MEMBANGUN JEJARING DAN KEMITRAAN TKSK

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

BAB I PENDAHULUAN. organisasi baik organisasi yang berorientasi laba maupun organisasi nirlaba, baik

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah.

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI ACEH

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT RENCANA STRATEGIS

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan bukanlah hal yang

Stakeholder Mendukung, UPT Lingkungan Pondok Sosial (Liposos) Optimal

STANDAR KERJASAMA SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE ( TOR ) TAHUN ANGGARAN 2015 PROGRAM PENATAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (

BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN. Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1 RENCANA KINERJA TAHUNAN 2013 BAPERSIP PROV. JATIM

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. =================================== Pembentukkan Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi - BKSP PEDOMAN BNSP

PANDUAN KERJASAMA TENTANG PENYEDIAAN TENAGA AHLI, BAHAN PENGAJARAN, FASILITAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. peranan sumber daya manusia yang menjadi aset terpenting perusahaan karena

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

Oleh : Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya

RINGKASAN RENJA KECAMATAN KARANG TENGAH KOTA TANGERANG PERIODE 2016

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

STANDAR KERJASAMA PERGURUAN TINGGI SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI INTERSTUDI OLEH: TIM PENYUSUN

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

Kebijakan Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi

Petunjuk Pelaksanaan PROGRAM PRIORITAS DPD PARTAI GOLONGAN KARYA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Oleh : H. ALI MUHAMMAD MADHY

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAGAAN KEOLAHRAGAAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

CAPAIAN KINERJA INDIKATOR INDIKATOR DAMPAK (IMPACT)

DINAS PARIWISATA PEMAPARAN KERTAS KERJA PROYEK PERUBAHAN (KKPP) DIKLAT PIMP III TH.2014 PEMPROV KEPRI. Nur ainiah.s.sos

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

KATA PENGANTAR. hidayah-nya. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

TESIS. Oleh Oleh : Edy Pramono NIM : P

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN

TEAM LEARNING. Tujuan Pembelajaran Khusus

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

ETIKA KERJASAMA DALAM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia perguruan tinggi di Indonesia, maka sangatlah logis apabila. maupun jurnal intemasional. Hal ini merupakan salah satu upaya

PERJANJIAN KINERJA 2016

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

POLA KERJASAMA REGIONAL PENGEMBANGAN INDUSTRI DI DAERAH. DEDI MULYADI Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Tantangan Dasar Desain Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Seperti bunyi Pasal

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

PERUMUSAN HASIL RAKOR DITJEN KEBUDAYAAN 2016

profesional, bersih dan berwibawa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

PANDUAN OPERASIONAL BAKU (POB) BIDANG KERJASAMA DALAM NEGERI

PANDUAN PELAKSANAAN. Pendampingan Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

Bab VI. Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PERUMUSAN HASIL RAKOR DITJEN KEBUDAYAAN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

BAB I PENDAHULUAN. dalam tujuannya yaitu mengentaskan kemiskinan dan juga menjadi industry yang

Tujuan merupakan pernyataan perilaku atau arah program dan manajemen.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Garut GAMBARAN UMUM ORGANISASI

Transkripsi:

MATERI MEMBANGUN JEJARING DAN KEMITRAAN TKSK Oleh: Muhammad Satria, S.Sos., M.Si 1

INDIKATOR KOMPETENSI Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, peserta dapat: a. Mengidentifikasi Aspek yang diperlukan untuk membangun jejaring kerja dan kemitraan b. Mengidentifikasi Manfaat jejaring kerja untuk kepentingan bersama dengan mitra. c. Mensosialisasikan dikalangan internal aspek yang membangun jejaring kerja kepada mitra. d. Merencanakan tahapan pembentukan jejaring kerja dan kemitraan sesuai kesepakatan. e. Melakukan Komunikasi dengan pesan yang jelas. f. Membangun jejaring dan kemitraan dengan dunia usaha. g. Mengkompilasikan umpan balik jejaring dan kemitraan h. Mengevaluasi efek dan dampak dari pelaksanaan jejaring dan kemitraan untuk pengembangan ke depan. i. Mendokumentasikan hasil kerja jejaring dan kemitraan. 2

