Anggaran Berbasis Kinerja Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metde penganggaran yang digunakan adalah metda tradisinal atau item line budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau tidak. Tlk ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal. Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan dengan hasil dari pelayanan. Anggaran kinerja mencerminkan beberapa hal. Pertama, maksud dan tujuan permintaan dana. Kedua, biaya dari prgram-prgram yang diusulkan dalam mencapai tujuan ini. Dan yang ketiga, data kuantitatif yang dapat mengukur pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiaptiap prgram. Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini berfkus pada efisiensi penyelenggaraan suatu aktivitas. Efisiensi itu sendiri adalah perbandingan antara utput dengan input. Suatu aktivitas dikatakan efisien, apabila utput yang dihasilkan lebih besar dengan input yang sama, atau utput yang dihasilkan adalah sama dengan input yang lebih sedikit. Anggaran ini tidak hanya didasarkan pada apa yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi pada sistem anggaran tradisinal, tetapi juga didasarkan pada tujuan/rencana tertentu yang pelaksanaannya perlu disusun atau didukung leh suatu anggaran biaya yang cukup dan penggunaan biaya tersebut harus efisien dan efektif. Berbeda dengan penganggaran dengan pendekatan tradisinal, penganggaran dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan rientasi utput. Jadi, apabila kita menyusun anggaran dengan pendekatan kinerja, maka mindset kita harus fkus pada "apa yang ingin dicapai". Kalau fkus ke "utput", berarti pemikiran tentang "tujuan" kegiatan harus sudah tercakup di setiap langkah ketika menyusun anggaran. Sistem ini menitikberatkan pada segi penatalaksanaan sehingga selain efisiensi penggunaan dana juga hasil kerjanya diperiksa. Jadi, tlk ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah perfrmance atau prestasi dari tujuan atau hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran seperti ini disebut juga dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK). Siklus anggaran adalah masa atau jangka waktu mulai saat anggaran disusun sampai dengan saat perhitungan anggaran disahkan dengan undang-undang. Siklus anggaran berbeda dengan tahun anggaran. Tahun anggaran adalah masa satu tahun untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggaran atau waktu di mana anggaran tersebut dipertanggungjawabkan. Jelaslah, bahwa siklus anggaran bisa mencakup tahun anggaran atau melebihi tahun anggaran karena pada dasarnya, 1
berakhirnya suatu siklus anggaran diakhiri dengan perhitungan anggaran yang disahkan leh undang-undang. Siklus anggaran terdiri dari beberapa tahap (fase) yaitu : 1. Tahap penyusunan anggaran 2. Tahap pengesahan anggaran 3. Tahap pelaksanaan anggaran 4. Tahap pegawasan peaksanaan anggaran 5. Tahap pengesahan perhitungan anggaran Untuk dapat menyusun Anggaran Berbasis Kinerja terlebih dahulu harus disusun perencanaan strategik (Renstra). Penyusunan Renstra dilakukan secara byektif dan melibatkan seluruh kmpnen yang ada di dalam pemerintahan dan masyarakat. Agar sistem dapat berjalan dengan baik perlu ditetapkan beberapa hal yang sangat menentukan yaitu standar harga, tlk ukur kinerja dan Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan. Pengukuran kinerja (tlk ukur) digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/prgram/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah. Salah satu aspek yang diukur dalam penilaian kinerja pemerintah daerah adalah aspek keuangan berupa ABK. Untuk melakukan suatu pengukuran kinerja perlu ditetapkan indikatr-indikatr terlebih dahulu antara lain indikatr masukan (input) berupa dana, sumber daya manusia dan metde kerja. Agar input dapat diinfrmasikan dengan akurat dalam suatu anggaran, maka perlu dilakukan penilaian terhadap kewajarannya. Dalam menilai kewajaran input dengan keluaran (utput) yang dihasilkan, peran Analisa Standar Biaya (ASB) sangat diperlukan. ASB adalah penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Ruang lingkup ABK 1. Menentukan Visi dan misi (yang mencerminkan strategi rganisasi), tujuan, sasaran, dan target. Penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, dan target merupakan tahap pertama yang harus ditetapkan suatu rganisasi dan menjadi tujuan tertinggi yang hendak dicapai sehingga setiap indikatr kinerja harus dikaitkan dengan kmpnen tersebut. Oleh karena itu, penentuan kmpnen-kmpnen tidak hanya ditentukan leh pemerintah tetapi juga mengikutsertakan masyarakat sehingga dapat diperleh infrmasi mengenai kebutuhan publik. 2. Menentukan Indikatr Kinerja. Indikatr Kinerja adalah ukuran kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, indikatr kinerja harus merupakan suatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan maupun tahap setelah kegiatan selesai dan bermanfaat (berfungsi). Indikatr kinerja meliputi : 2
