PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI UNIT GEOMORFOLOGI DAERAH ALIRAN (DA) CI MANDIRI, SUKABUMI TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 9. Peta Batas Administrasi

By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si

DAERAH ALIRAN CIMANDIRI

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

HASIL DAN PEMBAHASAN Luas DAS Cileungsi

TOMI YOGO WASISSO E

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS SPASIAL KONVERSI LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (Studi Kasus Kawasan Hulu Daerah Aliran Sungai Cimanuk ) 1) ABSTRAK

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

PERKEMBANGAN PERTANIAN LAHAN KERING SEBAGAI PENDORONG EROSI DI DAERAH ALIRAN CI KAWUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi bentanglahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

2.3.7 Analisis Data Penginderaan Jauh

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

4/8/2011 PEMETAAN GEOMORFOLOGI UNTUK GEOLOGI ATAU GEOFISIKA. Permasalahan atau. isu yang muncul : 1. Adanya berbagai persepsi. pemetaan geomorfologi?

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

Eka Wirda Jannah Astyatika. Pengelolaan DAS CITANDUY

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

geografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

Ilmu yang menguraikan tentang bentuk bumi, dengan sasaran utama relief permukaan bumi. Geomorphology is the study which describes landforms and the

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

Analisis Sedimentasi Sungai Jeneberang Menggunakan Citra SPOT-4

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Analisis Sedimentasi Sungai Jeneberang Menggunakan Citra SPOT-4 Andi Panguriseng 1, Muh. Altin Massinai 1, Paharuddin 1 1

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

NILAI KARAKTER PADA MATERI GEOMORFOLOGI. Oleh. Dr. Deasy Arisanty, M.Sc

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 1

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATAGUNA LAHAN PERKEBUNAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Lokasi Penelitian

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

METODE. Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

TINGKAT KERAWANAN LONGSORLAHAN DENGAN METODE WEIGHT OF EVIDENCE DI SUB DAS SECANG KABUPATEN KULONPROGO. Aji Bangkit Subekti

KLASIFIKASI GEOMORFOLOGI. didasarkan pada kelerengan dan beda tinggi menurut van Zuidam & Cancelado (1979) (Tabel

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA INFILTRASI

ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI UNIT GEOMORFOLOGI DAERAH ALIRAN (DA) CI MANDIRI, SUKABUMI TAHUN 1989 2014 Amalia Fathiningrum 1, Supriatna 2 dan Hari Kartono 3 123 Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus Universitas Indonesia, Depok 16424 E-mail: 1 amalia.fathin@gmail.com Abstrak Penelitian mengenai perubahan penggunaan tanah di unit geomorfologi DA Ci Mandiri ini membahas pengelompokkan bentuk permukaan bumi berdasarkan ketinggian, lereng, pola aliran sungai dan aspek geologi yang kemudian dikaitkan dengan aspek penggunaan tanah tahun 1989 2014. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui unit-unit geomorfologi yang berada di DA Ci Mandiri dan perubahan penggunaan tanah serta faktor penyebab perubahan penggunaan tanah tersebut. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode ideografik yaitu mendeskripsikan dan menganalisis hasil interpretasi berdasarkan peta hasil olah dan data survey lapang, sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar penggunaan tanah di setiap unit geomorfologi berupa kebun campuran dan mengalami perubahan penggunaan tanah yang terus meningkat dari tahun 1989 2014 menjadi pemukiman dan sawah. Abstract This research of land use changes in Ci Mandiri Watershed s geomorphological units discuss about the classification of earth surface forms based on elevation, slope, river flow pattern, and geological aspect that later are ossociated with land use aspect from 1989 to 2014. The objective of this research is to identify geomorphological units that construct Ci Mandiri watershed as well as its land use changes and contributing factor. This research is descriptive using ideographic method to describe and analyse the interpretation results from processed maps and field survey s data. It can be concluded from the research that the major land use changes in every unit of geomorphology is the form of mixed farms where its land use changes keep increasing in to settlement and field within 1989 to 2014. Keywords: Ci Mandiri Watershed; Geology Aspect; Geomorphological Units; Geomorphology; Land Use Change 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia dapat hidup dan menetap dengan kondisi lingkungan yang beragam seperti, di pegunungan, perbukitan, pesisir, dataran rendah maupun lembah sungai. Hal ini menunjukkan bahwa permukaan bumi memliki bentuk lahan yang bervariasi. Dalam geografi, bentuk-bentuk permukaan bumi dibahas dalam geomorfologi yang merupakan ilmu mengenai bentuk permukaan bumi dan proses-proses perubahan permukaan bumi (Thornbury, 1969).[6] Akibat keragaman bentuk permukaan bumi, maka diklasifikasikan atau dikelompokkan atas dasar persamaan dan perbedaan karakteristiknya menjadi satu kesatuan geomorfologi atau

