BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah karya seni dengan menggunakan medium bahasa. Sastra merujuk pada

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... MOTTO... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GRAFIK... xiv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

DAFTAR ISI. Pedoman Translitrasi... Abstraks...

BAB I PENDAHULUAN. 1990: 11). Selain kata sastra, dalam KBBI juga ada kata susastra (tambah awalan

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... MOTTO.. PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI..

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR TRANSLITERASI... x

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. PENGESAHAN...iii. PERSEMBAHAN... iv. MOTTO... v. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TRANSLITRASI..

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... REKOMENDASI PEMBIMBING... NOTA DINAS... HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. Halaman BAB II STUDI TOKOH. A. Pengertian Studi Tokoh B. Profil Tokoh... 30

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TRANSLITERASI...

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Arab, sastra disebut adab. Istilah adab mempunyai arti lain

PEDOMAN TRANSLITERASI. Penulisan Transliterasi Arab-latin dalam penyusunan Tesis ini

DAFTAR ISI. BAB II PERILAKU KONSUMEN PADA PERUSAHAAN JASA A. Pemasaran Pengertian Pemasaran... 23

BAB I PENDAHULUAN. khas, dan menuntut pembaca yang khas pula. Lukens (via Nurgiyantoro, 2010 b:3)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menghayati pengalaman hidup manusia sewajarnya. Memahami sebuah karya

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam Program Studi Ekonomi Islam

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN. Alif - - Jim J Je ح. Dal D De Żal Ż Zet dengan titik di atas. Sin S Es. Syin Sy Es dan ye

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Dimensi Komunikasi Interpersonal C. Komitmen Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. menyempurnakannya. Hasil kreasi yang orisinil tersebut adalah karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi jiwa pengarang dalam mengilustrasikan kehidupan imajinatifnya (Wellek

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang berada dalam

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam karya sastra merupakan masalah-masalah yang ada di. lingkungan kehidupan pengarangnya sebagai anggota masyarakat

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN... PERSEMBAHAN... NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN TESIS... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI... Halaman PERSETUJUAN... i SURAT PERNYATAAN... PENGESAHAN... ABSTRAKSI... PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. (Endraswara, 2003:49). Menurut Junus, (1990:1) sastra adalah bentuk. Sastra

DAFTAR ISI HALAMAN DAFTAR GAMBAR... PEDOMAN TRANSLITERASI... ABSTRAK INDONESIA... ABSTRAK ARAB...

BAB I PENDAHULUAN. satu produk dari budaya manusia, sastra menghadirkan berbagai realita sosial,

BAB I PENDAHULUAN. pendek, yaitu kisahan pendek kurang dari kata yang memberikan kesan

Halaman Motto... v Halaman Persembahan... vi

PEMIKIRAN POLITIK ISLAM MENURUT AHMAD HASSAN DALAM PERSPEKTIF POLITIK ISLAM INDONESIA

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

PEDOMAN TRANSLITERASI

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Tempat/Tgl. Lahir : Amuntai, 19 Juli 1981

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi.

PELAKSANAAN PEMBINAAN AKHLAK DI PANTI ASUHAN YATIM PUTERI AISYIYAH CABANG KOTTA BARAT MANAHAN BANJARSARI SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Arab disebut dengan Adab. Menurut para linguistik

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBNG... PENGESAHAN... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. subjek penelitian, objek penelitian, dan sarana atau peralatan penelitian (Ratna,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah struktur. Struktur dalam arti bahwa karya

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Daftar Tabel... Pedoman Transliterasi Arab-Indonesia... Latar Belakang Masalah... Batasan Masalah Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Di satu pihak,

STRATEGI BANK BRISYARIAH CABANG BANJARMASIN DALAM MEMPEROLEH NASABAH PRODUK TABUNGAN HAJI

DAFTAR ISI. Halaman SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... MOTTO... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... PERSEMBAHAN...

TESIS. Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister (S.2) Manajemen Pendidikan Islam

PERNYATAAN KEASLIAN. Yang bertanda tangan di bawah ini saya: : Novianti AsiyahNingrum Solikha. : Mekanisme Fundraising Dana Zakat, Infaq Dan

S K R I P S I. Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Jurusan Siyasah Jinayah SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. sebab merupakan hasil ciptaan manusia (Faruk, 2012:77). Lukens (2003:9)

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gela Sarjana dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi

ARAB-LATIN. A. KONSONAN TUNGGAL Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan. Bâ' B - ت. Tâ' T - ث. Jim J - ح. Khâ Kh - د. Dâl D - ذ. Râ' R - ز.

