BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut John E. Junarsin (http://cwma.or.id), ketika sebuah perusahaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengumuman pembagian dividen. Pujiono (2002) dan Sularso (2003) dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti ini merujuk penelitian-penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Bursa Efek Indonesia bulan Mei Berdasarkan penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. A. Tinjauan Pustaka. dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Pasar modal menurut Keppres No.60 tahun 1988 ialah bursa yang merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. membeli surat-surat berharga. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para

BAB II LANDASAN TEORI. Dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada para pemegang saham

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. diakibatkan adanya informasi yang masuk ke pasar. Semakin cepat informasi baru yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perusahaannya. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II LANDASAN TEORI. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return UKDW

BAB II LANDASAN TEORI. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. barometer kondisi perekonomian suatu negara. Hal ini didasarkan pada fungsi pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,

BAB I PEDAHULUAN. adalah perkembangan politik. Sebagai contoh, dengan terpilihnya Donald

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal yang penting bagi investor dalam menetapkan

BAB II TELAAH TEORETIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menjadi n lembar saham, dimana harga per lembar saham baru setelah stock split

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Asimetri informasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kas maupun dalam bentuk lainnya. Dividen merupakan konsekuensi yang muncul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perolehan laba merupakan ukuran keberhasilan kinerja financial perusahaan. Laba

BAB I PENDAHULUAN. tambahan tersebut dapat diperoleh dari investor yang menanamkan modalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BABl PENDAHULUAN. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha di Indonesia berkembang cukup baik, ini dapat dilihat dengan

BAB I PENDAHULUAN. adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak yang memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

Skripsi. Disusun Oleh : Wahyu Widya Yanti B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibagikan perusahaan dapat berupa tunai (cash dividend) yaitu kepada setiapp

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Hendrianto (2012) Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran strategis terhadap perekonomian nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Model estimasi..., Andriyatno, FE UI, 2010.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. direncanakan, yang di dalamnya menggunakan sumber sumber seperti uang dan

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pembangunan di Indonesia kian tahun semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan perekonomian dunia dan iklim investasi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia dalam perkembangannya telah menunjukan. sebagai bagian dari instrumen perekonomian, dimana indikasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia atau go public pasti menerbitkan

BAB I PENDAHULUAN. modal juga dapat dijadikan indikator bagi perkembangan perekonomian sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transaksi asset keuangan jangka panjang atau long-term financial asset.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pasar yang memperdagangkan surat berharga (efek)

I. Pendahuluan. dapat dipilih oleh seorang investor dalam mengalokasikan dana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi adalah kegiatan untuk menanam modal pada satu asset

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. keuntungan dengan semua modal yang bekerja didalamnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh dividen per share (DPS), earning per share

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Efisiensi Pasar (Efficiency Maket Hypotesis)

I. PENDAHULUAN. Indikator dari perekonomian suatu negara dapat dilihat dari pergerakan sistem

BAB 2 LANDASAN TEORI. keuntungan selama periode tertentu. Keputusan investasi adalah suatu keputusan

ABNORMAL RETURN DI SEKITAR TANGGAL PENGUMUMAN STOCK SPLIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka panjang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dengan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal merupakan salah satu leading indicator dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Isyarat atau signal menurut (Brigham dan Houston, 2001 dalam Diah, 2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. secara global. Salah satu jenis investasi adalah investasi saham. Investasi