unit-unit geomorfologi menurut Sunardi (1985).[8] Hal ini dilakukan agar lebih mudah memahami bentuk permukaan bumi yang heterogen. Keterkaitan bentuk permukaan bumi dengan aktivitas manusia akan terus berlangsung, seiring bertambahnya jumlah penduduk yang berakibat pada meningkatnya kebutuhan dalam pemanfaatan muka bumi, sehingga diperlukan faktor pembatas dalam pemanfaatan muka bumi. Dalam pengwilayahan fisiografi, dikaitkan dengan pemanfaatan muka bumi, sebaiknya dibuat atas dasar ketinggian dan kelerengan. Faktor lereng dan ketinggian sebagai pembatas dalam penggunaan tanah dan faktor lainnya yaitu batuan induk tanah dan genangan air.[3] Dalam penelitian ini, akan membahas mengenai unit geomorfologi berdasarkan aspek topografi dan aspek geologi yang kemudian dikaitkan dengan penggunaan tanah selama 4 periode dari tahun 1989-2014. Oleh sebab itu, akan terlihat dinamika penggunaan tanah di setiap unit-unit geomorfologi DA Ci Mandiri. Rumusan Masalah Pemanfaatan muka bumi oleh manusia yang semakin meningkat demi memenuhi kebutuhan hidup menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan tanah. Berdasarkan pernyataan di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apa saja unit-unit geomorfologi di DA Ci Mandiri? 2. Bagaimana arah kecenderungan perubahan penggunaan tanah di setiap unit geomorfologi DA Ci Mandiri dari tahun 1989-2014? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unit-unit geomorfologi yang berada di DA Ci Mandiri dan mengetahui arah kecenderungan perubahan penggunaan tanah di setiap unit geomorfologi DA Ci Mandiri tahun 1989-2014. 2. TINJAUAN PUSTAKA Geografi merupakan ilmu kebumian yang mengkaji fenomena-fenomena yang ada di permukaan bumi dan hubungan saling tindak dengan kehidupan manusia melalui tiga pendekatan yaitu, keruangan (spasial), temporal dan kompleks wilayah.[4] Fenomena yang berhubungan erat dengan adanya kehidupan manusia salah satunya yaitu penggunaan tanah yang seiring berjalannya waktu akan terus mengalami perubahan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Penggunaan tanah juga berkaitan erat dengan kondisi geomorfologi suatu wilayah. Menurut Van Zuidam (1979), geomorfologi merupakan kajian yang menguraikan bentuk lahan dan proses-proses yang menyebabkan pembentukannya dan menyelidiki hubungan antara bentuk lahan dengan proses pembentukannya dalam tatanan keruangan.[2] Suatu bentukan asal memiliki kenampakakkan yang beragam. Oleh sebab itu, dilakukan pengelompokkan bentukan asal menjadi satu kesatuan geomorfologi atau unit geomorfologi. Unit geomorfologi merupakan wilayah muka bumi yang mempunyai kesamaan bentuk dan proses yang berperan sehingga bentukan yang bersangkutan terbentuk.[1] Menurut Verstappen (1983), unit geomorfologi dilihat berdasarkan aspek morfologi (bentuk), aspek morfogenesa (asal mula), aspek morfokronologi (proses) dan aspek morfo-asosiasi (keterkaitan bentuk lahan).[2] Unit geomorfologi dalam penelitian ini merupakan unit geomorfologi yang berada di daerah aliran sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalihkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami. Dimana batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan).[7] Oleh sebab itu, akan dikaji perubahan penggunaan tanah di unit geomorfologi DA Ci Mandiri, Sukabumi tahun 1989-2014. 3. METODOLOGI PENELITIAN Pengumpulan Data Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa wawancara penduduk setempat terkait dengan perubahan penggunaan tanah dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder berupa data batas DA Ci Mandiri bersumber dari Dinas PU tahun 1999 untuk megetahui wilayah penelitian, data ketinggian dan kelerengan, data administrasi, data sungai, data jalan dan data geologi Provinsi Jawa Barat yang bersumber dari BIG tahun 2013 untuk mengetahui bentukan asal dan unit geomorfologi, serta citra landsat Jawa Barat dengan path 122 dan row 65 bagian Kabupaten Sukabumi yang terdiri dari Landsat 1-3 MSS untuk tahun 1989, citra Landsat 4-5 TM untuk tahun 1997 dan 2006, citra Landsat 8 OLI untuk tahun 2014 untuk mengetahui perubahan penggunaan tanah DA Ci Mandiri.

