JURNAL INFO ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL INFO ISSN : PENDAMPINGAN PROGAM PENGUATAN PAKAN INDUK SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

RISET UNGGULAN DAERAH

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

PANDUAN. Mendukung. Penyusun : Sasongko WR. Penyunting : Tanda Panjaitan Achmad Muzani

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

JURNAL INFO ISSN :

KA-DO UNTUK PETERNAKAN INDONESIA Oleh: Fitria Nur Aini

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

Tabel 1 Komposisi konsentrat komersial (GT 03) Nutrisi Kandungan (%) Bahan Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum, Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

MANAJEMEN PENGGEMUKAN SAPI BRAHMAN CROSS HEIFER DI PT. KARYA ANUGERAH RUMPIN, DESA CIBODAS, KECAMATAN RUMPIN, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT TUGAS AKHIR

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

PROPORSI BANGSA, UMUR, BOBOT BADAN AWAL DAN SKOR KONDISI TUBUH SAPI BAKALAN PADA USAHA PENGGEMUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi potong Peranakan Ongole yang

JURNAL INFO ISSN :

PENDAHULUAN. Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat populer, mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, dan mampu beradaptasi

POTENSI SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) KEBUMEN SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI LOKAL DI INDONESIA BERDASARKAN UKURAN TUBUHNYA (STUDI PENDAHULUAN)

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGGEMUKAN SAPI BALI JANTAN MENGGUNAKAN ONGGOK DI LOKASI PENDAMPINGAN PSDSK DI KABUPATEN KEPAHIANG PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

PENERAPAN TEKNOLOGI PAKAN DAN FORMULASI RANSUM PADA KELOMPOK TERNAK KAMBING DI KABUPATEN BIREUEN

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

PERFORMAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN SAPI PERANAKAN LIMOUSINE DI KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 03 Pebruari :23 - Update Terakhir Selasa, 17 Pebruari :58

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

PETUNJUK PRAKTIS. Petunjuk Praktis Pengukuran Ternak Sapi

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

PENDAHULUAN. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap gizi dari susu menyebabkan

Elly Roza, Salam N. Aritonang, Arief. Fak. Peternakan Universitas Andalas ABSTRAK

Pengembangan Kelembagaan Pembibitan Ternak Sapi Melalui Pola Integrasi Tanaman-Ternak

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

PENGGEMUKAN SAPI POTONG POLA LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE

PERBAIKAN MANAJEMEN USAHA SAPI POTONG DI PETERNAKAN KOTOSANI KABUPATEN SOLOK

PENGGEMUKAN SAPI Oleh : Arif fachul anam BP3K Binangun

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

PERHITUNGAN BODY SCORING CONDITION (BCS) PADA SAPI PERAH

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani merupakan salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14, Nomor 1, Juni 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

I. PENDAHULUAN. masyarakat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perbaikan taraf

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

PENGANTAR. Latar Belakang. andil yang besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan terutama daging.

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

ESTIMASI KETERSEDIAAN BIBIT SAPI POTONG DI PULAU SUMATERA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PREFERENSI DAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK TENTANG TEKNOLOGI IB DI KABUPATEN BARRU. Syahdar Baba 1 dan M. Risal 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan. Sapi potong telah

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

Transkripsi:

PERAN MAHASISWA DALAM PENDAMPINGAN PENGUATAN PAKAN INDUK SAPI POTONG DI KABUPATEN KEBUMEN R. Hidayat, A. Zabiq, M. F. Ridho, M. Yuniarti, D. Samsudewa Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro e-mail korespondensi : daudreproduksi@gmail.com ABSTRAK Salah satu upaya untuk mengurangi angka impor sapi dari luar negeri yang menguras devisa Negara adalah dengan melakukan pembibitan sapi di dalam negeri. Hal tersebutlah yang sedang diupayakan oleh pemerintah Kabupaten Kebumen, yaitu melakukan pembibitan dan pelestarian sapi PO Kebumen. Metode yang dilakukan yaitu pendekatan dengan peternak secara personalia untuk bertukar informasi, membantu peternak dalam hal sanitasi dll, mengamati dan membantu cara peternak memberikan pakan pada ternak dan memberikan informasi pemberian pakan yang baik dan benar, memberi penyuluhan tentang pengolahan pakan dan membatu peternak dalam pengolahan pakan, mendampingi peternak dalam menanam, merawat maupun memanen rumput bantuan, pengukuran BCS dan pencatatan reproduksi yang baik serta berdiskusi dalam memecahkan masalah dalam KTT. Hasil dari pelaksanaan pendampingan oleh perguruan tinggi ini cukup baik yang dapat dilihat dari perubahan cara pandang peternak tentang beternak yang baik dan beberapa perubahan setelah pelaksanaan pendampingan dari sisi teknologi pakan maupun kelembagaan. Diperhatikan dari dampak yang ditunjukan dari pelaksanaan pendampingan ini maka pelaksanaan penampingan oleh perguruan tinggi dapat direkomendasikan sebagai salah satu usaha pemerintah untuk memperbaiki dunia peternakan rakyat Indonesia menjadi lebih baik. Kata Kunci : Pembibitan Sapi, Pakan Ternak,Penuyuluhan Edisi XVIII, Nomor 3, Oktober 2016 97

