PERANAN ANGKUTAN PLAT HITAM DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS PEREKONOMIAN DI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN BECAK DALAM SISTEM PERGERAKAN DI PERUMNAS TLOGOSARI SEMARANG TUGAS AKHIR

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

EKSISTENSI ANGKUTAN PLAT HITAM PADA KORIDOR PASAR JATINGALEH GEREJA RANDUSARI TUGAS AKHIR

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM PEDESAAN (Studi Kasus Minibus PO. Garuda Tiga jurusan Baturetno - Wonogiri) Tugas Akhir

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) UNTUK KAWASAN URBAN SPRAWL KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Koridor Setiabudi dan Majapahit) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan sehari-hari adalah sektor jasa transportasi. Transportasi

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat pada saat

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

OPTIMALISASI PELAYANAN PARIWISATA PROPINSI DI YOGYAKARTA SAAT WEEKEND-WEEKDAYS BERDASARKAN SEGMENTASI WISATAWAN NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM YANG MELAYANI TRAYEK PINGGIRAN-PUSAT KOTA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan manusia dan barang. Pergerakan penduduk dalam memenuhi kebutuhannya terjadi

selatan Ringroad dan sebagian Sleman yang berada di sebelah utara Ringroad. Meskipun demikian, kondisi wilayah perkotaan yang berada di dalam jalan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Untuk mendukung kelancaran pergerakan dan interaksi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi penggunaan angkutan umum (angkot atau bemo) sangat

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS KINERJA TRANSPORTASI DI KOTA SOREANG BERDASARKAN INDIKATOR EKONOMI DALAM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Lokasi relatif suatu tempat atau wilayah berkenaan dengan hubungan tempat

EVALUASI PELETAKAN TERMINAL BANYUMANIK DAN TERMINAL PENGGARON DALAM MENDUKUNG SISTEM AKTIVITAS SEKITAR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

BAB I PENDAHULUAN. Dishubkominfo DIY dalam hal ini UPTD Jogja Trans dalam penyelenggaraan

ANALISIS LEGALITAS DAN KELAYAKAN FINANSIAL OPERASIONAL ANGKUTAN OJEK DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP PENGEMBANGAN ANGKUTAN PERMUKIMAN DI JABODETEBAK. Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek

ALTERNATIF POLA HUBUNGAN KOTA TEGAL DALAM KONTEKS KAWASAN BREGAS TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aktivitas yang tidak perlu berada pada satu tempat. Untuk melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, yang dapat digunakan oleh siapa saja dengan cara membayar atau

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2

Anggri Apriyawan NIM : D NIRM :

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan ini merupakan pergerakan yang umum terjadi pada suatu kota. memberikan suatu transportasi yang aman, cepat, dan mudah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ria Fitriana, 2016

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

PENGARUH STASIUN KERETA API TAWANG TERHADAP AKTIVITAS PEREKONOMIAN DI STASIUN TAWANG DAN KAWASAN SEKITARNYA TUGAS AKHIR

OPERASIONAL ANGKUTAN PARATRANSIT SEPEDA MOTOR DI KAWASAN TERMINAL BUNGURASIH SURABAYA

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN KARAKTERISTIK PERGERAKAN PENDUDUK KECAMATAN KALIWUNGU DI KOTA KUDUS TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. ini. Oleh karena itulah membangun kepercayaan konsumen dan citra perusahaan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem

KAJIAN KINERJA OPERASIONAL DAN PELAYANAN ANGKUTAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI JABABEKA I CIKARANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di

I-1 BAB I PENDAHULUAN

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TERJADINYA KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI PRIMER KAWASAN PASAR UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2010 ada unit sedangkan pada tahun 2015 ada

2017, No Republik Indonesia Nomor 5229); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lntas dan Angkutan Jalan (Lembaran N

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

EVALUASI RUTE ANGKUTAN UMUM PUSAT KOTA DALAM MENGURANGI BEBAN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya kesenjangan ekonomi di masyarakat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan Propinsi Kalimantan Barat baik dalam jumlah