Variabel penelitian Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan terdapat wilayah ketinggian, wilayah kelerengan, jenis batuan, struktur geologi dan pola aliran sungai. Pengolahan Data Pengolahan data untuk mengetahui bentukan asal dan unit geomorfologi di DA Ci Mandiri dilakukan interpretasi peta yang diolah berdasarkan data seknunder yaitu wilayah kelerengan, wilayah ketinggian dan jens batuan. Sedangkan pengolahan data untuk mengetahui perubahan penggunaan tanah dilakukan pengolahan citra. Dalam pengolahan citra tersebut untuk memperoleh informasi penggunaan tanah yang terdapat dalam citra, dilakukan klasifikasi terhadap citra landsat tahun 1989, 1997, 2006 dan 2014. Metode untuk klasifikasi citra yang digunakan yaitu klasifikasi kemiripan maksimum terbimbing (maximum likelihood supervised classification) yang mengidentifikasi objek atas dasar nilai spektral yang sama atau objek-objek yang kenampakannya hampir mirip (Lihat Gambar 1). Kemudian dilakukan analisis menggunakan metode ideografik dengan mendeskripsikan hasil interpretasi dari peta unit geomorfologi dan interpretasi citra yang menghasilkan peta perubahan penggunaan tanah dan dilihat arah kecenderungan (trend) perubahan penggunaan tanah di setiap unit geomorfologi DA Ci Mandiri. Gambar 3.1 Bagan Langkah Kerja Pengolahan Citra

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Unit-unit Geomorfologi DA Ci Mandiri Berdasarkan aspek morfologi (relief) dan aspek morfogenesa (asal mula bentuk) DA Ci Mandiri, maka dapat dikelompokkan menjadi delapan unit geomorfologi yang diantaranya, yaitu 2 unit geomorfogenesis denudasional terdiri dari pegunungan curam terdenudasi dan dataran tinggi curam terdenudasi, 1 unit geomorfogenesis fluvial, yaitu dataran tinggi curam fluvial, 3 unit geomorfogenesis struktural diantaranya pegunungan sesar naik, perbukitan bergelombang berlipat dan dataran rendah terlipat, dan 2 unit hasil vulkanik, yaitu perbukitan lereng vulkanik tengah dan perbukitan lereng vulkanik bawah. Berikut ini kenampakan unit geomorfologi dalam bentuk 3 dimensi. (V1) (V2) (F1) (D1 ) (D2 ) (S2) (S3) (S1) Keterangan: (D1) : Pegunungan Curam Terdenudasi (D2) : Dataran Tinggi Curam Terdenudasi (F1) : Dataran Tinggi Curam Fluvial (S1) : Perbukitan Bergelombang Terlipat (S2) : Dataran Rendah Terlipat (S3) : Pegunungan Sesar Naik (V1) : Perbukitan Lereng Vulkanik Tengah (V2) : Perbukitan Lereng Vulkanik Bawah Gambar 4.1 Kenampakan 3D Unit Geomorfologi DA Ci Mandiri Perubahan Penggunaan Tanah di DA Ci Mandiri Tahun 1989-2014 Bentuk atau jenis penggunaan tanah di DA Ci Mandiri meliputi hutan, kebun campuran, lahan terbuka, pemukiman, perkebunan dan sawah. DA Ci Mandiri memiliki luas 190399.88 Ha. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam kurun waktu dua puluh lima tahun (1989-2014) telah terjadi perubahan luas dari suatu jenis penggunaan tanah satu ke jenis penggunaan tanah lain. Salah satu penggunaan tanah yang jelas terlihat perubahan luasannya yaitu pada hutan yang merupakan kawasan konservasi mengalami penurunan luas sebesar

