Istilah bank berasal dari bahasa Italia yaitu Banco yang kemudian diubah. ke dalam bahasa Inggris yaitu Bank. Bank adalah salah satu lembaga keuangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Pertemuan 7. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI LAUT SEJAHTERA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TEGAL SARI KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga, CAR, ROA, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD BPR BKK KANTOR CABANG TIRTOMOYO TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR BEPEDE KUTAI SEJAHTERA Tanggal : 30 Juni 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

Kegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR BEPEDE KUTAI SEJAHTERA Tanggal : 31 Maret 2017

BAB I PENDAHULUAN. telah menetapkan undang-undang mengenai Mortgage (Perumahan). Peraturan

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT. BPR NARPADA NUSA TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BPR BKK KARANGMALANG CABANG KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013

Posisi Desember Pos-Pos

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR ALTO MAKMUR Tanggal : 31 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan dampak yang luas terhadap sendi- sendi perekonomin dunia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan atau kondisi keuangan bank dan non keuangan bank merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PD. BPR BKK LASEM Tanggal : 30 Juni 2015

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

Posisi Desember Pos-Pos

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR DANA BINTAN SEJAHTERA Tanggal : 31 Maret 2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR DANA BINTAN SEJAHTERA Tanggal : 30 Juni 2017

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR DANA BINTAN SEJAHTERA Tanggal : 31 Maret 2017

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR DANA BINTAN SEJAHTERA Tanggal : 30 September 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada

BAB II TEORI PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK. bank, maupun OJK selaku pemilik otoritas dalam mengawasi bank. 1

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 31 DESEMBER 2003 & 2002

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bank merupakan lembaga keuangan yang keberadaannya sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian di

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah milik Hetty Puspita

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

kemaslahatan, Keseimbangan, dan Universalisme.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR DANA BINTAN SEJAHTERA Tanggal : 31 Desember 2016

KONSOLIDASI POS-POS. Des 2005 Des 2004 Des 2005 Des 2004 AKTIVA 41,215 28,657

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

BAGIAN XIII LAPORAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 (Dalam Jutaan Rupiah) NO POS - POS

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Istilah bank berasal dari bahasa Italia yaitu Banco yang kemudian diubah ke dalam bahasa Inggris yaitu Bank. Bank adalah salah satu lembaga keuangan sebagai tempat bagi perusahaan, badan badan pemerintah swasta maupun perorangan untuk menyimpan dana dananya. Sedangkan menurut UU Republik Indonesia Pasal 1 ayat 2 No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mendefinisikan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007,bank adalah yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan oleh bank umum bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank). Menurut Kuncoro (2002), bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas

pembayaran dan peredaran uang. Menurut Very Stuart (dalam Suyatno, 1993), bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat alat penukar baru berupa uang giral. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan bank untuk melayani kebutuhan pembiayaan serta meluncurkan mekanisme sistem pembangunan bagi semua sektor perekonomian. Kedudukan bank itu sendiri adalah sebagai penghimpun dana dari masyarakat, sebab bank itu sendiri mendapatkan pendapatan dan modalnya dari simpanan masyarakat pada bank tersebut. 2.1.2 Fungsi dan Manfaat Bank Fungsi utama bank sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Secara lebih spesifik fungsi bank adalah sebagai berikut: a. Agent of Trust Dasar utama dari suatu bank adalah kepercayaan atau dengan kata lain adalah trust. Masyarakat yang meyimpan dana kepada bank berarti mereka memiliki rasa kepercayaan terhadap bank tersebut. Bank yang dipercaya oleh masyarakat hendaknya dapat menjaga dan memelihara dana-dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya. Selain itu, bank juga harus memberikan kenyamanan dan keamanan bagi nasabah dengan begitu nasabah akan mendapatkan kepuasan atas pelayanan bank tersebut. Begitu pula antara pihak bank dan para debitur, dana-dana yang cair menandakan

bahwa pihak bank percaya kepada debitur tersebut. Oleh karena itu debitur harus dapat mengelola dana yang diberikan oleh bank dengan sebaik mungkin. b. Agent of Development Berkaitan dengan sektor moneter dengan sektor riil. Antara sektor moneter dan sektor riil yang terdapat dalam masyarakat keduanya tidak dapat dipisahkan, sektor-sektor tersebut saling berinteraksi. Sektor riil tidak akan berjalan dengan baik apabila sektor monetrnya tidak berjalan baik pula. Dalam hal ini tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan ekonomi di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat mempunyai keinginan untuk investasi, distribusi, dan jasa komunikasi barang dan jasa. Mengingat semua kegunaan tersebut selalu berkaitan dengan penggunaan uang, kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan komunikasi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. c. Agent of Services Selain melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum, jasa-jasa ini antara lain dapat berupa pengiriman uang, pemberian jaminan bank, jasa penitipan barang berharga dan lain-lain.

