BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

2 Pada tahun 2010, Provinsi Bangka Belitung menyelenggarakan Tahun Kunjungan Bangka Belitung yang disebut dengan Visit Babel Archipelago 2010 untuk me

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Perbandingan Temuan dengan Proposisi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. Dari Penelitian Strategi pengembangan daya tarik wisata kawasan barat Pulau

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

DEFINISI- DEFINISI A-1

BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONSEP PEMASARAN KAWASAN WISATA TEMATIK

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman biota laut. Salah satunya adalah Pulau Bangka yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Penilitian ini bertujuan menganalisis pengaruh Electronic word of mouth

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Denpasar, Juli 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai

Bab VI. Penutup. Berdasarkan hasil temuan dan analisis yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa wisata MICE menjadi salah satu wisata yang menjanjikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian yang telah dibahas oleh peneliti pada bab-bab sebelumnya mengenai

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Samosir secara garis besar berada pada fase 3 tetapi fase perkembangannya ada

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana pariwisata dapat menunjang sektor lainnya. Dimana dari Pariwisata negara atau

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STUDI POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA TERNATE, MALUKU UTARA (STUDI DINAS PARIWISATA KOTA TERNATE) JURNAL.

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ada di Yogyakarta, baik secara fisik maupun secara psikis 1.

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

I. PENDAHULUAN. Menurut Perda Nomor 6 Tahun 2011 tentang kepariwisataan, pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. V, maka penulis menarik kesimpulan dan merumuskan beberapa saran atau

Arahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA JABATAN STRUKTURAL

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka diperoleh kesimpulan yang menjawab pertanyaan penelitian yaitu: V. 1. 1. Persepsi Wisatawan Terhadap Citra, Pengalaman Kunjungan Wisata Serta Variabel Placemaking Dalam Mendukung Keberlanjutan Pariwisata Bahari Di Kabupaten Bangka Citra pariwisata bahari di Kabupaten Bangka dipersepsikan positif oleh wisatawan yang ditandai dengan tingginya tingkat kesesuaian antara persepsi dengan kondisi eksisting yang ditemui wisatawan di lokasi daya tarik wisata. Namun sebagian wisatawan mempersepsikan negatif karena kondisi daya tarik yang kotor dan tercemar akibat perilaku wisatawan, kurangnya perawatan, serta adanya aktivitas penambangan timah di laut yang mempengaruhi kondisi air dan mengganggu view pantai. Sebagian ekspektasi wisatawan pun belum dapat terpenuhi karena kondisi sarana dan prasarana pariwisata yang belum memadai. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis mengenai nilai penting dan kualitas daya tarik wisata bahari di Kabupaten Bangka yang dinilai oleh wisatawan, diketahui bahwa Pantai Parai Tenggiri dan Pantai Tanjung Pesona 219

adalah daya tarik wisata dengan kualitas terbaik dengan adanya fasilitas wisata dan akomodasi hotel dan resort yang memadai. Sedangkan Pantai Penyusuk yang berada diluar wilayah amatan, memiliki nilai penting dan kualitas daya tarik yang tinggi karena kondisi pantai yang indah dan alami. Kemudian dalam mendukung keberlanjutan pariwisata bahari di Kabupaten Bangka, melalui pengembangan empat kunci sukses pada komponen placemaking, maka pandangan wisatawan mengenai variabel placemaking: 1. Variabel akses dan tautan Kondisi infrastruktur jalan yang baik merupakan hal yang diprioritaskan oleh wisatawan guna memudahkan pencapaian ke lokasi daya tarik wisata. Ketersediaan moda transportasi dengan kondisi fisik yang baik, diutamakan oleh wisatawan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan berwisata. Informasi internet menjadi sumber informasi utama dan yang paling banyak diakses oleh wisatawan. Selain itu, rekomendasi dari teman atau kerabat menjadi hal yang penting serta mempengaruhi wisatawan dalam menentukan destinasi wisata yang hendak dituju. 2. Variabel kenyamanan dan citra Kondisi lingkungan yang bersih dan tanpa polusi menjadi hal penting bagi wisatawan dalam menentukan baik buruknya citra kawasan konservasi serta menjadi indikator kemampuan kawasan untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan dalam melakukan aktivitas konservasi. Keamanan konservasi yang diprioritaskan oleh wisatawan adalah mengenai keselamatan anak-anak untuk terhindar dari segala macam bahaya, baik dari lingkungan sekitar, wisatawan lain maupun satwa liar. 3. Variabel fungsi dan aktivitas Kebutuhan utama wisatawan dalam aktivitas konservasi adalah mempelajari banyak hal tentang penyu dan berbagai upaya pelestariannya. 220