15.915,28 Ha atau 8,36 %, begitu juga dengan kebun campuran yang merupakan penggunaan tanah dominan di DA Ci Mandiri mengalami penurunan luasan sebesar 17.929,93 Ha atau 9,24 %. Penurunan luasan juga terjadi di perkebunan sebesar 4.732,16 Ha atau 2,49 %. Seiring penurunan pada hutan, kebun campuran dan perkebunan, penggunaan tanah lain mengalami peningkatan luasa yang terdiri dari lahan terbuka sebesar 17.713,83 Ha atau 9,30 %, sawah sebesar 11.831,81 atau 6,21 % dan pemukiman sebesar 9.031,72 Ha atau 4,74 %. Berikut ini data tabel luasan area dan perubahan luasan area pengunaan tanah DA Ci Mandiri serta peta penggunaan tanah tahun 1989, 1997, 2006 dan 2014 (Lihat Peta 1, Peta 2, Peta 3 dan Peta 4). Tabel 4.1. Luas dan Persentase Luas Penggunaan Tanah di DA Ci Mandiri Tahun 1989-2014 Tahun Penggunaan 1989 1997 2006 2014 Tanah Ha % Ha % Ha % Ha % Hutan 31961.79 16.78 24063.35 12.64 19324.71 10.15 16046.52 8.43 Kebun campuran 105978.24 55.66 97718.92 51.33 77672.74 40.79 88048.31 46.24 Lahan terbuka 16032.18 8.42 32587.07 17.12 12213.46 6.42 33746.02 17.73 Pemukiman 722.72 0.38 1147.93 0.61 2952.29 1.55 9754.44 5.12 Perkebunan 25904.77 13.61 32255.48 16.94 70363.61 36.96 21172.62 11.12 Sawah 9800.18 5.15 2627.14 1.38 7873.06 4.14 21631.99 11.36 Total 190399.88 100 190399.88 100 190399.88 100 190399.88 100 Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Tabel 4.2. Perubahan Luas Penggunaan Tanah DA Ci Mandiri Tahun 1989-2014 Penggunaan Tanah Perubahan Tahun 1989-2014* Ha % Hutan -15.915,28-8,36 Kebun campuran -17.929,93-9,24 Lahan Terbuka 17.713,83 9,30 Pemukiman 9.031,72 4,74 Perkebunan -4.732,16-2,49 Sawah 11.831,81 6,21 Total 0,00 0,00 Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Keterangan: *Perubahan dari tahun 1989 ke tahun 2014

Luas (Ha) 200000 150000 100000 50000 0 1989 1997 2006 2014 Tahun Pemukiman Sawah Hutan Lahan terbuka Perkebunan Kebun Campuran Grafik 4.1 Trend Perubahan Penggunan Tanah di DA Ci Mandiri Tahun 1989-2014 Berdasarkan Tabel 4.1 dan Grafik 4.1, kebun campuran memiliki luasan yang terbesar dibandingkan penggunaan tanah lain. Namun, diantara penggunaan tanah lainnya, kebun campuran merupakan penggunaan tanah yang mengalami alih fungsi terbanyak hingga tahun 2014. Sebagai salah satu contoh pada penggunaan tanah yang mengalami peningkatan secara terus-menerus, yaitu pemukiman. Selain itu, seiring bertambahya pemukiman, penggunaan tanah lain yang berkaitan dengan pemukiman disamping untuk memenuhi kebutuhan hidup yaitu sawah. Sawah merupakan penggunaan tanah yang cenderung mengalami peningkatan luasan tahun 2014 seiring peningkatan luas pemukiman. Menurut Rustiadi (1999), perubahan pengunaan lahan mengikuti posisi geografi. Di daerah rural perubahan lahan terjadi dari lahan hutan menjadi lahan pertanian dan pemukiman.[5] Berdasarkan hal tersebut, penggunaan tanah sawah dan pemukiman digunakan untuk melihat arah kecenderungan perubahan penggunaan tanah di setiap unit geomorfologi DA Ci Mandiri. Sebab, kondisi geografis yang berbeda menyebabkan terjadinya pengunaan tanah dengan tingkat luasan yang berbeda-beda. Perubahan Penggunaan Tanah dan Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Penggunaan Tanah di Unit Geomorfologi DA Ci Mandiri Tahun 1989-2014 Pegunungan Curam Terdenudasi (D1) Penggunaan tanah di unit geomorfologi pegunungan curam terdenudasi dari tahun 1989-2014 didominasi oleh hutan. Di tahun 2014 penurunan terbesar terjadi pada hutan sebesar 19,65 % atau 4.441,38 Ha, kemudian perkebunan 1,64 %. Penurunan luasan hutan