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X PADA PELAJARAN AKHLAK DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks, sehingga antara

PENGARUH POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ṢALAT FARḌU PESERTA DIDIK KELAS X SMK ISLAM PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

STRATEGI DAKWAH KULTURAL SUNAN KALIJAGA (DESKRIPTIF ANALISIS)

PENERAPAN METODE EDUTAINMENT

PERAN PIMPINAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA ORGANISASI DI SMK ROUDLOTUL MUBTADIIN BALEKAMBANG KECAMATAN NALUMSARI KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. mempergunakan medium bahasa (Pradopo, 2010: ), sedangkan bahasa

TRANSLITERASI ARAB LATIN.

PENGESAHAN. Telah dimunaqasyahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Agama Islam Universitas Wahid Hasyim Semarang pada tanggal : Semarang, 22 januari 2016.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POLA KERJASAMA PEMBUATAN BATU BATA DI DESA GEMEKAN MOJOKERTO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. antarmanusia (Nurgiyantoro, 2013:2). Sebagai sebuah karya. imajinatif, prosa menyajikan berbagai permasalahan manusia dan

MINAT PEDAGANG DI DESA CEMPAKA MULIA BARAT KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR UNTUK MEMBELI MESIN EDC(ELECTRONIC DATA CAPTURE)

( Word to PDF Converter - Unregistered )

PERSEPSI KARYAWAN PT. BANK BNI SYARIAH DAN PT. BANK BRI SYARIAH TERHADAP MUTU MAHASISWA PERBANKAN SYARIAH IAIN ANTASARI BANJARMASIN

PENGADILAN TINGGI AGAMA MEDAN

Abstrak. Kata kunci: Kurs Rupiah, BI Rate, JII, LQ45.

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN GADAI SAWAH DALAM MASYARAKAT DESA DADAPAYAM KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii. PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iii. PANDUAN TRANSLITERASI... iv. ABSTRAK...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan... Halaman Persembahan... Halaman Persetujuan Pembimbing... Halaman Pengesahan... Halaman Motto...

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Sebuah karya sastra yang baik memiliki sifat-sifat yang abadi dengan

ABSTRAK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pendidikan anak usia 0-10 tahun dalam

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BISNIS PERIKLANAN ADSENSECAMP

TINJAUAN MASLAHAT TERHADAP DISPENSASI NIKAH MENURUT HAKIM PENGADILAN AGAMA SEMARANG. SKRIPSI

HUKUM MENJUAL RERUNTUHAN BANGUNAN MASJID MENURUT PENDAPAT MAZHAB SYAFI I DAN MAZHAB HANBALI OLEH M. FIKRI TIRTA

HUBUNGAN BIMBINGAN KEAGAMAAN DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PAI (STUDI PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN KOTA BANJARMASIN)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015 M/1436 H

BAB II LANDASAN TEORI

PENYELESAIAN HUKUM KASUS RUMAH TANGGA SUAMI YANG MAFQUD DI KECAMATAN BANJARMASIN BARAT

STRATEGI PENGELOLAAN USAHA FOTOKOPI CAHAYA DI BANJARMASIN SKRIPSI OLEH NURUL AIDA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kumpulan isyarat yang digunakan oleh orang-orang

STUDI ANALISIS KONSEP MUNÂSABAH ANTAR AYAT

PENGARUH PENGASUHAN ORANG TUA TERHADAP KESADARAN RELIGIUS SISWA DI MTs. DARUN NAJAH NGEMPLAK KIDUL MARGOYOSO PATI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROSES PENYADARAN DARI ANAK NAKAL MENJADI ANAK SHALIH DI PANTI ASUHAN ISLAM IBADAH BUNDA YOGYAKARTA

PENAFSIRAN AMINA WADUD MUHSIN TENTANG BIDADARI DALAM AL-QUR A<N (KAJIAN HERMENEUTIKA)

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN BMT UGT SIDOGIRI SE-SURABAYA

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI SYIRKAH di RENTAL PLAY STATION di DESA MLORAH KEC. REJOSO KAB. NGANJUK SKRIPSI. Oleh : ACHMAD ARDANI

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA BAB THAHARAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE PAIRS CHECK

