RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS KORUPSI (WBK) DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI (WBBM) DI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA BANDA ACEH TAHUN 2017 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA BANDA ACEH TAHUN 2017
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS KORUPSI (WBK) DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI (WBBM) DI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA BANDA ACEH Reformasi birokrasi merupakan salah satu langkah awal untuk melakukan penataan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang baik, efektif dan efisien, sehingga dapat melayani masyarakat secara cepat, tepat dan professional. Tetapi dalam perjalanannya, banyak kendala yang dihadapi diantaranya adalah penyalahgunaan wewenang, praktek KKN dan lemahnya pengawasan. Maka dalam rangka pembangunan Zona Integritas (ZI), maka langkah langkah yang perlu dilakukan adalah : 1. Menyelaraskan instrument Zona Integritas dengan instrument evaluasi Reformasi Birokrasi; 2. Penyederhanaan pada indikator proses dan indikator hasil yang lebih fokus dan akurat. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Banda Aceh merupakan salah satu unit Pelayanan Publik yang melayani proses layanan perizinan dan nonperizinan kepada masyarakat/pelaku usaha. Untuk itu perlu disusun pedoman pembangunan Zona Integritas di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Banda Aceh. A. DASAR Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah. B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi instansi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam membangun Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). 2. Tujuan penyusunan pedoman ini adalah memberikan keseragaman pemahaman dan tindakan dalam membangun Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM).
C. KOMPONEN PENGUNGKIT Komponen pengungkit merupakan komponen yang menjadi faktor penentu pencapaian sasaran hasil pembangunan Zona Integritas menuju WBK/ WBBM. Ada 6 (enam) komponen pengungkit, yaitu : I. Manajemen Perubahan Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan konsisten mekanisme kerja, pola pikir (mind set), dan budaya kerja (Culture set) individu di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu menjadi lebih baik. Target yang ingin dicapai yaitu : a. Meningkatnya komitmen seluruh jajaran pimpinan dan pegawai dalam membangun Zona Integritas menuju WBK/WBBM; b. Terjadinya perubahan pola pikir (mind set) dan budaya kerja; c. Menurunnya resiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi terhadap perubahan. Atas dasar tersebut disusun indikator yang perlu dilakukan untuk menerapkan manajemen perubahan, yaitu : a. Penyusunan Tim Kerja Penyusunan Tim Kerja dilakukan dengan memperhatikan hal hal berikut: 1) Membentuk Tim Kerja Pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayan Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM); 2) Penentuan anggota tim selain pimpinan dipilih melalui prosedur/mekanisme yang jelas. b. Dokumen Rencana Pembangunan Zona Integritas menuju WBK / WBBM Penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM dilakukan dengan memperhatikan hal hal berikut : 1) Penyusunan dokumen rencana kerja Pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju WBK/WBBM; 2) Dokumen rencana kerja Pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju WBK/WBBM memuat target target prioritas yang relevan dengan tujuan pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju WBK/WBBM; dan 3) Terdapat mekanisme atau media untuk mensosialisasikan pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM.
c. Pemantauan dan evaluasi Pembangunan Zona Integritas menuju WBK/ WBBM dilakukan dengan memperhatikan hal hal berikut ; 1) Pelaksanaan kegiatan pembangunan Zona Integritas dan WBK/WBBM mengacu pada target yang direncanakan; 2) Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM; dan 3) Tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi. d. Perubahan pola pikir dan budaya kerja dilakukan dengan memperhatikan hal hal berikut ; 1) Pimpinan menjadi role model dalam pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM; 2) Menetapkan agen perubahan dalam pembangunan Zona Integritas; 3) Dibangunnya budaya kerja dan pola pikir dalam organisasi; 4) Anggota organisasi terlibat dalam pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM. Target yang ingin dicapai sebagai berikut : 1) Adanya komitmen seluruh aparatur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam membangun Zona Integritas menuju WBK/WBBM; 2) Adanya perubahan pola pikir (mind set) dan budaya kerja aparatur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam membangun Zona Integritas menuju WBK/WBBM; 3) Menurunnya resiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi terhadap perubahan. II. Penataan Tata Laksana Penataan tatalaksana bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien dan terukur pada Zona Integritas menuju WBK/WBBM. Target yang ingin dicapai yaitu : a. Penggunaan Teknologi Informasi dalam proses penyelenggaraan manajemen pemerintahan di Zona Integritas menuju WBK/WBBM; b. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas proses manajemen pemerintahan di Zona Integritas menuju WBK/WBBM; dan c. Meningkatnya kinerja di Zona Integritas menuju WBK/WBM.