Upaya pengembangan aktivitas wisata oleh pihak stakeholders pariwisata dengan melakukan promosi dan pemasaran yang menarik, menjadi hal yang sangat mempengaruhi wisatawan dalam menentukan waktu kunjungan, fasilitas akomodasi, destinasi wisata yang akan dikunjungi dan aktivitas wisata apa saja yang ingin dilakukan selama berwisata. 4. Variabel sosiabilitas Interaksi di lokasi konservasi yang menjadi fokus bagi wisatawan adalah adanya kerjasama dengan masyarakat setempat dalam melakukan aktivitas penyelamatan penyu. Dalam aktivitas konservasi, wisatawan memandang penting untuk dilakukan pengawasan atau pemantauan terhadap perilaku kunjung wisatawan dalam berinteraksi dengan satwa liar (penyu), berupa pendampingan pada wisatawan saat berkunjung ke lokasi konservasi. Adanya program pengawasan yang dibentuk sejak awal pengembangan kegiatan konservasi, menjadi prioritas utama bagi wisatawan untuk pihak konservasi lebih mudah dalam melakukan pengawasan atau pemantauan terhadap berbagai aktivitas di lokasi konservasi. V. 1. 2. Potensi Dan Kedudukan Pusat Konservasi Penyu Serta Faktor-Faktor Yang Perlu Dikembangkan Melalui Pendekatan Sustainable Placemaking Wisatawan lokal merupakan pasar utama (top market) bagi sebagian besar daya tarik wisata bahari di Kabupaten Bangka dan Pusat Penangkaran Penyu Tukik Babel. Selain itu, Tukik Babel banyak diminati pula oleh wisatawan nusantara serta mancanegara terutama negara-negara Asia dan Eropa yang datang melalui paket wisata ataupun perorangan. Memiliki skala jangkauan pemasaran lokal, nasional dan internasional, dengan pihak swasta sebagai stakeholders serta memiliki investasi berupa perumahan, pusat konservasi penyu 221

dan marina. Namun Tukik Babel hingga saat ini memiliki tingkat length of stay dan spend of money yang rendah, karena kurangnya variasi pada atraksi, cinderamata dan sarana penunjang aktivitas wisata di lokasi daya tarik. Namun sebagai suatu produk wisata, Pusat Penangkaran Penyu Tukik Babel memiliki potensi sebagai berikut: 1. Pada aspek atraksi, Tukik Babel merupakan satu-satunya pusat konservasi penyu semi alami di Pulau Bangka. Terdapat pula potensi yang dimiliki oleh masyarakat di sekitar lokasi konservasi berupa kesenian dambus dan berbagai aktivitas keseharian masyarakat yang secara keseluruhan dapat diintegrasikan dengan aktivitas di kawasan konservasi guna meningkatkan vitalitas kawasan. 2. Dalam aspek aksesibilitas, Tukik Babel memiliki waktu tempuh yang cepat dan jarak tempuh yang dekat dari pusat kota, fasilitas akomodasi, fasilitas umum dan daya tarik wisata bahari lainnya, serta infrastruktur jalan yang baik dan adanya penerangan pada malam hari baik di sepanjang jalan menuju lokasi maupun di dalam lokasi penangkaran. 3. Memiliki potensi yang bagus dalam aspek amenitas, karena kedekatan lokasi dengan berbagai fasilitas wisata seperti fasilitas akomodasi hotel dan resort serta rumah makan dengan sajian kuliner khas Bangka dan seafood. Potensi yang dimiliki Tukik Babel mampu memberi keragaman atraksi pada pariwisata bahari Pulau Bangka yang dapat disejajarkan dengan pariwisata bahari Pulau Belitung yang sangat diminati wisatawan saat ini. Bangka pun memiliki keunggulan adanya integrasi antara wisata bahari dengan wisata MICE dan wisata belanja yang belum banyak dikembangkan di Pulau Belitung. Kemudian berdasarkan penilaian wisatawan dalam aspek kualitas produk dan pelayanan wisata dari daya tarik wisata bahari dan kedudukan Pusat 222