BAB I PENDAHULUAN. alternatif bagi perusahaan (Lubis, 2006). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal

permintaan dan penawaran terhadap harga saham. Selain itu, informasi yang bere-

BAB I PENDAHULUAN. alternatif investasi pada financial assets, sedangkan emiten sebagai pihak yang. memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin, 2010:26).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

umum lebih menyukai dividen daripada capital gain. Berarti pula bahwa terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sinyal tersebut efektif, maka harus dapat ditangkap pasar dan dipersepsikan baik serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kebijakan Dividen Menurut John E. Junarsin (http://cwma.or.id), ketika sebuah perusahaan memperoleh laba bersih (net income) dan tingkat cash flows pada suatu periode tertentu, manajemen dihadapkan pada keputusan pemanfaatan laba tersebut. Dua alternatif penggunaan utama laba adalah: (1) dibagikan sebagai dividen atau (2) ditahan sebagai laba ditahan (retained earnings). Keputusan inilah yang dikenal sebagai kebijakan dividen, yaitu menentukan seberapa besar atau proporsi laba yang akan dibagikan sebagai dividen. Dalam mendesain dan mengimplementasikan kebijakan tersebut terdapat trade-off yang harus diperhatikan. Jika perusahaan meningkatkan dividen, pemegang saham atau pemilik perusahaan akan memperoleh cash flows namun pertumbuhan perusahaan berpotensi menurun karena cash flows tersebut semestinya dapat digunakan untuk reinvestasi. Di sisi lain, jika perusahaan mengurangi dividen, partumbuhan perusahaan mungkin akan meningkat namun pemegang saham akan menerima cash flows yang lebih sedikit sehingga secara sekilas kemakmuran pemegang saham juga terpengaruh. Penurunan nilainominal dividen dapat membawa

10 konsekuensi positif dan negatif bagi harga saham perusahaan, tergantung dari sudut pandang dan keadaan perusahaan. Dalam dunia keuangan, pada dasarnya terdapat tiga konsep tentang kebijakan dividen John E. Junarsin, (http://cwma.or.id), yaitu: 1. Irrelevance theory. Teori ini menganggap bahwa kebijakan dividen tidak membawa dampak apa-apa bagi nilai perusahaan. Jadi, peningkatan atau penurunan dividen oleh perusahaan tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan. 2. Bird-in-the-hand theory. Teori ini berpendapat bahwa investor menyukai dividen karena kas di tangan lebih bernilai daripada kekayaan dalam bentuk lain. Konsekuensinya, harga saham perusahaan akan sangat ditentukan oleh besarnya dividen yang dibagikan. Dengan demikian, semakin tinggi dividen yang dibagikan, semakin tinggi pula nilai perusahaan. 3. Tax preference theory. Menurut teori ini, investor tidak terlalu menyukai dividen karena dividen tidaklah tax deductible. Menurut Gitman (2000) dalam Siaputra dan Atmadja (2006), kebijakan dividen adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen. Kebijakan perusahaan dalam membayar dividen berbeda-beda. Berbeda dengan preferred stocks, pemegang saham biasa (common stock)

11 umumnya menerima pembayaran yang didasarkan pada salah satu dari 3 jenis kebijakan dividen, yaitu: 1. Constant-Payout-Ratio Dividend Policy Adalah kebijakan dividen yang didasarkan dengan persentase tertentu dari pendapatan. 2. Regular Dividend Policy Adalah kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam setiap periode. Seringkali kebijakan dividen teratur digunakan dengan memakai target rasio pembayaran dividen. 3. Low-Regular-an-Extra Dividend Policy Adalah kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen rendah yang teratur, ditambah dengan dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan. Pengambilan keputusan finansial oleh manajemen dapat menyebabkan perubahan nilai saham perusahaan. Dalam kondisi perekonomian normal, tindakan manajemen yang menyebabkan pendapatan dividen meningkat (changes in expected return) akan meningkatkan nilai saham. Sebaliknya, tindakan manajemen yang dapat meningkatkan risiko (changes in risk) akan meningkatkan required return dan menurunkan nilai saham dan sebaliknya. Karena keputusan manajemen, terutama yang berkaitan dengan masalah finansial perusahaan, seringkali mempengaruhi baik risiko maupun return secara bersamaan, maka dampak terhadap nilai saham tergantung kepada ukuran besar-kecilnya perubahan variabel-variabel tersebut. Dampak lain yang ditimbulkan oleh kebijakan dividen adalah bahwa kebijakan tersebut secara langsung akan berpengaruh negatif

