I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu aspek penting dalam kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Dari lahan pertanian ini menjadi sumber pokok bagi semua kalangan baik inti ataupun plasma Negara, inti dalam hal ini adalah petani dan plasma adalah seluruh konsumen dari hasil yang didapat pada lahan pertanian tersebut. Tidak hanya di Indonesia bahkan FAO juga menggaris bawahi bahwa pertanian merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Pertanian sendiri juga menjadi salah satu penopang perekonomian rakyat dimana sektor ini mampu berkontribusi besar berpengaruh dalam perkembangan ekonomi rakyat. Salah satu komoditi primadona yang sampai sekarang masih belum tergantikan adalah tanaman padi, padi merupakan kebutuhan pokok bagi bangsa Indonesia. Selain sebagai kebutuhan pokok padi merupakan aset besar bagi negara karena sebagian besar penduduk Indonesia mata pencahariannya sebagai petani. Saat ini keberadaan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun angka kematian berbanding terbalik dengan angka kelahiran yang semakin besar sehingga keberadaan padi sangat penting keberadaannya hingga akhirnya mayoritas petani menanam padi karena permintaan konsumen yang semakin banyak maka dari itu padi sebagai penghasilan terbesar seorang petani. Menurut Utomo dan Nazarudin (1996) perkembangan teknologi dalam hal ini adalah budidaya padi sawah bertujuan untuk meningkatkan produksi dan untuk memberikan kesejahteraan kepada para petani pengusaha padi. Seperti yang kita ketahui meskipun negara kita adalah negara agraris yang sebahagian besar penduduknya bermata pencaharian bertani, tetapi kondisi petani tetap saja memprihatinkan. Dalam mensukseskan program pemerintah bahwasannya bidang pertanian khususnya komoditas padi harus surplus 10 juta ton beras maka petani kita hrus 1
meningkatkan hasil produksinya, padahal semakin kesini lahan pertanian bukannya semakin berkembang justru semakin sempit dengan alih fungsi lahan. Dari analisa data Distan DIY yang pernah peneliti baca pada tahun 2013 sebagian besar wilayah Yogyakarta adalah lahan pertanian dengan presentase 75% dan sisanya non pertanian, Kabupaten Kulon Progo dan Gunung Kidul dengan presentase gabungan 71,2% sebagai pemasok lahan terbesar pertanian. Sedangkan basis produktif lahan pertanian ada di Kabupaten Sleman dan Bantul dengan presentase 67,7% akan tetapi sekarang ini sudah banyak alih fungsi dari sawah hingga berjejer bangunan pencakar langit baik hotel maupun pusat perbelanjaan. Dengan kondisi itu maka timbullah pemikiran, bagaimana dengan luas lahan yang semakin sempit tetapi produktivitasnya semakin tinggi. Pemikiran awalnya bahwa tanaman padi itu produksi yang paling banyak adalah tanaman yang dipinggir. Sistem penanaman jajar legowo merupakan inovasi teknologi yang belum lama ini dimarakkan di Kabupaten sebagai alternatif salah satu meningkatkan produksi panen padi karena tanam jajar legowo (tajarwo) merupakan teknik penanaman padi di bagian pinggir. Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Penanaman padi dengan sistem tanam jajar legowo selain merupakan alternatif untuk meningkatkan produktivitas hasil panen metode ini juga memberi kemudahan untuk aplikasi pemupukan serta pengendalian organisme pengganggu tanaman sehingga cocok diterapkan dilahan yang sangat rentan dengan hama. Sistem tanam jajar legowo ini juga sebagai cara memanipulasi lokasi penanaman dengan memperbanyak tanaman dibagian tepi dan ada barisan yang kosong. Tajarwo memiliki berbagai model penanaman, tujuan dari penanaman ini untuk memanfaatkan radiasi surya bagi tanaman pinggir jadi semakin lebar jarak tanaman maka jumlah sinar matahari yang masuk kerumpun tanaman padi akan banyak sehingga proses fotosintesis akan berjalan bagus dan produktivitasnya banyak juga, tanaman relatif aman dari serangan tikus karena lahan lebih terbuka selain menanggulangi hama dengan adanya baris lurus kosong nantinya memudahkan petani dalam merawat tanamannya seperti pemupukan susulan 2
dapat dilakukan jadi nutrisi tanaman semakin merata kemudian proses penyiangan juga dapat dilakukan, menekan serangan penyakit karena rendahnya kelembaban dibandingkan dengan cara tanam biasa, populasi tanaman bertambah kurang lebih 30% dan masih banyak lagi. Apalagi khususnya Kabupaten Sleman hama tikus sedang gencarnya sehingga penerapan sistem tanam jajar legowo dinilai efektif dan efisien bagi petani di Sleman. Evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses yang sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan sejauh mana tujuan program transfer informasi inovasi penyuluhan pertanian disuatu wilayah telah tercapai sesuai tujuan perancangan awal dan menafsirkan informasi atau data yang diperoleh sehingga dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan dan pertimbangan yang kemudian digunakan untuk mengambil keputusan terhadap program. Tujuannya adalah apabila terdapat kesalahan dapat segera diperbaiki sehingga penerapan sistem tanam jajar legowo diperoleh hasil yang optimal (Padmowiharjo, 1999:13). Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Thamrin dkk. (2011) mengungkapkan dalam jurnalnya bahwa keberhasilan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi pertanian secara efektif dan penyuluh dalam hal ini bertindak sebagai jmbatan dan sekaligus penghantar teknologi. Dalam penyampaian informasi pihak penyuluh menggunakan metode secara langsung dan tidak langsung dalam komunikasi yang dijalain dengan sasaran. Keberhasilan suatu program disini peneliti lebih mendalami sistem tanam jajar legowo tidak terlepas dari suatu kegiatan evaluasi dalam tulisannya Rae (2005) mengungkapkan beberapa alasan mengapa harrus harus melakukan evaluasi pelatihan, alasan tersebut antara lain adalah: 3