PENDAHULUAN Ketersediaan daging sapi selama satu dasawarsa terakhir merupakan masalah serius yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Populasi ternak sapi yang cenderung tetap, sementara konsumsi daging sapi yang naik yaitu rata rata 10,28% dari tahun 1994 2014 (KEMENTAN, 2015) ditengarai sebagai salah satu penyebab utama kekurangan daging di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di Indonesia, pemerintah terpaksa melakukan impor sapi baik dalam bentuk bakalan, indukan, atau daging beku. Salah satu upaya untuk mengurangi angka impor sapi dari luar negeri yang menguras devisa Negara adalah dengan melakukan pembibitan sapi di dalam negeri. Hal tersebutlah yang sedang diupayakan oleh pemerintah Kabupaten Kebumen, yaitu melakukan pembibitan dan pelestarian sapi PO Kebumen. Sapi PO Kebumen yang merupakan salah satu ternak lokal yang berpotensi sebagai pemasok daging sapi nasional. Menurut Hastuti (2008) sapi PO Kebumen memiliki angka S/C yang cukup rendah, yaitu rata rata 2,3. Hal ini disebabkan oleh pola pemeliharaan dan manajemen pemeliharaan yang buruk. Peternak hanya memberikan pakan seadanya yaitu berupa jerami padi, jerami jagung, bonggol jagung, dan hijauan, tanpa adanya pakan penguat berupa konsentrat dan mineral. Hal tersebut diduga berpengaruh terhadap BCS dan siklus berahi ternak. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah melalui Dirjen Pakan Kementerian Pertanian mengadakan program penguatan pakan indukan dan pendampingan peternak oleh Perguruan Tinggi di beberapa daerah dan salah satunya adalah kabupaten Kebumen. Tujuan pendampingan peternak yaitu untuk mendampingi peternak dalam manajemen pemeliharan dan reproduksi terdapat beberapa poin yaitu pendampingi peternak dalam mengolah hijauan pakan, pengukuran BCS, mendampingi peternak dalam penanaman hijauan, melakukan recording ternak, Edisi XVIII, Nomor 3, Oktober 2016 98

pemberian pakan. Manfaat dari kegiatan pendampingan dalam program Penguatan Pakan Sapi Potong Induk 2015 yaitu terlaksananya komunikasi yang baik dan aktif antara pendamping dan peternak agar tujuan pelaksanaan pendampingan dapat tercapai dengan maksimal juga berkelanjutan. MATERI Pendampingan dilaksanakan di Sentra Peternakan Rakyat (SPR) Kecamatan Klirong yang beranggotakan 4 Kelompok Perbibitan (KP), yaitu KP Desa Gebangsari, Tambak Progaten, Kedungsari, dan Tanggulangin. Pendampingan dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari awal Juni Akhir A gustus 2016.Materi yang digunakan dalam kegiatan pendampingan yaitu 120ekor sapi induk dengan klasifikasi 30 ekor per KTT yang mendapat bantuan pakan. Alat yang digunakan timbangan, kamera, buku pendampingan, wearpack, sepatu boot, trashbag, round-o, dan alat tulis. Bahan yang digunakan untuk pendampingan yaitu konsentrat, bibit bantuan, jerami, kedebog pisang, EM-4, MA- 11 dan tetes tebu. METODE Metode yang dilakukan yaitu pendamping mendampingi peternak yang dimulai dengan cara pendekatan dengan peternak secara individu dan mengikuti pertemuan rutin KTT untuk memberikan informasi mengenai pendampingan membantu peternak dalam hal sanitasi dll, hal pokok yang perlu dilakukan oleh pendamping adalah mengamati dan membantu cara peternak memberikan pakan pada ternak dan memberikan informasi pemberian pakan yang baik dan benar, memberi penyuluhan tentang pengolahan pakan dan membatu peternak dalam pengolahan pakan, menanam, merawat maupun memanen rumput bantuan, pengukuran BCS dan mendampingi peternak dalam pencatatan reproduksi yang baik serta berdiskusi Edisi XVIII, Nomor 3, Oktober 2016 99