Penangkaran Penyu Tukik Babel dalam pengembangan wisata bahari di Kabupaten Bangka, diketahui bahwa : Kualitas tertinggi dalam daya tarik wisata bahari adalah kualitas kenyamanan dan terendah dalam kualitas transportasi menuju ke lokasi wisata. Di Tukik Babel, kualitas tertinggi adalah kualitas kebersihan dan keamanan, sedangkan kualitas terendah dalam kualitas fasilitas wisata. Secara keseluruhan, Tukik Babel memiliki kualitas lebih unggul dibandingkan dengan daya tarik wisata bahari lainnya sehingga dapat dikembangkan sebagai produk wisata baru bagi pariwisata bahari di Kabupaten Bangka. Selanjutnya kesimpulan hasil analisis mengenai faktor-faktor yang perlu dikembangkan melalui pendekatan sustainable placemaking adalah: Pariwisata bahari Kabupaten Bangka memiliki tingkat keberlanjutan terendah pada variabel kenyamanan dan citra, karena menurunnya citra lingkungan dan pariwisata akibat aktivitas penambangan timah di laut sehingga berdampak pada industri pariwisata dan juga masyarakat setempat, serta kurangnya ketersediaan dan perawatan terhadap fasilitas wisata yang mempengaruhi kenyamanan aktivitas wisatawan di lokasi daya tarik wisata. Pusat Penangkaran Penyu Tukik Babel memiliki tingkat keberlanjutan terendah dalam variabel akses dan tautan, di mana belum terdapat integrasi yang kuat antara Tukik Babel dan daya tarik wisata bahari di sekitarnya, antara lain karena kurangnya informasi baik berupa signage maupun informasi dari masyarakat setempat dan kurangnya promosi wisata yang mengakibatkan rendahnya jumlah kunjungan wisatawan ke lokasi penangkaran. 223

V. 2. REKOMENDASI Berikut adalah rekomendasi bagi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten Bangka: 1. Rekomendasi untuk keberlanjutan produk wisata bahari di Kabupaten Bangka: a. Peningkatan citra dan kualitas lingkungan: Kerjasama komunitas pencinta lingkungan dan masyarakat, secara rutin melakukan penanaman rumpon dan karang baru pada lokasi karang yang telah rusak akibat sedimentasi dari aktivitas penambangan di laut. Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka dan LSM lingkungan hidup bekerjasama melakukan sosialisasi atau pendidikan konservasi berupa pengarahan dan pengadaan program-program konservasi yang melibatkan masyarakat, sekolah tingkat dasar, menengah dan atas, serta wisatawan. b. Peningkatan kualitas hidup masyarakat setempat: Kerjasama antara Pemda Kabupaten Bangka, pihak swasta dan masyarakat setempat dalam penyediaan kuliner dan cinderamata. Sosialisasi pada masyarakat mengenai pentingnya hospitality dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Bangka. c. Peningkatan kualitas pengalaman wisatawan: Promosi wisata oleh Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Bangka, bekerjasama dengan jasa akomodasi serta tour and travel yang dilengkapi dengan jadwal event pariwisata yang sedang berlangsung. Dinas Pariwisata bekerjasama dengan pihak tour and travel melakukan optimalisasi keberadaan jalur lintas timur, membawa wisatawan dari Bandar Udara Depati Amir menyusuri pantai-pantai di timur Pulau Bangka. Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka membuka Tourism Information Center di lokasi-lokasi strategis yang mudah ditemui oleh wisatawan. 224