Atas dasar tersebut ada beberapa indikator yang harus dilakukan, yaitu : a. Standar Operasional Prosedur (SOP) pada kegiatan utama Indikator ini dilakukan dengan cara : 1) Penyusunan SOP Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan yang telah dilakukan pelimpahan ke DPM-PTSP; 2) Penerapan SOP pelayanan perizinan dan nonperizinan; dan 3) Evaluasi dan perbaikan SOP pelayanan perizinan dan nonperizinan. b. E-Office 1) Penyusunan sistem pengukuran kinerja berbasis sistem informasi Adanya Aplikasi ekinerja untuk mengukur kinerja pegawai di DPM- PTSP. 2) Penyusunan sistem kepegawaian berbasis sistem informasi Adanya aplikasi SIMPEG, e-kpo yang dibangun oleh BKP-SDM Kota Banda Aceh 3) Penyusunan sistem pelayanan publik berbasis sistem informasi Dalam proses pelayanan perizinan dan nonperizinan DPM-PTSP telah menggunakan Aplikasi SIMSATU (Sistem Informasi Manajemen Terpadu Satu Pintu dan Aplikasi Perizinan Online yang dapat diakses oleh masyarakat/pelaku usaha di perizinan.bandaaceh.go.id c. Keterbukaan Informasi Publik 1) Penerapan kebijakan tentang keterbukaan informasi publik - Keterbukaan informasi publik telah dilakukan dengan adanya Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik (PPID) Kota Banda Aceh serta PPID pembantu yang ada di SKPD; dan - Adanya Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 18 Tahun 2014 tentang SOP Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Pemerintah Kota Banda Aceh; 2) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan keterbukaan informasi publik. - Monitoring dan evalusi dilakukan secara terus menerus oleh atasan langsung; dan - Dilaksanakannya Rakornis PPID setiap tahun yang diprakarsai oleh PPID Utama Kota Banda Aceh.
Target yang ingin dicapai sebagai berikut : 1) Penggunaan teknologi informasi dalam proses penyelenggaraan manajemen pemerintahan di Zona Integritas menuju WBK/WBBM disetiap lini layanan perizinan dan nonperizinan, layanan informasi, serta layanan pengaduan; 2) Meningkatnya efisiensi dan efektifitas proses manajemen pemerintahan di Zona Integritas menuju WBK/WBBM. Dengan adanya dan telah berjalannya Teknologi Informasi dalam layanan perizinan dan nonperizinan dalam proses pelayanan di DPM- PTSP dapat mempersingkat waktu proses layanan menjadi lebih efektif dan efisien. III. Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Penataan sistem manajemen SDM aparatur bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme SDM aparatur pada Zona Integritas menuju WBK/WBBM. Target yang ingin dicapai yaitu : a. Meningkatnya ketaatan terhadap pengelolaan SDM aparatur pada masing - masing Zona Integritas menuju WBK/WBBM khususnya pada Sekretariat yang berada pada Kasubbag Umum dan Kepegawaian; b. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM aparatur pada masing masing Zona Integritas menuju WBK/WBBM; c. Meningkatnya disiplin SDM aparatur pada masing - masing Zona Integritas menuju WBK/WBM, dimana disiplin SDM menjadi tanggungjawab semua aparatur yang ada di DPM-PTSP; d. Meningkatnya efektivitas manajemen SDM aparatur pada Zona Integritas menuju WBK/WBM; e. Meningkatnya profesionalisme SDM aparatur pada Zona Integritas menuju WBK/WBM. Atas dasar tersebut ada beberapa indikator yang harus dilakukan, yaitu : a. Perencanaan Kebutuhan Pegawai sesuai dengan kebutuhan organisasi Indikator ini dilakukan dengan cara : 1) Menerapkan rencana kebutuhan pegawai yang mengacu kepada peta jabatan dan hasil analisis beban kerja; dan 2) Menerapkan monitoring dan evaluasi terhadap rencana kebutuhan pegawai di unit kerja.
