Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.3, No. 1, Maret 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.3, No. 1, Maret 2015

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.3, No. 2, September 2015 PENGERINGAN LAPIS TIPIS KOPRA PUTIH MENGGUNAKAN OVEN PENGERING

Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BAWANG MERAH (Alium Ascalonicum. L) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING ERK (Greenhouse)

Perpindahan Massa Pada Pengeringan Gabah Dengan Metode Penjemuran

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

Model Pengeringan Lapisan Tipis Cengkeh (Syzygium aromaticum) 1) ISHAK (G ) 2) JUNAEDI MUHIDONG dan I.S. TULLIZA 3) ABSTRAK

1. Pendahuluan PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK)

PERANCANGAN BANGUNAN PENGERING KERUPUK MENGGUNAKAN PENDEKATAN PINDAH PANAS. Jurusan Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan 2

MODEL MATEMATIS PENGERINGAN LAPISAN TIPIS BIJI KOPI ARABIKA (Coffeae arabica) DAN BIJI KOPI ROBUSTA (Coffeae cannephora) ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

TEMPERATUR UDARA PENGERING DAN MASSA BIJI JAGUNG PADA ALAT PENGERING TERFLUIDISASI

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

HASIL DAN PEMBAHASAN

AGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI KINERJA ALAT PENGERING HYBRID TIPE RAK PADA PENGERINGAN CHIP PISANG KEPOK [PERFORMANCE TEST OF HYBRID DRYER SHELVES TYPE FOR DRYING BANANA CHIPS]

SCALE UP DAN UJI TEKNIS ALAT PENGERING TIPE FLUIDIZED BED Scale Up and Technical Test of Fluidized Bed Dryer

PENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa

PENGERINGAN KERUPUK SINGKONG MENGGUNAKAN PENGERING TIPE RAK. Joko Nugroho W.K., Destiani Supeno, dan Nursigit Bintoro ABSTRACT

DESAIN SISTEM PENGERING KERUPUK KEMPLANG DENGAN UAP SUPER PANAS BERBAHAN BAKAR BIOMASA

PENENTUAN KONSTANTA PENGERINGAN PATHILO DENGAN MENGGUNAKAN SINAR MATAHARI

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

Determination of Thin Layer Drying Characteristic of Globefish (Rastrelliger sp.)

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan. C. Parameter Pengeringan dan Mutu Irisan Mangga

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

ABSTRAK. penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Analisis Efisiensi Pada Sistem Pengeringan Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) Menggunakan Alat Pengering Tipe Lemari

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

KARAKTERISASI FISIK BIJI PALA (Myristica sp.) SELAMA PROSES PENGERINGAN DENGAN MENGGUNAKAN ERK HYBRID

ANALISIS ENERGI PANAS PADA PROSES PENGERINGAN MANISAN PEPAYA (Carica Papaya L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING TIPE RAK

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kandungan cabai merah itu sendiri. Kandungan air yang sangat tinggi ini dapat

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERUBAHAN NILAI DESORPSI PRODUK KAKAO FERMENTASI PADA BERBAGAI SUHU DAN KELEMBABAN

PEMANFAATAN ALAT PENGERING DENGAN PENGONTROL SUHU UNTUK PAKAN IKAN PADA CV. FAJAR ABADI

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

Apriadi 1), Hanim Z. Amanah 1),Nursigit Bintoro 1),. 1) ABSTRAK. Keyword : corn cob, drying, green house, heat transfer, mass transfer PENDAHULUAN

Uji Alat Pengering Tipe Cabinet Dryer untuk Pengeringan Kunyit. (Testing of a Cabinet Dryer in Drying of Turmeric)

PENGERINGAN BAHAN PANGAN (KER)

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

Studi Karakteristik Pengeringan Pupuk NPK (15:15:15) Menggunakan Tray Dryer

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan komoditas pertanian yang penting karena banyak

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : Analisis Sebaran Kadar Air Jagung Selama Proses Pengeringan dalam In-Store Dryer (ISD) Bogor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

