyenangkan, kerjasama kelompok dan diskusi dapat meningkatkan pemahaman dalam mata pelajaran IPA di kelas V di SD Negeri Banyumudal 2 Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 pada materi pokok Sifat - Sifat Cahaya. Sebelum diterapkan metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) dari 32 siswa terdapat 22 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar (KKM=64) dan hanya 10 siswa yang mencapai ketuntasan belajar, pada siklus I dan siklus II peneliti memberikan patokan KKM = 65 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) dari 32 siswa sebanyak 17 siswa atau 53,13% tuntas dan sebanyak 15 siswa atau 46,87 % belum tuntas. Nilai rataratanya adalah 66,25 sedangkan nilai tertinggi adalah 88 dan nilai terendahnya adalah 52. Siklus II siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 32 siswa atau 100% dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai rata-ratanya adalah 79,75 sedangkan nilai tertinggi adalah

19 100 dan nilai terendahnya adalah 68. Peneliti telah berhasil dalam menerapkan metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) dengan memberikan patokan KKM 65 dan ketuntasan 80% dari jumlah siswa kelas V di SDN Banyumudal 2 dari hasil nilai evaluasi siklus II didapatkan 100% siswa sudah memenuhi KKM. Penelitian yang dilakukan oleh Suyityo (2011), dengan judul penelitian: Penerapan Model Cooperative Learning tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi Gaya (Penelitian PTK pada Siswa kelas V SD Barulaksana Kec Lembang). Penelitian ini dilakukan dengan tiga siklus. Pada siklus pertama siswa belum terbiasa dengan pola belajar kelompok, sehingga dilakukan penjelasan kepada siswa untuk mulai bekerjasama dengan anggota kelompoknya dan berdiskusi untuk menyelesaikan tugas bersama. Dalam siklus kedua, siswa sudah mulai terbiasa dengan pola belajar kelompok, siswa terlibat aktif dan bersemangat pada saat kegiatan demonstrasi. Pada siklus ketiga, siswa sudah mampu memutuskan jawaban mana yang benar berdasarkan hasil diskusi dengan kelompok dan siswa bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Perolehan nilai rata-rata hasil tes yang meningkat yaitu nilai rata- rata individu pada siklus I adalah 50.2, sedangkan nilai rata-rata individu pada siklus II adalah 62 dan pada siklus III adalah 71.3. Dari perolehan ini dapat disimpulkan bahwa penerapan Cooperative Learning tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Barulaksana Kecamatan Lembang. Penelitian yang dilakukan oleh maimunah dan suyityo berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh winarti, perbedaan dalam penelitian tersebut adalah penambahan 1 variabel yaitu keaktifan, sedangkan pada penelitian maimunah dan suyityo hanya terdapat 2 variabel yaitu hasil belajar dan NHT. Persamaan peneliti yang penulis lakukan dengan penelitian di atas adalah sama-sama menggunakan 2 variabel yaitu hasil belajar dan model pembelajaran NHT ( Numbered Heads Together). Sedangkan perbedaannya terletak pada masalah, tujuan, tindakan, dan subyek penelitian.

20 2.1.5 Kerangka Berpikir Kondisi awal pada pembelajaran IPA pada kelas 4 yaitu pembelajaran terkesan monoton, karena guru tidak menggunakan model pembelajaran yang menarik. Hal ini berakibat pada aktivitas belajar siswa rendah. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi IPA dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang rendah. Padahal agar hasil belajar siswa meningkat guru harus mampu membuat siswa senang pada pelajaran tersebut, menarik perhatian dan antusias siswa pada saat pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru diharapkan mampu membuat siswa menjadi tertarik dan antusias mengikuti pelajaran. Model pembelajaran adalah salah satu cara yang digunakan guru untuk mengadakan hubungan dengan siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk mencapai proses belajar yang ideal, hendaknya digunakan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran NHT memberikan suasana baru dan cara baru yang menarik khususnya pada mata pelajaran IPA. Model pembelajaran NHT merupakan pendekatan struktur informal dalam cooperative learning. Model pembelajaran NHT merupakan struktur sederhana dan terdiri atas 4 tahap yaitu Penomoran (Numbering), Mengajukan Pertanyaan (Questioning), Berpikir Bersama (Heads Together), dan Menjawab (Answering) yang digunakan untuk mereview fakta- fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi para siswa. Dengan mengaitkan materi dengan kehidupan seharihari dan pengalaman siswa akan memunculkan pembelajaran yang bermakana. Prinsipnya model ini membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil, dan setiap siswa dalam kelompok akan mendapatkan nomor, nomor inilah yang digunakan sebagai patokan guru dalam menunjuk siswa untuk mengerjakan tugasnya. Selain itu pembagian kelompok juga dimaksudkan agar setiap siswa dapat bertukar pikiran

21 dalam menyelesaikan semua permasalahan yang ditugaskan oleh guru secara bersama-sama sehingga diharapkan setiap siswa akan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Metode ini berupaya meningkatkan aktivitas siswa untuk aktif dalam belajar secara kelompok, sehingga akan menimbulkan minat dan motivasi yang tinggi dalam belajar baik secara individu maupun kelompok. Penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA.Kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 2.1. berikut ini: Pembelajaran Konvensional Siswa tidak konsentrasi Hasil Belajar KKM Penerapan Model NHT Keunggulan Model NHT Setiap siswa menjadi siap semua menjawab pertanyaan Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai melakukan diskusi dengan sungguhsungguh Hasil Belajar KKM GAMBAR 2.1 Kerangka Berpikir

22 2.1.6. Hipotesis Tindakan Sehubungan dengan masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah hasil belajar IPA dapat meningkat melalui penerapan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together), maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas guru dan aktivitas siswa pada siswa kelas 4 SD Negeri I Karangtengah Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/ 2014 secara signifikan minimal 8%. 2. Penerapan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri I Karangtengah Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/ 2014 secara signifikan hasil belajar IPA Mengalami ketuntasan individual dengan nilai hasil belajar IPA 65 dan mengalami ketuntasan klasikal dengan nilai rata- rata hasil belajar IPA meningkat minimal 8 nilai dari KKM IPA 65 yang ditentukan dari sekolah atau mengalami ketuntasan belajar IPA klasikal 80 % dari 26 siswa.