PERSEPSI PENUMPANG TERHADAP PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM ANGKUTAN UMUM DI KOTA MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

Transkripsi:

PERANAN ANGKUTAN PLAT HITAM DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS PEREKONOMIAN DI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR Oleh: ADHI SETYANTO L2D 303 281 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2005

ABSTRAKSI Perkembangan aktivitas masyarakat mendorong pertumbuhan suatu kota, yang ditandai dengan munculnya aktivitas-aktivitas perkotaan seperti permukiman, industri, perdagangan dan jasa-jasa (komersial). Perkembangan aktivitas tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan terhadap sarana transportasi (angkutan) umum untuk mendukung proses pergerakan. Namun pada kondisi tertentu terjadi ketidakseimbangan antara supply dan demand sarana transportasi, khususnya angkutan, sehingga menyebabkan berkembangnya angkutan paratransit yang berperan sebagai pengisi (gap-filler) kebutuhan angkutan di suatu daerah. Kondisi demikian terjadi di Kecamatan Batuwarno yang merupakan wilayah penelitian dalam studi ini. Kecamatan Batuwarno saat ini dilayani oleh angkutan paratransit jenis plat hitam. Sekitar 60% angkutan plat hitam di Kecamatan Batuwarno melayani pergerakan pelaku aktivitas perekonomian dalam pemasaran dan distribusi komoditas pertanian, industri maupun perkebunan serta beberapa barang-barang kebutuhan sehari-hari ke beberapa wilayah di Kabupaten Wonogiri. Angkutan plat hitam memberikan kemudahan, karena selain dapat disewa sesuai keinginan pengguna, juga dapat menjangkau daerah pegunungan di Kecamatan Batuwarno. Berdasarkan karakteristik perkembangan angkutan plat hitam di Kecamatan Batuwarno menyebabkan perlunya dilakukan studi mengenai peranan angkutan plat hitam dalam mendukung aktivitas perekonomian, sedangkan studi lebih ditekankan pada identifikasi peranan angkutan plat hitam dalam pengadaan bahan baku, tenaga kerja, pemasaran dan peningkatan nilai tambah sebagai indikator perkembangan aktivitas ekonomi. Alat analisis yang digunakan adalah nilai tambah untuk mengidentifikasi adanya tambahan nilai manfaat yang diperoleh dengan penjualan didalam dan diluar wilayah, sedangkan analisis deskriptif kualitatif untuk menginterpretasikan hasil analisis nilai tambah dan peranan angkutan plat hitam dalam mendukung aktivitas perekonomian di Kecamatan Batuwarno. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan didapat bahwa angkutan plat hitam berkembang dan mendukung aktivitas perekonomian ditunjukkan dengan 86% tingkat penggunaan angkutan plat hitam oleh pelaku aktivitas ekonomi adalah 2-4 kali dalam 1 minggu. Alasan penggunaan tersebut lebih dominan karena angkutan plat hitam bisa dicarter sesuai dengan kebutuhan oleh 71% pelaku aktivitas ekonomi, selain itu menurut 28% pelaku aktivitas ekonomi karena tarif yang murah dan 1% lainnya karena alasan kenyamanan. Alasan tarif murah tidak relevan bila dibandingkan dengan tarif angkutan lain di Kabupaten Wonogiri. Alasan lain yang mendorong angkutan plat hitam berkembang di Kecamatan Batuwarno karena adanya hari pasaran dan terpencarnya aktivitas ekonomi yang disebabkan tidak meratanya persebaran penduduk serta kondisi topografi/geografis. Angkutan plat hitam berperan dalam mendukung aktivitas perekonomian, yaitu dalam pengadaan bahan baku dan pemasaran. Pada proses pengadaan bahan baku hanya 41% pelaku aktivitas ekonomi yang menggunakan angkutan plat hitam, sedangkan 57% lainnya (terutama petani) dari 68 responden tidak menggunakan angkutan plat hitam, karena bahan baku diperoleh dari hasil panen dan angkutan plat hitam hanya digunakan untuk pengadaan bahan tambahan, seperti pupuk dan insektisida. Namun untuk pertanian anggrek, angkutan plat hitam tetap digunakan karena bahan baku didapat dari importir di Jakarta. Lain halnya dengan proses pemasaran, angkutan plat hitam digunakan oleh 90% pelaku aktivitas ekonomi, karena rata-rata pemasaran adalah diluar wilayah, yaitu di Kecamatan Baturetno, sedangkan dalam mendukung tenaga kerja, angkutan plat hitam tidak berperan, karena 96% pelaku aktivitas ekonomi dari 68 responden cenderung berjalan kaki dan lokasi tempat tinggal mereka berada dekat dengan lokasi kerja. Angkutan plat hitam juga berperan dalam meningkatkan nilai tambah penjualan, seiring dengan penjualan komoditas keluar wilayah oleh 85% pelaku aktivitas ekonomi. Pemasaran tersebut dilatarbelakangi, alasan penjualan dimana 58% pelaku aktivitas ekonomi menjual komoditas keluar wilayah karena daya saing komoditas dan 48% karena kemudahan aksesibilitas. Dari penjualan diluar wilayah 71% pelaku aktivitivitas ekonomi mendapatkan nilai tambah yang lebih besar diluar wilayah Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan dapat dikemukakan rekomendasi bagi pemerintah Kabupaten Wonogiri, yaitu perlunya kebijakan pengelolaan dan pengaturan angkutan plat hitam yang memperhatikan demand, supply, karakteristik angkutan plat hitam aktivitas ekonomi, persepsi pelaku dan pengemudi angkutan, sedangkan rekomendasi yang dapat digunakan untuk studi lebih lanjut, meliputi studi optimalisasi fungsi dan jumlah angkutan plat hitam dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, studi model dan pola pergerakan pelaku aktivitas perekonomian kaitannya dengan penggunaan angkutan plat hitam dan studi mengenai peran angkutan plat hitam sebagai pendukung aksesibilitas kawasan pedesaan. Kata Kunci: Angkutan Plat Hitam, Aktivitas Perekonomian