BAB 3. METODE PENELITIAN

PENGUJIAN PERFORMANSI MESIN PENGERING PRODUK PERTANIAN SISTEM TENAGA SURYA TIPE KOLEKTOR BERSIRIP

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN

Devi Yuni Susanti 1), Joko Nugroho Wahyu Karyadi 1), dan Setiawan Oky Hartanto 2) Mada Jl. Flora No 1. Bulaksumur, Yogyakarta 55281; ABSTRACT

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)


PENENTUAN LAJU PENGERINGAN KACANG HIJAU PADA ROTARY DRYER

TEST OF PERFOMANCE ERK HYBRID DRYER WITH BIOMASS FURNACE AS ADDITIONAL HEATING SYSTEM FOR NUTMEG SEED (Myristica sp.) DRYING

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

Myristica Dryer, Mesin Pengering Biji Pala yang Efisien dengan Kontrol Suhu Otomatis.

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK ALAT PENGERING BUATAN UNTUK PROSESSING BUAH PANILI. Abstrak

UJI UNJUK KERJA ALAT PENGERING TIPE RAK MODEL TETA 17 PADA PENGERINGAN BIJI PALA. Dosen Program Studi Teknik Pertanian

Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

UJI VARIASI SUHU TERHADAP MUTU KELAPA PARUT KERING PADA ALAT PENGERING KELAPA PARUT (Desiccated Coconut)

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DAN PANGAN TPE 328

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL PADA LAJU PENGERINGAN PUPUK ZA DALAM TRAY DRYER

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan oleh petani dan petani hutan. Umbi porang banyak tumbuh liar di

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

II. PASCA PANEN KAYU MANIS

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : Uji Kinerja Pengering Surya dengan Kincir Angin Savonius untuk Pengeringan Ubi Kayu (Manihot esculenta)

METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PENGERINGAN BIJI KEMIRI PADA ALAT PENGERING TIPE BATCH MODEL TUNGKU BERBASIS BAHAN BAKAR CANGKANG KEMIRI Drying of pecan seed using Batch Type dryer with pecan sheel fuel Murad 1, Sukmawaty 1, Rahmat Sabani 1, Guyup Mahardhian Dwi Putra 1 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram Email : mu_rad08@yahoo.com ABSTRACT In this study, temperature and gas producer flowrate in pyrolysis proses of oil palm empty fruit bunches were investigated using inverted downdraft gasifier with capacity 0,113 m 3. Experiment was conducted by measure the superficial velocity as the most important measure of its performance. The effect of air flowrate inlet were investigated at 13,08lpm, 18,24lpm, 41,04lpm, 115,56lpm and 191,61lpm by varied blower nozzle outlet. causes SV at 4,69m/s, 7,64m/s, 17,87m/s, 42,3m/s, dan 65,77m/s. The operation results airflow inlet influences to supervicial velocity, process time, air fuel ratio, production gas flowrate, and fuel consumption flowrate. A low SV was obtained with the lower air flowrate, causes relatively slow pyrolisis conditions, and gas with high methane content. A high SV causes very fast pyrolisis, producing less charcoal and tars, and gas with less methane content. Further studieswith the same fuel was recommended using SV at range 4,69m/s to obtained specific results for pyrolysis process. Keywords : air flowrate, pyrolysis, empty fruit bunches, superficial velocity ABSTRAK Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik pengeringan kemiri pada alat pengering tipe Batch model tungku berbasis bahan bakar cangkang kemiri. Tujuan secara khusus adalah untuk mengetahui penurunan kadar air biji kemiri, perubahan suhu, laju pengeringan, laju perndahan massa, laju aliran udara pengering, untuk mengetahui kebutuhan energi pengeringan, efisiensi dan kapasitas pengeringan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental yaitu menentukan karakteristik pengeringan kemiri pada lapis tipis menggunakan oven sebagai dasar untuk melakukan simulasi pengeringan lapis tipis sehingga diperlukan data yang diperoleh dari penelitian di Laboratorium dengan perlakukan suhu 40 o C, 50 o C, 60 o C, 70 o C, dan 80 o C. Pengeringan lapis tebal dengan menguji model matematika yaitu data yang akan diperoleh pada tahap pengeringan menggunakan alat pengering tipe batch model tungku akan diolah menggunakan program komputer berdasarkan model matematika yang akan diperoleh serta melakukan pengeringan aktual lapis tebal di lapangan. Pengukuran sifat geometrik biji kemiri. Hasil pengukuran dan analisis sifat geometrik biji kemiri menunjukkan bahwa biji kemiri memiliki sifat geometrik kebulatan(sphericity) dengan nilai rata-rata 0,79. Dari hasil analisis didapatkan kurva karakteristik pengeringan lapis tipis biji kemiri dengan laju pengeringan menurun dan hubungan ln MR (% db) dengan waktu t (jam) pada suhu pengeringan 40 C sampai dengan 80 C menunjukkan bahwa proses pengeringan biji kemiri mengalami penurunan kadar air dan laju pengeringan terhadap lama waktu pengeringan. Nilai k diperoleh dengan mengeplotkan nilai MR terhadap waktu didapatkannya nilai k =0,0141.T 0,2583, maka didapatkan persamaan umum untuk rasio kadar air, MR menjadi MR = exp (-0,0141.T 0,2583)*t. Grafik hubungan kelembaban relatif dengan suhu ruang pengering mengikuti pola linier dengan persamaan RH = - 0,7908.t+106,5. Dari grafik hubungan penggunaan bahan bakar dengan RH ruang pengering (%) pada pengeringan lapis tebal pada alat pengering tipe bacht semakin rendah dengan banyaknya bahan bakar yang digunakan untuk pengeringan, dimana suhu ruang pengering akan lebih tinggi 123

