BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan berdasarkan FAO pada World Food Summit 1996 menyatakan bahwa:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security

TANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR FARIDA AYU BRILLYANTI H

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

PENGANEKARAGAMAN dan KEDAULATAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

MEMPOSISIKAN KEMBALI BULOG SEBAGAI GARDA DEPAN KETAHANAN PANGAN PADA SUBSISTEM DISTRIBUSI

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

PENDAHULUAN. salah satu negara berkembang yang mayoritas. penduduknya memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian.

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Sumatera Utara ( )

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI TAHUN 2015 (ANGKA SEMENTARA) PROVINSI KALIMANTAN TENGAH *)

PENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Terhadap Subsidi Pemerintah Pada PT Pertani (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya sehari-hari. Berdasarkan data

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

ANGKA TETAP TAHUN 2013 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain yaitu sekitar 44,5% (Pusat Data dan Informasi Departemen

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI GORONTALO (ANGKA RAMALAN II 2015)

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan

A. PRODUKSI PADI PALAWIJA 2015 (ASEM 2015)

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh :

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan kedelai di Indonesia selalu mengalami peningkatan seiring

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

I. PENDAHULUAN. memiliki fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup karena

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN. produktivitas dan kualitas hasil pertanian antara lain adalah pupuk.

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI D.I.YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN II 2008)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MASUKAN AWAL ANALISIS KEBIJAKAN PUPUK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki multifungsi yang mencakup aspek ketahanan pangan, peningkatan kesejahteraan petani, pengentasan kemiskinan, dan menjaga kelestarian lingkungan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Sedangkan berdasarkan FAO pada World Food Summit 1996 menyatakan bahwa: food security exist when all people, at all times, have physical and economic access to sufficient, safe, and nutritious food to meet their dietary needs and food preferences for an active and healthy life (FAO, 2008). Tabel 1.1. Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Indonesia Tahun 2001-2011 Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton GKG) 2001 11.499.997 43,88 50.460.782 2002 11.521.166 44,69 51.489.694 2003 11.488.034 45,38 52.137.604 2004 11.922.974 45,36 54.088.468 2005 11.839.060 45,74 54.151.097 2006 11.786.430 46,2 54.454.937 2007 12.147.637 47,05 57.157.435 2008 12.327.425 48,94 60.325.925 2009 12.883.576 49,99 64.398.890 2010 13.253.450 50,15 66.469.394 2011*) 13.224.379 49,44 65.385.183 Sumber: www.bps.go.id, 2012 *) Angka Ramalan III.

Indonesia memiliki sumber daya yang cukup untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduknya. Produksi tanaman padi di Indonesia juga menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat di tiap tahunnya. Secara umum, Tabel 1.1. menggambarkan kondisi yang cukup baik, dengan pertumbuhan produksi rata-rata sekitar 2,4% per tahun (BPS, 2011). Tabel 1.2. Tabel Impor Beras (Rice in the husk (paddy or rough)) di Indonesia Tahun 2001-2010 Tahun Arus Nilai Perdagangan Berat Perdagangan (USD) (Kg) 2000 Impor 451.913 1.795.284 2000 Re-Impor 5.632 30.002 2001 Impor 1.463.448 7.328.041 2002 Impor 2.935.746 19.662.000 2003 Impor 683.756 3.071.201 2004 Impor 1.819.947 6.258.799 2005 Impor 586.143 1.918.302 2006 Impor 375.670 219.837 2007 Impor 3.152.998 1.629.035 2008 Impor 8.976.049 4.028.862 2009 Impor 15.565.366 5.768.265 2010 Impor 14.779.167 4.211.984 Sumber: www. data.un.org, 2012 Walaupun produksi padi di Indonesia mengalami peningkatan, Indonesia tetap melakukan impor beras seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.2.. Kegiatan impor beras tersebut salah satunya disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk Indonesia seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.3.. Salah satu tantangan mendasar dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional adalah pertumbuhan penduduk yang menyerupai deret ukur sehingga tidak dapat diimbangi oleh pertumbuhan produksi yang hanya mendekati deret hitung. Pertambahan jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan bahan pangan, sementara keadaan yang sama juga akan menyebabkan semakin

sempitnya lahan pertanian yang dapat dikuasai (Daniel, 2004). Hal tersebut membuat Indonesia harus berupaya untuk meningkatkan produktivitas lahan sawah yang ada. Tabel 1.3. Tabel Jumlah Penduduk di Indonesia Tahun 1971-2010 Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) 1971 119.208.229 1980 147.490.298 1990 179.378.946 1995 194.754.808 2000 206.264.595 2010 237.641.326 Sumber: www.bps.go.id, 2012 Catatan : Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk Komuter) Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pertanian, membuat suatu program yang memberikan bantuan langsung pada petani pangan berupa Bantuan Langsung Pupuk (BLP) dan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU). Pelaksanaan BLP dan BLBU didasari oleh kenyataan bahwa petani pangan belum menggunakan bibit unggul bersertifikat dan belum menggunakan pupuk lengkap karena keterbatasan permodalan, sehingga menyebabkan petani pangan kesulitan mengakses faktor-faktor produksi tersebut. Dalam Peraturan Menteri Pertanian No.30/Permentan/OT.140/6/2008 tentang BLP dan Peraturan Menteri Pertanian No.17/Permentan/OT.140/2/2008 tentang BLBU, program BLP dan BLBU mempunyai tiga tujuan pokok. Tujuan pertama, adalah meningkatkan kesadaran petani tentang penggunaan dan manfaat benih unggul dan pupuk majemuk NPK serta pupuk organik. Kedua, untuk meringankan beban petani dalam pengadaan benih unggul dan pupuk. Sedangkan, tujuan ketiga adalah untuk meningkatkan produktivitas padi, jagung, dan kedelai.