Adapun bank tentunya memberikan manfaat bagi banyak pihak, manfaat tersebut antara lain: 1. Sebagai model investasi yaitu transaksi derivatif dapat dijadikan sebagai salah satu model berinvestasi. Walaupun pada umumnya merupakan jenis investasi jangka pendek (yield enhancement). 2. Sebagai cara lindung nilai yaitu transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai salah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung nilai (hedging), atau disebut juga sebagai risk management. 3. Informasi harga yaitu transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai sarana mencari atau memberikan informasi tentang harga barang komoditi tertentu dikemudian hari (price discovery). 4. Fungsi spekulatif yaitu transaksi derivatif dapat memberikan kesempatan spekulasi (untung untungan) terhadap perubahan nilai pasar dari transaksi derivatif itu sendiri. 5. Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien yaitu transaksi derivatif dapat memberikan gambaran kepada manajemen produksi sebuah produsen dalam menilai suatu permintaan dan kebutuhan pasar di masa mendatang. Terlepas dari fungsi-fungsi perbankan (bank) yang utama atau turunannya, maka yang perlu diperhatikan untuk dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis dari eksistensi bank di Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin dalam Pasal empat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjelaskan bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Meninjau lebih dalam terhadap kegiatan usaha bank, maka bank (perbankan) Indonesia dalam melakukan usahanya harus didasarkan atas asas demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian. Hal ini jelas tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan bangsa. 2.1.3 Jenis Bank 2.1.3.1 Bank Sentral Bank Sentral yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/ 2009. Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini. Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga.

Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien. Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang. 2.1.3.2 Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (UU No.10 Tahun 1998). 2.1.3.3 Bank Perkreditan Rakyat Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2.1.4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 2.1.4.1 Sejarah BPR Berawal dari rasa keinginan untuk membantu dan mensejahterakan para petani, pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat para pelepas uang (rentenir) yang selalu memberikan kredit dengan bunga tinggi, maka dengan itu lembaga perkreditan rakyat atau yang dikenal dengan Bank Perkreditan Rakyat mulai didirikan. Sekilas ini dapat dipaparkan runtutan sejarah pendirian BPR di Indonesia:

Abad ke- 19: Dibentuklah Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, serta Bank dagang Desa. Pasca kemerdekaan Indonesia: Didirikan Bank Pasar, Bank Karya Produksi Desa (BKPD). Awal 1970an: Kemudian didirikan lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) oleh Pemerintah Daerah. 1988: Kemudian pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1998 yaitu (PAKTO 1998) melalui adanya Keputusan Presiden RI Nomor 38 yang telah menjadi momentum awal pendirian BPR BPR baru. Kebijakan tersebut telah memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat atau BPR. 1992: Undang Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, BPR telah diberikan landasan hukum yang jelas sebagai salah satu jenis bank selain Bank Umum yang ada di Indonesia. PP Nomor 71/1992 Sebagai lembaga keuangan bukan bank yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan serta lembaga lembaga keuangan kecil seperti Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, KURK, LPK, BKPD, dan lembaga lembaga lainnya yang telah dipersamakan dengan itu dapat diberikan status sebagi BPR dengan memenuhi persyaratan serta tata cara yang telah ditetapkan untuk menjadi BPR dalam jangka waktu hingga dengan 31 Oktober 1997.