diakibatkan adanya peningkatan luas kebun campuran sebesar 3.657,16 Ha atau 16,8 % dan lahan terbuka seluas 868,45 Ha. Hutan menjadi lahan terbuka karena adanya penebangan pohon untuk dijadikan sebagai bahan baku industri kayu dan pembukaan lahan untuk pemukiman, perkebunan dan sawah. Unit geomorfologi pegunungan curam terdenudasi yang berada di ketiggian >1000 mdpl dan kemiringan lereng >40 % ini memiliki ciri mudah terdenudasi atau tererosi. Namun, pada pemukiman lebih besar luasannya yaitu 238,41 Ha dibandingkan pada sawah dengan luas 125,38 Ha. Hal ini dikarenakan, pemukiman berada pada wilayah dengan lereng <15 % dan suhunya yang rendah pada ketinggian >1000 mdpl yang merupakan wilayah datar di dataran tinggi, sehingga kemungkinan besar menjadi faktor utama terjadinya pembangunan dan kondisi suhu yang cukup baik untuk pertanian. Tabel 4.3 Perubahan Luas Pengguaan Tana di Pegunungan Curam Terdenudasi Penggunaan Tanah Perubahan* Ha % Hutan -4.441,38-19,65 Kebun campuran 3.657,16 16,18 Lahan terbuka 868,45 3,84 Pemukiman 237,86 1,05 Perkebunan -370,97-1,64 Sawah 48,89 0,22 Total 0,00 0,00 Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Keterangan: * Perubahan dari tahun 1989 ke tahun 2014 Grafik 4.2 Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Pengunaan Tanah di Pegunungan Curam Terdenudasi

Dataran Tinggi Curam Terdenudasi (D2) Pada unit geomorfologi dataran tinggi curam terdenudasi didominasi oleh kebun campuran dari tahun 1989-2014. Namun, kebun campuran mengalami penurunan luasan karena terkonversi menjadi pemukiman, sehingga luas pemukiman meningkat sebesar 57,23 Ha atau 1,23 %, kemudian perkebunan 75,09 Ha atau 1,61 %, lahan terbuka 80,01 Ha dan sawah 172,34 Ha atau 3,70 %. Berdasarkan peningkatan luasan di tahun 2014, maka arah kecenderungan perubahan penggunaan tanah di dataran tinggi curam terdenudasi pada sawah dibandingkan pemukiman. Hal ini dikarenakan wilayah yang datar dengan lereng <15 % sulit ditemukan, namun untuk pertanian seperti sawah dapat diusahakan oleh petani dengan menerapkan pola penanaman berupa teras bangku dan teras gulud agar tidak tererosi. Berikut tabel perubahan penggunaan tanah dan grafik arah kecenderungan perubahan penggunaan tanah di dataran tinggi curam terdenudasi. Tabel 4.4 Perubahan Luas Penggunaan Tanah di Dataran Tinggi Curam Terdenudasi Penggunaan Tanah Perubahan* Ha % Hutan -1.337,28-28,75 Kebun campuran 952,61 20,48 Lahan terbuka 80,01 1,72 Pemukiman 57,23 1,23 Perkebunan 75,09 1,61 Sawah 172,34 3,70 Total 0,00 0,00 Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Keterangan: * Perubahan dari tahun 1989 ke tahun 2014 Grafik 4.3 Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Pengunaan Tanah Di Dataran Tinggi Curam Terdenudasi