JEJARING KERJA seni berkomunikasi antar orang yang satu dengan yang lain, berbagi ide, informasi dan sumber daya untuk meraih kesuksesan individu atau kelompok. jalinan hubungan yang bermanfaat dan saling menguntungkan. Dalam arti kata lain, membangun networking haruslah berlandaskan prinsip saling menguntungkan dan komunikasi dua arah (dialogis). 3

JEJARING KERJA juga merupakan membangun networking haruslah berlandaskan prinsip saling menguntungkan dan komunikasi dua arah (dialogis). sebuah proses membangun komunikasi atau hubungan, berbagi ide, informasi dan sumber daya atas dasar saling percaya (trust) dan saling menguntungkan di antara pihakpihak yang bermitra, yang dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman atau nota kesepakatan (MoU) guna mencapai kesuksesan bersama yang lebih besar. 4

KEMITRAAN sebagai suatu bentuk persekutuan antar dua pihak atau lebih yang membentuk satu ikatan kerjasama di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga dapat memperoleh manfaat dan hasil yang lebih baik. merupakan kerjasama terpadu antara dua belah pihak atau lebih yang serasi, sinergi, sistematis, terpadu dan memiliki tujuan untukmenyatukan potensi bisnis dalam menghasilkan keuntungan yang optimal. 5

Tujuan membangun jejaring kerja dan kemitraan a. Memelihara dan menguatkan hubungan baik & harmonis; b. Peningkatan mutu dan kompetensi; c. meningkatkan efisiensi dan sinergitas serta menciptakan peluang; d. Meningkatkan sosialisasi, promosi, dan publikasi e. Peningkatan akses f. Pencitraan publik g. Penguatan kapasitas dan kapabilitas lembaga 6

Manfaat Jejaring Kerja dan Kemitraan a. Agar terjadi optimalisasi pemanfaatan sumberdaya guna peningkatan efisiensi. b. Agar tersedia potensi sumber yang relatif cukup. c. Adanya jaminan keluaran program yang pasti dengan kualitas yang baik. d. Dalam hal tertentu terbantu dari segi permodalan, teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja pelayanan. e. Agar kualitas dan kuantitas pelayanan TKSK lebih meningkat. f. Agar terjadi pengembangan fungsi dan peran TKSK. g. Agar TKSK mampu mengintegrasikan dan mensinkronkan pelaksanaan tugastugasnya dengan pemangku kepentingan yang saling bergantungan; h. Agar TKSK mampu mengkoordinasikan pembangunan kesos dengan sektor lainnya; 7

JEJARING/JARINGAN KEMITRAAN Jejaring atau jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemenelemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Kemitraan merupakan suatu kesepakatan antara dua pihak atau lebih untuk melakukan kerjasama pada bidang tertentu dalam batas waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama oleh pihak-pihak yang bermitra, sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik. Kemitraan secara umum akan terjalin bilamana terdapat pihak yang merasakan adanya kelemahan implementasi bila sebuah pembangunan hanya menjadi focus of interest satu pihak saja. Dengan kata lain bahwa kemitraan sejatinya merupakan solusi yang tepat bagi pihak yang mencita-citakan adanya percepatan progres pembangunan. Tujuan utama jejaring kemitraan adalah untuk meningkatkan akses terhadap sumber-sumber dalam menangani masalah sosial dengan menyatukan bakat, potensi, kemampuan sehingga tercipta kemampuan bersama untuk mencapai tujuan. 8

