BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid)

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Lansia/Manula

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

MANFAAT DIET PADA PENANGGULANGAN HIPERKOLESTEROLEMI. Dr.T.BAHRI ANWAR BAGIAN ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

HEART ATTACK PREVENTION

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYAKIT JANTUNG CORONER

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

Diet Hipertensi, Diabetesi Tetap Minum Obat Herbal Untuk Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

LATAR BELAKANG TINJAUAN PUSTAKA

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3.

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan Kalori di sini adalah perkiraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

7 Kebiasaan Penyebab Kadar Gula Darah Melonjak

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

[BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI]

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

Transkripsi:

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Menua (Aging) Gerontologi, studi ilmiah tentang efek tentang penuaan dan penyakit yang berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi efek biologis, fisiologis, psikososial, dan espek rohani dari penuaan (Stanley 2006). Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Santoso 2009). Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2000) mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Menjadi tua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

10 Menurut Darmojo (2006) tujuan hidup manusia itu ialah menjadi tua tetapi tetap sehat (Healthy aging). Healthy aging artinya menjadi tua dalam keadaan sehat. Takemi (1977) yang pertama kali menyatakan Gerontology is concerned primarily with problem of healthy aging rather than the prevention of aging. Healthy aging akan dipengaruhi oleh faktor: 1. Endogenoc aging, yang dimulai dengan cellular aging, lewat tissue dan anatomical aging kearah proses menuanya organ tubuh. Proses ini seperti jam yang terus berputar. 2. Exogenix faktor, yang dapat dibagi dalam sebab lingkungan (environment) dimana seseorang hidup dan faktor sosio budaya yang paling tapat disebut gaya hidup (Life style). Faktor exogenix aging tadi, sekarang lebih dikenal denga ssebutan faktor resiko. Wacana diatas jelas kiranya tugas dan tujuan gerontology/geriatri dalam mengabdi ilmu kesehatan yaitu menuju healthy aging (menuju menua sehat). Pengalaman menunjukkan bahwa rupa-rupanya yang lebih berpengaruh adalah faktor-faktor eksogen yaitu gaya hidup dan lingkungan yang juga saling mempengaruhi satu satu sama lain. Endogenic dan exogenix faktors ini seringkali sulit untuk dipisahpisahkan karena saling memepngaruhi dengan erat. Bila faktor-faktor trsebut tidak dapat dicegah terjadinya maka orang tersebut akan lebih cepat meninggal dunia (Darmojo 2006). Menurut Mc. Kenzie (2006), banyak yang beranggapan bahwa status kesehatan lansia telah membaik selama beberapa tahun ini karena banyak diantara mereka yang hidup lebih lama. Lainnya memegang pandangan berbeda, yaitu lansia merupakan orang yang rapuh dan bergantung. Kedua pandangan tersebut tidak seluruhnya benar. Namun kita tahu bahwa faktor resiko yang paling konsisten dari sakit dan kematian untuk seluruh penduduk adalah usia, dan secara umum, status kesehatan lansia tidak sebaik saat mereka muda. Ada beberapa masalah

11 kesehtan yang berkaitan dengan penuaan yaitu mencakup mortalitas, morbilitas, dan prilaku kesehatan, serta pilihan hidup. Prilaku kesehatan dan faktor sosial pasti memainkan peranan signifikan dalam membantu lansia memelihara kesehatan dalam menjalani tahun-tahun lanjutannya. Beberapa lansia percaya bahwa mereka terlalu tua untuk mendapatkan manfaat apapun dari perubahan prilaku kesehatan mereka. Hal itu, tentu saja tidak benar; tidak pernah ada kata terlambat untuk melakukan perubahan untuk kebaikan. 1. Definisi Usia Lanjut Menurut pengertian gerontologi, lansia adalah suatu tahap dalam hidup manusia mulai dari bayi, anak-anak, remaja, tua dan usia lanjut dan bukan penyakit melainkan suatu proses alami yang tidak bisa dihindarkan. Jadi lansia merupakan proses ilmiah terus menerus dan berkesinambungan yang dalam keadaan lanjut menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia pada jaringan atau organ yang pada akhirnya mempengaruhi keadaan, fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Depkes. RI, 2005). Menurut Wahyudi (2008), lansia (lanjut usia) adalah kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir fase kehidupannya. Sedangkan Depkes RI (2003), mendefinisikan lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Jadi walapun usia sudah lanjut, harus tetap menjaga kesehatan dengan memperhatikan gaya hidup, seperti pola makan, aktifitas fisik, kebiaaan istirahat dan lain-lain (Stanley 2006). Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolic dan struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif (seperti hipertensi, aterosklorosis, diabetes meletus dan kanker) yang akan

12 menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatic seperti stroke, infark miokard, koma asidotik, metasis kanker dan sebagainya. 2. Klasifikasi Usia Lanjut Menurut Word Healty Organisation (WHO) dalam (Anggreini 2008), usia lanjut meliputi: 1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun. 2. Lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun. 3. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun. 4. Lanjut usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. 3. Perubahan Fisiologis Usia Lanjut Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun fungsional. Secara umum, perubahan yang disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat dan dengan awitan yang tidak disadari. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur ini sering terjadi ditandai dengan penurunan kebutuhan darah yang teroksigenasi. Namun, perubahan yang menyertai penuaan ini menjadi lebih jelas ketika sistem ditekan untuk meningkatkan keluarannya dalam memenuhi peningkatan kebutuhan tubuh. a. Perubahan Struktural Pada Sistem Kardiovaskuler Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer, kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, elastisitas dinding aorta menurun, katup jatung menebal dan menjadi kaku kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun seudah berumur 20 tahun, hal ini menyebkan merunnya kontraksi dan volumenya (Nugroho 2000).

