BAB I PENDAHULUAN. simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. pikiran, maupun ide kepada lawan bicara.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. subdisiplin diantaranya: sosiolinguistik, psikolinguistik, dialektologi dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran, maksud serta tujuan kepada

PENDAHULUAN. dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam makna. Bagi linguistik- ilmu yang khusus mempelajari

ABSTRAK. atau gagasan-gagasan dalam perasaan. Bahasa juga berfungsi sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. Manusia berinteraksi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat berinteraksi di berbagai bidang kehidupan, manusia menggunakan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

Bab 2. Landasan Teori. dengan sendirinya dapat menjadi predikat, contoh : suatu kalimat. Keiyoushi memiliki beberapa perubahan bentuk.

BAB I PENDAHULUAN. nomina abstrak yang dalam bahasa Jepang disebut 形式名詞 (keishikimeishi).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Sehingga

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 1. Pendahuluan. semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam

dengan perubahan yang mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan-kenginan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah adanya. 助詞は 単独で用いられず 名詞や動詞などの他の語に後接する 活用のない語です (Iori, 2000 : 345)

BAB I PENDAHULUAN. Merujuk dari peribahasa Lain padang lain belalang, maka setiap bahasa juga

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam gramatika suatu bahasa, terdapat penggunaan adverbia. Adverbia

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang terbagi dalam 10 jenis kelas kata. Partikel merupakan salah

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi modal dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial di lingkungan

Bab 5. Ringkasan. Bahasa itu sendiri mempunyai dua pengertian, pertama menyatakan alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Partikel dalam bahasa Jepang disebut joshi. Joshi adalah kelas kata yang

BAB I PENDAHULUAN. Melalui bahasa, seseorang dapat mengungkapkan apa yang dipikirkan atau apa yang

Bab 1. Pendahuluan. dari bahasa. Dirgandini (2004:1), mengemukakan bahwa masyarakat berinteraksi sosial

Bab 2 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan

BAB 5 RINGKASAN. kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika

2015 ANALISIS MAKNA ASPEKTUAL HOJODOUSHI TE IKU DAN TE KURU

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, yang di dalamnya terdapat unsur-unsur atau kaidah-kaidah yang berbeda.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pesan dimaksud dapat dipahami. (KBBI:1998:445) dengan adanya penggunaan joshi atau kata bantu dalam kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. ajektiva (keiyoushi), nomina (meishi), pronomina (rentaishi), adverbia (fukushi), interjeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain.

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL BAHASA JEPANG (JOSHI) disebut hinshi bunrui. Hinshi berarti jenis kata atau kelas kata, sedangkan bunrui

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang banyak dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan salah satu unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. Jodoushi dantei terdiri dari dua buah kata yaitu jodoushi dan dantei. Sudjianto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. makna apabila melekat pada kelas kata lain dalam suatu kalimat. Joshi dalam bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau bunyi ujar.

BAB I PENDAHULUAN. struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya. Menurut Kridalaksana (2001:21), bahasa adalah sistem lambang

Bab 1. Latar Belakang. Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng:1989). Kegiatan

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri (KBBI, 2001: 85). Sehingga dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi.

BAB II GAMBARAN UMUM SHUUJOSHI

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berbahasanya. Salah satunya bahasa Jepang, Dewasa ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Melalui bahasa, manusia dapat saling berinteraksi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Meishi merupakan kata yang menunjuk kepada orang, benda, keadaan, tempat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Kalimat- kalimat bahasa sebagai ungkapan sikap, perasaan, dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut beberapa pakar ahli bahasa, bahasa memiliki beraneka ragam definisi. Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Sedangkan menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1) (dikutip dari http://wismasastra.wordpress.com), memberikan dua pengertian bahasa: 1. Bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. 2. Bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbolsimbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bahasa memiliki peranan yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menggunakan bahasa, kita dapat menyampaikan gagasan, pikiran, maupun ide kepada lawan bicara. Setiap bahasa memiliki keunikannya masing-masing, baik aksara yang digunakan, maupun struktur bahasa yang digunakan, seperti bahasa Jepang. Menurut Sutedi (2009: 9) dalam gramatikal, bahasa Jepang banyak memiliki partikel atau pemarkah kasus (joshi) yang fungsinya juga bermacam-macam. 1