sehingga laju pengeringan akan lebih cepat. Grafik hubungan bahan bakar (Kg) dengan kadar air keseimbangan (%) menunjukkan bahwa terjadinya penurunan kadar air keseimbangan setiap ada penambahan bahan bakar. Kata Kunci : Model tungku, Pengeringan, Kemiri, Tipe batch PENDAHULUAN Kemiri merupakan salah satu produk tanaman perkebunan unggulan propinsi Nusa Tenggara Barat, karena merupakan komoditas ekspor. Luas lahan perkebunan kemiri mencapai 3.711,80 hektar dengan total produksi sebesar 2.228,06 ton gelondong per tahun. Khususnya kabupaten Bima dengan luas tanam dan total produksi kemiri paling tinggi di NTB, yaitu Luas lahan perkebunan kemiri mencapai 2.254,10 hektar dengan total produksi sebesar 1.878,00 ton gelondong per tahun (BPS 2009). Penanganan pasca panen dan pengolahan kemiri masih dilakukan secara tradisional, sehingga produktivitas dan efisiensi usaha menjadi rendah dan kualitas biji kemiri yang dihasilkan menjadi rendah. Pengeringan buah kemiri dengan menggunakan sinar matahari langsung membutuhkan waktu 3-7 hari, sedangkan kapasitas pengupasan kulit secara manual sebesar 5-6 kg per hari, dengan kualitas biji utuh yang dihasilkan maksimal 40%. Pengeringan secara tradisional ditentukan oleh sinar matahari, apabila cuaca sedang cerah maka pengeringan dapat berjalan dengan baik. Sedangkan untuk cuaca sedang mendung atau hujan pengeringan tidak dapat dilakukan. Keadaan ini dapat menyebabkan pembusukan dan kerusakan pada bahan. Pengeringan secara mekanis (pengeringan buatan) menggunakan tambahan panas memberikan beberapa keuntungan diantaranya tidak tergantung cuaca, kapasitas pengering dapat dipilih sesuai dengan yang diperlukan, tidak memerlukan tempat yang luas, serta kondisi pengeringan dapat dikontrol. Pengering buatan ini memerlukan energi untuk memanaskan alat pengering, mengimbangi radiasi panas yang keluar dari alat, memanaskan bahan, menguapkan air bahan, serta menggerakkan udara (Kartasapoetra, 1994). Tujuan penelitian ini adalah mempelajari karakteristik pengeringan kemiri dengan menggunakan alat pengering tipe Batch model tungku berbasis bahan bakar cangkang kemiri METODOLOGI PENELITIAN Bahan dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah biji kemiri yang telah dipecah kulitnya yang diperoleh dari para petani kemiri di kecamatan Narmada kabupaten Lombok Barat. Alat yang digunakan adalah pengering tipe Batch model tungku dengan bahan bakar cangkang kemiri, Kawat Termokopel CA tipe CC (Cooper Constanta), Timbangan Digital, Timbangan Analitis, Anemometer propeller OMEGA Model HHF 152, Rekam data YokoGawa Model FX 106 1-2, Oven Listrik, Pyranometer Buatan, Alatalat gelas, Desikator, Jam, Termometer batang 0 C sebanyak 10 buah, dan Alat tulis menulis. A. Rancangan Penelitian 1. Pengeringan Lapis Tipis Menggunakan Oven. Percobaan ini diperlukan dalam menentukan karakteristik pengeringan kemiri pada lapis tipis sebagai dasar untuk melakukan simulasi pengeringan lapis tipis sehingga diperlukan data yang diperoleh dari penelitian di Laboratorium. Metode penelitian yang digunakan pada tahap penentuan karakteristik pengeringan lapis tipis yaitu metode eksperimental dengan percobaan di laboratorium. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) berdasarkan rak atas, rak tengah, dan rak bawah dengan perlakuan suhu oven pengering (T), yang terdiri atas 3 (tiga) aras. Penelitian dilakukan dengan menggunakan oven udara panas terkontrol untuk mengeringkan kemiri sampai mencapai kadar air keseimbangan (EMC) dimana tidak terjadi penambahan berat (selisih penimbangan 0,2 gram) selama tiga kali pengamatan. T1 = Pengeringan dengan suhu 40 C T2 = Pengeringan dengan suhu 50 C T3 = Pengeringan dengan suhu 60 C T4 = Pengeringan dengan suhu 70 C T 5 = Pengeringan dengan suhu 80 C Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga jumlah unit 124