13 Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit mengecil. Yang paling banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin berkurangnya aktivitas. Yang juga mengalami penurunan adalah besarnya sel-sel otot jantung hingga menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung. b. Perubahan Fungsional Pada Sistem Kardiovaskuler Prinsip perubahan fungsional terkait usia yang dihubungkan dengan pembuluh darah secara progresif meningkatkan tekanan sistolik. Tidak ada perubahan dalam tekanan diastolic adalah normal. Kemungkinan diakibatkan oleh kekakuan pembuluh darah atau karena selama bertahun-tahun menerima aliran darahh bertekanan tinggi, baroreseptor yang terletak di arkus aorta dan sinus karotis menjadi tumpuul atau kurang sensitive. Perubahan yang jauh lebih bermakna dalam kehidupan lanjut usia adalah yang terjadi pada pembuluh darah. Proses yang disebut sebagai arteriosklerosis atau pengapuran dinding pembuluh darah dapat terjadi dimana-mana. Proses pengapuran akan belanjut menjadi proses yang menghambat aliran darah yang pada suatu saat akan menutupi pembuluh darah tadi (Stanley 2006). Artreoklorosi yang sejauh ini merupakan proses patologis paling sering memengaruhi sistem kardiovaskuler, adalah proses penyakit yang secara umum memiliki dampak pada semua arteri. Namun, secara individual bervariasi dalam derajat sampai berbagai area tubuh yang terpengaruh. Pada banyak individu, obstruksi terjadi pada arteri koroner, sedangkan pada individu lain mungkin terjadi pada sirkulasi serebral atau peripheral. Artreoklorosis tidak memiliki perbedaan pada orang yang masih muda ataupun pada yang telah tua. Proses penyakit mungkin lebih jelas pada orang yang lebih tua karena terdapat akumulasi yang lebih besar bertahun-tahun. Penyakit aterosklorosis terutama mempengaruhi tunika intima (bagian paling dalam) dari arteri, yang

14 memiliki permukaan endothelial yang halus untuk memfasilitasi aliran darah. Pada kondisi normal, hanya plasma darah yang melakukan kontak dengan endothelial, sedangkan komponen seluler (misalnya factor koagulasi) tetap ditengah-tengah aliran darah. Ketika permukaan endothelial menjadi kasar, walaupun hanya plasma darah yang melakukan kontak dengan endotel, maka tibul potensi untuk terbentuknya thrombus ketika factor koagulasi melakukan kontak dengan endothelium (Stanley 2006). Pengatur irama inharen jantung oleh simpul SA ternyata menurun dengan naiknya umur. Denyut jantung maksimum pada latihan (exercise) ternyata juga menurun dengan naiknya usia ini. Cardiac output juga menurun dengan bertambahnya usia. Aritmia berupa ekstra systole dikatakan ditemukan pada dari lebih 10% penderita-penderita usia lanjut yang diperiksa EKG-nya secara ruutin. Fungsi sistolik tidak berkurang dengan peninggian usia. Kelainan fungsi daistolik berupa gangguan relaksasi disebabkan pengurangan compliance jantung pada permukaan diastole (Darmojo 2006). B. Hipertensi Perubahan-perubahan yang dapat dijumpai pada penderita jantung iskemi adalah pembuluh darah adalah pada pembuluh darah jantung akibat arterioklerosis itu belum diketahui dengan pasti, tetapi faktor-faktor yang mempercepat timbulnya antara lain: banyak merokok kadar kolestrol tinggi, penderita diabetes meletus, berat badan berlebihan serta kurang olahraga. Faktor-faktor tersebut sebenarnya dapat dicegah atau dihindari, seperti gaya hidup kecuali faktor umum seperti: jenis kelamin, keturunan.

15 Menurut Stieglitz dalam Darmojo (2006) dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua, yakni: 1. Gangguan sirkulasi darah, seperti :hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah diotak (koroner), dan ginjal. 2. Gangguan metabolism hormonal. 3. Gangguan Persendian. 4. Berbagai macam neoplasma. Dari banyak peneliian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur dan tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke, payah jantung dan penyakit jantung koroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler. 1. Definisi Hipertensi Dapat dikatakan hipertensi pada lanjut usia adalah pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmhg dan/atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90 mmhg (Darmojo, 2006). Pada tahap awal, ganngguan dari dinding pembuluh darah yang menyebabkan elastisitasnya bekurang akan memacu jantung bekerja lebih keras, karena terjadi hipertensi. Selanjutnya, bila terjadi sumbatan maka jaringan akan dialiri zat asam oleh pembuluh darah ini kan rusak dan mati, hal inilah yang disebut infark. Bila terjadi dijantung, dapat saja menyebebkan infark jantung, atau infark miokard, atau bila masih lebih ringan dapat tejadi angina pictoris dan gangguan koroner lainnya (Stanley 2006). Pada lanjut usia, tekanan darah akan naik secara bertahap. Elastisitas Jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50% disbanding orang berusia 20 tahun, maka dari itu tekanan darah wanita dan pria tua itu relative tinggi.

