Anggaran Berbasis Kinerja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. publik, anggaran justru harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik,

BAB I PENDAHULUAN. pengertian tertentu dalam dinamika perkembangan kehidupan masyarakat, bahkan

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA (APLIKASI UNTUK PEMERINTAH PUSAT)

LAPORAN KINERJA PENGADILAN TINGGI AGAMA GORONTALO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dihindarkan. Organisasi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan

Prinsip-Prinsip Penganggaran

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

SISTEM PENGANGGARAN PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

ANALISIS EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNGTERHADAP ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA KANTOR KECAMATAN PAMEKASAN

SISTEM PENGANGGARAN PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya masing-masing. Tujuan

MAKSI Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. yang bersih (good governance) bebas dari KKN sehingga hasil pelayanan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Berbagai variasi dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

3 AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

ANALISIS KELEMAHAN SISTEM LAMA Hanif Al Fatta M.Kom

Martapura, Januari 2017 KEPALA SKPD. Drs. H. ASPIHANI, M.AP NIP

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

DEPARTEMEN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH TAHUN 2006

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

Jenis Informasi yang Terbuka dan Dikecualikan

BAB I PENDAHULUAN. merevisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang. Nomor 25 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

BAB III METODE PENELITIAN

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I STANDARA OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program bukan pada unit organisasi semata dan memakai output measurement

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja dan perfomansinya agar dapat unggul

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas. Sehingga organisasi sektor publik berusaha memberikan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA SEKRETARIAT DEWAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3)

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

Komentar dan Rekomendasi. 2. Cholis Abrori

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

AKURASI DAN MACAM ANGGARAN

PEMERINTAH KOTA PARIAMAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET IKHTISAR EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di indonesia

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pertemuan 1 PENGERTIAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Berdasarkan System Development Life Cycle (SDLC) metode waterfall yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Juknis Penyusunan RKA Dinas Kominfo Tahun Anggaran

Manajemen Proyek. Manajemen

ANALISIS STANDAR BELANJA: ASB Kota Tanjungbalai

Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara KATA PENGANTAR. Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

SISTEM PENGANGGARAN PEMERINTAH

KATA PENGANTAR. Wonogiri, Februari 2016 KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV P E N U T U P

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Indra Bastian (2006),

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

Teknik Audit Internal dalam Akreditasi PUSKESMAS (#14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja.

LAPORAN KINERJA (LKj) INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN JOMBANG AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

RENCANA KERJA (DPRD) KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) menyatakan anggaran sektor publik terutama pemerintah

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT AGRIBISNIS PERDESAAN (PNPM AP)

BUPATI MALUKU TENGGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007

RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA PEMBINAAN PETUGAS HUMAS DALAM MENYEBARLUASKAN INFORMASI KEPADA MASYARAKAT DI KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. yang baik perlu upaya perbaikan manajemen keuangan publik. Hal ini seiring

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG

III. METODE PENELITIAN. dan keberlanjutan usaha pada usaha yang berhasil perlu dilakukan untuk

ANALISIS PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA (Studi Kasus Untuk Tahun Anggaran 2011)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PERENCANAAN ANGGARAN BERDASARKAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA (REVISI)

KATA PENGANTAR. Jakarta, 15 Februari 2018 Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT,

Perencanaan Stratejik, Pertemuan ke 4

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

Perbedaan referensi risiko dan lingkup kontrol

Transkripsi:

Anggaran Berbasis Kinerja Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metde penganggaran yang digunakan adalah metda tradisinal atau item line budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau tidak. Tlk ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal. Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan dengan hasil dari pelayanan. Anggaran kinerja mencerminkan beberapa hal. Pertama, maksud dan tujuan permintaan dana. Kedua, biaya dari prgram-prgram yang diusulkan dalam mencapai tujuan ini. Dan yang ketiga, data kuantitatif yang dapat mengukur pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiaptiap prgram. Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini berfkus pada efisiensi penyelenggaraan suatu aktivitas. Efisiensi itu sendiri adalah perbandingan antara utput dengan input. Suatu aktivitas dikatakan efisien, apabila utput yang dihasilkan lebih besar dengan input yang sama, atau utput yang dihasilkan adalah sama dengan input yang lebih sedikit. Anggaran ini tidak hanya didasarkan pada apa yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi pada sistem anggaran tradisinal, tetapi juga didasarkan pada tujuan/rencana tertentu yang pelaksanaannya perlu disusun atau didukung leh suatu anggaran biaya yang cukup dan penggunaan biaya tersebut harus efisien dan efektif. Berbeda dengan penganggaran dengan pendekatan tradisinal, penganggaran dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan rientasi utput. Jadi, apabila kita menyusun anggaran dengan pendekatan kinerja, maka mindset kita harus fkus pada "apa yang ingin dicapai". Kalau fkus ke "utput", berarti pemikiran tentang "tujuan" kegiatan harus sudah tercakup di setiap langkah ketika menyusun anggaran. Sistem ini menitikberatkan pada segi penatalaksanaan sehingga selain efisiensi penggunaan dana juga hasil kerjanya diperiksa. Jadi, tlk ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah perfrmance atau prestasi dari tujuan atau hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran seperti ini disebut juga dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK). Siklus anggaran adalah masa atau jangka waktu mulai saat anggaran disusun sampai dengan saat perhitungan anggaran disahkan dengan undang-undang. Siklus anggaran berbeda dengan tahun anggaran. Tahun anggaran adalah masa satu tahun untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggaran atau waktu di mana anggaran tersebut dipertanggungjawabkan. Jelaslah, bahwa siklus anggaran bisa mencakup tahun anggaran atau melebihi tahun anggaran karena pada dasarnya, 1

berakhirnya suatu siklus anggaran diakhiri dengan perhitungan anggaran yang disahkan leh undang-undang. Siklus anggaran terdiri dari beberapa tahap (fase) yaitu : 1. Tahap penyusunan anggaran 2. Tahap pengesahan anggaran 3. Tahap pelaksanaan anggaran 4. Tahap pegawasan peaksanaan anggaran 5. Tahap pengesahan perhitungan anggaran Untuk dapat menyusun Anggaran Berbasis Kinerja terlebih dahulu harus disusun perencanaan strategik (Renstra). Penyusunan Renstra dilakukan secara byektif dan melibatkan seluruh kmpnen yang ada di dalam pemerintahan dan masyarakat. Agar sistem dapat berjalan dengan baik perlu ditetapkan beberapa hal yang sangat menentukan yaitu standar harga, tlk ukur kinerja dan Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan. Pengukuran kinerja (tlk ukur) digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/prgram/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah. Salah satu aspek yang diukur dalam penilaian kinerja pemerintah daerah adalah aspek keuangan berupa ABK. Untuk melakukan suatu pengukuran kinerja perlu ditetapkan indikatr-indikatr terlebih dahulu antara lain indikatr masukan (input) berupa dana, sumber daya manusia dan metde kerja. Agar input dapat diinfrmasikan dengan akurat dalam suatu anggaran, maka perlu dilakukan penilaian terhadap kewajarannya. Dalam menilai kewajaran input dengan keluaran (utput) yang dihasilkan, peran Analisa Standar Biaya (ASB) sangat diperlukan. ASB adalah penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Ruang lingkup ABK 1. Menentukan Visi dan misi (yang mencerminkan strategi rganisasi), tujuan, sasaran, dan target. Penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, dan target merupakan tahap pertama yang harus ditetapkan suatu rganisasi dan menjadi tujuan tertinggi yang hendak dicapai sehingga setiap indikatr kinerja harus dikaitkan dengan kmpnen tersebut. Oleh karena itu, penentuan kmpnen-kmpnen tidak hanya ditentukan leh pemerintah tetapi juga mengikutsertakan masyarakat sehingga dapat diperleh infrmasi mengenai kebutuhan publik. 2. Menentukan Indikatr Kinerja. Indikatr Kinerja adalah ukuran kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, indikatr kinerja harus merupakan suatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan maupun tahap setelah kegiatan selesai dan bermanfaat (berfungsi). Indikatr kinerja meliputi : 2