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi manusia. Dalam setiap komunikasi, manusia saling menyampaikan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DAN DRILL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS MATERI QOLQOLAH KELAS VIII SEMESTER I

PENERAPAN CONTEKSTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN DI AL WUSTHO ISLAMIC DIGITAL BOARDING COLLEGE CEMANI SUKOHARJO

BUAH-BUAHAN DALAM AL-QUR AN (KAJIAN TEMATIK)

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra, menurut Wellek dan Warren (1993:3), adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni dengan menggunakan medium bahasa. Sastra merujuk pada karya seni lisan maupun tertulis dengan menggunakan bahasa yang indah, yaitu bahasa yang bersifat metaforis. Endraswara (2011:96) mengatakan bahwa karya sastra adalah proyeksi pengalaman pribadi dan lingkungan di sekitar pengarang yang dituangkan ke dalam karya sastra. Karya sastra sebagai karya imajinatif terdiri atas 3 genre, yaitu prosa, puisi dan drama (Sudjiman, 1988:11). Prosa sebagai salah satu karya sastra yang ditulis dalam bentuk teks naratif biasanya lebih dikenal dengan nama fiksi yang kemudian terbentuk dalam wujud novel ataupun cerpen. Hal ini sejalan dengan pernyataan Nurgiyantoro (2012:9) bahwa karya fiksi, menunjukkan pada karya yang berwujud novel dan cerita pendek. Cerpen atau cerita pendek sesuai namanya, adalah cerita yang pendek. Cerpen biasanya hanya terdiri dari beberapa halaman, adapun cerpen yang panjang dan terdiri dari ratusan halaman biasanya disebut novel. Edgar Allan Poe (Jassin via Nurgiyantoro, 2012: 10) mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, berkisar antara setengah sampai dua jam (suatu hal yang kiranya tidak mungkin dilakukan sebuah novel). Umumnya cerpen yang pendek terdiri dari lima ratusan kata, sedangkan cerpen yang panjang bisa memiliki puluhan ribu kata.

Cerpen dalam dunia kesusastraan Arab dikenal dengan istilah al-uqṣūṣah atau al-qiṣṣah al-qaṣīrah (Farhūd, 1981:163). Dari sekian banyak cerpen yang ada dalam kesusastraan Arab, antologi cepen Ḥubbun Ḥattā Aṭrāfi al-aṣābi karya Aḥmad al-garbāwī (2010) adalah salah satu karya yang menarik untuk dibahas. Buku antologi cerpen karya sastrawan yang juga aktif di dunia jurnalistik ini memuat 15 buah cerpen yang berkisah seputar warna-warni realita kehidupan cinta dan sosial masyarakat Mesir. Salah satunya adalah cerpen dengan judul Ḥubbun Ḥattā Aṭrāfi al-aṣābi yang terdiri dari 20 halaman dan berkisah tentang cinta mendalam seorang pemuda bernama Aḥmad kepada gadis pujaan hatinya, Fāṭimah. Fāṭimah tenggelam di sungai Nil pada malam ulang tahunnya. Kematiannya membawa dampak yang besar bagi kepribadian dan kehidupan Aḥmad. Cerpen Ḥubbun Ḥattā Aṭrāfi al-aṣābi menarik untuk diteliti unsur-unsur intrinsik serta keterjalinan antarunsurnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembahasan terhadap unsur-unsurnya secara mendetail terhadap cerpen tersebut dengan analisis sruktural Robert Stanton. 1.2 Permasalahan Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah yang akan diteliti penulis adalah unsur intrinsik apa saja yang membangun cerpen Ḥubbun Ḥattā Aṭrāfi al-aṣābi karya Aḥmad al-garbāwī dan bagaimanakah keterkaitan antar unsurnya.