16 2. Klasifikasi Hipertensi Menurut Gunawan (2001), tekanan darah manusia dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, sebagai berikut : a. Tekanan darah rendah (hipotensi) b. Tekanan darah normal (normotensi) c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) Menurut WHO ISH (Word Health Organitation Intenational Of Hypertension) hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 1:2. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO-ISH Tapan (2004) Kategori Systole (MmHg) Diastole (MmHg) Optimal <120 < 80 Normal 120-129 80-84 Normal Tinggi 130-139 85-89 Hipertensi Ringan 140-159 90-99 Hipertensi Sedang 160-179 100-109 Hipertensi Berat >180 >110 3. Pengendalian Hipertensi Muhammadun (2010), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pengendalian hipertensi : a. Pengendalian hipertensi dengan olah raga teratur b. Pengendalian hipertensi dengan istirahat yang cukup c. Pengendalian hipertensi dengan cara medis d. Pengendalian hipertensi dengan cara tradisional e. Pengendalian hipertensi dengan cara mengatur pola makan f. Pengendalian hipertensi dengan cara mengurangi konsumsi garam satu sendok teh perhari

17 Menurut Gunawan (2001), untuk menghindari terjadinya komplikasi hipertensi yang fatal, maka penderita perlu mengambil tindakan pencegahan yang baik (stop high blood pressure) sebagai berikut: a. Mengurangi konsumsi garam Puasa garam untuk kasus hipertensi dapat meurunkan tekanan darah secara nyata. Umumnya kita mengkomsumsi lebih banyak garam daripada yang dibutuhkan tubuh. Idealnya, kita cukup menggunakan sekitar satu sendok the saja atau sekitar 5 garam per hari (vitahealth 2004). b. Menghindari kegemukan (obesitas) Untuk menghindari kegemukan obesitas dapat ditentukan oleh pola makan untuk setiap harinya (vitahealth 2004). c. Membatasi konsumsi lemak Lemak dapat meningkatkan aliran darah akibat dari penyembutan dari artereoklorosis (vitahealth 2004). d. Olahraga teratur Olahraga dapat digolongkan kedalam bentuk statis dan dinamis. Olahraga dinamis mampu meningkatkan aliran darah sehingga sangat menunjang pemeliharaan jantung dan sistem pernafasan (Kusmana, 1997 dalam Angreini (2008)). e. Makan banyak buah dan sayuran segar. f. Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol g. Melakukan relaksasi atau meditasi, dan h. Berusaha membina hidup yang positif (gaya hidup sehat) C. Gaya Hidup 1. Definisi Gaya Hidup Dalam health promotion glossary WHO pengertian sebagai berikut: Lyfstyle is a way of living based on identifiable patterns of behavior which are determined by the interplay between an individual s personal characteristics, social interaction, and socioeconomic and environmental living condition.

18 Pola-pola prilaku (behavioral patterns) akan selalu berbeda dalam situasi atau lingkungan sosial yang berbeda, dan senantiasa berubah, tidak ada yang menetap (fixed). Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola prilaku individu, akan memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain. Dalam kesehatan gaya hidup seseorang dapat diubah dengan cara memperdayakan individu agar merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya bukan pada si individu saja, tetapi juga merubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang mempengaruhi pola prilakunya. Dan tidak ada aturan ketentuan baku tentang gaya hidup yang berlaku untuk semua orang. Budaya, pendapatan, struuktur keluarga, umur, kemampuan fisik, lingkungan rumah dan lingkungan tempat kerjaa yang berbeda, menciptakan berbagai gaya yang berbeda pula (Ari. W dalam promosikesehatan.com,2007). Deklarasi Vientiane tentang Gaya Hidup Sehat Asean, 2002 (dalam dalam promosikesehatan.com,2007). Mengartikan gaya hidup sebagai praktek prilaku dan praktek sosial yang mendukung kesehatan dan merupakan cerminan dari nilai-nilai dan jati diri dari kelompok dan masyarakat dimana penduduk hidup dan menghabiskan sebagaian besar hidupnya untuk memenuhi kehidupan ekonomi, sosial dan lingkungan fisik. Sedangkan menurut Belloc dan Breslow pada Human Population Laboratory of California State Dept. of Public Helth, tahun 2005 bahwa yang termasuk kedalam tujuh kebiaaan sehat adalah sebagai berikut: a. Tidak merokok b. Tidak minum-minuman keras / obat-obatan c. Olahraga d. Berat badan seimbang e. Makan 3 kali sehari tanpa jajan f. Sarapan setiap pagi g. Tidur 7-8 jam perhari

19 2. Pola Makan Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang memilih dan mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial sebagai bagian yang mempengaruhi pola makan dapat meliputi kegiatan memilih pangan, cara memperoleh, menyimpan, beberapa faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan makan manusia yaitu faktor ekstrinsik dan faktor instrintik (Khumaidi, 1994 dalam Angreini (2008)). Pola makan individu meliputi bahan makanan pokok, lauk-pauk (hewani dan nabati), sayur dan buah. Pola makan yang tidak baik akan menimbulkan beberapa gangguan seperti kolestrol tnggi, tekanan darah meningkat dan kadar gula yang meningkat (Triwibowo, 1998 dalam Angreini (2008)). Dengan bertambahnya usia seseorang, kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun. Kebutuhan kalori pada lanjut usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Petunjuk bagi lansia adalah sebagai berikut: a. Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur. b. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang ynag bersumber dari hidrat arang komplex (sayur-sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian) c. Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani. d. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, syur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.