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perekonomian di Indonesia sangat membutuhkan jasa angkutan yang cukup memadai. Transportasi sebagai sarana penunjang aktivitas kegiatan, memberikan peran penting dalam mencapai tujuan pengembangan ekonomi di Indonesia. Adapun tujuan dari pengembangan ekonomi Indonesia adalah: 1. Menciptakan pendapatan nasional yang disertai distribusi secara merata antara penduduk, bidang-bidang usaha dan daerah-daerah. 2. Meningkatkan jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat dihasilkan para konsumen, industri dan pemerintah. 3. Mengembangkan industri nasional yang dapat menghasilkan devisa, serta men-supply pasaran dalam negeri. 4. Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi masyarakat (Salim, 1993: 1-2). Seiring dengan perkembangan perekonomian maka berkembang pula aktivitas masyarakat yang meningkatkan pertumbuhan suatu kota. Pertumbuhan suatu kota ditandai dengan munculnya beberapa kawasan permukiman baru, kawasan industri, perdagangan dan jasa (komersial). Pertumbuhan suatu kota yang di dalamnya melibatkan aktivitas penduduk menyebabkan peningkatan terhadap kebutuhan sarana transportasi (angkutan) dalam rangka melakukan pergerakan. Namun beberapa fenomena yang terjadi adalah keberadaan angkutan umum dalam suatu wilayah tidak mengalami persebaran secara merata. Banyak wilayah yang tidak terlayani oleh keberadaan angkutan umum. Fenomena tersebut terjadi sebagai akibat dari kebijakan pemerintah yang kurang tepat dalam pengaturan dan perencanaan sistem transportasi secara komprenhensif, karena beberapa keterbatasan, baik itu dana, sumberdaya maupun kepentingan-kepentingan birokrasi pemerintah yang tidak memperhatikan paradigma kebutuhan masyarakat terhadap jasa transportasi. Kondisi tersebut menyebabkan tumbuhnya aktivitas angkutan paratransit yang berperan sebagai pengisi (gap-filler) kebutuhan angkutan di suatu daerah. Seiring dengan perkembangan angkutan paratransit di daerah perkotaan beberapa permasalahan seringkali terjadi, yaitu adanya kebijakan pemerintah yang secara sepihak mencoba mengembangkan angkutan baru pada daerah yang sudah dilayani oleh angkutan paratransit. Berbagai konflik antara pengusaha angkutan umum dan pengusaha angkutan paratransit menjadi hal yang sering terjadi, baik perebutan tarif maupun trayek pelayanan. Kondisi tersebut lebih diperparah lagi dengan adanya kebijakan larangan pengoperasian angkutan paratransit di sejumlah wilayah yang sudah dilayani