a. Masukan (Input) adalah sumber daya yang digunakan dalam suatu prses untuk menghasilkan keluaran yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya. Indikatr masukan meliputi dana, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, data dan infrmasi lainnya yang diperlukan. b. Keluaran (Output) adalah sesuatu yang terjadi akibat prses tertentu dengan menggunakan masukan yang telah ditetapkan. Indikatr keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu aktivitas atau tlk ukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dengan baik dan terukur. c. Hasil (Outcme) adalah suatu keluaran yang dapat langsung digunakan atau hasil nyata dari suatu keluaran. Indikatr hasil adalah sasaran prgram yang telah ditetapkan. d. Manfaat (Benefit) adalah nilai tambah dari suatu hasil yang manfaatnya akan nampak setelah beberapa waktu kemudian. Indikatr manfaat menunjukkan halhal yang diharapkan dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi secara ptimal. e. Dampak (Impact) pengaruh atau akibat yang ditimbulkan leh manfaat dari suatu kegiatan. Indikatr dampak merupakan akumulasi dari beberapa manfaat yang terjadi, dampaknya baru terlihat setelah beberapa waktu kemudian. 3. Evaluasi dan pengambilan keputusan terhadap pemilihan dan priritas prgram. Kegiatan ini meliputi penyusunan peringkat-peringkat alternatif dan selanjutnya mengambil keputusan atas prgram/kegiatan yang dianggap menjadi priritas. Dilakukannya pemilihan dan priritas prgram/kegiatan mengingat sumber daya yang terbatas. 4. Analisa Standar Biaya (ASB) ASB merupakan standar biaya suatu prgram/kegiatan sehingga alkasi anggaran menjadi lebih rasinal. Dilakukannya ASB dapat meminimalisir kesepakatan antara eksekutif dan legislatif untuk melnggarkan alkasi anggaran pada tiap-tiap unit kerja sehingga anggaran tersebut tidak efisien. Dalam menyusun ABK perlu memperhatikan prinsip-prinsip penganggaran, perlehan data dalam membuat keputusan anggaran, siklus perencanaan anggaran daerah, struktur APBN/D, dan penggunaan ASB. Dalam menyusun ABK yang perlu mendapat perhatian adalah memperleh data kuantitatif dan membuat keputusan penganggarannya. Perlehan data kuantitatif bertujuan untuk : memperleh infrmasi dan pemahaman berbagai prgram yang menghasilkan utput dan utcme yang diharapkan. menjelaskan bagaimana manfaat setiap prgram bagi rencana strategis. Berdasarkan data kuantitatif tersebut dilakukan pemilihan dan priritas prgram yang melibatkan tiap level dari manajemen pemerintahan. 3

Salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan belanja daerah adalah Analisa Standar Biaya (ASB). Alkasi belanja ke dalam aktivitas untuk menghasilkan utput seringkali tanpa disertai alasan dan justifikasi yang kuat. ASB mendrng penetapan biaya dan pengalkasian anggaran kepada setiap aktivitas unit kerja menjadi lebih lgis dan mendrng dicapainya efisiensi secara terus-menerus karena adanya pembandingan (benchmarking) biaya per unit setiap utput dan diperleh praktek-praktek terbaik (best practices) dalam desain aktivitas. Dalam rangka penyusunan analisis biaya diperlukan prsedur-prsedur yang dapat menjawab pertanyaan berikut : a. Berapa biaya yang harus dibebankan pada suatu pelayanan sehingga dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan pelayanan tersebut? b. Apakah lebih efektif jika kita mengntrakkan pelayanan kepada pihak luar daripada melaksanakannya sendiri? c. Jika kita meningkatkan/menurunkan vlume pelayanan, apa pengaruhnya pada biaya yang akan kita keluarkan? Biaya apa yang akan berubah dan berapa banyak perubahannya? d. Biaya pelayanan apa yang harus dibayar tahun ini bila dibanding dengan tahun selanjutnya? Frmulasi Analisis Standar Belanja Untuk melakukan perhitungan ASB, unit kerja terkait perlu terlebih dahulu mengidentifikasi belanja yang terdiri dari : Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung TOTAL BELANJA : BELANJA LANGSUNG + BELANJA TIDAK LANGSUNG Karakteristik belanja langsung adalah bahwa input (alkasi belanja) yang ditetapkan dapat diukur dan diperbandingkan dengan utput yang dihasilkan. Sedangkan belanja tidak langsung, pada dasarya merupakan belanja yang digunakan secara bersama-sama (cmmn cst) untuk melaksanakan seluruh prgram atau kegiatan unit kerja. Oleh karena itu dalam penghitungan ASB, anggaran belanja tidak langsung dalam satu tahun anggaran harus dialkasikan ke setiap prgram atau kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Pengalkasian belanja tidak langsung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Alkasi rata-rata sederhana yaitu metde alkasi anggarun belanja tidak langsung ke setiap kegiatan nn investasi dengan cara membagi jumlah anggaran yang dialkasikan dengan jumlah kegiatan nn investasi. 2. Alkasi bbt belanja langsung yaitu metde alkasi anggaran belanja tidak langsung ke setiap kegiatan nn investasi berdasarkan besarnya bbt (nilai relatif) belanja langsung dari kegiatan nn investasi yang bersangkutan. 4