20 e. Menggunakn bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt, ikan. f. Makan yang mengandung zat beesi dalam jumlah besar, seperti kacang-kacangan, hati, bayam, atau syuran hijau. g. Membatasi penggunaan garam atau makanan yang mengandung natrium, hindari makanan yang mengandung alkohol. h. makanan sebaiknya banyak dikunyah. i. bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya darii bahan-bahan yang segar dan mudah dicerna. j. Hindari makanan yyang terlalu manis, gurih, dan goreng-gorengan. k. Makan disesuaikan dengan kebutuhan Contoh pola makanan yang tidak seimbang antara asupan dengan kebutuhan baik jumlah maupun jenis makanannya, seperti makan makanan yang tinggi lemak, kurang mengkonsumsi sayuran dan buah dan sebagainya. Juga makanan yang melebihi kebutuhan tubuh yang bisa menyebabkan obeistas atau kegemukan (Hariani, 2007) Kejadian penyakit infeksi dan kekurangan gizi menurun sebaiknya penyakit degenaratif dan penyakit kanker meningkat. Di beberapa daerah masalah penyakit infeksi masih menonjol sehingga dalam transisi epidemologi kita menghadapi beban ganda (Double Burden), peningkatan kemakmuran diikuti oleh perubahan gaya hidup karena pola makan diikota-kota besar bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat, serat dan sayuran, ke pola makan masyarakat barat yang komposisinya terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula dan garam tetapi reendah serat (Suryono dan Samsuridjal, 1994 dalam Angreini (2008)) Sedangkan menurut WHO (2005) meningkatnya industrialisasi, urbanisasi, mekanisme yang terjadi di sebagian besar negara didunia, berhubungan dengan perubahan makanan dan prilaku, termasuk ke dalamnya makan yang tinggi lemak dan tinggi energi serta gaya hidup yang lebih santai.

21 Tingginya kandungan surkosa dalam makanan meningkatkan tekanan arteri pada beberapa orang dengan tensi normal yang kemudian memberikan efek meningkatkan penyerapan NaCl pada orang yang memiliki tekanan darah normal dan hipertensi (Kotchen dan Jane, 1995 dalam Angreini (2008)). Surkosa mungkin dapat menurunkan kadar HDL darah dan memiliki efek merugikan pada toleransi glukosa, selain itu karbohidrat juga dapa meningkatkan tekanan darah dan ekresi katekolamin pada hewan percobaan dan mungkin juga pada manusia (Willet, 1990 (Angreini 2008)) Sedangkan menurut Willet (1990) efek dari protein dan jenis protein pada manusia belum jelas dan hubungan jenis dengan risiko PJK diterima dengan sedikit perhatian pada studi-studi epidemiologi darah, studi pada hewan dengan meningkatkan konsumsi jenis dari protein mungkin berefek pada penyakit kardiovaskuler (Kotchen dan Jane 1995 dalam Angreini (2008)). Serat memberi perlindungan terhadap PJK dan juga menurunkan tekanan darah dan konsumsi setiap hari dan sayuran direkomendasikan untuknmengurangi risiko PJK, Stroke dan tekanan darah tinggi (WHO, 2003). Kemudian (Kusni dan Kolega 1985 dalam Angreini 2008) pada 1001 laki-laki di Irlandia dan Boston yang diikuti selama 20 tahun memperoleh hasil terbanyak 101 orang meninggal akibat PJK (Penyakit Jantung Koroner), dari hasil ini terdapat hubungan yang terbalik antara asupan serat dengan risiko PJK. Berikut adalah beberapa yang harus diperhatikan pada pola makan penderita hipertensi : a. Pengaturan Natrium (rendah garam) Pada penderita hipertensi bahan-bahan tersebut, termasuk makanan yang dimasak dengan bahan tersebut harus dibatasi penggunaanya. Pembatasan ini tergantung tingkat keparahan hipertensi yang diderita. Rinciannya sebagai berikut:

22 1) Untuk hipertensi berat yaitu apabila tekanan darah systole >180 mmhg dan/ atau diastole >110 mmhg maka dalam pemasakan tidak boleh ditambahkan garam sedikitpun. Makanan yang tinggi garam juga harus dihindari. Pengaturan seperti ini biasa disebut diet rendah garam I (RG I). 2) Untuk hipertensi sedang yaitu apabila tekanan darah sistol : 160 179 mmhg dan atau tekanan darah diatole : 100 109 mmhg maka penggunaan garam dibatasi hanya ¼ sendok teh atau 1 gram sehari/orang. Makanan yang tinggi garam harus dihindari. Pengaturan ini biasa disebut diet rendah garam II (RG II). 3) Untuk hipertensi ringan yaitu apabila tekanan darah sistol : 140 149 mmhg dan/atau tekanan darah diastole : 90 99 mmhg, maka penggunaan garam dibatasi hanya ½ sendok teh atau 2 gram sehari/orang. Makanan tinggi garam harus dihindari. Pengaturan ini biasa disebut Diet rendah garam III (RG III). b. Memperbanyak Kalium Penelitian menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi 3500 miligram kalium dapat membantu mengatasi kelebihan kalium dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume darah yang ideal dpaat dicapai kembali tekanan yang normal. Kalium bekerja mengusir natrium dari senyawanya, sehingga lebih muudah dikeluarkan. Sumber kalium mudah didapatkan dari asupan makanan seharihari. Misalnya, sebutir kentang rebus mengandung 838 miligram kalium sehingga empat butir kentang (3352 miligram) akan mendekati kebutuhan tersebut. Atau dengan semangkuk bayam yang mengandung 800 miligram kalium cukup ditambah 3 butir kentang. Makanan lain yang kaya kalium adalah pisang, sari jeruk, jagung, kubis dan brokoli (vitahealth, 2004).

23 c. Penuhi Kebutuhan Magnesium Juga ditemukan hubungan antara rendahnya asupan magnesium dengan hipertensi. Tetapi belum dapat dipastikan berapa banyak magnesium yang dibutuhkan untuk mengatasi hipertensi. Kebutuhan magnesium menurut kecukupan gizi yang dianjurkan atau RDA (Recommended Dietary Allawance) adalah 350 miligram. Kekurangan asupan magnesium terjadi dengan semakin banyaknya makanan olahan yang dikonsumsi. Sumber makanan yang kaya magnesium antara lain kacangkacangan dan bayam (vitahealth, 2004). d. Memperbanyak Serat Mengkonsumsi lebih banyak sayur atau makanan rumahan yang mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan menahan sebagian asupan natrium. Sebaiknya penderita hipertensi menghindari makanan kalengan dan makanan siap saji dari restoran (sejenisnya) yang dikhawatirkan mengandung banyak pengawet dan kurang serat. Dari penelitian lain ditemukan bahwa dengan mengkonsumsi 7 gram per hari dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 5 poin. Konsumsi serat juga dapat memperlancar buang air, menyebabkan makan lebih sedikit dan mengurangi asupan natrium. Serat pun mudah didapatkan dalam makanan (vitahealth, 2004) e. Mengatur Menu Makanan Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dpat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung. Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah (diet bagi penderita hipertensi, pdf 2002):

24 1) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih). 2) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik dan makanan kering yang asin). 3) Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink). 4) Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai. f. Vitamin Fungsi dari vitamin yaitu untuk mempercepat metbolisme, mempertahankan fungsi jaringan tubuh dan mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan jaringan. Pada lansia vitamin sangat penting, terutama vitamin B1 agar tubuh selalu bugar. Contoh makanan: beras merah Makanan yang boleh: semua buah yang tidak diawtkan garam/ soda, air putih. Makanan yang tidak boleh: durian, buah-buahan yang diawetkan oleh garam dan soda, kopi dan coklat (gizi pada lansia hipertensi, pdf 2005). g. Protein Fungsi dari protein sebagai zat pembangun dari sel tubuh. Pada lansia sebaiknya memilih daging unggas-unggasan daripada daging sapi atau kambing dan hendaknya tidak makan lebih dari 2 potong daging pada sehari. Makanan yang boleh: daging, ikan telur dan susu, semua kacang-kacangan dan sayuran. Makanan yang tidak boleh: ikan asin, keju, kornet, ebi, telur asam, pindang, dendeng, udang, kacang tanah dan sayuran yang dimasak/ diawetkan dengan garam dapur (gizi pada lansia hipertensi, pdf 2005).

25 h. Karbohidrat Fungsi karbohidrat adalah penyedia energi. Pada lansia konsumsi gula dibatasi karena: Gula tidak mengandung gizi kecuali zat tenaga. Sedangkan pada lansia konsumsi zat zat gizi lain seperti vitamin, protein dan mineral diutamakan untuk mencegah proses penurunan fungsi tubuh. Gula cepat diserap (absorpsi) sehingga mengakibatkan perubahan kadar gula darah dan memungkinkan terjadinya obesitas (kegemukan) dan diabetes. Makanan yang tidak boleh: Roti, biscuit dan kue yang dimasak dengan garam dapur (gizi pada lansia hipertensi, pdf 2005). i. Lemak Dan Kolestrol Batasi penggunaan minyak goreng, margarine, mentega, dan keju. Dianjurkan menggunakan minyak yang mengandung lemak tak jenuh seperti minyak zaitun, minyak kacang, minyak wijen, minyak jagung, minyak kedele dan minyak biji bunga matahari. Tapi hindarkan pemasakan yang menggunakan panas tinggi seperti menggoreng maupun oven. Karena pemasakan seperti ini akan merusak lemak sehingga justru lebih berbahaya (gizi pada hipertensi lansia, pdf 2005). Di dalam penerapannya, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas perlu memerhatikan hal-hal berikut. 1) Hindari mengonsumsi bahan makanan sumber lemak jenuh, seperti kelapa dan produk olahannya (minyak kelapa), lemak hewan, margarin, dan mentega. 2) Batasi konsumsi daging dan jeroan, seperti hati, limpa, dan ginjal. 3) Ganti susu penuh (full cream) dengan susu rendah lemak, misalnya susu skim. 4) Batasi konsumsi kuning telur. Di dalam seminggu, konsumsi kuning telur tidak boleh lebih dari tiga kali. 5) Tingkatkan konsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-kacangan lainnya.