dalam memecahkan masalah dalam KTT. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran BCS (Body Score Condition) Pengukuran BCS belum pernah dilakukan sebelum adanya pendampingan penguatan pakan, di keempat desa lokasi pendampingan rata rata hanya pengurus kelompok yang mengetahui metode pengukuran BCS pada ternak. Akan tetapi, rata rata dari mereka hanya mengetahui metodenya belum terlalu paham manfaat dari pengukuran BCS dan hal yang mempengaruhi BCS. Setelah dosen pembimbing dan mahasiswa pendamping menjelas kanmanfaat pengetahuan BCS untuk usaha perbibitan sapi PO Kebumen, para pengurus sepakat untuk menerapkannya dalam kelompok mereka. Setelah tiga bulan pendampingan, rata rata peternak sudah mengetahui cara pengukuran BCS, akan tetapi mereka masih terlihat acuh terhadap pentinganya pengetahuan tentang BCS. Menurut Sidiq dan Machfudin (2012) menyatakan indikator BCS sangat penting karena untuk mengevaluasi pengelolaan dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengoptimalkan produksi, mengevaluasi kesehatan dan status nutrisi. Affandhy et al. (2001) mengatakan bahwa penilaian BCS dilakukan dengan berdiri dibelakang, samping kanan atau kiri ternak untuk menilai tulang ekor dan pinggang dengan mengendalikan sapi secara tenang dan berhati-hati menggunakan tangan yang sama, tulang ekor dinilai dengan perasaan untuk memprediksi jumlah lemak disekitar tulang. Pola Pemberian Pakan Mayoritas peternak di SPR Klirong memberikan pakan pada ternaknya dua kali sehari, yaitu sekitar pukul 06.00 dan 17.00 WIB. Pakan yang umum diberikan adalah jerami padi, jerami jagung, janggel jagung, rumput, dan ada beberapa peternak yang memberikan pakan tambahan berupa bekatul, ampas tahu, dan pollard yang dicampur dengan air minum. Selama adanya program pengutan pakan dan pendampingan oleh perguruan tinggi, rata - rata peternak rutin Edisi XVIII, Nomor 3, Oktober 2016 100

menambahkan konsentrat dengan jumlah ± 2kg/hari/ekor. Dengan adanya perubahan pola pemberian pakan pada ternak, pada Ilustrasi 1, dapat dilihat bahwa BCS ternak meningkat setiap bulannya. Dengan BCS yang baik, diharapkan dapat meningkatkan kualitas reproduksi ternak. Menurut Soebarinoto et al. (1991) menyatakan produksi ternak terjadi apabila konsumsi energi pakan berada diatas kebutuhan pokok ternak. Pawereet al. (2012) indukan sapi potong yang ideal adalah memiliki skor BCS 2,5 pada skala perhitungan 5 atau BCS 5 pada skala perhitungan 9. Pengolahan Pakan Pengolahan pakan di keempat KP anggota SPR Klirong masih belum diterapkan, walaupun pada dasarnya mereka sudah tahu dan bias membuatnya. Mereka beralasan bahwa pengolahan pakan membutuhkan waktu yang lama, terutama pembuatan fermentasi yang membutuhkan waktu lama, biaya yang tidak sedikit, tempat penyimpanan yang luas. Mereka lebih senang mencari rumput setelah bekerja di sawah/lading walaupun jumlahnya seadaanya, hal itulah yang diduga sebagai penyebab performa reproduksi sapi indukan yang kurang baik. Menurut pengakuan peternak rata rata nilai S/C ternak mereka adalah 3. Setelah pendampingan, pengurus dan beberapa peternak mulai tertarik dengan inovasi pengolahan pakan seperti fermentasi. Penanaman Hijuan Tanaman Pakan Selain konsentrat, peternak juga mendapatkan bantuan berupa bibit rumput gajah. Keempat kelompok penerima bantuan sudah mendistribusikan semua bantuannya ke para peternak. Peternak pun antusias dengan bantuan tersebut karena rumput gajah terkenal memilik produktivitas yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Saserayet al. (2013) yang menyatakan bahwa rumput gajah terkenal dengan produktivitasnya yang tinggi apabila dilakukan pemeliharaan yang baik. Akan tetapi setelah ditanam ada beberpa peternak yang mengaku tanamannya mati dikarenakan bibit yang diterimanya kering, hal itu diperparah dengan masa tanam saat Edisi XVIII, Nomor 3, Oktober 2016 101

