MASUKAN AWAL ANALISIS KEBIJAKAN PUPUK

Transkripsi

1 MASUKAN AWAL ANALISIS KEBIJAKAN PUPUK RAPAT PIMPINAN BADAN LITBANG PERTANIAN 28 JANUARI 2013

2 Outline: Pendahuluan Tanggapan terhadap usulan BUMP Tanggapan terhadap Realisasi Serapan Pupuk Penutup

3 PENDAHULUAN Urgensi kebijakan pupuk: 1. Pupuk merupakan faktor produksi penting dalam peningkatan produktivitas dan produksi pangan, khususnya beras. Oleh karena itu, sejak awal pemerintah mendorong penggunaan pupuk melaui paket kebijakan, danuntukitupemerintah memberikan subsidi terhadap pupuk yang digunakan petani. 2. Kebijakan subsidi pupuk masih dinilai sangat strategis, untuk itu sampai saat ini subsidi pupuk masih tetap diberikan oleh pemerintah kepada petani

4 TANGGAPAN TERHADAP USULAN BUMP 1. Dukungan Pemerintah terhadap Badan Usaha Milik Petani (BUMP) di tingkat Kabupaten, Provinsi dan Pusat, dapat dilakukan melalui pemanfaatan/sinergisitas pembiayaan CSR dan/atau Program Kemitraan dan Bina Lingkungan/PKBL yang bersumber dari Swasta dan BUMN 2. UU No. 40 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan melalui Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba BUMN

5 Secara skematis peluang sinergi program CSR/PKBL dengan BUMP : BUMP DUNIA USAHA PETANI/MASYARAKAT SHARED INTEREST SINERGITAS ASPEK IMPLEMENTASI PROGRAM CSR/PKBL PERMODALAN PEMBERDAYAAN

6 2. Tanggapan terhadap usulan agar harga pupuk bersubsidi ditinjau ulang, dng usulan harga Urea di atas harga NPK:: a. Usulan kebutuhan pupuk bersubsidi berasal dari petani melalui RDKK berdasarkan komoditas dan rekomendasi pemupukan dari dinas terkait. Perlu ditinjau ulang rekomendasi pemupukan antar wilayah, apakah sudah sesuai dengan Permentan 40/2007 tentang Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi; b. Pemupukan berimbang belum berjalan secara optimal, sehingga kebutuhan NPK masih relatif kecil. Kasus di Provinsi Bali, untuk meningkatkan implementasi pemupukan berimbang, Pemerintah Daerah dengan dana APBD I memberikan tambahan subsidi untuk NPK (dengan luasan terbatas) dari tahun , namun penyerapan pupuk NPK di Bali juga masih relatif kecil.

7 ; c. Diperlukan sosialisasi dalam bentuk demplot-demplot pemupukan berimbang yang menyebar di semua wilayah sentra produksi padi, sehingga dapat mengubah pola pikir petani yang Urea minded, menjadi petani dengan orientasi pemupukan berimbang untuk meningkatkan penyerapan pupuk NPK.

8

9

10 4. Usulan, ke depan Pupuk Organik tidak perlu disubsidi., setuju untuk dilakukan peninjauan ulang pupuk organik sebagai pupuk bersubsidi, hal ini antara lain disebabkan: a.penetapan pupuk organik pabrikan sebagai pupuk bersubsidi bertentangan dengan kegiatan penyediaan alat pengolah pupuk organik (APPO), rumah kompos/rumah Percontohan Pembuatan Pupuk Organik (RP3O) oleh Kementerian Pertanian yang telah dimulai TA b. Kebutuhan pupuk organik dipenuhi dari pupuk organik bersubsidi, sehingga bantuan APPO, RP3O kurang dimanfaatkan secara optimal. c. Harga pupuk organik yang diproduksi Kelompok Tani (KT) / Gapoktan tidak dapat bersaing dengan harga pupuk organik bersubsidi yaitu Rp 500/kg.

11 II. TANGGAPAN TERHADAP REALISASI SERAPAN PUPUK 1. Realisasi serapan pupuk bersubsidi UREA 76%; SP %; NPK 82%; POG 84%, jauh lebih rendah dari rencana (sd September 2012): (a) Salah satu penyebab turunnya realisasi serapan pupuk Urea adalah terjadinya peningkatan penggunaan pupuk majemuk NPK dan pupuk ZA. Turunnya jumlah penggunaan pupuk tunggal Urea yang disertai dengan meningkatnya jumlah penggunaan pupuk majemuk NPK dan ZA merupakan perkembangan yang sangat baik.

12 II. TANGGAPAN TERHADAP REALISASI SERAPAN PUPUK (b) Rendahnya realisasi serapan pupuk UREA, bukan dikarenakan oleh: (i) penggunaan Urea yang semakin rasional; (ii) Penyaluran pupuk yang semakin terarah; (iii) Pewarnaan pupuk bersubsidi; dan (iv) Substitusi Urea dengan ZA). Akan tetapi lebih disebabkan oleh: (i) Lemahnya akurasi penyusunan RDKK, mulai dari kelompok tani hingga data rekap RDKK di tingkat kabupaten; (ii) Penyerapan pupuk bersubsidi oleh petani, walaupun sudah ada kuota pada RDKK, dalam beberapa musim terakhir semakin berkurang jumlah penebusannya seiring dengan meningkatnya Bantuan Langsung Pupuk (BLP),

13 II. TANGGAPAN TERHADAP REALISASI SERAPAN PUPUK 2. Realisasi serapan pupuk ZA melebihi rencana (103%): Tingginya serapan pupuk ZA bukan semata karena harganya relatif murah, tetapi petani cenderung menggunakan pupuk secara kombinasi dan berimbang, namun cenderung kurang memperhatikan dosis anjuran. 3. Struktur HET pupuk bersubsidi dan Penyesuaian HET: Struktur HET Pupuk dan Penyesuaian HET perlu ditinjau ulang secara periodik, dan disesuaikan secara proporsional dengan kebijakan HPP Gabah-Beras.

14 II. TANGGAPAN TERHADAP REALISASI SERAPAN PUPUK 4. Kebijakan Penghapusan Subsidi Pupuk:: (a) Penghapusan/penurunan subsidi Urea berdampak langsung pada kenaikan harga pupuk urea. (b) Kenaikan harga pupuk urea menyebabkan produktivitas padi dan jagung mengalami penurunan. (karena penurunan penggunaan urea).

15 PENUTUP Perlu dilakukan kajian secara lebih komprehensif terhadap kebijakan subsidi pupuk dengan melibatkan seluruh UK/UPT terkait (Puslitbangtan, BBSDLP, BB2TP/BPTP, PSE-KP)

16 TERIMA KASIH