26 6) Kurangi penggunaan gula dan makanan manis. 7) Perbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan. 8) Perhatikan kombinasi makanan yang dikonsumsi agar sesuai dengan kadar kolesterol darah. 3. Aktivitas Fisik Menurut Supariasa 2001, aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (Aisyiah 2009). Melakukan aktifitas fisik yang cukup merupakan salah satu dari banyak hal yang dikategorikan ke dalam pengobatan non farmakologis. Aktifitas fisik yang cukup dan teratur terbukti dapat membantu menurunkan tekanan darah. (dr Marliani dan Tantan 2007). Pada zaman sekarang, dengan berbagai kemudahan membuat orang enggan melakukan kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari mereka. Aktifitas fisik sangatlah penting untuk mengendalikan tekanan darah. Aktifitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha. Semakin ringan kerja jantung, semakin sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga tekanan darah akan menurun. (Marliani dan Tantan 2007). Aktifitas fisik yang cukup dan teratur dapat mengurangi risiko terhadap penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah selain dapat membantu mengurangi berat badan pada penderita obesitas. ( Marliani dan Tantan 2007). Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat (Armilawati 2007). Seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang, memiliki kecenderungan 30%-50% terkena hipertensi

27 daripada mereka yang aktif. Penelitian dari Farmingharm Study menyatakan bahwa aktivitas fisik sedang dan berat dapat mencegah kejadian stroke. Selain itu, dua meta-analisis yang telah dilakukan juga menyebutkan hal yang sama. Hasil analisis pertama menyebutkan bahwa berjalan kaki dapat menurunkan tekanan darah pada orang dewasa sekitar 2% (Kelley 2001). Analisis kedua pada 54 randomized controlled trial (RCT), aktivitas aerobik menurunkan tekanan darah rata-rata 4 mmhg TDS (tekanan darah sitole) dan 2 mmhg TDD (tekanan darah diastole). (Aisyiah 2009). Perubahan gaya hidup Sedentary merupakan gaya hidup dimana gerak fisik yang dilakukan minimal sedang beban kerja mental maksimal. Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan termasuk keadaan gizi seseorang dan selanjutnya berakibat sebab penyebab dari berbagai penyakit (Amir, 1997). Latihan fisik secara teratur kedalam kegiatan sehari-hari adalah penting untuk mencegah hipertensi dan penyakit jantung (Hull, 1996 dalam Angreini (2008)). Sedangkan olahraga apa pun baik untuk kesehatan kita seperti senam, berenang, jalan kaki, yoga, waitangkung, taichi, dan lain-lain. Berolahraga bersama orang lain lebih menguntungkan, karena dapat bersosialisasi, berjumpa dengan teman-teman, dan mendapat kenalan baru, mengadakan kegiatan lainnya, seperti bisa berwisata dan makan bersama. Kebanyakan olahraga dilakukan padapagi hari setelah subuh. Dimana udara masih bersih, Berolahraga dapat menuurnkan kecemasan dan mengurangi perasaan depresi dan lowself esistem. Selain fisik sehat jiwa juga terisi, membuat kita merasa muda dan sehat diusia tua (Hariani, 2007). Sejumlah studi menunjukkan bahwa olahrga teratur, mengurangi beberapa faktor risiko terhadap PJK, termasuk hipertensi (Soeharto, 2000). Kemampuan aktifitas fisik yang berhubungan dengan kesehatan akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk berfungsi secara baik, komponen aktifitas fisik yang berhubungan dengan kesehatan akan

28 mempengaruhi kemampuan tubuh untuk berfungsi secara baik, komponen tersebut antara lain efisiensi kardiovaskuler, kelenturan, pengendalian berat badan, dan pengurangan stress (Stoel, 1986 dalam amir, 1997). Hasil penelitian Merdin (2003) terdapat hubungan, antara kurang aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi dengan OR 1,4 sehingga, kurang beraktifitas akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar 1,4 kali (95% CI 1,025-1,8952). Pada tahun 1987, Paffen Berger meneliti para alumni Harvard dan hasil penelitiannya menunjukan bahwa mereka yang teratur berolahraga atau bekerja fisik secara teratur lebih sedikit terkena serangan jantung. Survei Monica tahun 1983 dilakukan terhadap 2040 orang diwilayah Jakarta Selatan menunjukkan mereka yang teratur memiliki resiko terendah untuk terkena hipertensi maupun penyakit jantung koroner. (Kusmana, 1997 dalam Angreini (2008)). Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olahraga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degenaratif. Table 2:2. Kategori AKtifitas fisik (Sumber: Baecke (1982) dalam Kamso 2000)) No Aktifitas Fisik Skala Tingkat Index Kerja (IK) Tidak Pernah Jarang Kadang Sering Sangat Sering 2 Index Sport (IS) Tidak Pernah Jarang Kadang Sering Sangat Sering 3 Index Waktu Luang Tidak Pernah Jarang Kadang Sering Sangat Sering 1. Ringan : Supir, Guru, Pensiunan, Pedagang tetap, Ibu rumah tangga dan sejenisnya. 2. Sedang : Buruh Pabrik dan sejenisnya. 3. Berat : Buruh bangunan, Pedagang keliling, dan Petani dan sejenisnya. 1. Ringan : Memancing. 2. Sedang : Bulu tangkis, Sepeda, Senam, Renang, lari-lari keci. 3. Berat :Sepak Bola. 1. <5 menit = 1 2. 5-15 menit = 2 3. 16-30 menit = 3 4. 31-45 menit = 4 5. > 45 menit = 5