a. Memastikan bahwa pelatihan bertujuan untuk membuat perubahan dalam pelaksanaan pekerjaan pada individu dan organisasi. b. Menyediakan berbagai instrumen untuk mendapatkan bukti yang konkret sehingga memungkinkan manajemen senior untuk mengetahui keefektifan dari program pelatihan. c. Memungkinkan penilaian pelatihan atau perancangan program pelatihan. d. Memastikan bahwa sasaran program pelatihan akan dapat tercapai. e. Membantu pembelajaran untuk menerapkan apa yang telah dipelajarinya, apa yang harus mereka lakukan terhadap pembelajaran yang sudah diterimannya, dan membuat mekanisme untuk dapat melakukan hal-hal yang praktis dari pembelajaran. f. Membantu mencari masukan untuk perbaikan program pelatihan g. Membantu pembelajaran untuk menilai pencapaian sasaran pribadi mereka dan memeberi informasi yang jelas kepada para manajer untuk melakukan hal yang sama. h. Merupakan kesempatan paling efektif untuk melibatkan lebih banyak orang, bukan hanya pelatih dan pembelajar. Dari penjabaran alasan-alasan melakukan evaluasi program pelatihan diatas dapat menggambarkan dengan jelas betapa pentingnya evaluasi pada program pelatihan. Dalam melakukan evaluasi program pelatihan dapat dilakukan dengan berbagai model evaluasi pelatihan, salah satunya adalah dengan menggunakan model evaluasi Kirkpatrick. Model evaluasi pelatihan Kirkpatrick merupakan model yang praktis dan dapat diterapkan dan tidak terlalu kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan adopsi inovasi sistem tanam jajar legowo pada komoditas padi menggunakan teknik evaluasi model Kirkpatrick. Dimana selain bertujuan membantu peneliti teknik evaluasi ini juga membantu penyuluh untuk melihat seberapa besar petani dapat menerapkan dilahan serta melihat letak kesalahan saat pelatihan program tajarwo sehingga secepat mungkin dapat diatasi dan kebijakan pemerintah terkait surplus beras pertahun dapat dicapai. 4
1.2. Rumusan Masalah Seiring perkembangan jaman saat ini semakin banyak penduduk semakin banyak juga kebutuhan untu menunjang kehidupannya. Tanaman pangan merupakan salah satu hal pokok yang harus dipenuhi oleh pemerintah untuk kebutuhan hidup penduduk. Makanan pokok beras merupakan konsumsi yang harus ada di setiap hidangan makan bangsa Indonesia karena setelah disurvei tanpa ada nasi sebagai pelengkap hidangan mayoritas penduduk menilai belum dikatakan makan. Sehingga pemerintah berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan nasional sehingga ketahanan pangan dapat terwujud, saat ini pemerintah belum dapat memenuhi kebutuhan bangsa sehingga masih impor beras dari negara tetangga padahal abad 19 Indonesia mendapat julukan macan Asia karena produksi beras yang sangat melimpah dan dapat memenuhi kebutuhan bangsa lain. Akan tetapi untuk saat ini dunia sudah membalikkan Indonesia 360 0 dari yang dulu merupakan Negara pengekspor beras nomor satu tapi sekarang ini Indonesia menjadi negara pengimpor beras terbesar. Salah satu cara penanggulangan masalah ini adalah dengan memunculkan inovasi baru yang dapat meningkatkan hasil produktivitas beras, inovasi yang diduga dapat meningkatkan produkivitas panen dengan menggunakan model tanam jajar legowo. Dimana sistem tajarwo belakangan ini mulai digencarkan lagi oleh pemerintah untuk mencoba meningkatkan produktivitas, dalam pengaplikasiannya mengajak petani untuk menerapkan di lahannya terkadang kesulitan dengan begitu pemerintah bekerja sama dengan penyuluh pertanian untuk mendorong petani agar mau mencoba menerapkan. Berdasarkan hal di atas, maka beberapa permasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian ini yaitu: 1. Menilai seberapa tinggi tingkat keberhasilan memanfaatkan pelatihan sistem tanam jajar legowo di Kecamatan Godean dan Gamping dengan menggunakan model Kirkpatrick dengan tahap evaluasi reaksi petani terhadap materi pelatihan, pengetahuan teknologi tajarwo, perubahan perilaku dan hasil yang didapat setelah mengikuti pelatihan 1.3. Tujuan 5
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1. Mengevaluasi tingkat keberhasilan menerapkan sistem tanam jajar legowo pada petani di Kabupaten Sleman menggunakan teori Kirkpatrick dengan tahapan : a. Reaksi terhadap materi pelatihan, b. Pengetahuan terhadap pelatihan, c. Perubahan perilaku pasca pelatihan dan d. Tahap akhir mengetahui hasil belajar pasca pelatihan. 1.4. Manfaat a. Bagi Peneliti untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Strata 1 (S1) pada Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. b. Bagi Penyuluh pertanian pada umumnya dapat menjadi bahan referensi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan adopsi inovasi sistem tanam jajar legowo bagi petani di Kabupaten Sleman. c. Bagi Pemerintah dan instansi terkait dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam perbaikan pelaksanaan penyuluhan pertanian. d. Bagi peneliti lain dapat memberi manfaat bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan referensi untuk mengkaji permasalahan dengan topik yang sama. 6