percobaan sebanyak 15 unit percobaan. Dari hasil pengamatan dianalisis uji beda nyata antar kelompok. Hubungan antara variabel Ln MR dan t (waktu) diselesaikan dengan menggunakan analisis regresi dengan menggunakan selang kepercayaan 95%. Selanjutnya variabel Me fungsi dari pada suhu ruang pengering. 2. Pengeringan Lapis Tebal Menggunakan Alat Pengering Tipe Batch Model Tungku Pada penelitian tahap berikutnya akan dilakukan pengeringan aktual lapis tipis dengan menggunakan alat pengering mekanis. Metode penelitian yang digunakan pada tahap penentuan pengeringan lapis tipis yaitu metode eksperimental dengan percobaan di lapangan dengan perlakuan suhu udara pengering (T) yaitu: T = Suhu udara pengering 80 C Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. C. Parameter dan Cara Pengamatan Parameter yang akan diukur dalam penelitian ini adalah: 1. Kadar air awal dan akhir bahan (% dry basis)...(4) 2. Entalpi udara 2) 3)454(+6 7)3)454(= h(5 9)......(5) 3. Entalpi biji-bijian 7:3:;494<=h1 9 +h=:7:4>4<...(6) Di mana posisi h fg adalah panas laten penguapan kelembaban biji-bijian dan diasumsikan konstan. Namun, C gm mengacu pada panas spesifik produk, dan harus dihitung sebagai berikut: C gm = C g + >C m...(7) Nilai C gm pada umumnya akan dihitung untuk nilai rata-rata kadar air kemiri. B. Pelaksanaan Penelitian 4. Kelembaban udara 1. Mengukur Geometrik Kemiri 3:;=3:+>3;...(8) a. Diameter kemiri (D) (m) 5. Kadar air biji-bijian Diameter diketahui dari pengukuran 204@4(+67)4@4<=7:4>4<... menggunakan persamaan watak geometri bulat memanjang. 6...(9) Rasio kadar air (moisture rasio), MR "= 43('( )( *2). (1) (desimal) -=1 *)212.....(2) >=>-A+>BC >-A-(D E<...(10) 0= Rasio kadar air didapatkan dari 2( '( *2+2( '( )(*-(sin 1-. perhitungan dengan menggunakan rumus (3) sebagai berikut: >F= b. Luas permukaan (A) >< >- >G >-...(11) Luas permukaan bahan dapat ditentukan dengan pendekatan lingkaran (Mohsenin, 1982). 7. Suhu udara pengering, T ( C) Suhu udara pengering diatur dengan c. Volume (V) (m³) menggunakan termokontrol analog Volume bahan ditentukan dengan sesuai dengan perlakuan dan dipantau menghitung selisih volume sebelum dan dengan menggunakan termodigital. setelah bahan dicelupkan ke dalam gelas ukur. HASIL DAN PEMBAHASAN d. Berat (M) (kg) Berat bahan ditentukan dari hasil penimbangan dengan timbangan analitik. Dari sifat-sifat geometrik dasar tersebut maka dengan menggunakan beberapa persamaan, akan dapat diketahui beberapa sifat geometrik seperti massa jenis, dan geometric mean diameter (GMD). A. Mengukur Geometrik Biji Kemiri Bentuk dan ukuran produk hasil pertanian adalah dua karakteristik fisik yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya diperlukan untuk pemerian karakteristik fisik suatu bahan. Pada metode ini, pemerian bahan dilakukan melalui pengamatan terhadap keadaan permukaan dari potongan atau melintangnya atau mengukur parameter-parameter bahan dan kemudian dibandingkannya dengan bentuk-bentuk yang 125