12 dengan leverage keuangan perusahaan (Pujiono, 2002). Artinya, debt to equity ratio akan meningkat sesuai dengan proporsi dividen yang akan dibagikan. Meningkatnya nilai leverage maka penilaian terhadap perusahaan menjadi buruk yang selanjutnya akan mempengaruhi harga saham di pasar. 2.1.2 Teori Pesinyalan (Signalling Theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut Jogiyanto (1999), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk

13 (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. 2.1.3 Teori Hipotesis Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis) Secara formal pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi tercermin pada harga sekuritas, maka pasar modal akan semakin efisien. Dengan demikian akan sulit (atau bahkan hampir tidak mungkin) bagi para pemodal untuk memperoleh keuntungan diatas normal secara konsisten dengan melakukan transaksi perdagangan dibursa efek. Efisien dalam artian ini sering juga disebut sebagai efisien informasional (Husnan, 1998). Husnan (1998) mengklasifikasikan informasi yang relevan dengan suatu saham, dalam 3 tipe yaitu (i) informasi dalam bentuk perubahan harga di waktu lalu, (ii) informasi yang dipublikasikan, (iii) informasi yang dipublikasikan dan yang belum dipublikasikan (private information) yang diperoleh dari insider information. Berdasarkan jenis informasi yang digunakan sebagai basis penilaiannya, Copeland (1995) menggolongkan efisiensi pasar modal dalam tiga tingkatan yaitu : 1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form efficiency) Jenis informasi yang digunakan sebagai basis pengujian bentuk lemah adalah rangkaian perubahan harga historis. Dalam keadaan dimana pasar modal efisien bentuk lemah, pemodal tidak bisa memperoleh tingkat keuntungan di atas normal

14 (abnormal return) dengan menggunakan trading rules yang didasarkan atas informasi perubahan harga di waktu lalu. 2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong form efficiency) Jenis informasi yang digunakan sebagai basis pengujian adalah informasi yang tersedia bagi publik. Dalam pasar modal efisien setengah kuat, harga saham bereaksi secara cepat dengan munculnya informasi baru yang dipublikasikan, sehingga pemodal tidak bisa memperoleh tingkat keuntungan diatas normal (abnormal return) dengan memanfaatkan public information. 3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form efficiency) Pengujian bentuk ini mendasarkan pada private information yang diperoleh dari insider information. Pengujian ini dilakukan terhadap hipotesis yang menyatakan bahwa harga saham tidak hanya mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, tetapi juga informasi yang mungkin tidak diketahui umum. 2.1.4 Studi Peristiwa (Event Study) Studi peristiwa (event study) adalah suatu studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. (Jogiyanto,1998). Sedangkan menurut Kritzman (1994), studi peristiwa bertujuan mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang mempengaruhi surat berharga dan pendapatan (return) dari surat berharga tersebut. Jogiyanto (1998) mengatakan bahwa studi peristiwa juga dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar pada bentuk setengah kuat.

15 Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari saham yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan abnormal return sebagai nilai perubahan saham. Dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mengandung kandungan informasi akan memberikan abnormal return saham. Sebaliknya, pengumuman yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return. Pengujian kandungan informasi hanya menguji reaksi dari pasar, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Jika pengujian melibatkan kecepatan reaksi dari pasar untuk menyerap informasi yang diumumkan, maka pengujian ini merupakan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat jika tidak ada abnormal return saham karena informasi yang diumumkan atau jika memang ada, perubahan tersebut harus terjadi dalam waktu yang cepat untuk menuju angka keseimbangan baru. Dalam metodologi studi peristiwa digunakanlah periode pengamatan yang panjangnya beragam pada tiap-tiap model penelitian yang disebut periode jendela (windows period). Jogiyanto (1998) menyatakan bahwa panjang periode jendela adalah bervariasi dan yang umum digunakan berkisar tiga hari sampai 121 hari untuk data harian. Dalam penelitian ini diterapkan periode jendela yang panjangnya15 hari (dari t -7 hingga t +7) yaitu 7 hari sebelum ex-dividend date,