2.1.4.2 Pengertian BPR Landasan Hukum BPR adalah UU No. 7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas disebutkan bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. Bentuk hukum BPR dapat berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau koperasi. 2.1.4.3 Asas, Fungsi, Tujuan dan Sasaran BPR Dalam melaksanakan usahanya, BPR berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri positif sebagai pendukung dan 3 ciri negatif yang harus dihindari (free fight liberalism, etatisme, dan monopoli). Fungsi BPR sendiri sudah sangat jelas yaitu sebagai badan usaha yang bertugas menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Tujuan BPR adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kea rah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. BPR memiliki sasaran yaitu melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan,

pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank konvensional dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang/rentenir. 2.1.4.4 Kegiatan Usaha BPR Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan pendapatan bunga. Kegiatan usaha yang dapat dilakukan BPR antara lain: a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. b. Memberikan kreditt c. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito dan/atau tabungan pada Bank lain. Sedangkan kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh BPR antara lain adalah: a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pedagang valuta asing (dengan izin Bank Indonesia)

c. Melakukan penyertaan modal d. Melakukan usaha perasuransian. e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam usaha BPR 2.1.4.5 Perijinan BPR Dalam mendirikan BPR ada beberapa ketentuan dan perijinan yang harus dipenuhi, yaitu: a. Usaha BPR harus mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat diatur dengan undang undang tersendiri. b. Ijin usaha BPR diberikan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia. c. Untuk mendapatkan ijin usaha, BPR wajib memenuhi persyaratan tentang susunan organisasi, permodalan, kepemilikan, keahlian di bidang perbankan, kelayakan rencana kerja, hal hal lain yang ditetapkan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia, dan memenuhi persyaratan tentang tempat kedudukan kantor pusat BPR di kecamatan. BPR dapat pula didirikan di ibukota kabupaten atau kotamadya sepanjang di ibukota kabupaten dan Kotamadya belum terdapat BPR. d. Pembukaan kantor cabang BPR di ibukota negara, ibukota propinsi, ibukota kabupaten, dan kotamadya hanya dapat dilakukan dengan ijin Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.

Persyaratan dan tatacara pembukaan kantor tersebut ditetapkan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia. e. Pembukaan kantor cabang BPR di luar ibukota negara, ibukota propinsi, ibukota kabupaten, dan kotamadya serta pembukaan kantor di bawah kantor cabang BPR wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia. Persyaratan dan tatacara pembukaan kantor tersebut ditetapkan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia. f. BPR tidak dapat membuka kantor cabangnya di luar negeri karena BPR dilarang melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing (transaksi valas). 2.1.4.6 Alokasi Kredit BPR Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh BPR, yaitu: 1. Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan perjanjian. 2. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan perusahaan dalam kelompok yang sama dengan BPR tersebut. Batas maksimumtersebut adalah tidak melebihi 30

persen dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia. 3. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10 persen atau lebih dari modal yang disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya, serta perusahaan perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10 persen atau lebih dari modal yang disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10 persen dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 2.1.5 Laporan Keuangan BPR Laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan. Selain itu laporan keuangan BPR juga bertujuan untuk membantu pengambilan keputusan (Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat: 2010). Komponen laporan keuangan BPR untuk tujuan umum terdiri dari: 1. Neraca Laporan neraca adalah laporan keuangan utama yang diterbitkan pada akhir periode akuntansi yaitu per tanggal 31 Desember. Tanggal tersebut adalah

syarat minimal dan sifatnya formal berdasarkan suatu kewajiban perusahaan melaporkan transaksi keuangan bukan berdasarkan kebutuhan. Dalam laporan neraca terdiri atas dua sisi yaitu aktiva di sebelah kiri dan passive ditambah modal di sebelah kanan. a. Aktiva Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai BPR sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan diharapkan menjadi sumber perolehan manfaat ekonomi di masa depan. Pos pos aktiva yang umum dimiliki oleh BPR adalah sebagai berikut: Kas; Kas dalam valuta asing; Sertifikat Bank Indonesia; Pendapatan bunga yang akan diterima; Penempatan pada bank lain (giro, tabungan, deposito, dan sertifikat wadeposito); Restrukturisasi Kredit; Agunan yang diambil alih; Aset tetap dan inventaris; Aset tidak berwujud; Aset lain lain. b. Passiva Passiva (kewajiban) adalah utang masa kini BPR yang timbul dari peristiwa masa lalu dan penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar

dari sumber daya milik BPR yang mengandung manfaat ekonomi. Pos pos kejiban yang umum dimiliki oleh BPR adalah sebagai berikut: Kewajiban segera; Utang bunga; Utang pajak; Simpanan; Simpanan dari bank lain; Pinjaman diterima; Dana setoran modal kewajiban; Kewajiban imbalan kerja; Pinjaman subordinasi; Modal pinjaman; Kewajiban lain lain. c. Modal Modal atau ekuitas adalah hak residual atas asset BPR setelah dikurangi semua kewajiban. Unsur ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam neraca menjadi pos pos ekuitas, misalnya modal disetor, tambahan modal disetor, saldo laba, cadangan umum, dan cadangan tujuan yang disajikan dalam pos pos terpisah. Klasifikasi semacam itu dapat menjadi relevan untuk pengambilan keputusan pemakai laporan keuangan apabila pos tersebut mengindikasikan pembatasan hokum atau pembatasan lainnya terhadap kemampuan perseroan untuk membagikan atau menggunakan ekuitas.

2. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan seluruh penghasilan dan beban BPR dalam suatu periode. Penghasilan terdiri dari pendapatan operasional dan pendapatan non operasional. Beban terdiri dari beban operasional dan beban non operasional. Pos pos yang terdapat dalam laporan laba rugi BPR adalah sebagai berikut: a. Pendapatan operasional adalah semua pendapatan yang berasal dari kegiatan utama BPR. Pendapatan operasional terdiri dari pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya. b. Beban operasional adalah semua beban yang dikeluarkan atas kegiatan yang lazim sebagai usaha BPR. c. Pendapatan non operasional adalah semua pendapatan yang berasal dari kegiatan yang bukan merupakan kegiatan utama BPR d. Beban non operasional adalah semua beban yang berasal dari kegiatan yang bukan merupakan kegiatan utama BPR. e. Beban pajak penghasilan adalah jumlah agregat beban pajak kini yang diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi pada satu periode. 3. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas BPR yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto atau kekayaan BPR selama periode pelaporan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan

kerugian yang berasal dari kegiatan BPR selama periode pelaporan. Laporan perubahan ekuitas BPR antara lain meliputi: a. Modal saham b. Laba/rugi yang direalisasi dalam Sertifikat Bank Indonesia c. Surplus revaluasi aset tetap d. Dana setoran moda ekuitas e. Saldo laba (laba ditahan) 4. Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas BPR selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Aktivitas operasi (operating) adalah aktivitas penghasil utama pendapatan BPR (principal revenue producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Aktivitas investasi (investing) adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman BPR. Kas adalah saldo kas dan rekening giro di Bank Umum. Setara kas adalah penempatan dana dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan sangat likuid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek. 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan BPR. Catatan atas laporan keuangan memuat penjelasan

mengenai gambaran umum BPR, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos pos laporan keuangan dan informasi penting lainnya. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang ada dalam catatan atas laporan keuangan. 2.1.6 Tingkat Kesehatan Bank 2.1.6.1 Pengertian dan Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank Pengertian kesehatan bank menurut Triandaru dan Totok (2006) adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Sedangkan menurut Taswan (2006) yang dikutip oleh Novi (2009), tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas dan likuiditas. Penilaian terhadap faktor faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgementyang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. Penilaian tingkat kesehatan perbankan pada prinsipnya merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank, Otoritas Jangka

Keuangan selaku otoritas pengawasan bank dan pihak lainnya. Informasi mengenai suatu bank dapat digunakan oleh pihak pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan beberapa aspek ketentuan dengan kriteria yang ditetapkan dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, yang belum disertai dengan kesadaran untuk benar benar sehat secara utuh. Ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank, dipergunakan sebagai bahan untuk menilai, menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank agar bank bank dapat dikelola menjadi bank bank yang layak dan sehat untuk terus berkembang dalam dunia perbankan. 2.1.6.2 Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR Metodologi penilaian kesehatan BPR saat ini mengacu pada Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 perihal Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR. Sumber penilaian tingkat kesehatan berasal dari laporan bulanan dan tahunan, laporan Batas Minimum Pemberian Kredit (BMPK) dan manajemen BPR tersebut. Tingkat kesehatan BPR dinilai dengan atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu BPR, yang meliputi aspek Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen, Rentabilitas, dan Likuiditas (CAMEL) serta mempertimbangkan faktor

