LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM PENGHUJAN TAMAN NASIONAL BALURAN 2006
I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Savana merupakan tempat bagi satwa herbivora melakukan aktivitasnya, terutama dalam mencari pakan. Hijauan yang ada termasuk jenis jenis rumput merupakan sumber pakan bagi satwa yang ada. Kondisi hijauan rumput di savana sangat dipengaruhi oleh jumlah satwa, persaingan jenis rumput, musim serta perubahan ekosistem yang disebabkan oleh campur tangan manusia. Di Taman Nasional Baluran terdapat beberapa savanna yang tersebar di berbagai tempat, diantaranya savanna Karangtekok, Balanan, Semiang, Kramat, Talpat dan Bekol. Savana Bekol merupakan salah satu pusat kegiatan wisata di Taman Nasional Baluran yang terkenal akan atraksi satwa herbivoranya. Untuk mempertahankan kondisi populasi satwa herbivora maka hijauan sebagai pakan yang merupakan factor pembatas diusahakan selalu tersedia dalam jumlah cukup, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu didukung data mengenai kondisi dan produktivitas padang rumput (savana) Bekol di Taman Nasional Baluran. Untuk memperoleh data tersebut maka perlu diadakan penelitian mengenai kondisi dan produktivitas savana gun mendapatkan informasi yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi populasi flora dan faunanya. b. Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah : Mengetahui produktivitas savanna Bekol pada musim hujan ( penelitian dilaksanakan pada Bulan Maret April 2006 ) dengan mengambil sampel savana Bekol seluas 125 ha yang telah direhabilitasi (pembakaran terkendali, pemupukan, dan pencabutan seedling maupun trubusan).
II. TINJAUAN PUSTAKA Padang rumput (savana) Bekol adalah salah satu savana yang terdapat di Taman Nasional Baluran. Ekosistem savana ini merupakan ekosistem klimaks. Luas savana Bekol + 420 ha dan sebagian besar bertopografi datar (kelerengan 0 2%). Savana Bekol merupakan padang rumput alam atau semi alam, karena spesies tumbuh tumbuhan makanan satwa belum disebar atau ditanam dan relatif kecil akan campur tangan manusia. Adanya campur tangan manusia adalah dengan beberapa perlakuan seperti pembakaran terkendali, pemupukan dan pemberantasan gulma. Produktivitas merupakan hasil yang dipungut atau dipanen per satuan bobot, luas dan waktu, sedangkan biomassa adalah hasil yang dipanen atau dipungut per satuan luas dan bobot 9 (Indradi, 1996 dalam Utomo, 1997). Roduktivitas padang rumput diperoleh dengan cara memotong dan menimbang rumput yang terdapat di aral tersebut. Untuk mendapatkan angka yang baik pemotongan dilakukan setiap bulan atau menurut interval waktu tertentu. Produktivitas yang baik menurut Setyawati & Mukhtar (1992) dalam Utomo (1997) yaitu 6.000 Kg/ha atau 150 kg/ha/hari. Menurut McIlroy (1977) dalam Utomo (1997) pemotongan rumput dilakukan pada ketinggian yang telah ditentukan, pada umumnya sangat dekat dengan permukaan tanah. Jadi semua jenis rumput yang terukur hanya sebatas bagian yang berada di atas permukaan tanah. Selanjutnya dinyatakan bahwa produktivitas padang rumput tergantung pada beberapa faktor yaitu : 1. Persistensi (daya tahan), yaitu kemampuan untuk bertahan hidup dan berkembang secara vegetatif. 2. Agresivitas (daya saing) yaitu kemampuan memenangkan persaingan dengan spesies lain yang tumbuh bersama. 3. Kemampuan tumbuh kembali setelah injakan dan penggembalaan yang berat. 4. Sifat tahan kering dan tahan dingin. 5. Penyebaran produksi musiman. 6. Kemampuan menghasilkan cukup banyak biji yang dapat tumbuh baik atau dapat berkembang biak secara vegetatif. 7. Kesuburan tanah. 8. Iklim, terutama besarnya curah hujan dan distribusi hujan.