Dataran Tinggi Curam Fluvial (F1) Dataran tinggi curam fluvial dapat ditemukan di daerah yang terdapat sungai. Pada dataran tinggi curam fluvial, kecenderungan perubahan penggunaan tanah mengarah pada sawah dibandingkan pemukiman. Dataran tinggi curam fluvial dengan luas area 9.032,17 Ha mengalami perubahan luas area penggunaan tanah. Perubahan luasan sawah dari tahun 1989-2014 sekitar 8,19 % atau 739,28 Ha, sedangkan pada pemukiman perubahan luasan area dari tahun 1989-2014 sekitar 234,56 Ha dari luas 4,05 %. Peningkatan luas area sawah di dataran tinggi curam fluvial tersebut dikarenakan adanya sungai-sungai yang dapat mengairi sawahsawah tersebut. Kondisi wilayahnya perbukitan landai hingga curam, sehingga memungkinkan untuk pertanian pada kondisi lereng curam dan pemukiman pada kondisi lereng landai. Tabel 4.5 Perubahan Luas Penggunaan Tanah di Dataran Tinggi Curam Fluvial Penggunaan Tanah Perubahan* Ha % Hutan -1.471,28-16,29 Kebun campuran -496,54-5,50 Lahan terbuka 1.002,45 11,10 Pemukiman 234,56 2,60 Perkebunan -8,47-0,09 Sawah 739,28 8,19 Total 0,00 0,00 Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Keterangan: * Perubahan dari tahun 1989 ke tahun 2014 Grafik 4.4 Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Pengunaan Tanah Di Dataran Tinggi Curam Fluvial

Perbukitan Bergelombang Terlipat (S1) Perbukitan bergelombang terlipat lebih didominasi oleh kebun campuran. Namun, kebun campuran semakin berkurang. Terjadi peningkatan luas area penggunaan terbesar dari tahun 1989-2014 pada sawah sebesar 5.544,61 Ha atau 11,4 %. Namun, sempat terjadi penurunan pada sawah akibat terkonversi menjadi perkebunan dan lahan terbuka, kemudian sawah meningkat kembali di kebun campuran, sehingga luas kebun campuran menurun. Hal itu juga diakibatkan terjadinya peningkatan lahan terbuka akibat banyaknya pembukaan lahan pemukiman dan pembakaran lahan untuk penananaman kembali (replanting). Oleh sebab itu, lahan terbuka yang sedang dalam proses untuk membangun pemukiman menyebabkan peningkatan luas area pemukiman sebesar 5,08 % atau 2.641,33 Ha. Selain itu, kondisi wilayahnya berbukit landai, sehingga banyak pemukiman dan pembukaan lahan untuk pemukiman. Berikut perubahan penggunaan dan arah kecenderungan pada tabel dan grafik. Tabel 4.6 Perubahan Luas Penggunaan Tanah di Perbukitan Bergelombang Terlipat Penggunaan Tanah Perubahan* Ha % Hutan -5,83-0,01 Kebun campuran -10.436,56-21,53 Lahan terbuka 3.464,58 7,15 Pemukiman 2.461,33 5,08 Perkebunan -1.028,12-2,12 Sawah 5.544,61 11,44 Total 0,00 0,00 Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Keterangan: * Perubahan dari tahun 1989 ke tahun 2014 Grafik 4.5 Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Pengunaan Tanah Di Dataran Tinggi Curam Fluvial