16 hari H, dan 7 hari setelah ex-dividend date,. Penentuan periode 15 hari di atas didasarkan pada studi peristiwa sebelumnya yang dilakukan oleh Johnson (1966). Menurut Johnson (1966), alasan penentuan panjang periode jendela 7 hari sebelum pengumuman pemecahan saham, hari H, dan 7 hari setelah pengumuman adalah karena fluktuasi harga kerap terjadi selama kurang lebih seminggu atau 7 hari setelah ex-dividend date. 2.1.5 Dividen Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan (Ang, 1997). Pendapatan bersih setelah pajak disebut NIAT (Net Income After Tax) atau EAT (Earnings After Tax). Dividen ini dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Keputusan mengenai jumlah laba yang ditahan dan dividen yang akan dibagikan diputuskan dalam RUPS (Ang, 1997). 2.1.6 Prosedur Pembagian Dividen Pembagian dividen merupakan satu hal yang dinantikan oleh pemegang saham. Pembagian dividen dapat dilakukan secara kuartalan ataupun tahunan, tergantung kebijaksanaan yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Adapun prosedur pembagian dividen yang aktual menurut Weston and Brigham (1998) dalam Sularso (2003) adalah :

17 a. Tanggal Pengumuman (Declaration Date) Adalah tanggal pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana pembagian dividen. Misalnya pada tanggal 14 November 2001 direksi PT. ABC mengadakan pertemuan dan mengumumkan pembagian dividen kuartalan tetap sebesar Rp 40 per saham untuk dibayarkan kepada pemegang saham yang tercatat pada tanggal 8 Desember 2001 dengan pembayaran dilakukan pada tanggal 2 Januari 2002. b. Tanggal Pencatatan Pemegang Saham (Holder of Record Date) Adalah hari terakhir untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima dividen yang akan dibagikan perusahaan. Setelah berakhirnya jam kerja pada tanggal pencatatan pemegang saham (8 Desember 2001), perusahaan menutup buku transfer sahamnya dan menyusun daftar pemegang saham mulai tanggal itu. Apabila PT ABC memberitahukan penjualan dan transfer beberapa saham sebelum pukul 5 sore pada tanggal 8 Desember, maka pemilik saham yang baru akan menerima dividen. Jika pemberitahuan yang diterima pada atau sesudah tanggal 9 Desember, pemilik saham lama menerima cek dividen. c. Tanggal Ex-Dividend (Ex-dividend date) Adalah tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan dilepaskan dari sahamnya, biasanya dengan jangka waktu empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan saham. Untuk mencegah timbulnya konflik, industri pasar modal telah menetapkan suatu konvensi yang mengumumkan bahwa hak atas dividen tetap menyertai saham hingga empat hari kegiatan bisnis sebelum tanggal

18 pencatatan pemegang saham. Pada hari keempat sebelum tanggal tersebut, hak atas dividen tidak lagi menyertai saham. Dalam hal ini tanggal ex-dividend adalah 4 hari sebelum tanggal 8 Desember, yaitu tanggal 4 Desember 2001 d. Tanggal Pembayaran Dividen (Dividend Payment) Adalah tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek dividen. Dalam hal ini perusahaan akan mengirimkan ceknya kepada pemegang saham tercatat pada tanggal 2 Januari 2002. Prosedur pembagian dividen tersebut mengakibatkan adanya perbedaan respon investor dalam bertransaksi di pasar modal. Hal ini dapat diindikasikan dengan bervariasinya harga saham dari declaration date sampai setelah ex-dividend date. 2.1.7 Saham Saham biasa yang dalam bahasa Inggris disebut common stock, merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling populer. Saham biasa lebih umum disebut saham saja. Menurut Pradhono (2004), ketika perusahaan menikmati laba yang besar, nilai pasar saham (dana pemilik) akan meningkat pesat, sementara nilai perusahaan (dana kreditur) tidak terpengaruh. Sebaliknya, ketika perusahaan mengalami kerugian, maka hak kreditur akan didahulukan sementara nilai saham akan menurun drastis. Jadi dengan demikian nilai saham merupakan indeks yang tepat untuk mengukur efektivitas perusahaan, sehingga seringkali dikatakan memaksimumkan nilai perusahaan juga berarti memaksimumkan nilai kekayaan pemegang saham. Menurut Anoraga dan Pakarti (2001), dalam rangka investasi dana ke suatu perusahaan maka pemegang saham mendapat manfaat. Secara ekonomis