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian terhadap cerpen Ḥubbun Ḥattā Aṭrāfi al-aṣābi dalam antologi cepen Ḥubbun Ḥattā Aṭrāfi al-aṣābi karya Aḥmad al-garbāwī ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik dan keterkaitan antar unsur yang terdapat di dalamnya. 1.4 Tinjauan Pustaka Berdasarkan studi pustaka yang sejauh ini dapat dilakukan oleh penulis, diketahui bahwa penelitian kumpulan cerpen Ḥubbun Ḥattā Aṭrāfi al-aṣābi karya Aḥmad al-garbāwī sudah pernah dilakukan oleh Jawat Nur (2014) dalam penelitian yang berjudul Metafora dalam Kumpulan Cerpen Ḥubbun Ḥattā Aṭrāfi al-aṣābi Karya Aḥmad al-garbāwī. Penelitian ini mengkaji tentang metafora yang terdapat dalam kumpulan cerpen Ḥubbun Ḥattā Aṭrāfi al-aṣābi yang mana di dalamnya ditemukan empat jenis metafora, yaitu metafora antropomorfik (anthropomorphic metaphor), metafora kehewanan (animal metaphor), metafora dari konkret ke abstrak (from concret to abstract metaphor), dan metafora sinestesis (synesthetic metaphor). Metafora dalam kumpulan cerpen ini memiliki fungsi ekspresif pengarang dalam gaya penulisannya yang mampu menimbulkan daya pikat tersendiri bagi pembaca. Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, maka dapat diketahui bahwa penelitian dengan analisis struktural pada karya cerpen Ḥubbun Ḥattā Aṭrāfi al- Aṣābi ataupun cerpen dengan judul berbeda dalam buku antologi Ḥubbun Ḥattā Aṭrāfi al-aṣābi karya Aḥmad al-garbāwī belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penelitian unsur intrisik dalam cerpen Ḥubbun Ḥattā Aṭrāfi al-aṣābi dinilai

layak dilakukan. 1.5 Landasan Teori Sesuai dengan permasalahan yang telah disebutkan pada bagian 1.2, maka teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural. Endraswara (2013:49) mengatakan bahwa strukturalisme pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi strukturstruktur. Dalam pandangannya struktur-struktur ini saling berkaitan sehingga mengarahkan pada suatu pemaknaan unsur secara keseluruhan. Dalam karya sastra fiksi (novel dan cerpen), struktur-struktur yang dimaksud adalah unsur-unsur pembangun yang membentuk karya itu sendiri. Unsur pembangun dalam cepen antara lain fakta cerita, tema, alur, tokoh dan lainnya. Dalam hal ini Nurgiyantoro (2012:37) berpendapat bahwa: Analisi struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar, atau yang lainnya. Namun, yang lebih penting adalah menunjukan bagaimana hubungan antarunsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai. Penelitian ini akan menggunakan teori struktural Robert Stanton. Pembagian unsur pembangun fiksi adalah tiga bagian, yaitu fakta cerita, tema, dan sarana-sarana sastra (Stanton, 1965:11). Fakta cerita berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Fakta cerita terdiri dari alur, karakter, dan latar (Stanton, 1965:12). Karakter, dalam konteks lain merujuk pada sifat-sifat tokoh cerita atau biasa disebut dengan kata penokohan. Penokohan juga merujuk pada siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita

sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2010:166). Plot (alur) terbentuk atas sejumlah struktur naratif yang lebih kecil, misalnya episode dan kejadian (Wellek dan Warren, 2014:262). Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kasual saja, yaitu peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan (Stanton, 2007: 26). Latar menurut Stanton (2007: 35) adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwaperistiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud suatu tempat, misalnya cafe di Paris, pegunungan di California, atau sebuah jalan buntu di sudut kota Dublin. Latar juga merujuk pada waktu-waktu tertentu (hari, bulan, dan tahun), atau suatu periode sejarah. Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia; suatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu singkat (Stanton, 2007: 36). Nurgiyantoro (2010: 25), mengatakan bahwa tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Ia selalu berkaitan dengan berbagai masalah kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, dan religius. Tema dapat disinonimkan dengan ide atau tujuan utama cerita. Sarana-sarana sastra dapat diartikan sebagai metode pengarang memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna. Menurut Stanton (2007:51), sarana-sarana sastra meliputi judul, sudut pandang, gaya dan