sudah ada pada bentuk acuan (charted standard). Bentuk dan ukuran produk hasil pertanian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pengeringan. Pengukuran bentuk geometrik biji kemiri pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik fisik biji kemiri. Dari hasil pengukuran dan pengamatan bentuk geomeri biji kemiri pada penelitian ini diperoleh data sebagai berikut. Tabel 1. Data Hasil Pengukuran/Pengamatan Watak Geometri Biji Kemiri Sumbu (cm) Volume e S M Kebulatan Sampel a b c (cm 3 ) (cm 2 ) (gram) (Sphericity) I 2,82 2,15 1,52 54,58 0,21 106,32 3,94 0,74 II 2,49 1,99 1,59 41,28 0,18 87,80 3,40 0,79 III 2,50 2,09 1,57 45,72 0,15 93,56 3,59 0,80 IV 2,56 2,04 1,73 44,60 0,18 92,47 3,95 0,81 Jumlah 10,37 8,27 6,41 186,18 0,72 380,15 14,88 3,14 Rata-rata 2,59 2,07 1,60 46,55 0,18 95,04 3,72 0,79 Berdasarkan data hasil pengukuran dan pengamatan biji kemiri dengan jumlah 4 sampel diperoleh nilai rata-rata kebulatan sebesar 0,79. Hal ini menunjukkan bahwa biji kemiri memiliki karakteristik dan memiliki sifat geometri kebulatan (sphericity) mendekati bentuk bola, karena apabila nilai kebulatan suatu bahan hasil pertanian mendekati nilai 1 maka bahan tersebut mendekati bentuk bola (bulat). B. Karateristik Pengeringan Lapis Tipis Biji Kemiri Hasil penelitian di Laboratorium pada pengeringan lapis tipis dengan menggunakan oven udara panas terkontrol pada lima perlakuan suhu yaitu 40 C, 50 C, 60 C, 70 C dan 80 C dihasilkan bahwa parameter yang diamati yaitu rasio kadar air, kelembaban relatif, dan kadar air keseimbangan, serta parameter pendukung lainnya seperti konstanta laju pengeringan (k) yang dipengaruhi oleh suhu. Dari hasil analisis didapatkan kurva karakteristik pengeringan lapis tipis biji kemiri sebagai berikut: Gambar 1. Grafik Hubungan ln MR (% db) dengan Waktu, t (jam) pada Suhu Pengeringan 40 C, 50 C, 60 C, 70 C, dan 80 C. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pada perlakuan suhu 40 o - 80 C dengan waktu pengeringan yang cukup lama kadar air bahan semakin menurun. Ini dapat dilihat dari penurunan kadar air tehadap waktu pengeringan yang bersamaan dengan penurunan laju pengeringan terhadap waktu pengeringan serta penurunan laju pengeringan terhadap kadar air pengeringan. Hal ini disebabkan karena semakin berkurangnya air 126