b. Pola Mutasi Internal Indikator ini dilakukan dengan cara : 1) Penyusunan kebijakan pola mutasi internal; 2) Penerapan kebijakan pola mutasi internal; 3) Monitoring dan evaluasi atas kebijakan pola mutasi internal. c. Pengembangan Pegawai Berbasis Kompetensi Indikator ini dilakukan dengan cara : 1) Menyediakan anggaran untuk kegiatan pengembangan dengan mengikuti diklat; dan 2) Tersedia kesempatan kepada pegawai untuk meningkatkan kompetensi. d. Penetapan Kinerja Individu Indikator ini dilakukan dengan cara : 1) Penerapan penetapan kinerja individu; 2) Menetapkan kinerja individu sesuai dengan indikator kinerja level diatasnya; 3) Melakukan pengukuran kinerja individu secara periodik; dan 4) Hasil penilaian kinerja individu telah dilaksanakan/ diimplementasikan mulai dari penetapan, implementasi dan pemantauan. e. Penegakan Disiplin/Kode Etik/Kode Perilaku Pegawai Indikator ini dilakukan dengan cara Penerapan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku pegawai f. Sistem Informasi Kepegawaian Indikator ini dilakukan dengan cara Pemukthakiran informasi kepegawaian dilakukan secara berkala. Target yang ingin dicapai sebagai berikut : 1) Meningkatkan ketaatan terhadap pengelolaan SDM aparatur pada masing masing Zona Integritas menuju WBK/WBBM; 2) Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM aparatur pada masing masing Zona Integritas menuju WBK/WBBM;
3) Meningkatkan disiplin SDM aparatur pada masing masing Zona Integritas menuju WBK/WBBM; 4) Meningkatkan efektivitas manajemen SDM aparatur pada masing masing Zona Integritas menuju WBK/WBBM; 5) Meningkatkan profesionalisme SDM aparatur pada Zona Integritas menuju WBK/WBBM. Dari kelima target yang telah disebutkan diatas diharapkan 33 (tiga puluh tiga) aparatur dan/atau 100% dari SDM yang ada di DPM-PTSP seluruhnya dapat meningkatkan ketaatan, transparansi, disiplin, efektivitas dan profesionalisme dalam pelaksanaan Zona Integritas menuju WBK/WBBM. IV. Penguatan Akuntabilitas Kinerja Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan dalam mencapai misi dan tujuan organisasi. Target yang ingin dicapai yaitu : a. Meningkatnya kinerja intansi pemerintah; dan b. Meningkatnya akuntabilitas instansi pemerintah; Maka indikator untuk mengukur pencapaian program sebagai berikut : a. Keterlibatan Pimpinan Salah satu komponen dalam penyelenggaraan sistem Akuntabilitas Kinerja adalah dokumen perencanaan strategis pada unit kerja. Hal hal yang harus dilakukan oleh pimpinan, sebagai berikut : 1) Pimpinan terlibat secara langsung pada penyusunan perencanaan; 2) Pimpinan terlibat secara langsung pada penyusunan penetapan kinerja; dan 3) Pimpinan memantau pencapaian kinerja secara berkala. b. Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja Pengelolaan akuntabilitas kinerja terdiri dari pengelolaan data kinerja, pengukuran kinerja, dan pelaporan kinerja. Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian kinerja digunakan indikator antara lain : 1) Penyusunan dokumen perencanaan; 2) Dokumen perencanaan berorientasi hasil; 3) Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU);
4) Indikator Kinerja memiliki Kriteria Spesifik, Measurable, Acheivable, relevant and Time Bound (SMART); 5) Penyusunan Laporan Kinerja; dan 6) Peningkatan kapasitas SDM yang menangani Akuntabiltas Kinerja. Target yang ingin dicapai sebagai berikut : 1) Meningkatkan kinerja di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Banda Aceh dengan menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) yang lebih baik lagi; dan 2) Meningkatkan akuntabilitas integritas pemerintah. V. Penguatan Pengawasan Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN. Target yang ingin dicapai yaitu : a. Kepatuhan terhadap pengelolaan keuangan; b. Meningkatnya efektivitas pengelolaan keuangan; c. Meningkatnya status opini BPK terhadap pengelolaan keuangan; d. Menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang. Maka indikator yang perlu dilakukan untuk menerapkan pengawasan sebagai berikut : a. Pengendalian Gratifikasi 1) Memiliki public campaign (sosialisasi) tentang pengendalian gratifikasi; 2) Mengimplementasikan pengendalian gratifikasi; b. Penerapan Sistem Pengawasan Internal (SPIP) 1) Membangun lingkungan pengendalian; 2) Melakukan penilaian resiko; 3) Melakukan kegiatan pengendalian untuk meminimalisir resiko yang telah diidentifikasi; dan 4) Memberikan sosialisasi SPI ke pihak terkait. c. Pengaduan Masyarakat 1) Mengimplementasikan kebijakan pengaduan masyarakat;
