Chapter 7 MATERIALITY AND RISK

dokumen-dokumen yang mirip
MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT AKUNTANSI PEMERIKSAAN 1. Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

Ch.7 Materialitas & Risiko Audit SUCAHYO HERININGSIH, SE., MSI., AK., CA.

Penetapan Materialitas Penetapan Risiko. tedi last 09/16

audit dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.

Standar Audit SA 450. Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit

Standar Audit SA 320. Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Materialitas, dan Risiko. REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK)

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

MATERIALITAS DAN RISIKO 1

TUJUAN & TANGGUNG JAWAB AUDIT

Risiko bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya

Standar Audit SA 510. Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan keuangan

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas

Standar Audit SA 800. Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

SA Seksi 551 PELAPORAN ATAS INFORMASI YANG MENYERTAI LAPORAN KEUANGAN POKOK DALAM DOKUMEN YANG DISERAHKAN OLEH AUDITOR. Sumber: PSA No.

Standar Audit SA 501. Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan

KONSEP MATERIALITAS PENTING DALAM AUDIT

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas

Standar Audit SA 580. Representasi Tertulis

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

AUDITING. Ahmad Try Handoko ( ) Magister Akuntansi SOAL MATRIKULASI

KOMUNIKASI ANTARA AUDITOR PENDAHULU DENGAN AUDITOR PENGGANTI

Standar Audit SA 540. Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. penilai yang bebas terhadap seluruh aktivitas perusahaan.

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SA Seksi 552 PELAPORAN ATAS LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN DAN DATA KEUANGAN PILIHAN. Sumber: PSA No. 53 PENDAHULUAN

SURAT PERIKATAN AUDIT

PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL

Standar Audit SA 330. Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai

SA Seksi 435 PELAPORAN AUDITOR ATAS INFORMASI SEGMEN. Sumber: PSA No. 40 PENDAHULUAN

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

FANY OCTAFIA OFFERING L

Standar Audit SA 530. Sampling Audit

PELAPORAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI

BAGIAN AUDIT DILAKSANAKAN OLEH AUDITOR INDEPENDEN LAIN

BAB 10. Variable Sampling untuk Pengujian Substantif

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT)

AUDIT & ATESTASI SA 530 SAMPLING AUDIT

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT

ANALISIS PROSPEKTIF LAPORAN KEUANGAN PT. GUDANG GARAM Tbk. Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan

pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Peraturan Nomor VIII.G.7 tahun 2000 tentang Penyajian dan

Standar Audit SA 610. Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal

Tanggapan Atas Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN AUDI TOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDI TAN

Ekonomi dan Bisnis Akuntnasi S1

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak

Materiality and Audit Risk. Konteks Audit Kepabeanan dan Cukai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

Pengauditan 1 Bab VI

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

REPRESENTASI MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.

STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN

PENGENDALIAN INTERN 1

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan. tedi last 09/16

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN

PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIS

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 Tipe Opini Auditor. 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

BAB I PENDAHULUAN. penulisan secara umum yang akan ditulis.

GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT

SA Seksi 504 PENGAITAN NAMA AUDITOR DENGAN LAPORAN KEUANGAN. Sumber: PSA No. 52 PENDAHULUAN. 01 Standar pelaporan keempat berbunyai sebagai berikut:

PERENCANAAN DAN SUPERVISI

KOMUNIKASI ANTARA AUDITOR PENDAHULU DENGAN AUDITOR PENGGANTI

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT

BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Standar Audit SA 500. Bukti Audit

AUDIT LAPORAN KEUANGAN. Pertemuan 3

TINJAUAN PROSES AUDIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB VIII AUDIT SIKLUS INVESTASI INSTRUMEN KEUANGAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

PROSEDUR ANALITIK. SA Seksi 329. Sumber: PSA No. 22 PENDAHULUAN

Tentukan apakah akun aktiva, kewajiban, ekuitas pemilik, pendapatan, atau beban terpengaruh oleh suatu transaksi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING

PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT

Perbedaan Standar Auditing Baru dan Standar Auditing Lama Lembaga standar internasional ISO telah menerbitkan standar audit terbaru ISO 19011:2011,

Standar Audit SA 520. Prosedur Analitis

alasan kuat dalam pengambilan kesimpulan mengenai laporan keuangan, apakah telah disajikan secara wajar atau tidak.