dalam bahan, laju pengeringan menjadi menurun. Pada pengeringan lapis tipis ini, biji kemiri dikeringkan hingga diperoleh kadar air akhir (Mt). Henderson dan Perry (1976) menambahkan, pengeringan lapisan tipis dimaksudkan untuk mengeringkan produk sehingga pergerakan udara dapat melalui seluruh permukaan yang dikeringkan yang terjadi penurunan kadar air dalam proses pengeringan. kadar air biji kemiri dipengaruhi oleh suhu udara pengering untuk setiap suhu peningkatannya. Jika suhu ruang pengering semakin tinggi, maka waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan bahan juga akan lebih cepat dan nilai MR nya akan semakin kecil. Untuk menghitung rasio kadar air biji kemiri pada setiap perlakuan digunakan persamaan seperti berikut: Tabel 2. Persamaan Rasio Kadar Air pada Berbagai Perlakuan Suhu Suhu Persamaan MR R² Ruang Pengering ( C) 40 50 60 70 80 Ln MR = -0,3148. t Ln MR = -0,4038. t Ln MR = -0,6125. t Ln MR = -0,7702. t Ln MR = -0,8385. t 0,9415 0,8638 0,8785 0,8883 0,9164 Hal ini sesuai dengan pendapat Taib dkk. (1988) yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan, maka semakin tinggi pula energi yang disuplai dan semakin cepat pula laju pengeringannya. Dari tabel 4.2. dapat dilihat bahwa, semakin meningkatnya suhu maka laju pengeringan akan menurun dan nilai konstanta laju pengeringan akan semakin besar. Nilai konstanta tersebut menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi suhu udara pengering, maka waktu yang diperlukan untuk menurunkan kadar air bahan akan semakin cepat. Koefisien determinasi (R²) mempunyai harga yang cukup tinggi. Karena R² mendekati harga 1, maka dapat dikatakan kecocokan data dengan model sangat baik dan konstanta pengeringan Variasi kadar air keseimbangan biji kemiri untuk berbagai tingkatan suhu dan kelembaban pada penelitian tahap pertama disajikan pada Tabel 3. berikut ini: Tabel 3. Variasi Kadar Air Keseimbangan Biji Kemiri pada Berbagai Tingkatan Suhu dan RH Suhu Ruang Pengering ( C) Kelembaban Relatif (%) Kadar Air Keseimbangan (% db) 40 50 60 70 80 78,46 67,13 52,46 49,46 47,76 12,9702 11,2711 10,5778 9,0809 7,6841 Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa nilai kelembaban relatif dan kadar air keseimbangan semakin menurun dengan semakin meningkatnya suhu ruang pengering. Ini dikarenakan telah terjadi pelepasan air yang banyak dan cepat pada suhu ruang pengering yang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan akan cepat mengering pada kondisi suhu ruang pengering yang tinggi. Pelepasan air dari dalam biji kemiri akan semakin menurun dengan semakin rendahnya suhu ruang pengering dan kelembaban relatif. C. Karateristik Pengeringan Lapis Tebal Biji Kemiri Dari hasil pegamatan lapis tebal ada beberapa perlakuan yang dimana dapat dilihat dari perbedaan kadar air akhir dari setiap perlakuan dari banyaknya bahan bakar yang digunakan untuk pengeringan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar grafik dibawah ini: Gambar 2. Grafik Hubungan Kadar air akhir (%) dengan lama pengeringan (15 Menit). Dari grafik pada Gambar 2. dapat dilihat dari kadar air dari biji kemiri setiap perlakuan berbeda-beda dengan waktu pengengeringan yang sama. Ini dipengaruhi oleh banyak 127