19 manfaat yang diperoleh melalui investasi dalam saham adalah pembagian keuntungan dalam bentuk dividen dan capital gain (selisih lebih harga jual dan harga beli), sedangkan manfaat non ekonomis adalah mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang akan menentukan arah kebijakan perusahaan. Hak suara ini dikukuhkan dalam UUPT No.1/1995 pasal 45 dan 46. Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. (Ang, 1997). Salah satu efek yang umumnya dijual di pasar modal adalah saham. Akan tetapi tidak semua perusahaan dapat menjual sahamnya di pasar modal. Hanya perusahaanperusahaan yang telah go public dan memenuhi persyaratan dari BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) saja yang dapat menjual saham di pasar modal yang berlangsung di bursa efek. 2.1.8 Harga Saham Menurut Ang (1997) nilai dari suatu saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi atas tiga jenis yaitu: 1. Per Value (Nilai Nominal) Adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan yang berfungsi untuk pencatatan akuntansi dan tidak dipergunakan untuk mengukur sesuatu. 2. Base Price (Harga Dasar) Merupakan harga yang dipergunakan di dalam perhitungan harga indeks saham yang akan berubah sesuai dengan aksi emiten.

20 3. Market Price (Harga Pasar) Merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Dengan demikian harga pasar inilah yang akan menyatakan naik turunnya saham. Hal serupa juga dikemukakan oleh Sularso (2003), bahwa harga saham adalah harga saham yang terjadi di bursa pada saat penutupan (closing price) yang terbentuk setiap akhir perdagangan saham. Harga ini merupakan harga pada pasar riil karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup. Perubahan harga saham dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan, selain dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harga saham menurut Husnan (2003) dalam Anindhita (2010) yaitu : 1. Ekspektasi Investor Harapan investor terhadap tingkat keuntungan dividen untuk masa yang akan datang. Jika pendapatan atau dividen suatu saham stabil maka harga saham cenderung stabil. Sebaliknya, jika pendapatan atau dividen suatu saham berfluktuasi maka harga saham tersebut cenderung berfluktuasi pula. 2. Tingkat pendapatan perusahaan Tingkat pendapatan perusahaan yang tercermin dari Earning Per Share (EPS) terkait erat dengan peningkatan harga saham. Apabila fluktuasi EPS makin tinggi maka makin tinggi pula perubahan harga pasarnya.

21 3. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian saat ini dan sekarang salah satunya dipengaruhi oleh kondisi masa lalu dan saat ini. Apabila kondisi perekonomian stabil dan mantap maka investor optimis terhadap kondisi perekonomian yang akan datang sehingga harga saham cenderung stabil dan sebaliknya. Masih menurut Husnan (2003) dalam Anindhita (2010) terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai harga saham di pasar modal. Dua pendekatan yang paling banyak digunakan adalah : 1. Pendekatan Analisis Fundamental Pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik, nilai inilah yang diamati oleh para investor. 2. Pendekatan Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan analisis yang menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu. Pendekatan ini disebut juga pendekatan analisis pasar. Asumsi yang mendasari analisis teknikal adalah : a. Terdapat ketergantungan sistematik di dalam keuntungan yang dapat dieksploitasi ke Abnormal Return. b. Pada pasar efisien, tidak semua informasi harga saham masa lalu diamati ketika memprediksi distribusi return sekuritas.