Apabila ketiga tujuan tersebut tercapai, maka diharapkan kemandirian dalam membangun ketahanan pangan nasional dapat terpelihara, serta dapat meningkatkan pendapatan petani dari waktu ke waktu. Program BLP dilaksanakan dengan memberikan dua jenis pupuk bagi petani, yaitu (1) pupuk anorganik (NPK), dan (2) pupuk organik (Pupuk Organik Granul/POG dan Pupuk Organik Cair/POC). Pemberian bantuan pupuk organik kepada petani dianggap sebagai langkah strategis dalam meningkatkan produktivitas lahan sawah yang telah mengalami degradasi kualitas akibat penggunaan pupuk anorganik berlebih dalam jangka waktu yang panjang selama program Revolusi Hijau. Penggunaan pupuk anorganik berlebih dalam periode waktu yang panjang akan merusak struktur tanah, menciptakan ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah, serta menurunkan kemampuan tanah dalam menahan air. Sebagai akibatnya, produktivitas lahan akan mengalami degradasi. Perilaku petani tanaman pangan dalam memupuk tanamannya harus diubah agar produktivitas lahan sawahnya dapat ditingkatkan. Petani harus didorong untuk menggunakan pupuk secara berimbang, dengan mengurangi pupuk anorganik dan mensubstitusi pengurangan tersebut dengan meningkatkan penggunaan pupuk organik. Untuk mempercepat proses tersebut, pemerintah memberikan Bantuan Langsung Pupuk Organik (BLP Organik). Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu propinsi yang memberikan kontribusi sekitar 17% bagi produksi padi nasional (BPS Propinsi Jawa Timur, 2012). Jawa Timur juga merupakan salah satu propinsi yang menerima alokasi BLP Organik terbanyak secara nasional. Jawa Timur memiliki potensi sebesar

64% wilayah daratan yang memungkinkan digunakan untuk kegiatan pertanian dan permukiman (eastjava.com, 2012). Di Propinsi Jawa Timur, jumlah tenaga kerja yang terserap masih didominasi oleh Sektor Pertanian (39,70%). Hal ini merupakan ciri dari daerah pedesaan yang masih menjadi wilayah terluas di Jawa Timur. Bahkan pada daerah pedesaan, Sektor Pertanian mampu menyerap hingga 59,0% pekerja (BPS Propinsi Jawa Timur, 2012). Pemberian BLP Organik bersama dengan paket teknologi produksi lainnya (BLBU dan BLP Anorganik) diharapkan akan meningkatkan produktivitas lahan pangan secara signifikan, terutama di Propinsi Jawa Timur 1.2. Perumusan Masalah Kelemahan dari pupuk organik adalah tingginya harga pupuk organik daripada harga pupuk anorganik (kimia). Secara rinci penggunaan pupuk organik berbiaya lebih mahal yaitu Rp. 7.187.000,-/ha, sedangkan dengan pupuk anorganik berbiaya Rp. 5.275.000,-/ha (Hartatik, 2006). Selain itu, pupuk organik tidak dapat dijadikan sebagai pupuk tunggal. Diperlukan pengelolaan pupuk secara terpadu yaitu memadukan pemberian pupuk organik dan anorganik sebagai upaya meningkatkan produktivitas lahan sawah (Simanungkalit et. al., 2006). Program BLP Organik memerlukan aspek insentif ekonomi untuk merangsang petani agar mau mengikuti paket program yang direkomendasikan. Insentif ekonomi yang dimaksud dapat berupa kuantitas hasil produksi, penurunan biaya produksi, serta peningkatan pendapatan setelah menggunakan pupuk organik. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian mengenai insentif ekonomi yang

diperoleh melalui program BLP Organik terhadap produksi padi, pendapatan usahatani, dan persepsi petani yang menggunakannya. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis produksi dan produktivitas padi dengan menggunakan pupuk organik; 2. Menganalisis dampak BLP Organik terhadap pendapatan petani padi; serta 3. Menganalisis persepsi petani terhadap BLP Organik. 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari program BLP Organik sehingga dapat berguna sebagai bahan masukan bagi pihak terkait mengenai kelanjutan program tersebut, serta sebagai bahan informasi untuk penelitian-penelitian serupa di kemudian hari.