Membangun networking haruslah berlandaskan prinsip saling menguntungkan dan komunikasi dua arah (dialogis). Pada kenyataannya di lapangan, jejaring kerja dan kemitraan dapat dimaknai menjadi dua: Pertama, bahwa walaupun pada tataran konseptual terdapat sentuhan kesamaan, namun pada praktiknya antara membangun jejaring kerja dengan kemitraan terdapat perbedaan. Jejaring kerja merupakan bentuk kerja sama yang masih belum konkret wujudnya karena peran para pihak belum bisa dimainkan. Sementara di sisi yang lain, kemitraan merupakan wujud yang lebih konkret dari jalinan kerjasama karena semua pihak yang terlibat dalam kemitraan mengetahui dan mampu memainkan perannya masing-masing sesuai dengan aturan ataupun batasan yang telah disepakati bersama. Kedua, bahwa jaringan kemitraan merupakan awal dari jalinan kemitraan atau dengan kata lain bahwa tindak lanjut dari jaringan kemitraan. Pada titik ini, antara TKSK dan jaringan kemitraan dapat diibaratkan sebagai sebuah mata uang dimana masing-masing sisinya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. 9

PERSYARATAN JEJARING KERJA DAN KEMITRAAN 1. Ada dua pihak atau lebih organisasi; 2. Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan organisasi; 3. Ada kesepahaman atau kesepakatan; 4. Saling percaya dan membutuhkan; 5. Komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar 10

Hal-hal yang harus difahami oleh TKSK tentang Membangun Jaringan Kemitraan Memahami hakikat jaringan kemitraan Memiliki kesadaran akan pentingnya membangun jaringan kemitraan. Mengidentifikasi/memetakan posisi jaringan kemitraan Memahami tujuan membangun jaringan kemitraan. Memahani prinsip dalam membangun jaringan kemitraan. Menerapkan Strategi dalam membangun jaringan kemitraan. Menguasai pola-pola jaringan kemitraan. 11

Prinsip Membangun Jejaring Kerja Kesamaan Visi-Misi Kemitraan Kepercayaan (trust). Saling Menguntungkan Efisiensi dan Efektifitas. Komunikasi timbal balik Komitmen yang Kuat 12

Teknik-Teknik Kunci Membangun Kemitraan 1. Membangun kelompok-kelompok pemberdayaan 2. Mengembangkan suatu kesadaran yang kritis 3. Menyatukan jejaring dukungan alamiah 4. Menciptakan sistem penyelenggaraan pelayanan sosial yang responsif 5. Membangun aliansi klien-pelayanan 6. Memaksimalkan kekuasaan interpersonal (DuBois & Miley, 2006: 216). 13

Panduan Membangun Strategi Jejaring Kemitraan 1. Membangun kemitraan bukan sekedar berkenalan & tukar kartu nama. 2. Jadilah Pendengar yang baik. 3. Galilah informasi sebanyak mungkin. 4. Fokus pada tujuan 5. Bersikap sabar tetapi aktif dan proaktif. 6. Bersikap lebih cerdas & selalu menyampaikan informasi yang akurat dan apa adanya. 7. Kesinambungan komunikasi, 8. Peduli lingkungan. 9. Membangun citra sebagai TKSK 14

Aspek yang mempengaruhi jejaring kerja Pertemuan yang intens dan cukup teratur Kedua pihak mendapat manfaat Ada tantangan yang dihadapi bersama Saling percaya 15

Langkah-langkah dalam membangun kemitraan Identifikasi atau Pemetaan Objek Mitra Menggali dan Mengumpulkan Informasi. Menganalisis Informasi. Penjajagan Kerjasama Penyusunan Rencana Kerja Membuat Kesepakatan Penandatanganan Akad Kerjasama (MoU). 16