faktor yang lain yang dapat menurunkan dan atau menggugurkan tingkat kesehatan bank. Berdasarkan surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tersebut juga ditetapkan bobot masing masing untuk faktor CAMEL sebagai berikut: Tabel 2.1 Faktor Penilaian dan Bobotnya Dalam Penilaian Kesehatan Bank FAKTOR KOMPONEN BOBOT 1. Permodalan Rasio modal terhadap ATMR 30% 2. KAP a. Rasio APYD terhadap AP 25% b. Rasio PPAP terhadap PPAPWD 5% 3. Manajemen a. Manajemen umum 10% b. Manajemen resiko 10% 4. Rentabilitas a. ROA 5% 5. Likuiditas Sumber: Booklet SK Direksi Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat. 2.1.7 Tingkat Efisiensi b. BO/PO a. Cash Ratio b. LDR 2.1.7.1 Pengertian Efisiensi Agar mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat, tuntutan konsumen yang meningkat dan pesatnya kemajuan teknologi informasi, maka pengelolaan bank secara efisien merupakan faktor penting untuk dapat terus bertahan. Efisiensi adalah melakukan sesuatu secara tepat (do the things right). Efisiensi didefinisikan sebagai hubungan antara input dan output yang dihasilkan dengan sumber daya yang dipakai untuk melakukan aktivitas operasional. Bank dikategorikan efisien tergantung dari cara manajemen memproses input menjadi output. 5% 5% 5%

Efisiensi yang harus dilakukan perbankan adalah mengoptimalkan input yang ada agar menghasilkan output yang maksimal. Input pada perbankan terdiri dari tiga pihak. Dana pihak pertama berasal dari dana para pemodal dan pemegang saham. Dana pihak kedua berasal dari pinjaman lembaga keuangan (bank dan bukan bank) dan pinjaman dari Bank Indonesia. Dana pihak ketiga berasal dari dana simpanan, tabungan, dan deposito. Setelah input terkumpul di bank, selanjutnya bank dapat menghasilkan output berupa penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan dan jasa. Jika terdapat dana yang tidak digunakan pada bank, maka bank tetap harus memberikan bagi hasil kepada nasabah dan akhirnya akan mengurangi tingkat laba yang dihasilkan bank. Bank yang dalam kegiatan usahanya tidak efisien akan mengakibatkan ketidakmampuan bersaing dalam mengerahkan dana masyarakat maupun dalam menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan sebagai modal usaha. Efisiensi pada perbankan terutama efisiensi beban akan menghasilkan tingkat keuntungan yang optimal, penambahan jumlah dana yang disalurkan, biaya lebih kompetitif, peningkatan pelayanan kepada nasabah, keamanan dan kesehatan perbankan yang meningkat. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi perbankan adalah rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional.

2.1.7.2 Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Menurut Dendawijaya (2005), Rasio BOPO adalah perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan operasional. BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. BOPO dihitung dengan rumus sebagai berikut: BOPO Beban Operasional 100% Pendapatan Operasional Sedangkan yang termasuk beban operasional adalah semua jenis beban yang berkaitan langsung dengan kegiatan usaha bank. Beban operasional terdapat dalam laporan laba rugi yang diperoleh dengan menjumlahkan beban bagi hasil, beban tenaga kerja, beban umum, dan adimistrasi, beban Penyusutan dan Penyisihan Aktiva Produktif, beban sewa gedung dan inventaris, dan sebagainya. (Dendawijaya, 2005:111) Sedangkan yang termasuk pendapatan operasional adalah semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar benar telah diterima. Pendapatan operasional didapat dalam laporan laba rugi yang diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan jual beli, pendapatan sewa, pendapatan bagi hasil, pendapatan administrasi, dan pendapatan operasional lainnya yang terdiri dari provisi dan komisi serta dividen yang diterima dari saham yang dimiliki. Ketentuan tingkat BOPO menurut Bank Indonesia secara rinci adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat BOPO Menurut BI Tingkat BOPO Predikat Di bawah 93.52% Efisien 93,52% - 94,72% Cukup Efisien 94,72% - 95,92% Kurang Efisien Di atas 95,92% Tidak Efisien Sumber: www.bi.go.id Selain sebagai indikator kinerja dan kesehatan bank, efisiensi yang diwakili oleh rasio BOPO juga memberikan gambaran mengenai: a. Kemampuan manajemen perbankan dalam mengelola sumber daya (aktiva) yang ada untuk menghasilkan keuntungan optimal. Semakin rendah BOPO maka semakin tinggi efisiensi operasional bank dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan laba. b. Kemampuan bank dalam hal pengendalian beban. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan beban operasionalnya. Sebaliknya, tingginya BOPO mengindikasikan ketidakmampuan bank dalam mengatur dan mengendalikan bebannya. c. Kemampuan bank dalam menghasilkan profitabilitas BOPO yang rendah mencerminkan tingginya kemampuan bank dalam menekan beban operasional sehingga mampu mendorong naiknya profitabilitas. Sebaliknya, tingginya BOPO berarti tinggi pula beban yang ditanggung bank dan berimbas negatif terhadap laba yang didapat. d. Kemampuan bank dalam meminimalkan resiko operasional. Resiko operasional berasal dari kerugian operasional apabila terjadi

penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur beban operasional bank dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa jasa dan produk produk yang ditawarkan oleh bank. Rendahnya BOPO menunjukkan tingginya kemampuan bank dalam meminimalkan resiko operasional. 2.2 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Tingkat Efisiensi Bank Perkreditan Rakyat, antara lain: Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian Ima Khatimah (2010) Pengaruh Kecukupan Modal Dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Pada PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor CAR, BOPO, Profitabilitas (ROA) Variabel CARdan BOPO secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA. A. Dharnaeny Taufik (2012) Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan BPR Hasa Mitra Dengan Metode CAMEL (Periode 2006-2010) Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earning), Likuiditas (Liquidity) Tingkat kesehatan BPR Hasa Mitra periode 2006 sampai dengan 2010 seluruhnya mendapat predikat sehat karena nilai kredit CAMEL yang diperoleh berada di atas 81. Tiara Kusuma Hapsari (2011) Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, LDR, GWM, Dan Rasio Konsentrasi Terhadap ROA (Studi Empiris Pada Bank Umum Yang Listing Di Bei 2005- CAR, NPL, BOPO, LDR, GWM, Rasio Konsentrasi, ROA BOPO memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap ROA. dan terdapat pengaruh positif signifikan antara LDR dan ROA, serta GWM dan ROA. Sedangkan variabel lain seperti CAR, NPL, dan CR tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROA.

2009) Asyriah Arifuddin (2012) Analisis Pengaruh CAR, LDR, BOPO, Dan NPL Terhadap ROA BPR Dan Perbandingan ROA Antar BPR Wilayah Sulawesi Selatan Dengan BPR Wilayah Iramasuka (Periode 2008-2010) CAR, LDR, BOPO, NPL dan ROA Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara simultan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Fitri Riski Amriani (2012) Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO dan NIM terhadap LDR pada Bank Bumn Persero di Indonesia Periode 2006-2010 CAR, NPL, BOPO, NIM dan LDR Variabel BOPO berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap LDR pada Bank BUMN Persero di Indonesia. Ahmad Buyung Nusantara (2009) Analisis Pengaruh NPL, CAR, LDR, Dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank (Perbandingan Bank Umum Go Publik Dan Bank Umum Non Go Publik Di Indonesia Periode Tahun 2005-2007) NPL, CAR, LDR, BOPO, dan Profitibalitias Bank BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel ROA pada Bank Go Publik. Pada Bank Non Go Publik variabel BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA. Sumber : data diolah oleh peneliti 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis Dalam suatu penelitian empiris, variabel Tingkat Efisiensi hanya dipengaruhi oleh satu variabel independen saja. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan variabel Beban Operasional dengan Pendapatan Operasional

(BOPO). Semakin besar tingkat BOPO maka semakin tidak efisien Bank Perkreditan Rakyat tersebut. Sebaliknya semakin kecil tingkat BOPO maka semakin efisien Bank Perkreditan Rakyat tersebut. Kerangka konseptual merupakan sintesis dari tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu serta alasan alasan logis. Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut: BOPO Tingkat Efisiensi Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban sementara atau dugaan sementara yang belum terbukti secara tentatif mengenai hubungan dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis memberikan penjelasan sementara mengenai gejala gejala serta memudahkan untuk dilakukannya perluasan dalam suatu bidang. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: Seluruh Bank Perkreditan Rakyat yang berada di Medan tidak efisien.