sedikitnya bahan bakar cangkang kemiri yang digunakan. Laju penguapan air bahan dalam pengering sangat ditentukan oleh kenaikan suhu semakin tinggi suhu udara pengering maka proses pengeringan semakin singkat, Menurut Brooker dkk, (1981). Hal ini menyebabkan kadar air dengan bahan bakar yang lebih banyak lebih rendah dengan waktu pengeringan yang sama. Sehingga suhu yang dihasilkan akan lebih tinggi dan laju pengeringan akan lebih cepat dengan begitu kadar air akan semakin rendah. Variasi kadar air keseimbangan biji kemiri untuk berbagai berat bahan bakar pada penelitian tahap pertama disajikan pada Tabel 5. berikut ini: Tabel 5. Hubungan Bahan Bakar dengan Kadar Air Keseimbangan Bahan bakar (Kg) Kelembaban Relatif (%) Kadar air Keseimbangan (%) 75 100 125 150 2,6220 19,8931 18,2613 17,8644 9,6913 8,8791 7,9221 7,2426 Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kadar air keseimbangan dengan banyaknya bahan bakar yang digunakan. Ini pengaruh dari bahan bakar yang lebih banyak sehingga menyebabkan suhu ruang pengering semakin tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Karakteristik pengeringan lapis tipis biji kemiri tentang hubungan ln MR (% db) dengan waktu t (jam) menunjukkan bahwa pada perlakuan suhu 40 o - 80 C dengan waktu pengeringan yang cukup lama kadar air bahan semakin menurun, sehingga laju pengeringan bersifat menurun. 2. Nilai konstanta menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi suhu udara pengering, maka waktu yang diperlukan untuk menurunkan kadar air bahan akan semakin cepat, sehingga diperoleh persamaan umum untuk rasio kadar air menjadi MR = exp (-0,0141.T 0,2583)*t 3. Pada pengeringan lapis tebal pada pengering tipe bacht model tungku menunjukkan laju penguapan air bahan dalam pengering sangat ditentukan oleh kenaikan suhu, semakin tinggi suhu udara pengering maka proses pengeringan semakin singkat B. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan skala yang lebih besar dan pengaruh panjang ruang pengering terhadap keseragaman laju udara pengering pada tiap titik baik pada produk yang sama maupun produk yang berbeda untuk mengetahui efisiensi mesin pengering mekanis yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA AOAC, 1996.Methods of Analysis, 16 th Edition.Association of Official Agriculture Technical.Contaminant, Drug. Washington DC. BPS, 2009. Propinsi dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Barat, 2010. Propinsi dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Barat Brooker, D.B.F.W., Bakker Arkema., Hall, C.W., 1981. Drying Cereal Grain. The NAVI Publishing Co. Inc. West Port. USA. Danu, 2011. Jenis Jenis Pengeringan. Diakses melalui http://doanddoo.blogspot.com/2011/12 /jenis-jenis-pengeringa. tanggal 20 Maret 2014. Fellow, P.J. 2001. Food Processing Technology, Principles and Practices. CRC Press, Boca Raton, Boston, New York, Washington. Hall, C.W., 1980. Drying and Storage Of Agriculture Crops. The AVl Publising Company, Inc. Westport. Connecticul. Heldman, D.R. dan Singh, R.P., 1981. Food Process Engineering, 2 nd Edition. The AVl Pub. Co., lnc., Westport. Connecticut. Henderson, S.M. dan Perry, R.L., 1976. Agricultural Process Engineering. AVl Publising Company Inc. Westport. Connecticul. Pratomo, M., 1979. Teknologi Pertanian. Penerbit Bhatara Karya Aksara. Jakarta. Somantri, A.S. 2003. Model Matematik Kadar Air Keseimbanghan dan KoefisienPengeringan Kayu Manis. 128

BuletinEngineering Pertanian. Jakarta. Taib, G., Said, G., Wiraatmadja, S., 1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian. Penerbit PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Thompson, T.L., 1967. Predicted Performance and Optical Designs of Convection Grains Dryers. Ph.D. Thesis, Purdue University, W. Lafayette, Ind. 129