MENGEMBANGKAN KERJASAMA/KOOPERASI Kooperasi, atau kerjasama merujuk pada praktik seseorang atau kelompok yang lebih besar yang bekerja di khayalak dengan tujuan atau kemungkinan metode yang disetujui bersama secara umum, daripada bekerja secara terpisah dalam persaingan. Kerjasama umumnya mencakup paradigma yang berlawanan dengan kompetisi. Banyak orang yang mendukung kerja sama sebagai bentuk yang ideal untuk pengelolaan urusan perorangan maupun komunitas. Kerjasama mengacu kepada praktik antara dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan bersama (mungkin juga termasuk cara/metodenya), kebalikan dari bekerja sendiri-sendiri dan berkompetisi. Motivasi utama dari kerjasama biasanya adalah memperoleh kemanfaatan bersama (hasil yang saling menguntungkan) melalui pembagian tugas. Seperti halnya dengan koordinasi, selain memperoleh hasil seefisien mungkin, para pihak biasanya bekerjasama dengan harapan menghemat biaya dan waktu. Kerjasama umumnya dilakukan untuk memecahkan persoalan dalam lingkungan dan sistem yang kompleks. 17

VISUALISASI KERJASAMA 18

MEMBANGUN SINERGI & KOLABORASI Kolaborasi biasanya digunakan untuk menjelaskan praktik dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dan melibatkan proses kerja masing-masing maupun kerja bersama dalam mencapai tujuan bersama tersebut. Motivasi utamanya adalah memperoleh hasil-hasil kolektif yang tidak mungkin dicapai jika masing-masing pihak bekerja sendiri-sendiri. Selain seperti dalam kerjasama, para pihak berkolaborasi biasanya dengan harapan mendapatkan hasil-hasil yang inovatif, terobosan, dan/atau istimewa, serta prestasi kolektif yang memuaskan. Kolaborasi biasanya dilakukan agar memungkinkan muncul/ berkembangnya saling pengertian dan realisasi visi bersama dalam lingkungan dan sistem yang kompleks. Sinergi adalah bentuk kerjasama Win-win yang dihasilkan melalui Kolaborasi masing-masing pihak. Sinergi adalah saling mengisi & melengkapi perbedaan untuk mencapai hasil lebih besar daripada Jumlah bagian per bagian. Konsep bersinergi diantaranya adalah: (1) orientasi pada hasil positif; (2) perspektif beragam melengkapi paradigma; (3) saling bekerjasama bertujuan sama dan ada kesepakatan; (4) efektifitas dan merupakan suatu proses. Melalui sinergi, kerjasama dari paradigma yang berbeda akan mewujudkan hasil lebih besar dan efektif sehubungan proses yang dijalani menunjukkan tujuan yang sama dan kesepakatan demi hasil positif. 19

MENINGKATKAN HUBUNGAN KERJA Hubungan kerja dapat diartikan sebagai hubungan yang terjadi antara bagian-bagian atau individu-individu baik antara mereka di dalam organisasi maupun antara mereka dengan pihak luar organisasi sebagai akibat penyelenggaraan tugas dan fungsi masing-masing dalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi. Tujuan hubungan kerja adalah mewujudkan kemudahan dan menumbuhkan semangat saling membantu. Jenis hubungan kerja terdiri dari: vertikal, horizontal, diagonal, fungsional, informatif, konsultatif, direktif dan koordinatif 20

Peta Jejaring Utama PSKS a. Kelompok Stakeholder Primer, pihak2 yg termasuk kelompok ini antara lain: 1. Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota 2. Masyarakat Kecamatan dan keluarga PMKS 3. PSKS dilingkup kecamatan dan Desa/Kelurahan 4. Pemerintahan Kecamatan 5. Pemerintahan Desa/Kelurahan b. Kelompok Stakeholder Sekunder 1. Pemerintah Kabupaten/Kota 2. Dinas Sosial Provinsi 3. PSKS atau Pengurus PSKS tingkat kabupaten/kota dan provinsi 4. Kementerian Sosial 5. Pemerintah Provinsi c. Kelompok Stakeholder Tersier 1. Perguruan Tinggi 2. LSM/Ormas 3. Sektor Swasta 21

TERIMA KASIH 22