a. Masukan (Input) adalah sumber daya yang digunakan dalam suatu prses untuk menghasilkan keluaran yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya. Indikatr masukan meliputi dana, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, data dan infrmasi lainnya yang diperlukan. b. Keluaran (Output) adalah sesuatu yang terjadi akibat prses tertentu dengan menggunakan masukan yang telah ditetapkan. Indikatr keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu aktivitas atau tlk ukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dengan baik dan terukur. c. Hasil (Outcme) adalah suatu keluaran yang dapat langsung digunakan atau hasil nyata dari suatu keluaran. Indikatr hasil adalah sasaran prgram yang telah ditetapkan. d. Manfaat (Benefit) adalah nilai tambah dari suatu hasil yang manfaatnya akan nampak setelah beberapa waktu kemudian. Indikatr manfaat menunjukkan halhal yang diharapkan dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi secara ptimal. e. Dampak (Impact) pengaruh atau akibat yang ditimbulkan leh manfaat dari suatu kegiatan. Indikatr dampak merupakan akumulasi dari beberapa manfaat yang terjadi, dampaknya baru terlihat setelah beberapa waktu kemudian. 3. Evaluasi dan pengambilan keputusan terhadap pemilihan dan priritas prgram. Kegiatan ini meliputi penyusunan peringkat-peringkat alternatif dan selanjutnya mengambil keputusan atas prgram/kegiatan yang dianggap menjadi priritas. Dilakukannya pemilihan dan priritas prgram/kegiatan mengingat sumber daya yang terbatas. 4. Analisa Standar Biaya (ASB) ASB merupakan standar biaya suatu prgram/kegiatan sehingga alkasi anggaran menjadi lebih rasinal. Dilakukannya ASB dapat meminimalisir kesepakatan antara eksekutif dan legislatif untuk melnggarkan alkasi anggaran pada tiap-tiap unit kerja sehingga anggaran tersebut tidak efisien. Dalam menyusun ABK perlu memperhatikan prinsip-prinsip penganggaran, perlehan data dalam membuat keputusan anggaran, siklus perencanaan anggaran daerah, struktur APBN/D, dan penggunaan ASB. Dalam menyusun ABK yang perlu mendapat perhatian adalah memperleh data kuantitatif dan membuat keputusan penganggarannya. Perlehan data kuantitatif bertujuan untuk : memperleh infrmasi dan pemahaman berbagai prgram yang menghasilkan utput dan utcme yang diharapkan. menjelaskan bagaimana manfaat setiap prgram bagi rencana strategis. Berdasarkan data kuantitatif tersebut dilakukan pemilihan dan priritas prgram yang melibatkan tiap level dari manajemen pemerintahan. 3
Salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan belanja daerah adalah Analisa Standar Biaya (ASB). Alkasi belanja ke dalam aktivitas untuk menghasilkan utput seringkali tanpa disertai alasan dan justifikasi yang kuat. ASB mendrng penetapan biaya dan pengalkasian anggaran kepada setiap aktivitas unit kerja menjadi lebih lgis dan mendrng dicapainya efisiensi secara terus-menerus karena adanya pembandingan (benchmarking) biaya per unit setiap utput dan diperleh praktek-praktek terbaik (best practices) dalam desain aktivitas. Dalam rangka penyusunan analisis biaya diperlukan prsedur-prsedur yang dapat menjawab pertanyaan berikut : a. Berapa biaya yang harus dibebankan pada suatu pelayanan sehingga dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan pelayanan tersebut? b. Apakah lebih efektif jika kita mengntrakkan pelayanan kepada pihak luar daripada melaksanakannya sendiri? c. Jika kita meningkatkan/menurunkan vlume pelayanan, apa pengaruhnya pada biaya yang akan kita keluarkan? Biaya apa yang akan berubah dan berapa banyak perubahannya? d. Biaya pelayanan apa yang harus dibayar tahun ini bila dibanding dengan tahun selanjutnya? Frmulasi Analisis Standar Belanja Untuk melakukan perhitungan ASB, unit kerja terkait perlu terlebih dahulu mengidentifikasi belanja yang terdiri dari : Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung TOTAL BELANJA : BELANJA LANGSUNG + BELANJA TIDAK LANGSUNG