2 angkutan umum baru. Peningkatan angka pengangguran dan kemiskinan menjadi salah satu dampak dari kebijakan tersebut. Pemerintah seakan tidak melihat perkembangan kebelakang, bahwa sebelum pemerintah mampu memberikan pelayanan kebutuhan angkutan umum, keberadaan angkutan paratransit menjadi satu-satunya alternatif pelayanan kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi. Perkembangan angkutan paratransit pada suatu wilayah tentunya tidak sama. Karakteristik wilayah dan pergerakan masyarakat menjadi salah satu faktor penentu keberadaan angkutan paratransit jenis tertentu. Angkutan paratransit jenis becak yang merupakan alat angkut tidak bermotor bertenaga manusia, cenderung berkembang pada daerah bertopografi datar, sedangkan untuk kondisi wilayah dengan topografi berbukit-bukit memiliki kecenderungan berkembang alat angkut bermotor, seperti angkutan plat hitam dan ojek. Secara umum angkutan paratransit jenis ojek maupun plat hitam cenderung berkembang di daerah pinggiran dan pedesaan atau lebih dikenal sebagai angkutan pedesaan. Perkembangan angkutan paratransit terutama jenis plat hitam menjadi salah satu moda transportasi penghubung antara pusat kota dengan beberapa daerah pinggiran. Keberadaan angkutan plat hitam tersebut banyak ditemui di beberapa daerah di Indonesia, seperti di wilayah Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri yang merupakan wilayah studi penyusunan tugas akhir ini. Kecamatan Batuwarno terletak di sebelah Selatan Kota Wonogiri, tepatnya di sebelah Timur Kecamatan Baturetno pada jalan ke arah Timur menuju Kabupaten Pacitan (Jawa Timur). Kecamatan Batuwarno secara keseluruhan didominasi oleh aktivitas pertanian berupa sawah dan tegalan, serta aktivitas permukiman, industri, perkantoran, pendidikan, perdagangan maupun jasa (pasar dan pertokoan). Kecamatan Batuwarno merupakan wilayah dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan relatif maju, yang dilalui oleh jalan lokal primer sebagai penghubung antara Kecamatan Batuwarno dan Kecamatan Baturetno yang merupakan pusat pelayanan dan aktivitas di Wonogiri bagian Selatan dengan moda transportasi yang melayani pergerakan penduduk dari daerah pinggiran ke pusat aktivitas di Kecamatan Batuwarno berupa angkutan plat hitam. Perkembangan angkutan plat hitam di Kecamatan Batuwarno disebabkan karena pemerintah dan swasta belum mampu menyediakan angkutan umum masal bagi penduduk di Kecamatan Batuwarno, keterbatasan dana dan sumberdaya menjadi salah satu permasalahan dalam pengembangan sarana transportasi di Kecamatan Batuwarno, selain keberadaan jalur jalan lokal primer (jalur utama) yang merupakan jalur buntu dan sampai di Kecamatan Karangtengah serta kondisi jaringan jalan menuju ke Kabupaten Pacitan tidak begitu baik (sebagian berbatu dan rusak), sehingga operasi angkutan plat hitam sampai ke Kabupaten Pacitan hanya melalui sistem carter dan pada hari-hari tertentu saja (hari pasaran) (Sumber: Hasil Wawancara, Tahun 2004).