29 4. Pola Istirahat Dan Tidur Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi berulang-ulang selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Menurut Chopra (2003), tidur merupakan dua keadaan yang bertolak belakang dimana tubuh beristirahat secara tenang dan aktivitas metabolisme juga menurun namun pada saat itu juga otak sedang bekerja lebih keras selama periode bermimpi dibandingkan dengan ketika beraktivitas di siang hari (MP Dewi 2011) Tidur merupakan salah satu kebutuhan pokok tubuh manusia untuk memperbaiki fungsi organ dan masa pertumbuhan. Banyak para ahli yang berpendapat jika kurang tidur dapat membahayakan kesehatan, seperti mengakibatkan penyakit diabetes ataupun darah tinggi tetapi tidur terlalu banyak juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. Dimulai dengan atherosclerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang mennghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan, 2007). Satu teori fungsi tidur adalah berhubungan dengan penyembuhan. Teori lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energi selama tidur, otot skeletal berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya kontraksi otot menyimpan energi kimia untuk proses selular. Penurunan laju metabolik basal lebih jauh menyimpan persediaan energi tubuh (Anch dkk, 1988 dikutip dari Potter & Perry, 2005).

30 Istirahat yang cukup diperlukan agar tubuh dapat kembali ke kondisi normal setelah digunakan untuk beraktifitas. Istirahat terbaik adalah tidur. Tidur 6-8 jam sehari sudah lebih cukup. Tidur terlalu lama, akan cenderung menggangu kesehatan. Sebagaimana dijelaskan diatas, saat tidur pun tubuh butuh nutrisi. Bila tidur terlalu lama, tubuh akan mengalami ketabolik. Akibatnya, akan semakin merasa malas, tidak bertenaga, dan memboroskan waktu (Hudzifah.org,2007). Kurang tidur dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk mengingat informasi yang kompleks. Penelitian di Universitas de Lille, Perancis, mengindikasikan bahwa otak memerlukan tidur untuk mempertahankan kemampuan mengingat informasi yang kompleks. Umumnya manusia bisa tidur dalam 6 s/d 8 jam sehari. Tapi terkadang ada orang yang bisa tidur dibawah 6 jam. Kurang tidur berdampak negatif bagi tubuh kita seperti konsentrasi, cepat marah, lesu.lelah. (dechacare.com,2007). Menurut (Angraeni 2008) Klasifikasinya adalah a. Kurang < 6 jam satu hari. b. Sedang 6-8 jam satu hari. c. Lebih > 8 jam satu hari. Istirahat yang cukup sangat dibutuhkan badan kita. Orang lansia harus tidur enam sampai delapan jam sehari. Hasil riset terbaru para ahli dari University of Chicago membuktikan, tiga hari mengalami kurang tidur, kemampuan tubuh dalam memproses glukosa akan menurun secara drastis, sehingga dapat meningkatkan risiko mengidap diabetes. 5. Pola Merokok Merokok dapat menganggu kerja paru-paru yang normal, karena Hemoglobin lebih mudah membawa Karbondioksida daripada membawa Oksigen. Jika terdapat Karbondioksida dalam paru-paru, maka akan dibawa oleh Hemoglobin sehingga tubuh memperoleh Oksigen yang kurang dari biasanya. Kandungan Nikotin dalam rokok yang terbawa dalam aliran darah dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh yaitu

31 mempercepat denyut jantung sampai 20 kali lebih cepat dalam satu menit daripda dalam keadaan normal, menurunkan suhu kulit sebesar setengah derajat karena penyempitan pembuluh darah kulit dan menyebabkan hati melepaskan gula kedalam aliran darah (Amstrong, 1991 dalam Angreini (2008)). Merokok merupakan faktor resiko terpenting untuk terjadinya penyakit tidak menular, karena dapat menyebabkan Arterio Sklerosis dini, PJK, penyakit paru obstruktif menahun, kanker paru, Larynx, rongga mulut, pancreas dan esofagus, selain itu juga dapat meningkatkan tekanan darah dan kadar lemak dalam darah sebagai faktor resiko terjadinya Stroke, penyakit jantung dan pembuluh darah (Kosen, 2001 dalam Siregar, 2006). Merokok sigaret dengan kandungan nikotin menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung serta meningkatkan tekanan sistolik dan distolik, meskipun nikotin dan merokok menaikkan tekanan darah secara akut, namun tidak selalu muncul pada perokok (Kaplan dan Stample, 1994). Zat-zat kimia beracun yang terdapat dalam rokok seperti nikotin dan karbon monoksida dan diisap melalui rokok dibawa masuk kedalam aliran darah. Selanjutnya zat ini merusak lapisan Endotel pembuluh darah arteri, sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat, merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung (Karyadi, 2002). Farmingham Heart Study menemukan bahwa merokok menurunkan kadar kolesterol baik (HDL). Penurunan HDL pad,5 mg/dl pada perempuan dan laki-laki rata-rata 6,5 mg/dl. Perokok dikategorikan sebagai berikut: a. Perokok ringan :<10 batang/hari b. Perokok sedang : 10-20 batang/hari c. Perokok berat : >20 batang/hari