Karakteristik belanja langsung adalah bahwa input (alkasi belanja) yang ditetapkan dapat diukur dan diperbandingkan dengan utput yang dihasilkan. Sedangkan belanja tidak langsung, pada dasarya merupakan belanja yang digunakan secara bersama-sama (cmmn cst) untuk melaksanakan seluruh prgram atau kegiatan unit kerja. Oleh karena itu dalam penghitungan ASB, anggaran belanja tidak langsung dalam satu tahun anggaran harus dialkasikan ke setiap prgram atau kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Pengalkasian belanja tidak langsung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Alkasi rata-rata sederhana yaitu metde alkasi anggarun belanja tidak langsung ke setiap kegiatan nn investasi dengan cara membagi jumlah anggaran yang dialkasikan dengan jumlah kegiatan nn investasi. 2. Alkasi bbt belanja langsung yaitu metde alkasi anggaran belanja tidak langsung ke setiap kegiatan nn investasi berdasarkan besarnya bbt (nilai relatif) belanja langsung dari kegiatan nn investasi yang bersangkutan. 4
Prgram atau kegiatan yang memperleh alkasi belanja tidak langsung adalah prgram atau kegiatan nn investasi. Prgram atau kegiatan investasi yang menambah aset daerah tidak menerima alkasi anggaran tahunan belanja tidak langsung, karena utput prgram atau kegiatan investasi adalah berupa aset daerah yang dimanfaatkan lebih dari satu tahun anggaran. ASB merupakan hasil penjumlahan belanja langsung setiap prgram atau kegiatan dengan belanja tidak langsung yang dialkasikan pada prgram atau kegiatan yang bersangkutan. Perhitungan ASB tidak dapat distandarisasi antara prpinsi/kabupaten/kta dengan prpinsi/kabupaten/kta lainnya karena standarisasi harga antara suatu tempat dengan tempat lainnya dapat berbeda. Misalnya harga bat di Jawa Barat dengan Papua sangat berbeda. Demikian juga, tarif perjalanan dinas, hnr-hnr dll dapat berbeda antara Jawa Barat dan Papua. Secara ringkas dari uraian tersebut di atas, pada dasarnya menjelaskan bahwa ABK disusun harus ada keterkaitan tahapan secara menyeluruh. Penyusunan ABK dimulai dengan menetapkan renstra yang menjelaskan visi, misi dan tujuan dari unit kerja, serta pendefinisian prgram yang hendak dilaksanakan beserta kegiatan-kegiatan yang mendukung prgram tersebut. Selanjutnya ditetapkan rencana kinerja tahunan yang mencakup tujuan/sasaran, prgram, kegiatan, indikatr dan target yang ingin dicapai dalam waktu satu tahun. Penetapan target kinerja pada prgram terlihat dari indikatr utcme, sedangkan penetapan target kinerja kegiatan terlihat dari indikatr utput nya. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup kegiatan tugas pkk dan fungsi (pelayanan, pemeliharaan, administrasi umum) dan kegiatan dalam rangka belanja investasi. Menghitung besarnya alkasi anggaran pada setiap kegiatan dimulai dengan menganalisis beban kerja pada setiap kegiatan. Analisis beban kerja dan perhitungan biaya per unit menggunakan indikatr efisiensi dan input sebagai dasar dari perhitungan standar biaya. Lingkup pengalkasian anggaran dan perhitungan ttal biayanya merupakan suatu ASB. Prinsip-Prinsip Penganggaran 1. Transparansi dan akuntabilitas anggaran APBN/D harus dapat menyajikan infrmasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperleh masyarakat dari suatu kegiatan atau pryek yang dianggarkan. Oleh karena itu, anggta masyarakat berhak mengetahui prses anggaran dalam menyalurkan aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat. Selain itu, masyarakat juga berhak menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut. 2. Disiplin anggaran Pendapatan yang direncanakan harus dapat terukur secara rasinal dan dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja dan didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/pryek yang belum/tidak tersedia anggarannya. 3. Keadilan anggaran Pemerintah pusat/daerah wajib mengalkasikan penggunaan anggarannya secara adil tanpa diskriminasi sehingga dapat dinikmati leh seluruh kelmpk masyarakat dalam pemberian pelayanan. 5
4. Efisiensi dan efektifitas anggaran Setiap kegiatan yang direncanakan harus efektif dalam pencapaian kinerjanya dan efisien dalam pengalkasian dananya. 5. Disusun dengan pendekatan kinerja Anggaran disusun dengan mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (utput/utcme) dari perencanaan alkasi biaya atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sebanding atau lebih besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan (RP-SB). 6