Perbedaan nomina, verba, dan adjektiva mudah dikenali dengan melihat bentuk kata tersebut, karena memiliki ciri tersendiri. Kelas kata dalam bahasa Jepang disebut dengan hinshi bunrui ( 品詞分類 ). Motojiro dalam Sudjianto (2004:147) mengklasifikasikan kelas kata bahasa Jepang menjadi sepuluh kelas kata yaitu: 1. Doushi (kata kerja) 2. Keiyoushi (kata sifat berakhiran i) 3. Keiyoudoushi (kata sifat berakhiran na) 4. Meishi (kata benda) 5. Fukushi (kata keterangan) 6. Rentaishi (pra kata benda) 7. Setsuzokushi (kata sambung) 8. Kandoushi (kata seru/kata serapan/kata panggilan) 9. Jodoushi (kata kerja kopula) 10. Joshi (kata Bantu) Kelas kata nomina atau dalam bahasa Jepang disebut dengan meishi, merupakan kelas kata yang sering digunakan dalam peristiwa tutur. Matsuoka dalam Sudjianto (2004:156) mendefinisikan bahwa meishi sebagai kelas kata yang menyatakan orang, benda, peristiwa, dan sebagainya, tidak mengalami konjugasi, dan dapat dilanjutkan dengan kakujoshi (kata keterangan). Kemudian Hirai dalam Sudjianto (2004:156) menyatakan bahwa meishi, disebut juga taigen, di dalam suatu kalimat ia dapat menjadi subjek, predikat, kata keterangan dan sebagainya. 2

Salah satu jenis meishi adalah keishiki meishi. Uehara Takeshi dalam Sudjianto (1996:54) menyatakan bahwa keishiki meishi adalah nomina yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat abstrak. Kata-kata ini tidak memiliki arti yang jelas bila tidak disertai dengan kata lain. Keishiki meishi juga ada berbagai macam, salah satu diantaranya adalah wake. Kata wake mempunyai makna leksikal yang menyatakan arti atau maksud dan alasan, serta makna gramatikal yang berbeda tergantung pada kata yang mengikutinya. Misalnya apabila kata wake diikuti dengan partikel ga dan ditambah dengan kata kerja nai, mengandung makna tidak mungkin, sedangkan apabila kata wake diikuti dengan partikel ni dan wa kemudian ditambah dengan kata kerja ikanai maka akan membentuk makna yang berbeda dengan yang sebelumnya, wake ni wa ikanai menyatakan tidak dapat melakukan suatu perbuatan, atau bermakna tidak dapat. Hal ini tentu menimbulkan kesulitan bagi pembelajar bahasa Jepang dalam memahami makna kata wake tersebut. Contohnya dalam kalimat berikut: (1) 料理が作れないわけではないが 忙しいからあまり作らない Ryouri ga tsukurenai wake de wa nai ga, isogashii kara amari tsukuranai (Shimizu, 2010:37) Terjemahan: Belum tentu tidak bisa membuat masakan, karena sibuk jadi tidak begitu sering membuatnya. 3

(2) お金がないのだから 家を買えるわけがない Okane ga nai no dakara, ie wo kaeru wake ga nai (Shimizu, 2010:73) Terjemahan: Karena tidak ada uang, tidak mungkin bisa membeli rumah. Jika ditinjau dari unsur yang mengikuti, wake pada kalimat (1) diikuti oleh partikel de wa dan ditambah dengan kata kerja negatif nai sehingga memiliki makna belum tentu, sedangkan pada kalimat (2) wake diikuti dengan partikel ga dan kata kerja negatif nai dan bermakna tidak mungkin. Pada kedua kalimat di atas sama-sama terdapat kata benda wake tetapi wake dalam kedua kalimat tersebut masing-masing memiliki makna yang berbeda-beda. Fungsi kata wake pada kedua kalimat di atas juga berbeda-beda, pada kalimat (1) kata wake sebagai penyangkalan secara halus terhadap suatu dugaan yang wajar, sedangkan pada kalimat (2) kata wake menunjukkan ketidakmungkinan terjadinya suatu perbuatan atau keadaan. Melihat perubahan makna yang terjadi akibat penambahan unsur yang mengikutinya, serta fungsi dari kata wake yang berbagai macam sesuai dengan maknanya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul Analisis Fungsi dan Makna Kata Wake dalam Komik Tonari No Kaibutsukun Karya Robiko 4