Dataran Rendah Terlipat Penggunaan tanah di dataran rendah terlipat juga didominasi oleh kebun campuran, sedangkan hutan tidak ditemukan pada unit ini karena ketinggianya <100 mdpl dan lereng <15 % yang merupakan dataran rendah landai. Lahan terbuka cukup luas pada unit ini, sebab terdapat pembukaan lahan sebagai lahan pemukiman, tambang batu yang mengikis bukitbukit dan tambang pasir di sungai, dimana hasil tambangnya disimpan di sepanjang tepian sungai. dilihat dari arah kecenderungannya, luas pemukiman lebih besar dibandingkan sawah, maka kecenderungan perubahan penggunaan tanah di dataran rendah terlipat yaitu terjadi pada pemukiman. Karena pada sawah telah terjadi penurunan. Kondisi wilayah dengan ketinggian <100 mdpl dan lerengnya <15 % merupakan wilayah yang datar dengan ketinggian rendah, sebab berada di pesisir dan hilir Ci Mandiri. maka tak heran apabila terjadi pemadatan pemukiman di dataran rendah terlipat. Tabel 4.7 Perubahan Luas Penggunaan Tanah di Dataran Rendah Terlipat Penggunaan Tanah Perubahan* Ha % Hutan 0,00 0,00 Kebun campuran -231,19-8,05 Lahan terbuka 400,81 13,95 Pemukiman 217,06 7,56 Perkebunan -424,58-14,78 Sawah 37,90 1,32 Total 0,00 0,00 Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Keterangan: * Perubahan dari tahun 1989 ke tahun 2014 Grafik 4.6 Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Pengunaan Tanah Di Perbukitan Bergelombang Terlipat

Pegunungan Sesar Naik Penggunungan sesar naik yang merupakan salah satu unit geomorfologi dari bentukan asal struktural ini mengalami perubahan penggunaan tanah terbanyak dari kebun campuran menjadi lahan terbuka. Sebagian lahan terbuka mengalami penurunan yang beralih fungsi menjadi pemukiman. Begitu juga dengan sawah yang megalami peningkatan luasan, namun terjadi penurunan luasan akibat terkonversi menjadi pemukiman. Padatnya pemukiman terjadi di Kota Sukabumi. Selain itu, peningkatan luas pemukiman juga terjadi di Kecamatan Ciemas yang merupakan wilayah dengan kandungan emas. Oleh sebab itu, semakin banyak penduduk pendatang yang menjadi penambang emas disamping sebagai petani. Hal tersebut menyebabkan kecenderungan perubahan penggunaan tanah di pegunungan sesar naik mengarah pada pemukiman dibandingkan sawah. Tabel 4.8 Perubahan Luas Penggunaan Tanah di Pegunungan Sesar Naik Penggunaan Tanah Perubahan* Ha % Hutan -770,56-1,57 Kebun campuran -8.607,63-17,59 Lahan terbuka 5.696,40 11,64 Pemukiman 3.749,22 7,66 Perkebunan -1.878,85-3,84 Sawah 1.811,42 3,70 Total 0,00 0,00 Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Keterangan: * Perubahan dari tahun 1989 ke tahun 2014 Grafik 4.7 Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Pengunaan Tanah Di Pegunungan Sesar Naik

Perbukitan Lereng Vulkanik Tengah dan Perbukitan Lereng Vulkanik Bawah Perbukitan lereng vulkanik tengah dan perbukitan vukanik bawah didominasi oleh kebun campuran. Kedua unit geomorfogenesis vulkanik tersebut kecenderungan perubahan penggunaan tanahnya didominasi oleh sawah dibandingkan dengan pemukiman. Alih fungsi menjadi sawah pada awalnya merupakan kebun campuran yang kemudian terkonversi menjadi perkebunan, kemudian perkebunan sebagian besar beralih menjadi sawah dan sebagian lainnya menjadi lahan terbuka. Kondisi ketinggianya berada di 100-500 mdpl hingga >1000 mdpl dengan kemiringan lereng <15 %, 25-40 % dan >40 % yang menjadikan wilayah tersebut berada di relief datar hingga sangat curam dan sebagian wilayahnya bergelombang. Namun, penggunaan tanah sawah semakin luas. Hal ini dikarenakan wilayah ini memiliki banyak kandungan aluvial pada tanahnya dan materal gunungapi lainnya yang menyebabkan kesuburan pada tanah dan tanaman yang tumbuh, sehingga tanah tersebut digunakan sebagai lahan pertanian. Berikut ini data perubahan luas penggunaan tanah dan arah kecenderungan perubahan penggunaan tanah di kedua unit ini disajikan pada Tabel 4.10 dan Grafik 4.8. Tabel 4.10 Perubahan Luas Penggunaan Tanah di Perbukitan Lereng Vulkanik Tenga dan Perbukitan Lereng Vulkanik Bawah Unit Geomorfologi Perbukitan Lereng Vulkanik Tengah (V1) Perbukitan Lereng Vulkanik Bawah (V2) Penggunaan Perubahan* Tanah Ha % Hutan -107,48-0,46 Kebun campuran -3.988,41-16,98 Lahan terbuka 2.238,10 9,53 Pemukiman 1.127,38 4,80 Perkebunan -564,18-2,40 Sawah 1.294,59 5,51 Total 0,00 0,00 Hutan -7.406,08 --24,41 Kebun campuran 854,38 2,82 Lahan terbuka 3.961,76 13,06 Pemukiman 947,07 3,12 Perkebunan -537,80-1,77 Sawah 2.180,67 7,19 Total 0,00 0,00 Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Keterangan: * Perubahan dari tahun 1989 ke tahun 2014

