Chapter 7 MATERIALITY AND RISK
TUJUAN : 1. Menerapkan konsep materialitas dalam audit 2. Membuat penilaian awal mengenai berapa jumlah yang dianggap material 3. Mengalokasikan materialitas awal ke setiap bagian audit selama masa perencanaan. 4. Menggunakan materialitas untuk mengevaluasi temuan audit. 5. Mendefinisikan risiko dalam audit. 6. Menjelaskan model risiko audit untuk setiap komponennya. 7. Mempertimbangkan dampak dari risiko kontrak kerja terhadap risiko audit yang dapat diterima. 8. Mempertimbangkan dampak dari beberapa faktor dalam penilaian risiko bawaan. 9. Membahas hubungan antara risiko audit dengan bukti audit. 10. Membahas bagaimana materialitas dan risiko saling berkaitan dan terintegrasi ke dalam proses audit.
I. MATERIALITAS Definisi materialitas menurut FASB adalah: Besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut Oleh karena para auditor bertanggung jawab untuk menentukan apakah terdapat salah saji material dalam laporan keuangan, maka jika terdapat penemuan suatu salah saji material, mereka harus membuatnya menjadi perhatian klien sehingga dapat dilakukan koreksi atas salah saji tersebut. Jika klien menolak untuk mengoreksi salah saji tersebut, maka auditor harus menerbitkan opini wajar dengan pengecualian atau tidak wajar, bergantung pada seberapa signifikan salah saji tersebut.
I. MATERIALITAS Langkah-Langkah Penerapan Materialitas 1. Menetapkan pertimbangan materialitas awal 2. Mengalokasikan pertimbangan materialitas awal ke setiap bagian pengauditan Perencanaan keluasan pengujian 3. Mengestimasikan salah saji total di setiap bagian pengauditan 4. Mengestimasikan salah saji gabungan Evaluasi hasil 5. Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan materialitas dalam penilaian awal atau penilaian yang direvisi
II. MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL PSA 25 mengharuskan auditor untuk memutuskan jumlah gabungan salah saji dalam laporan keuangan yang akan mereka anggap material di awal pengauditan bersamaan ketika mereka mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Disebut pertimbangan materialitas awal, karena meskipun merupakan opini profesional, penilaian tersebut dapat berubah selama kontrak kerja. Pertimbangan materialitas awal merupakan jumlah maksimal dimana auditor yakin dapat terjadi salah saji dalam laporan keuangan, namun tidak memengaruhi keputusan-keputusan para pengguna yang rasional. Auditor menetapkan pertimbangan materialitas awal untuk membantunya merencanakan pengumpulan bukti-bukti audit yang tepat. Selama proses audit, auditor dapat membuat penilaian materialitas yang direvisi, karena auditor memutuskan bahwa pertimbangan materialitas awal terlalu besar atau terlalu kecil.
II. MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL 1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penilaian. a. Materialitas merupakan konsep relatif, bukan absolut Sebuah salah saji dengan besaran tertentu dapat menjadi material bagi perusahaan kecil, namun jumlah yang sama untuk perusahaan besar tidak material b. Dibutuhkan dasar untuk mengevaluasi materialitas - Penting untuk memiliki dasar dalam menentukan apakah suatu jumlah tertentu material atau tidak - Setelah menetapkan dasar utama, auditor juga harus memutuskan apakah salah saji tersebut secara signifikan berpengaruh pada kewajaran dasar lainnya, seperti aset lancar, total aset, liabilitas lancar dan ekuitas pemilik. - PSA 25 mengharuskan auditor untuk mendokumentasikan dasar yang digunakan dalam melakukan pertimbangan materialitas awal ke dalam arsip audit. a. Faktor-faktor kualitatif juga memengaruhi materialitas
II. MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL 1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penilaian. c. Faktor-faktor kualitatif juga memengaruhi materialitas, contohnya: - Jumlah yang melibatkan kecurangan lebih material dibanding salah saji yang tidak disengaja, meskipun nominalnya sama. - Salah saji yang dianggap tidak penting dapat menjadi material jika terdapat kemungkinan timbulnya dari kewajiban kontraktual. - Salah saji yang dianggap tidak material dapat menjadi material jika salah saji tersebut berpengaruh pada tren laba. 2. Ilustrasi PT Perkakas Prima. Panduan Ilustrasi Materialitas
II. MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL 2. Ilustrasi PT Perkakas Prima. Panduan Ilustrasi Materialitas Pertimbangan Materialitas Awal (dalam jutaan) Persentase Minimal Jumlah Rupiah Persentase Maksimal Jumlah Rupiah Laba Operasi 3 221 6 442 Aset Lancar 3 1.531 6 3.062 Total Aset 1 614 3 1.841 Liabilitas Lancar 3 396 6 793
III. MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL KE SETIAP BAGIAN 1. Auditor menghadapi tiga kesulitan utama berikut dalam mengalokasikan material ke dalam akun-akun neraca, antara lain: a. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu memiliki salah saji yang lebih banyak dibandingkan dengan akun-akun lainnya. b. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan. c. Biaya audit relatif memengaruhi alokasi tersebut. Di akhir pengauditan, auditor harus menggabungkan semua salah saji aktual dan salah saji estimasi serta membandingkannya dengan materialitas awal. 2. Berikut ini contoh laporan keuangan PT. Perkakas Prima tahun 2007 serta ilustrasi salah saji yang dapat diterima. Laporan Keuangan PT. Perkakas Prima tahun 2007 Ilustrasi Salah Saji Yang Dapat Diterima
III. MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL KE SETIAP BAGIAN 3. Apabila salah saji material yang terdapat dalam beberapa akun, jumlahnya harus tidak boleh lebih dari 6% dari total laba operasi. 4. Apabila salah saji material sebesar 6% dari laba operasi berada dalam satu akun, maka tidak diperbolehkan salah saji berada di akun-akun lainnya. 5. Terdapat salah saji dalam beberapa akun neraca yang memengaruhi laba rugi, namun sebaliknya ada yang tidak memengaruhi laba rugi, sehingga materialitas dari akun-akun neraca yang memengaruhi laba rugi atau tidak harus dipertimbangkan sendiri. 6. Tujuan pengalokasian pertimbangan materialitas awal pada akun-akun neraca adalah membantu auditor dalam menentukan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan untuk setiap akun neraca maupun laba rugi.
IV. MEMPERKIRAKAN SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKANNYA DENGAN PENILAIAN AWAL Salah saji dalam suatu akun dapat berbentuk: 1. Salah saji yang diketahui, adalah salah saji dimana auditor dapat menentukan jumlah salah saji dalam akun tersebut. 2. Salah saji yang mungkin. a. Salah saji yang muncul karena adanya perbedaan antara penilaian manajemen dan penilaian auditor mengenai estimasi saldo akun. b. Proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel yang diambil dari populasi. Ilustrasi Perbandingan Estimasi Salah Saji Total ke Pertimbangan Materialitas Awal
IV. MEMPERKIRAKAN SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKANNYA DENGAN PENILAIAN AWAL Proyeksi langsung estimasi salah saji : Salah saji dalam sampel (Rp.3.500.00) Total nilai Proyeksi langsung ---------------------------------- x populasi = Estimasi salah saji Total sampel yang tercatat (Rp.31.500.000) (Rp.50.000.000) (Rp.450.000.000) Karena estimasi salah saji gabungan melebihi penilaian awal, maka laporan keuangan tidak dapat diterima. Auditor dapat menentukan apakah salah saji yang mungkin sebenarnya lebih dari Rp.50.000.000 dengan melakukan prosedur audit tambahan atau mengharuskan klien melakukan penyesuaian untukestimasi salah saji tersebut. Jika auditor memutuskan untuk melakukan prosedur audit tambahan, maka mereka akan mengkonsentrasikan pada persediaan.
V. RISIKO Auditor menyadari, bahwa terdapat ketidakpastian bawaan dalam ketepatan bahan bukti, ketidakpastian dalam efektivitas internal control klien, dan ketidakpastian mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar ketika audit diselesaikan. Sebagian besar risiko yang dihadapi auditor sulit untuk diukur dan membutuhkan pertimbangan yang besar sebelum auditor dapat menanganinya dengan tepat untuk mencapai audit yang berkualitas tinggi. Standar kedua pekerjaan lapangan mengharuskan auditor untuk mendapatkan pemahaman atas entitas dan lingkungan bisnis klien, termasuk internal control-nya, untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan klien Ilustrasi Terkait dengan Risiko dan Bukti Audit
VI. MODEL RISIKO Model risiko audit membantu auditor untuk menentukan seberapa banyak dan jenis bukti apakah yang harus dikumpulkan auditor untuk setiap siklusnya. Biasanya model ini dinyatakan sebagai berikut: AAR PDR = ------------- IR x CR Dimana: PDR = Risiko deteksi yang direncanakan AAR = Risiko audit yang dapat diterima IR = Risiko bawaan CR = Risiko pengendalian Contoh: untuk siklus persediaan dan pergudangan, IR = 100%; CR = 100%; PDR = 5% AAR = 5%