3 Angkutan Plat hitam di Kecamatan Batuwarno berkembang, disebabkan juga karena tingginya demand dari masyarakat, terutama pelaku aktivitas perekonomian, yaitu sekitar 60% penumpang angkutan plat hitam di Kecamatan Batuwarno adalah pengusaha industri, petani dan pedagang yang akan menjual serta mendistribusikan barang dagangannya ke luar wilayah Kecamatan Batuwarno. Sebagian masyarakat juga membeli barang kebutuhan sehari-hari di pusat kota yang kemudian dijual kembali ke beberapa desa di Kecamatan Batuwarno. Tingginya demand dari masyarakat tersebut disebabkan karena angkutan plat hitam memberikan kemudahan kepada pelaku aktivitas ekonomi, yaitu selain memiliki trayek penghubung ke pusat-pusat aktivitas, angkutan plat hitam juga memiliki fleksibilitas rute dan dapat disewa sesuai dengan keinginan masyarakat sebagai pengguna jasa transportasi serta dapat menjangkau masyarakat pedagang di daerah pegunungan yang tidak terlayani oleh sarana angkutan, sehingga mereka dapat menjual barang dagangannya kepusat kota. Demand dari masyarakat terhadap angkutan plat hitam menyebabkan sulit berkembangnya angkutan plat kuning dengan izin, trayek dan tarif yang diatur serta ditentukan oleh pemerintah serta meningkatnya jumlah supply angkutan plat hitam dari tahun ke tahun di Kecamatan Batuwarno. Fenomena tersebut ditunjukkan dengan keberadaan angkutan umum jenis bus (ismo) yang pada tahun 1978 beroperasi dengan trayek Solo-Baturetno-Batuwarno, namun karena tingginya demand dari masyarakat terhadap angkutan plat hitam dengan fleksibilitas rute, tarif dan jadwal perjalanan, menyebabkan angkutan umum jenis bus (ismo) tersebut tidak lagi beroperasi di Kecamatan Batuwarno, sedangkan angkutan plat hitam di Kecamatan Batuwarno berkembang sejak tahun 1978 sebanyak 3 unit yang dimiliki oleh pengusaha angkutan dari Baturetno. Jumlah angkutan plat hitam tersebut kemudian meningkat menjadi 27 unit pada tahun 1995, sedangkan pada tahun 2005 meningkat menjadi 91 unit (Hasil Wawancara, Tahun 2005). Kemudahan aksesibilitas karena keberadaan angkutan plat hitam menjadikan tingkat pergerakan masyarakat ke beberapa daerah relatif meningkat dan tingkat perkembangan wilayah menjadi semakin maju, karena pembukaan akses baru beberapa kawasan di Kecamatan Batuwarno, seperti Desa Ronggojati, Sumberagung dan Sendangsari, selain itu dengan keberadaan angkutan plat hitam di Kecamatan Batuwarno beberapa aktivitas perekonomian, seperti industri dan pertanian sudah dapat memasarkan komoditasnya keluar wilayah Kecamatan Batuwarno dan Kabupaten Wonogiri. Keberadaan angkutan plat hitam di Kecamatan Batuwarno dalam perkembangannya tidak memiliki suatu sistem pembatasan yang jelas, sehingga terjadi peningkatan jumlah angkutan plat hitam dari tahun ke tahun. Padahal peningkatan supply jumlah angkutan yang berlebihan akan menyebabkan over capacity of service dengan supply akan menjadi lebih besar dari demand masyarakat terhadap angkutan plat hitam yang selanjutnya menyebabkan penurunan pendapatan