22 c. Nilai suatu saham merupakan fungsi permintaan dan penawaran. Kesimpulan yang dapat diambil, analisis teknikal didasarkan pada data yang telah dipublikasikan yang berfokus pada ketepatan waktu, penekanan hanya pada perubahan harga, faktor-faktor internal melalui analisis pergerakan di dalam pasar/ suatu saham serta untuk mendeteksi pergerakan harga saham dalam jangka waktu yang relatif pendek. 2.1.9 Abnormal Return Menurut Jogiyanto (2003), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yaitu return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis, dan return ekspektasi yaitu return yang diharapkan akan terjadi di masa datang yang dihitung dengan mengalikan masing-masing hasil masa depan dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlahkannya. Studi peristiwa menganalisis abnormal return sekuritas yang mungkin terjadi di sekitar pengumuman suatu peristiwa. (Jogiyanto, 2005). Abnormal Return merupakan kelebihan dari return sesungguhnya yang terjadi terhadap return normal yang merupakan return ekspektasi (yang diharapkan) dan merupakan return yang terjadi pada keadaan normal dimana tidak terjadi suatu peristiwa. Dengan demikian, Abnormal Return adalah selisih antara return sesungguhnya dan return ekspektasi. Jogiyanto (2005) mengestimasikan abnormal return menggunakan tiga model, yaitu: mean adjusted model, market model, dan market adjusted model.

23 2.1.10 Average Abnormal Return (AAR) Pengujian adanya abnormal return tidak dilakukan pada tiap-tiap sekuritas, tetapi dilakukan secara agregat dengan menguji rata-rata abnormal return seluruh sekuritas secara cross-section untuk tiap-tiap hari dalam periode peristiwa (Jogiyanto, 2005). Sedang menurut Triesye (2001) dalam Linda (2007), rata-rata abnormal return merupakan jumlah total abnormal return yang dibagi dengan jumlah total keseluruhan sekuritas. 2.2 Penelitian terdahulu Berikut ini penelitian terdahulu dalam tabel yang menguraikan analisis harga saham dan Abnormal Return sebelum dan sesudah Ex-dividend date : Tabel 2.1 No Penulis Judul Hasil 1 Prasetiono, (2000) 2 Prayitno (2012) 3 Sisbiantari (2012) Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Abnormal Return Saham di Bursa Efek Jakarta Abnormal return di sekitar tanggal pengumuman pembagia dividen setelah lama tidak membagi : Studi peristiwa berbasis intraday Analisis Komparatif Harga Saham Sebelum dan Sesudah Pembagian Dividen: Studi pada Perusahaan- Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengumuman dividen tidak berpengaruh secara nyata terhadap abnormal return saham, kecuali untuk dividen turun. Sampel penelitian menggunakan 17 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. One Sample T-test dan Paired Sample T-test digunakan untuk menguji hipotesis pertama dan kedua. Hasilnya, peneliti tidak menemukan perbedaan abnormal return Berdasarkan analisis paired samples t-test diketahui bahwa terdapat perbedaan harga saham sebelum dan sesudah pembagian dividen. Sebanyak 5 perusahaan cenderung harga sahamnya naik