1.2 Rumusan Masalah Dalam menggunakan bahasa Jepang, pembicara tentu harus paham benar dengan pemakaian makna atau struktur bahasa tersebut untuk menghindari kesalahan dalam berkomunikasi misalnya pemakaian kata wake. Kata wake merupakan salah satu dari jenis keishiki meishi. Keishiki meishi adalah nomina yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat abstrak (Uehara Takeshi dalam Sudjianto, 1996:54). Kata wake memiliki makna leksikal yaitu alasan atau sebab dan arti serta memiliki makna gramatikal yang berbedabeda tergantung pada kata yang mengikutinya. Misalnya apabila kata wake diikuti dengan kopula da menjadi wake da maka kata wake tersebut akan memiliki makna pantas atau wajar, jika kata wake ditambahkan dengan frase de wa nai, maka kata wake akan menjadi bermakna bukan berarti atau belum tentu. Karena kata wake memiliki banyak makna yang berbeda beda sesuai dengan kata yang mengikutinya, sehingga penulis sering keliru membedakan makna kata wake. Penulis juga memilih komik Tonari no Kaibutsu-kun karena penulis banyak menemukan kata wake di dalam komik ini. Jumlah semua kalimat yang menggunakan kata wake dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun karya Robiko jilid 1 sampai dengan jilid 12 adalah sebanyak 101 buah kalimat, tetapi penulis hanya membatasinya sampai dengan jilid 6 saja. Berdasarkan hal yang telah penulis sampaikan di atas, hal tersebut membuat penulis menjadi tertarik untuk membahas fungsi dan makna kata wake. Oleh sebab itu, penulis merangkup permasalahan sebagai berikut : 5

1) Bagaimana fungsi dan makna kata wake secara umum di dalam bahasa Jepang? 2) Bagaimana fungsi dan makna kata wake dalam kalimat yang terdapat pada komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai dengan jilid 6 karya Robiko? 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Penelitian ini akan membahas fungsi dan makna kata wake di dalam kalimat yang terdapat dalam komik berbahasa Jepang, Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai dengan jilid 6 karya Robiko dengan mengambil cuplikan-cuplikan kalimat dalam komik tersebut. Komik Tonari no Kaibutsu-kun ini terdiri atas 12 jilid yang terbit dari tahun 2009 sampai tahun 2013, tetapi penulis hanya akan membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada jilid 1 sampai dengan jilid 6 saja. Penulis memilih komik Tonari no Kaibutsu-kun karena penulis banyak menemukan kata wake di dalam komik ini. Penulis akan mengklarifikasikan dan menganalisis makna kata wake berdasarkan fungsinya masing-masing sebanyak empat cuplikan dari komik Tonari no Kaibutsu-kun karya Robiko jilid 1 sampai dengan jilid 6. Kalimat percakapan yang menggunakan kata wake dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1-6 seluruhnya berjumlah 50 kalimat. Tetapi yang akan penulis analisis hanya 20 dari 50 kalimat yang penulis pilih secara acak. Adapun kalimatkalimat yang lain memiliki makna yang sama dengan kalimat yang dipilih secara acak tersebut. 6

Komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid pertama terdiri dari 169 halaman, lalu pada jilid kedua terdiri dari 162 halaman, pada jilid ketiga terdiri dari 164 halaman, pada jilid keempat 167 halaman, pada jilid ke lima terdiri dari 166 halaman, dan pada jilid ke enam terdiri dari 176 halaman. Dalam pembagian fungsi dan makna kata wake, Nagara (1987:127-129) membagi wake menjadi 5. 1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis fungsi dan makna kata wake di dalam bahasa Jepang menggunakan kajian semantik. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya (Chaer, 2007:12). Ada beberapa bidang yang dikaji dalam linguistik antara lain, yaitu sintaksis dan semantik. Menurut Sutedi (2009:111) Semantik (imiron / 意味論 ) merupakan salah satu cabang Linguistik (gengogaku / 言語学 ) yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata (go no imi), relasi makna antara satu kata dengan kata yang lainnya (go no imi kankei), makna frase (ku no imi), dan makna kalimat (bun no imi). Menurut Chaer (2009:59) makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang, diantaranya: berdasarkan jenis semantiknya dibedakan menjadi makna leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dibedakan menjadi makna referensial dan makna 7

nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau leksem dibedakan menjadi makna denotasi dan makna konotasi, berdasarkan ketepatan maknanya dibedakan menjadi makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus, berdasarkan ada atau tidak adanya hubungan (asosiasi, refleksi) makna sebuah kata dengan makna kata lain dibagi menjadi makna konseptual dan makna asosiatif, berdasarkan bisa atau tidaknya diramalkan atau ditelusuri, baik secara leksikal maupun gramatikal dibagi menjadi makna idiomatikal dan peribahasa, berdasarkan kata atau leksem yang tidak memiliki arti sebenarnya, yaitu oposisi dari makna sebenarnya disebut makna kias. Menurut Sutedi (2009:115) makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi (Chaer, 2007:290). Dengan demikian, proses gramatikal bahasa dapat merubah makna kata yang dibentuknya. Motojiro dalam Sudjianto (1996:27) mengklasifikasikan kelas kata menjadi sepuluh kelas kata. Salah satunya adalah kata benda (meishi). Meishi dapat diartikan sebagai kata nama, yang mempunyai ciri-ciri dapat berdiri sendiri, tidak mengenal konjugasi (perubahan), dan menjadi subjek atau objek dalam kalimat (Situmorang, 2007:34). 8

Salah satu jenis meishi adalah keishiki meishi. Uehara Takeshi dalam Sudjianto (1996:54) menyatakan bahwa keishiki meishi adalah nomina yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat abstrak. Kata-kata ini tidak memiliki arti yang jelas bila tidak disertai dengan kata lain. Kata-kata yang termasuk dalam keishiki meishi sangat terbatas, antara lain: a. Toori : sebagaimana, seperti b. Tokoro : waktu, sedang, sesuatu c. Toki : waktu, ketika, saat d. Koto : hal, sesuatu e. Uchi : selama, ketika f. Tame : untuk g. Hazu : seharusnya h. Hou : Lebih (baik) i. Mama : begitu saja j. Mono : hal, soal, perkara k. Wake : sebab, arti, alasan Selain itu Terada dalam Sudjianto & Dahidi (2004:160) menyatakan bahwa keishiki meishi adalah nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya sebagai nomina. 1.4.2 Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka 9

teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disoroti (Nawawi, 1991:39). Penelitian difokuskan pada analisis fungsi dan makna kata wake yang terdapat pada komik Tonari no Kaibutsu-kun karya Robiko jilid 1 sampai dengan jilid 6. Dalam menganalisis makna kata wake, maka penulis akan memaparkan pendekatan yang digunakan dan beberapa teori yang menjelaskan tentang pemakaian wake. Menurut Kridalaksana (2008:67), fungsi adalah: (1) beban makna suatu kesatuan bahasa; (2) hubungan antara satu satuan dengan unsur-unsur gramatikal, leksikal, atau kronologis dalam suatu deret satuan-satuan; (3) penggunaan bahasa untuk tujuan tertentu; (4) peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur lain; (5) peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih luas, misal, nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:322), fungsi diartikan sebagai [1] jabatan (pekerjaan) yang dilakukan; [2] faal (kerja suatu bagian tubuh); [3] dalam ilmu matematika, fungsi berarti besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah, besaran yang lain juga berubah; [4] kegunaan suatu hal; [5] dalam istilah linguistik fungsi berarti peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisis fungsi kata wake berdasarkan arti dari kridalaksana point ke (5) menyangkut peran unsur dalam satuan sintaksis dan arti menurut kamus besar point [5] untuk arti fungsi dalam istilah linguistik. Selain membahas fungsi kata wake, penulis juga membahas makna kata wake di dalam kalimat. Menurut Kridalaksana (2008:132), makna adalah: (1) 10