tone, simbolisme, dan ironi. Judul merujuk pada tujuan makna cerita yang bersangkutan. Menurut Nurgiyantoro (2010:246), sudut pandang dalam karya fiksi mempersoalkan siapa yang menceritakan, atau, dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat. Gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa, sedangkan tone adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita. Gaya biasanya terletak pada bagaimana pengarang menggunakan ritme, panjang pendek kalimat, kerumitan, humor, detail, dan banyaknya imaji dan metafora. Tone, bisa tampak dalam berbagai wujud, baik yang ringan, romantis, ironis, misterius, senyap, bagai mimpi, atau penuh perasaan (Stanton, 2007:61-63). Simbol berwujud detail-detail kongkret dan faktual dan memiliki kemampuan untuk memunculkan gagasan dan emosi dalam pikiran pembaca. Simbol dapat berwujud apa saja, dari sebutir telur hingga latar cerita seperti satu objek, bentuk gerakan, warna, suara, dan keharuman. Semua itu menghadirkan fakta tentang kepribadian seseorang (Stanton, 2007:64). Ironi, seacara umum, dimaksudkan sebagai cara untuk menunjukkan bahwa sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya. Ironi dibagi menjadi dua, ironi dramatis, yaitu situasi yang muncul kontras diametris antara penampilan dan realitas, antara maksud dan tujuan seorang karakter dengan hasilnya, atau harapan dengan apa yang sebenarnya terjadi, dan tone ironi, yaitu digunakan untuk menyebut cara berekspresi yang mengungkapkan makna dengan cara berkebalikan (Stanton, 2007:72).

1.6 Metode Penelitian Metode merupakan prosedur atau tatacara yang sistematis, yang dilakukan oleh peneliti dalam upaya mencapai tujuan seperti pemecahan masalah atau menguak kebenaran atas suatu fenomena tertentu (Siswantoro, 2005:55). Dengan kata lain metode dianggap sebagai cara, strategi, dan langkah sistematis yang digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis struktural model Stanton. Metode analisis ini digunakan untuk mengungkapkan dan menguraikan unsur-unsur intrinsiknya yang berupa fakta cerita, tema, dan sarana sastra, serta mencari keterkaitan antarunsur-unsur dalam cerpen Ḥubbun Ḥattā Aṭrāfi al-aṣābi karya Aḥmad al-garbāwī (2010). Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan fakta cerita berupa karakter, plot, dan latar. Adapun tahapan yang dilakukan dalam menentukan karakter adalah membaca dan memahami keseluruhan cerita dalam cerpen Ḥubbun Ḥattā Aṭrāfi al-aṣābi. Setelah ditemukan siapa tokoh-tokoh dalam cerita, tahap seterusnya adalah menentukan tokoh utama dan tokoh tambahan. Selanjutnya tahapan yang dilakukan dalam menentukan fakta cerita berupa plot atau alur adalah dengan cara mencari peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh utama. Tahapan yang dicari berupa tahap awal, tengah, dan akhir (Stanton, 2007: 26-28). Adapun tahapan dalam mencari fakta cerita berupa latar (latar tempat, latar waktu, dan latar sosial) adalah dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti dimana tokoh mengalami suatu peristiwa? dan kapan tokoh mengalami

suatu peristiwa?. Akan tetapi, apabila pengarang tidak menyebutkan latar tempat dan waktu secara gamblang, maka cara yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi ciri-ciri khas yang menandai tempat atau waktu (Nurgiyantoro, 2010:217-228). Langkah kedua adalah menentukan tema cerita. Tahapan yang dilakukan dalam menentukan tema adalah dengan cara memahami keseluruhan cerita. Tahapan selanjutnya adalah mengumpulkan peristiwa-peristiwa, dialog, dan kalimat yang menonjol dalam cerita. Setelah itu, dicari konflik utama dalam cerita dan dikaitkan dengan tokoh utama serta bagaimana si tokoh utama tersebut menghadapi konflik utama. Tahap terakhir adalah menyimpulkan tema (Nurgiyantoro, 2010: 67-88). Langkah ketiga adalah pembahasan sarana-sarana sastra. Judul biasanya membahas tentang arti dari judul dan dikaitkan dengan tokoh utama (Stanton, 2007:51). Dalam menentukan sudut pandang, tahap yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berupa siapa yang menceritakan? atau Dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat?, dan apakah pembaca tahu jalan pikiran karakter ataukah pembaca hanya tahu apa yang mereka lihat dan dengar? (Stanton, 2007:60). Selanjutnya, dalam menentukan gaya dan tone, tahap yang dilakukan adalah dengan cara membaca berulang-ulang cerita dan juga beberapa karya lain dari pengarang yang sama. Dalam menentukkan simbolisme, tahap yang dilakukan adalah mencari satu persatu simbol yang ditulis oleh pengarang. Terakhir, untuk menentukkan ironi, tahap yang dilakukan adalah menganalisis setiap kalimat dalam cerita (Stanton: 2007: 61-71).