2) Menindaklanjuti pengaduan masyarakat; 3) Melakukan monitoring dan evaluasi atas penanganan pengaduan masyarakat; dan 4) Menindaklanjuti hasil evaluasi atas penanganan pengaduan masyarakat; d. Whistle Blowing System 1) Menerapkan whistle blowing system; 2) Melakukan evaluasi atas penerapan whistle blowing system; 3) Menindaklanjuti hasil evaluasi atas penerapan whistle blowing system; e. Penanganan Benturan Kepentingan 1) Mengidentifikasi benturan kepentingan dalam tugas utama; 2) Sosialisasi penanganan benturan kepentingan; 3) Mengimplementasikan penanganan benturan kepentingan; 4) Melakukan evaluasi atas penanganan benturan kepentingan; dan 5) Menindaklanjuti hasil evaluasi atas penanganan benturan kepentingan; VI. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas dan inovasi pelayanan publik pada instansi secara berkala sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan publik dilakukan untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara pelayanan publik dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan menjadikan keluhan masyarakat sebagai sarana untuk melakukan perbaikan pelayanan publik. Target yang ingin dicapai yaitu : a. Meningkatkan kualitas pelayanan publik (Cepat, mudah, murah, aman dan terjangkau); b. Meningkatnya jumlah unit pelayanan pada instansi pemerintah; c. Meningkatnya Survey Kepuasan Masyarakat terhadap penyelenggara pelayanan publik.
Maka indikator yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik sebagai berikut : a. Standar Pelayanan 1) Melakukan revisi terhadap Standar Pelayanan (SP); dan 2) Melakukan revisi terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP); b. Budaya Pelayanan Prima 1) Melakukan sosialisasi terhadap kode etik, estetika, capacity building dalam upaya penerapan budaya pelayanan prima; 2) Menyampaikan informasi tentang pelayanan yang dapat diakses dengan mudah melalui berbagai media; 3) Adanya sistem reward and punishment bagi pelaksana layanan serta pemberian kompensasi kepada penerima layanan bila layanan tidak sesuai standar; 4) Peningkatan sarana layanan terpadu/terintegrasi; dan 5) Melakukan inovasi pelayanan. c. Penilaian Kepuasan Terhadap Pelayanan a. Melakukan Survey Kepuasan Masyarakat (SKM) terhadap pelayanan; b. Hasil Survey Kepuasan Masyarakat (SKM) dapat diakses secara terbuka; c. Melakukan tindak lanjut atas hasil Survey Kepuasan Masyarakat (SKM); Target yang ingin dicapai sebagai berikut : 1) Meningkatnya kualitas pelayanan publik khususnya pada pelayanan perizinan dan nonperizinan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Banda Aceh. - Peningkatan kualitas pelayanan publik khususnya pada pelayanan perizinan dan nonperizinan dengan dilakukannya pendelegasian perizinan dan nonperizinan yang masih ada di SKPD ke DPM-PTSP; - Memperpendek mekanisme pelayanan perizinan dan nonperizinan; dan
- Memangkas persyaratan perizinan dan nonperizinan seperti menghapus rekomendasi yang tidak diperlukan dalam layanan perizinan dan nonperizinan dengan merevisi Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP). 2) Penerapan Standar Pelayanan kepada masyarakat. Menerapkan Standar Pelayanan (SP) yang telah ditetapkan dalam pemberian layanan perizinan dan nonperizinan di DPM-PTSP. 3) Hasil Survey Kepuasan Masyarakat (SKM) di publish melalui website atau media lainnya. SKM yang telah disusun dan menjadi dokumen SKM telah di publish pada website DPM-PTSP di dpmptsp.bandaacehkota.co.id serta Instagram di dpmptsp_bna Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Banda Aceh MUCHLISH, SH. Pembina Tk. I/Nip.19630109 199310 1 001