2. Rekomendasi untuk keberlanjutan produk wisata konservasi penyu adalah: a. Peningkatan kualitas lingkungan: Pengembangan jaringan informasi dan aktivitas konservasi dalam skala makro yaitu antara Tukik Babel (Pulau Bangka) dan Pusat Penangkaran Penyu Pulau Kepayang (Belitung), skala meso yaitu dengan Pulau Lampu di Kecamatan Belinyu terkait kondisi pulau yang masih alami dan menjadi tempat penyu bertelur, serta skala mikro yaitu dengan Pantai Bedukang yang menjadi tempat penyu bertelur dan ditemukannya penyu dewasa. Pengadaan laboratorium khusus yang bekerjasama dengan Universitas Bangka Belitung, Dinas Kelautan dan Perikanan serta Balai Lingkungan Hidup Kabupaten Bangka untuk melakukan penelitian yang bermanfaat bagi perkembangbiakan atau pelestarian penyu. b. Peningkatan kualitas hidup masyarakat setempat: Penciptaan ruang publik (placemaking) sebagai wadah aktivitas masyarakat dan wisatawan di kawasan Tukik Babel (Batavia Banka Beach) yang diintegrasikan dengan potensi ekonomi, sosial, seni dan budaya masyarakat setempat. Pengadaan pelatihan bagi penduduk desa di sekitar area penangkaran untuk pembuatan cinderamata yang bertemakan konservasi penyu. c. Peningkatan kualitas pengalaman wisatawan: Pengembangan akomodasi dengan material bangunan dan furniture yang ramah lingkungan, penggunaan barang hasil daur ulang, desain arsitektur lokal dan memiliki sistem pengolahan limbah di dalam kawasan. Pengembangan sekolah konservasi dengan fasilitas laboratorium, turtles medical treatment, ruang multimedia, perpustakaan dilengkapi fasilitas internet, film dokumenter/konservasi satwa. 225

Pengembangan atraksi wisata konservasi Pusat Penangkaran Penyu Tukik Babel, antara lain midnight tour untuk mengamati proses penyu bertelur dan tukik yang menetas, serta membuka kesempatan wisatawan untuk menjadi sukarelawan atau ikut serta melakukan aktivitas konservasi. Tur konservasi yang berkaitan dengan proses alami penyu, dapat dilaksanakan pada masa pembiakan (breeding season) yaitu bulan Maret, April dan Mei. Kerjasama dengan biro perjalanan dan pengelola daya tarik wisata, membuat paket tur konservasi mengunjungi Tukik Babel, Pantai Bedukang dan Pulau Lampu. Serta paket tur wisata bahari yang menggabungkan berbagai destinasi wisata bahari di Kabupaten Bangka, yang dilengkapi dengan aktivitas wisata seperti snorkeling, diving dan island hopping. Pengawasan oleh petugas terhadap aktivitas wisata konservasi, serta membuat zona khusus bagi aktivitas satwa agar tidak terganggu oleh aktivitas wisatawan, atau melalui signage do and don t di dalam kawasan. V. 3. REKOMENDASI UNTUK PENELITIAN LANJUTAN Berdasarkan temuan dan hasil dari penelitian ini, terdapat aspek-aspek serta potensi baru yang muncul terkait dengan pengembangan konservasi penyu melalui pendekatan sustainable placemaking, yang dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya yaitu: 1. Pengembangan konservasi penyu alami pada Pantai Bedukang sebagai produk ekowisata yang mendukung pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Bangka. 2. Dampak dan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Bangka. 226