Menurut Alikodra (1979) produktivitas kawasan merupakan suatu modal yang secara ekonomis paling menguntungkan untuk mengembangkan populasi satwa sampai pada tingkat tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas padang rumput antara lain : 1. Suksesi, yaitu suatu proses perubahan dari unsur biotik dan abiotik sesuai dengan ekosistemnya. 2. Persaingan jenis rumput, terutama pada padang rumput alam kemungkinan jenis rumput tidak disukai oleh satwa akan muncul menggantikan jenis jenis yang disukai satwa. 3. Pengaruh musim, yaitu dalam musim kemrau biasanya mengalami kekeringan, sehingga terjadi masalah produksi makanan yang sangat menurun. 4. Over grazing, yaitu suatu keadaan yang menunjukkan bahwa jumlah satwa yang merumput telah melebihi daya dukung padang rumput. Pola pertumbuhan padang rumput temperate dipengaruhi banyak oleh suhu, biasanya suhu rendah. Naungan dapat mempengaruhi produktivitas padang rumput karena iklim lokal berubah. Demikian juga suhu yang tinggi berpengaruh sama tetapi kekeringan merupakan faktor penentu utama pada pola pertumbuhan dibanding dengan suhu yang rendah (Suhendar, 1981 dalam Utomo, 1997).
III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Kegiatan dilaksanakan pada tanggal yang merupakan pengambilan / pengukuran pertama. Kegiatan berlokasi di savana Bekol pada area yang telah direhabilitasi seluas + 125 ha. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah : - peta kawasan savana Bekol - gunting rumput - sabit - rol meter plastik - rafia - meteran - penggaris - kompas - kamera - timbangan - kertas label Untuk mendapatkan data produktivitas padang rumput dibuat petak petak contoh dengan ukuran 1 m x 1 m sebanyak 20 plot. Penentuan petak contoh dilakukan dengan random yaitu dilakukan pengundian yang didasarkan pada penempatan petak contoh analisa vegetasi. Pertama dilakukan pengundian untuk petak contoh yang tidak dipagar sebanyak 10 buah, kemudian dilakukan pengundian untuk petak contoh yang dipagar sebanyak 10 buah. Untuk selanjutnya diaplikasikan ke lapangan. Untuk menghitung produksi rumput dilakukan pemotongan rumput pada 10 plot yang telah ditentukan. Hasil pemotongan rumput ditimbang bertanya yang merupakan produksi rumput pada keadaan alami. Setelah pemotongan awal rumput yang telah dipotong dibiarkan selama 40 hari yang dilanjutkan dengan pemotongan kedua sebagai produksi per plot selama 40 hari. Untuk menghindari aktifitas merumput dari satwa dilakukan
pemagaran terhadap 10 plot rumput pada kondisi alami, sedangkan 10 plot rumput yang lain dibiarkan tanpa pemagaran. Untuk mengetahui jumlah rumput yang dimakan satwa setiap harinya dapat dilakukan pendekatan dengan cara membandingkan hasil penimbangan rumput pada plot yang dipagar dengan plot yang tidak dipagar, dimana rumput masing masing dalam kondisi alami. Pengolahan data menggunakan rumus yang seperti dikemukakan oleh Widyatna ( 1982, dalam Setyawan, 1996 ) yaitu dari hasil penimbangan rumput pada petak petak contoh dapat diketahui produksi rumput seluruh areal dengan menggunakan rumus : P = P L l P : Produksi rumput padang rumput L : luas padang rumput. p : Produksi rumput seluruh petak contoh. l : Luas seluruh petak contoh. Untuk mengetahui produktivitas rumput seluruh areal dapat digunakan rumus produktivitas menurut Widyatna ( 1982 ) yaitu : Produktivitas = Produksi seluruh areal padang rumput Interval waktu pengamatan ( 40 hari ) Setelah dihitung maka produktivitas savanna bekol dapat diketahui sebagai berikut : Produktivitas = 18281250 gr/hari= 146250 grm/ha/hari = 146,25 Kg/Ha/hari. Dari hasil tersebut maka savanna Bekol sudah hampir mendekati batas produktivitas yang produktif. Menurut Wind dan Amir ( 1977 ) bahwa produktivitas savana yang baik yaitu 150Kg/Ha/hari. foto foto di mas hari leptopnya