Prgram atau kegiatan yang memperleh alkasi belanja tidak langsung adalah prgram atau kegiatan nn investasi. Prgram atau kegiatan investasi yang menambah aset daerah tidak menerima alkasi anggaran tahunan belanja tidak langsung, karena utput prgram atau kegiatan investasi adalah berupa aset daerah yang dimanfaatkan lebih dari satu tahun anggaran. ASB merupakan hasil penjumlahan belanja langsung setiap prgram atau kegiatan dengan belanja tidak langsung yang dialkasikan pada prgram atau kegiatan yang bersangkutan. Perhitungan ASB tidak dapat distandarisasi antara prpinsi/kabupaten/kta dengan prpinsi/kabupaten/kta lainnya karena standarisasi harga antara suatu tempat dengan tempat lainnya dapat berbeda. Misalnya harga bat di Jawa Barat dengan Papua sangat berbeda. Demikian juga, tarif perjalanan dinas, hnr-hnr dll dapat berbeda antara Jawa Barat dan Papua. Secara ringkas dari uraian tersebut di atas, pada dasarnya menjelaskan bahwa ABK disusun harus ada keterkaitan tahapan secara menyeluruh. Penyusunan ABK dimulai dengan menetapkan renstra yang menjelaskan visi, misi dan tujuan dari unit kerja, serta pendefinisian prgram yang hendak dilaksanakan beserta kegiatan-kegiatan yang mendukung prgram tersebut. Selanjutnya ditetapkan rencana kinerja tahunan yang mencakup tujuan/sasaran, prgram, kegiatan, indikatr dan target yang ingin dicapai dalam waktu satu tahun. Penetapan target kinerja pada prgram terlihat dari indikatr utcme, sedangkan penetapan target kinerja kegiatan terlihat dari indikatr utput nya. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup kegiatan tugas pkk dan fungsi (pelayanan, pemeliharaan, administrasi umum) dan kegiatan dalam rangka belanja investasi. Menghitung besarnya alkasi anggaran pada setiap kegiatan dimulai dengan menganalisis beban kerja pada setiap kegiatan. Analisis beban kerja dan perhitungan biaya per unit menggunakan indikatr efisiensi dan input sebagai dasar dari perhitungan standar biaya. Lingkup pengalkasian anggaran dan perhitungan ttal biayanya merupakan suatu ASB. Prinsip-Prinsip Penganggaran 1. Transparansi dan akuntabilitas anggaran APBN/D harus dapat menyajikan infrmasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperleh masyarakat dari suatu kegiatan atau pryek yang dianggarkan. Oleh karena itu, anggta masyarakat berhak mengetahui prses anggaran dalam menyalurkan aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat. Selain itu, masyarakat juga berhak menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut. 2. Disiplin anggaran Pendapatan yang direncanakan harus dapat terukur secara rasinal dan dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja dan didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/pryek yang belum/tidak tersedia anggarannya. 3. Keadilan anggaran Pemerintah pusat/daerah wajib mengalkasikan penggunaan anggarannya secara adil tanpa diskriminasi sehingga dapat dinikmati leh seluruh kelmpk masyarakat dalam pemberian pelayanan. 5

4. Efisiensi dan efektifitas anggaran Setiap kegiatan yang direncanakan harus efektif dalam pencapaian kinerjanya dan efisien dalam pengalkasian dananya. 5. Disusun dengan pendekatan kinerja Anggaran disusun dengan mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (utput/utcme) dari perencanaan alkasi biaya atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sebanding atau lebih besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan (RP-SB). 6