maksud pembicaraan; (2) pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; (3) hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya; (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Kata wake memiliki beberapa fungsi dan makna. Nagara (1987:127-129) menjelaskan bahwa wake memiliki beberapa fungsi dan makna, antara lain: 1. Menyatakan kewajaran atau kepantasan Contoh: 昨日習ったばかりですから 良く出来るわけです Kinou naratta bakari desu kara, yoku dekiru wake desu. Karena kemarin baru saja belajar, wajar kalau bisa dengan baik. 2. Menyatakan kemungkinan suatu keputusan Contoh: そんな計画ではこの仕事が成功するわけがなかった Sonna keikaku de wa kono shigoto ga seikousuru wake ga nakatta. Dengan rencana seperti itu pekerjaan ini tidak mungkin berhasil. 3. Menunjukkan penegasan Contoh: あなた一人が悪いというわけではありません Anata hitori ga warui to iu wake de wa arimasen. Bukan berarti kamu sendiri yang buruk 11

4. Menunjukkan ketidakmungkinan Contoh: 今日は忙しいので 遊んでいるわけにはいかない Kyou wa isogashii no de, asonde iru wake ni wa ikanai. Karena hari ini sibuk, tidak bisa bermain. 5. Menunjukkan kewajiban Contoh: 友達が忙しいので 手伝わないわけにはいきませんでした Tomodachi ga isogashii no ni tetsudawanai wake ni wa ikimasen deshita Karena teman sibuk, harus membantu. Dalam menganalisis makna dari kata wake, maka penulis akan menggunakan teori dari Nagara Susumu di atas untuk menganalisis kata wake di dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun. Kajian makna dalam linguistik berhubungan dengan semantik. Semantik dalam bahasa Jepang disebut dengan imiron. Semantik atau imiron adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna (Sutedi, 2009:111). Salah satu kajian makna dalam bahasa yaitu makna gramatikal. Makna gramatikal (grammatical meaning), atau makna structural (structural meaning), atau makna internal (internal meaning) adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat (Pateda, 2001:103). Sama seperti pendapat Pateda diatas, dalam blog (http://larasluphpink.blogspot.com) dikatakan bahwa semantik gramatikal berupa 12

semantik yang mengkaji makna dalam satuan kalimat. Menurut Verhaar, semantik gramatikal lebih sulit dari semantik lainnya. Meskipun kalimat merupakan perpaduan dari unsur bahasa (segmental dan suprasegmental) berupa kata, namun yang dibahas bukan kata dalam satuan yang mandiri tetapi kata yang ada di dalam satuan kalimat. Contoh: Kata aman, kalau kita lihat batasan, kata aman dalam morfologi adalah tentram, damai, dan tanpa gangguan. Tapi bila telah masuk ke dalam kalimat, akan berbeda maknanya. Seperti contoh: Desa itu aman dan terkendali. Dari contoh kalimat di atas, kata aman disitu bukanlah lagi menggambarkan sebuah tempat yang damai, dan tentram, tetapi, keadaan desa tersebut aman karena telah dikendalikan. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teori teori yang telah dipaparkan di atas untuk menganalisis kata wake yang terdapat dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun karya Robiko Jilid 1 sampai dengan jilid 6. 1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui fungsi dan makna kata wake secara umum 2. Untuk mengetahui fungsi dan makna kata wake dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai dengan jilid 6 karya Robiko 13

1.5.2 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menambah wawasan penulis tentang fungsi dan makna kata wake khususnya dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai dengan jilid 6 karya Robiko 2. Sebagai referensi ilmu ketatabahasan bagi institusi yang membutuhkan karangan ilmiah ini untuk diteliti lebih lanjut. 1.6 Metode Penelitian Metode yang digunakan penulis bersifat deskriptif. Menurut Koentjaraningrat (1976:30) bahwa penelitiaan yang bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Sedangkan menurut Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman. Data-data diperoleh melalui metode penelitian pustaka (library research), yaitu mencari data dan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penulisan. Objek dalam penelitian ini adalah komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai dengan 6 karya Robiko. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: 14

1. Pengumpulan data-data dari referensi yang berkaitan dengan judul penulisan 2. Membaca komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai dengan 6 karya Robiko 3. Mencari dan merangkum kata wake yang terdapat dalam komik Tonari no Kaibutsu-kun jilid 1 sampai dengan 6 karya Robiko 4. Setelah dianalisis kemudian disusun dalam sebuah laporan 15