32 Penelitian yang dilakukan oleh Lipid Research Program prevalence study menunjukkan bahwa mereka yang merokok dua puluh batang atau lebih perhari, mengalami penurunan kadar HDL sekitar 11% pada lakilaki dan 14% pada perempuan. Merokok juga mengurangi usia harapan hidup, rata-rata 10 tahun. Atau apabila tidak merokok berarti menambah usia harapan hidup rata-rata 10 tahun. (BKKBN.go.id,2007). 6. Perokok Pasif Merokok tembakau sangat merugikan kesehatan perokok maupun orang yang berada didekatnya. Merokok dapat atau mencetuskan penyakit jantung dan pembuluh darah, yaitu penyakit jantung koroner, berupa infark otot jantung sampai serangan angina pektoris, arteriosklorosis, dan penyakit pembuluh darah tepi. Perokok pasif, yaitu mereka yang tinggal disekitar perokok, mempunyai resiko menderita penyakit akibat merokok sama besarnya dengan perokok itu sendiri (Joewana, Satya, M.D.2004). Lebih dari 95% pasien penyakit jantung koroner adalah perokok aktif, namun dari hasil penelitian ternyata perokok pasif, yaitu orang yang hidup disekitar perokok aktif sehari-hari mempunyai resiko yang sama dengan perokok aktif. Perokok aktif biasanya memulai kebiasaan sejak masa sangat muda/kanak-kanak dan setelah berpuluh tahun kemudian, yaitu usia produktif mereka menuai hasilnya berupa penyakit jantung kororner. (Joewana, Satya, M.D.2004). Pada jantung, hipertensi mengakibatkan pembengkakan jantung yang gilirannya akan memudahkan seseorang terkena serangan jantung maupun gagal jantung. Gagal jantung menyebabkan seseorang tidak mampu lagi bekerja sehari-hari karena selalu sesak nafas setiap melakukan kegiatan sehingga menjadi seseorang tidak produktif lagi karena jantung telah gagal memenuhi fungsinya untuk memompakan kehidupan keseluruh tubuh. (dr. J.B. Cahyono, Suharjo B. SpPD, 2008).

33 Studi pertama mengenai pengaruh perokok pasif berhasil menemukan fakta bahwa menghirup asap rokok orang lain telah menyebabkan 600.000 kematian setiap tahun, sekitar satu dari 100 di seluruh dunia. Sekitar 5,1 juta kematian yang merupakan akibat merokok (aktif), untuk mendapatkan efek penuh dari merokok secara aktif maupun pasif. Kebiasaan merokok ini menyebabkan lebih dari 5,7 juta kematian setiap tahun. Paparan asap rokok diperkirakan telah mengakibatkan 379.000 kematian perokok pasif dari penyakit jantung, 165.000 dari infeksi saluran pernafasan, 36.900 dari asma, dan 21.400 dari kanker paru-paru (Marie Claire 2012 dalam Irfan Arief 2012) D. Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang mempunyai variabel tunggal / mandiri yaitu gaya hidup lansia hipetensi. Penelitian deskiptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. (Sugoyono, 2002). E. Kerangka Teori Dalam Undang-undnag No. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi, namun penelitian hanya menggunakan 2 aspek di dalam penelitian ini, yaitu aspek fisik (badan) dan aspek mental dalam status kesehatan pada lansia, dimana kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara klinis tidak adanya penyakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh. Sedangkan kesehatan mental dapat terlihat dari 3 komponen, yakni: fikiran, emosional dan spiritual (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut diatas status kesehatan pada lansia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu antara lain adalah Endogenic aging dan Exogenic faktors.

34 Dimana Endogenic aging yaitu dimulai dengan cellular aging, lewat tissue dan anatomical aging kearah proses menuanya organ tubuh dan exogenic faktors yaitu adalah faktor-faktor dari luar, seperti gaya hidup dan lingkungan (darmojo 2006). Dari dua faktor tersebut, diambil hanya variabel gaya hidup yang terdapat pada exogenic faktors, dimana variabel-variabel dalam gaya hidup yang diambil adalah hanya Pola makan, aktifitas fisik, kebiasaan merokok dan kebiasaan istirahat, maka terbentuklah kerangka konsep sebagai berikut: Endogenic faktor (tidak dapt diubah) 1. Kelamin 2. Genetic 3. Ras/suku 4. Umur/degene ratif Gambar Skema 2:1 Kerangka Teori (Boedi-Darmojo 2006) Exogenix faktor (dapat diubah) hipertensi Life style (gaya hidup) 1. Aktifitas fisik 2. Pola makan 3. Kebiasaan merokok 4. Pola istirahat Ket: Tidak diteliti Diteliti