KONSISTENSI PENERAPAN PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA

ATESTASI KEPATUHAN. SAT Seksi 500. S u m b e r : P S A T N o. 0 6 P E N D A H U L U A N D A N K E T E R T E R A P A N

Transkripsi:

Chapter 7 MATERIALITY AND RISK

TUJUAN : 1. Menerapkan konsep materialitas dalam audit 2. Membuat penilaian awal mengenai berapa jumlah yang dianggap material 3. Mengalokasikan materialitas awal ke setiap bagian audit selama masa perencanaan. 4. Menggunakan materialitas untuk mengevaluasi temuan audit. 5. Mendefinisikan risiko dalam audit. 6. Menjelaskan model risiko audit untuk setiap komponennya. 7. Mempertimbangkan dampak dari risiko kontrak kerja terhadap risiko audit yang dapat diterima. 8. Mempertimbangkan dampak dari beberapa faktor dalam penilaian risiko bawaan. 9. Membahas hubungan antara risiko audit dengan bukti audit. 10. Membahas bagaimana materialitas dan risiko saling berkaitan dan terintegrasi ke dalam proses audit.

I. MATERIALITAS Definisi materialitas menurut FASB adalah: Besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut Oleh karena para auditor bertanggung jawab untuk menentukan apakah terdapat salah saji material dalam laporan keuangan, maka jika terdapat penemuan suatu salah saji material, mereka harus membuatnya menjadi perhatian klien sehingga dapat dilakukan koreksi atas salah saji tersebut. Jika klien menolak untuk mengoreksi salah saji tersebut, maka auditor harus menerbitkan opini wajar dengan pengecualian atau tidak wajar, bergantung pada seberapa signifikan salah saji tersebut.

I. MATERIALITAS Langkah-Langkah Penerapan Materialitas 1. Menetapkan pertimbangan materialitas awal 2. Mengalokasikan pertimbangan materialitas awal ke setiap bagian pengauditan Perencanaan keluasan pengujian 3. Mengestimasikan salah saji total di setiap bagian pengauditan 4. Mengestimasikan salah saji gabungan Evaluasi hasil 5. Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan materialitas dalam penilaian awal atau penilaian yang direvisi

II. MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL PSA 25 mengharuskan auditor untuk memutuskan jumlah gabungan salah saji dalam laporan keuangan yang akan mereka anggap material di awal pengauditan bersamaan ketika mereka mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Disebut pertimbangan materialitas awal, karena meskipun merupakan opini profesional, penilaian tersebut dapat berubah selama kontrak kerja. Pertimbangan materialitas awal merupakan jumlah maksimal dimana auditor yakin dapat terjadi salah saji dalam laporan keuangan, namun tidak memengaruhi keputusan-keputusan para pengguna yang rasional. Auditor menetapkan pertimbangan materialitas awal untuk membantunya merencanakan pengumpulan bukti-bukti audit yang tepat. Selama proses audit, auditor dapat membuat penilaian materialitas yang direvisi, karena auditor memutuskan bahwa pertimbangan materialitas awal terlalu besar atau terlalu kecil.

II. MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL 1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penilaian. a. Materialitas merupakan konsep relatif, bukan absolut Sebuah salah saji dengan besaran tertentu dapat menjadi material bagi perusahaan kecil, namun jumlah yang sama untuk perusahaan besar tidak material b. Dibutuhkan dasar untuk mengevaluasi materialitas - Penting untuk memiliki dasar dalam menentukan apakah suatu jumlah tertentu material atau tidak - Setelah menetapkan dasar utama, auditor juga harus memutuskan apakah salah saji tersebut secara signifikan berpengaruh pada kewajaran dasar lainnya, seperti aset lancar, total aset, liabilitas lancar dan ekuitas pemilik. - PSA 25 mengharuskan auditor untuk mendokumentasikan dasar yang digunakan dalam melakukan pertimbangan materialitas awal ke dalam arsip audit. a. Faktor-faktor kualitatif juga memengaruhi materialitas

II. MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL 1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penilaian. c. Faktor-faktor kualitatif juga memengaruhi materialitas, contohnya: - Jumlah yang melibatkan kecurangan lebih material dibanding salah saji yang tidak disengaja, meskipun nominalnya sama. - Salah saji yang dianggap tidak penting dapat menjadi material jika terdapat kemungkinan timbulnya dari kewajiban kontraktual. - Salah saji yang dianggap tidak material dapat menjadi material jika salah saji tersebut berpengaruh pada tren laba. 2. Ilustrasi PT Perkakas Prima. Panduan Ilustrasi Materialitas

II. MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL 2. Ilustrasi PT Perkakas Prima. Panduan Ilustrasi Materialitas Pertimbangan Materialitas Awal (dalam jutaan) Persentase Minimal Jumlah Rupiah Persentase Maksimal Jumlah Rupiah Laba Operasi 3 221 6 442 Aset Lancar 3 1.531 6 3.062 Total Aset 1 614 3 1.841 Liabilitas Lancar 3 396 6 793

III. MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL KE SETIAP BAGIAN 1. Auditor menghadapi tiga kesulitan utama berikut dalam mengalokasikan material ke dalam akun-akun neraca, antara lain: a. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu memiliki salah saji yang lebih banyak dibandingkan dengan akun-akun lainnya. b. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan. c. Biaya audit relatif memengaruhi alokasi tersebut. Di akhir pengauditan, auditor harus menggabungkan semua salah saji aktual dan salah saji estimasi serta membandingkannya dengan materialitas awal. 2. Berikut ini contoh laporan keuangan PT. Perkakas Prima tahun 2007 serta ilustrasi salah saji yang dapat diterima. Laporan Keuangan PT. Perkakas Prima tahun 2007 Ilustrasi Salah Saji Yang Dapat Diterima

III. MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL KE SETIAP BAGIAN 3. Apabila salah saji material yang terdapat dalam beberapa akun, jumlahnya harus tidak boleh lebih dari 6% dari total laba operasi. 4. Apabila salah saji material sebesar 6% dari laba operasi berada dalam satu akun, maka tidak diperbolehkan salah saji berada di akun-akun lainnya. 5. Terdapat salah saji dalam beberapa akun neraca yang memengaruhi laba rugi, namun sebaliknya ada yang tidak memengaruhi laba rugi, sehingga materialitas dari akun-akun neraca yang memengaruhi laba rugi atau tidak harus dipertimbangkan sendiri. 6. Tujuan pengalokasian pertimbangan materialitas awal pada akun-akun neraca adalah membantu auditor dalam menentukan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan untuk setiap akun neraca maupun laba rugi.

IV. MEMPERKIRAKAN SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKANNYA DENGAN PENILAIAN AWAL Salah saji dalam suatu akun dapat berbentuk: 1. Salah saji yang diketahui, adalah salah saji dimana auditor dapat menentukan jumlah salah saji dalam akun tersebut. 2. Salah saji yang mungkin. a. Salah saji yang muncul karena adanya perbedaan antara penilaian manajemen dan penilaian auditor mengenai estimasi saldo akun. b. Proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel yang diambil dari populasi. Ilustrasi Perbandingan Estimasi Salah Saji Total ke Pertimbangan Materialitas Awal

IV. MEMPERKIRAKAN SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKANNYA DENGAN PENILAIAN AWAL Proyeksi langsung estimasi salah saji : Salah saji dalam sampel (Rp.3.500.00) Total nilai Proyeksi langsung ---------------------------------- x populasi = Estimasi salah saji Total sampel yang tercatat (Rp.31.500.000) (Rp.50.000.000) (Rp.450.000.000) Karena estimasi salah saji gabungan melebihi penilaian awal, maka laporan keuangan tidak dapat diterima. Auditor dapat menentukan apakah salah saji yang mungkin sebenarnya lebih dari Rp.50.000.000 dengan melakukan prosedur audit tambahan atau mengharuskan klien melakukan penyesuaian untukestimasi salah saji tersebut. Jika auditor memutuskan untuk melakukan prosedur audit tambahan, maka mereka akan mengkonsentrasikan pada persediaan.

V. RISIKO Auditor menyadari, bahwa terdapat ketidakpastian bawaan dalam ketepatan bahan bukti, ketidakpastian dalam efektivitas internal control klien, dan ketidakpastian mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar ketika audit diselesaikan. Sebagian besar risiko yang dihadapi auditor sulit untuk diukur dan membutuhkan pertimbangan yang besar sebelum auditor dapat menanganinya dengan tepat untuk mencapai audit yang berkualitas tinggi. Standar kedua pekerjaan lapangan mengharuskan auditor untuk mendapatkan pemahaman atas entitas dan lingkungan bisnis klien, termasuk internal control-nya, untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan klien Ilustrasi Terkait dengan Risiko dan Bukti Audit

VI. MODEL RISIKO Model risiko audit membantu auditor untuk menentukan seberapa banyak dan jenis bukti apakah yang harus dikumpulkan auditor untuk setiap siklusnya. Biasanya model ini dinyatakan sebagai berikut: AAR PDR = ------------- IR x CR Dimana: PDR = Risiko deteksi yang direncanakan AAR = Risiko audit yang dapat diterima IR = Risiko bawaan CR = Risiko pengendalian Contoh: untuk siklus persediaan dan pergudangan, IR = 100%; CR = 100%; PDR = 5% AAR = 5%