Grafik 4.8 Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Pengunaan Tanah Di Perbukitan Lereng Vulkanik Tengah Grafik 4.9 Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Pengunaan Tanah Di Perbukitan Lereng Vulkanik Bawah 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, DA Ci Mandiri dapat dikelompokkan ke dalam 8 (delapan) unit geomorfologi yaitu Pegunungan Curam Terdenudasi (D1), Dataran Tinggi Curam Terdenudasi (D2), Dataran Tinggi Curam Fluvial (F1), Perbukitan Bergelombang Terlipat (S1), Dataran Rendah Terlipat (S2), Pegunungan Sesar Naik (S3), Perbukitan Lereng Vulkanik Tengah (V1) dan Perbukitan Lereng Vulkanik Bawah (V2). Mengenai kecenderungan perubahan penggunaan tanah di setiap unit geomorfologi DA Ci Mandiri selama 4 periode dari tahun 1989, 1997, 2006 dan 2014, maka dapat dikemukakan bahwa perubahan penggunaan tanah cenderung beralih fungsi menjadi

pemukiman dan sawah. Unit geomorfologi yang perubahan penggunaan tanahnya cenderung mengalami peningkatan lebih luas pada pemukiman terdiri dari pegunungan curam terdenudasi, dataran rendah terlipat dan pegunungan sesar naik Sedangkan unit geomorfologi yang penggunaan tanahnya cenderung mengalami peningkatan area lebih luas pada sawah, yaitu dataran tinggi curam fluvial, dataran tinggi curam terdenudasi, perbukitan bergelombang terlipat, perbukitan lereng vulkanik tengah dan perbukitan lereng vulkanik bawah. 6. DAFTAR PUSTAKA [1] Firdauzi, R.J.1998. Unit Geomorfrologi dan Penggunaan Tanah Daerah Aliran Ci Mandiri Hulu. Depok: Departemen Geografi. FMIPA, Universitas Indonesia. [2] Lihawa, F. 2009. Pendekatan Geomorfologi Dalam Survei Kejadian Erosi. Jurnal Pelangi Ilmu Vol. 2 No. 5. [3] Sandy, I.M., Kartono, H.,Rahardjo, S. 1989. Esensi Pembangunan Wilayah dan Penggunaan Tanah Berencana. Depok: Demografi, FMIPA, Universitas Indonesia. [4] Sartohadi, J., Jamulya, dan Dewi, N. I.S. 2012. Cetakan I. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [5] Suryani, E. dan Agus, F. 2005. Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya Terhadap Karakteristik Hidrologi: Suatu Studi Di DAS Cijalupang. Bandung, Jawa Barat. Bogor: Prosiding Multifungsi Pertanian, Balai Penelitian Tanah. [6] Suwardji dan Priyono, J. 2005. Geomorfologi dan Analisis Landscape. Cetakan Keempat. Mataram: Mataram University Press. [7] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air. [8] Wahyudi, A. 2010. Unit Geomorfologi Pegunungan Sudirman di Papua. Depok: Departemen Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia.

Lampiran 1. Peta Penggunaan Tanah DA Ci Mandiri Tahun 1989 Lampiran 2. Peta Penggunaan Tanah DA Ci Mandiri Tahun 1997

Lampiran 3. Peta Penggunaan Tanah DA Ci Mandiri Tahun 2006 Lampiran 3. Peta Penggunaan Tanah DA Ci Mandiri Tahun 2014