24 4 Siaputra dan Atmadja (2006) Perusahaan Sektor Properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham Sebelum dan Sesudah Ex-dividend datedi Bursa Efek Jakarta (BEJ) setelah adanya pembagian deviden. Harga saham sepuluh perusahaan cenderung turun, sedangkan dua perusahaan konstan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata harga saham sebelum Ex-dividend date dan nilai rata-rata harga saham sesudah Exdividend date secara statistik berbeda signifikan. Lebih lanjut, besarnya perubahan harga saham tersebut secara statistik tidak berbeda dengan nilai dividen per lembar saham yang dibagikan. 2.3 Kerangka Pemikiran Pembagian dividen merupakan satu hal yang dinantikan oleh pemegang saham. Adapun prosedur pembagian dividen yang aktual menurut Sularso (2003) adalah pada tanggal pengumuman, tanggal pencataan pemegang saham, tanggal ex-dividend dan tanggal pembayaran dividen. Tanggal ex-dividend (Ex-dividend date) adalah tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan dilepaskan dari sahamnya, biasanya dengan jangka waktu empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan saham. Pada hari keempat sebelum tanggal tersebut, hak atas dividen tidak lagi menyertai saham. Investor pada waktu Ex-dividend date secara otomatis akan berpikir bahwa pembagian dividen tidak lagi menyertai saham. Investor pada waktu Ex-dividend date secara otomatis akan berpikir bahwa pembagian dividen akan memberikan dampak pada harga saham. Pemikiran ini disebabkan karena investor telah kehilangan hak atas return dari dividen dan melihat prospek ke depan perusahaan yang membagi dividen.

25 Penelitian ini merupakan analisis terhadap harga saham dan Abnormal Return sebelum dan sesudah Ex-dividend date. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham dan adanya Abnormal Return pada saat sebelum dan sesudah Ex-dividend date. Berdasarkan Uraian di atas, maka kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Emiten Indeks KOMPAS-100 Pembagian Dividen Rata-rata Abnormal Return Harga Saham Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 2.4 Pengembangan Hipotesis 1. Harga saham sebelum dan sesudah ex-dividend date Dalam penjelasannya Sularso (2003) menyatakan, bahwa pada saat ex-dividend date investor pada umumnya memprediksikan, bahwa pembagian dividen akan berdampak pada harga saham. Prediksi ini didasarkan pada pemikiran logis, bahwa investor telah kehilangan hak atas return dari dividen. Investor yang berkeinginan mendapat keuntungan, cenderung akan memilih untuk tidak berada dalam posisi beli (long position). Dengan demikian, harga saham tersebut akan mengalami penurunan sebanding dengan nilai return yang telah hilang. Adanya

26 pemikiran tersebut akan mendorong harga atau nilai saham dipasar mengalami penurunan nilai saat dividen diumumkan (Gitman, 2002). Siaputra dan Atmadja melakukan penelitian pada tahun 2006 dengan judul Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham Sebelum dan Sesudah Ex-dividend datedi Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata harga saham sebelum Ex-dividend date dan nilai rata-rata harga saham sesudah Ex-dividend date secara statistik berbeda signifikan. Sisbiantari (2012), menemukan hasil sebanyak 5 perusahaan cenderung harga sahamnya naik setelah adanya pembagian deviden. Harga saham sepuluh perusahaan cenderung turun, sedangkan dua perusahaan konstan. Maka hipotesis yang diajukan adalah : H a 1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham sebelum dan sesudah ex-dividend date 2. Abnormal return sebelum dan sesudah ex-dividend date Secara formal pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi tercermin pada harga sekuritas, maka pasar modal akan semakin efisien. Dengan demikian akan sulit (atau bahkan hampir tidak mungkin) bagi para pemodal untuk memperoleh keuntungan diatas normal secara konsisten dengan melakukan transaksi perdagangan dibursa efek. Efisien dalam artian ini sering juga disebut sebagai efisien informasional (Husnan, 1998).

27 Pada peneltitian yang dilakukan Prastiono (2000), menunjukkan bahwa pengumuman dividen tidak berpengaruh secara nyata terhadap abnormal return pada dividen naik, hal yang berbeda terjadi pada dividen turun. Prayitno (2012) melakukan penelitian dengan basis data intraday tidak menemukan adanya abnormal return di sekitar tanggal pengumuman dividen Maka hipotesis yang diajukan adalah : H a 2 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata Abnormal Return sebelum dan sesudah ex-dividend date