jarang turun hujan yaitu saat bulan Juni. Menurut Hatmiko et al. (2013) musim kering terjadi dibulan Juni November 2015. dari mereka tidak bias membaca dan menulis. KESIMPULAN DAN DARAN Recording ternak Rekording ternak selama proses pendampingan cukup baik, karena di keempat KP sudah memiliki petugas rekorder yang digaji untuk melakukan recording ternak di wilayahnya masing masing. Kendala yang terjadi adalah tidak ada rekorder pembantu, sehingga apabila salah satu rekorder memutuskan untuk mengundurkan diri karena Sesutu hal, maka pencatatan data dimulai dari nol. Selain itu, peternak belum terbiasa mencatat recording ternaknya sendiri, sehingga recorder harus door to door berkeliling untuk mencatat kondisi ternak di wilayahya. Hal ini tentu akan mengurangi keakuratan data, karena biasanya peternak sendiri lupa untuk mencatat ternaknya, sehingga saat dilakukan pencatatan oleh recorder, peternak hanya mengira ngira tentang ternaknya. Hal ini sulit diperbaiki saat pendampingan oleh perguruan tinggi, karena mayoritas peternak berusia lanjut, sehingga kebanyakan Kesimpulan Program penguatan dan pendampingan oleh perguruan tinggi mempu mengubah sedikit pola pemeliharaan, pemberian pakan, dan pengolahan pakan di tingkat peternak. Peternak sangat antusias dengan program penguatan pakan. Peternak masih kesulitan untuk melakukan recording terhadap ternaknya karena pengaruh kesibukan dan keterbatasan peternak untuk membaca dan menulis. Saran Untuk selanjutnya lebih baik pemerintah menerapkan program penguatan pakan terhadap kelompok yang sudah memiliki manajemen usaha satu pintu, sehingga perkembangan sebelum dan sesudah pelaksanaan program akan lebih mudah dikontrol. Edisi XVIII, Nomor 3, Oktober 2016 102

DAFTAR PUSTAKA Affandhy, L., M.A. Yusran dan M. Winungroho. 2001. Pengaruh frekuensi pemisahan pedet prasapih terhadap tampilan reproduktivitas induk dan pertumbuhan pedet sap Peranakan Ongole. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak Departemen Pertanian. Bogor. Hastuti, D. 2008. Tingkat keberhasilan inseminasi buatan sapi potong ditinjau dari angka konsepsi dan service per conception. Mediagro. 4 (1): 12 20. Hatmiko., P.H., N. Cholis, B. Soejosopoetro. 2013. The Effect Of Fermented Rabbit Feed Using Azotobachter On Ph, Water Holding Capacity And Cooking Loose Of Rabbit Meat. Universitas Brawijaya. Malang. 1:8. Pawere, F. R., E. Baliarti, dan S. Nurtini. 2012. Proporsi bangsa, umur, bobot badan awal dan kondisi tubuh sapi bakalan pada usaha penggemukan. Buletin Peternakan. 36 (3): 192 198. Purbowati, E. 2012. Sapi dari Hulu ke Hilir dan Info Mancanegara. Agriflo, Jakarta. Statistika peternakan dan kesehatan hewan (SPKH). 2013. Direktorat jendral peternakan dan kesehatan hewan kementrian pertanian RI, Jakarta. Edisi XVIII, Nomor 3, Oktober 2016 103