Langkah keempat, setelah unsur-unsur tersebut dianalisis, kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan ketarkaitan antarunsurnya dengan cara menghubungkan setiap unsur-unsur intrinsik yang telah diteliti. Langkah terakhir adalah penyajian hasil analisis data berupa laporan. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri atas empat bab. Bab I adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sitematika penulisan, dan transliterasi Arab- Latin. Bab II meliputi biografi Aḥmad al-garbāwī dan sinopsis cerpen Ḥubbun Ḥattā Aṭrāfi al-aṣābi. Bab III adalah pemaparan analisis struktural dalam cerpen Ḥubbun Ḥattā Aṭrāfi al-aṣābi. Bab IV adalah kesimpulan. 1.8 Pedoman Transliterasi Arab-Latin Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi dari keputusan bersama Mentri Agama RI dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543b/U/1987. 1. Konsonan Fonem konsonan bahasa Arab dilambangkan dengan ḥurūf hijāiyyah/disebut huruf Arab. Dalam translitrasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dengan huruf dan tanda sekaligus Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan transliterasinya dengan huruf Latin. No Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

1 ا alif tidak dilambangkan Tidak dilambangkan 2 ب Ba b Be 3 ت Ta t Te 4 ث Śa ṡ Es dengan titik diatasnya 5 ج Jim j Je 6 ح Ha ḥ Ha dengan titik dibawahnya 7 خ kha kh Huruf ka dan ha 8 د dal d De 9 ذ Zal ż Zet dengan titik di atasnya 10 ر Ra r Er 11 ز Za z Zet 12 س Sin s Es 13 ش Syin sy Es dan ye 14 ص Sad ṣ Es dengan titik di bawahnya 15 ض Dad ḍ De dengan titik di bawahnya 16 ط Ta ṭ Te dengan titik di bawahnya 17 ظ Za ẓ Zet dengan titik di bawahnya 18 ع ain Koma terbalik (di atas) 19 غ Gain g Ge 20 ف Fa f Ef 21 ق Qaf q Qi 22 ك Kaf k Ka 23 ل Lam l El 24 م Mim m Em 25 ن Nun n En 26 و Wawu w We 27 ه Ha h Ha 28 ء Hamzah ` Apostrof condong ke kiri 29 ي Ya y Ye

2. Vokal Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. 2.1 vokal tunggal Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut: Tanda Nama Huruf Lain Nama fatḥah a a... kasrah i i... ḍammah u u 2.2 vokal rangkap Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu: Tanda dan huruf Nama Gabungan huruf Nama ي fatḥah dan ya ai a dan i Tanda dan huruf Nama Gabungan huruf Nama fatḥah dan و wau au a dan u Contoh: ك ت ب ف ع ل - Kataba - fa ala

ذ ك ر ی ذ ه ب س ي ل ك ی ف ه و ل - żukira - yażhabu - su ila - kaifa - haulun 2.3 Maddah Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu: Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda Nama fatḥah dan alif atau ya ā a dan garis di atas ا kasrah dan ya ī i dan garis di atas ي ḍammah dan wau ū u dan garis di atas و Contoh: ق ال ر م ى ق ل ی ق و ل - qāla - ramā - qīla - yaqūlu 3. Tā Marbūṭah Transliterasi untuk tā marbūṭah ada dua, yaitu: a. Tā Marbūṭah hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, atau ḍammah, transliterasinya adalah /t/.

b. Tā Marbūṭah mati atau mendapat sukūn, transliterasinya adalah /h/. Kalau pada kata yang terakhir dengan Tā marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta kedua kata itu terpisah, maka Tā marbūṭah itu ditransliterasikan dengan /h/. المدینة المنو رة : Contoh al-madīnah al-munawwarah atau al-madīnatul-munawwarah. 4. Syaddah Tanda syaddah dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut. Contoh : نز ل : nazzala 5. Kata Sandang Transliterasi kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah. a. kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut. Contoh : الش مس : asy-syamsu b. kata sandang yang diikuti huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu /I/ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh : القمر : al-qamar 6. Hamzah Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof jika terletak di tengah dan akhir kata. Bila terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab

berupa alif. Contoh : إن : inna, یا خذ : ya`khużu, قرأ : qara`a 7. Penulisan Kata Pada dasarnya setiap kata ditulis terpisah, tetapi untuk kata-kata tertentu yang penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka transliterasinya dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh : وإن الله لھو خیر الر ازقین : Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn atau innallāha lahuwa khairur-rāziqīn 8. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital digunakan dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Contoh : ما محمد إلا رسول :و Wa mā Muḥammadun illā rasūl