BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang yang kompeten dan independen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern). Going concern merupakan. mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Committee on Basic Accounting Concept-a statement of basic

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya.. Berikut penjabaran dari beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Laba menjadi tolok ukur

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan

TANGGUNGJAWAB AUDITOR UNTUK MEMPERTIMBANGKAN KEMAMPUAN SATUAN USAHA DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 2, Edisi Juni 2012 (ISSN : 2252_7826) JENIS-JENIS PENDAPAT AUDITOR (OPINI AUDITOR)

Kata Kunci : Disclosure, Debt Default, Kualitas Audit, Opini audit tahun sebelumnya, Going Concern.

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Kelangsungan. melebihi suatu periode akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah 131 perusahaan pada tahun Banyaknya perusahaan

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan adalah ciri khas atau sifat yang melekat dalam suatu entitas usaha.

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern). Dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh investor (Puspitasari dan Latrini, 2014). Penyampaian Laporan Keuangan Berkala yang berisi laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Memburuknya kondisi ekonomi Indonesia dan wilayah regional Asia

Topik 3 : Laporan Akuntan

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 Tipe Opini Auditor. 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Kelangsungan hidup usaha (going concern) dapat

BAB I PENDAHULUAN. (Riyatno, 2007). Untuk menghasilkan integritas yang baik atas suatu laporan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, auditor dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Go Public adalah perusahaan terbuka yang melakukan kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, KUALITAS AUDIT, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualiied Opinion)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) entitas bisnis tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam SPAP SA 341 dijelaskan bahwa terkait opini going concern, auditor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Teoritis 1. Audit Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting yang diuraikan sebagai berikut : a. Suatu proses sistematik yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berangka, dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan berdasarkan suatu urutan langkah yang direncanakan dan bertujuan. b. Pengumpulan dan pengevaluasian bukti secara objektif Proses sistematik tersebut ditujukan untuk mengumpulkan buktibukti tentang informasi dalam laporan keuangan yang dibuat oleh badan usaha dan mengevaluasi bukti-bukti tersebut tanpa memihak dan berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut. Bukti audit dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi yang akan digunakan sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. c. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi

yang dimaksud dengan pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi adalah hasil proses akuntansi. Akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang. Proses akuntansi ini menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan, yang umumnya terdiri dari empat laporan keuangan pokok yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. d. Kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan e. Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan tingkat kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan tersebut adalah : 1) Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan tertentu 2) Anggaran atau ukuran prestasi pemilik satuan usaha 3) Standar Akuntansi Keuangan (SAK) f. Penyampaian hasil kepada pemakai yang berkepentingan Penyampaian hasil audit dapat dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report). Laporan audit merupakan media yang dipakai auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat pemakai laporan keuangan tersebut. Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan

tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraf pangantar (introductory paragraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion paragraph). 2. Opini Audit Dalam Ikatan Akuntan Indonesia (2004) dijelaskan bahwa dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran,dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang akan diberikan berdasarkan laporan keuangan yang diauditnya. Arens (1996) mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Sehingga opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak memiliki suatu kepentingan dengan kliennya (IAI, 2004). Berdasarkan Ikatan Akuntan Indonesia (2004) ada 5 tipe pendapat auditor yaitu :

a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report) Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan standar akuntansi keuangan dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan standar akuntansi keuangan tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan standar akutansi keuangan, jika memenuhi syarat berikut : 1) Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan, 2) Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan, 3) Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan. b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language) Keadaan tertentu memungkinkan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan atau bahasa penjelasan lain dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkan suatu paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah : 1) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum, 2) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas, 3) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 4) Penekanan atas suatu hal. c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report) Jika auditor menemukan kondisi-kondisi berikut ini maka ia akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian pada laporan audit : 1) Lingkup audit dibatasi oleh klien, 2) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisikondisi yang berada diluar kekuasan klien maupun auditor 3) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan 4) Standar Akuntansi Keuangan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secra konsisten. d. Pendapat tidak wajar (adverse pinion report)

Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan sehingga tidak dapat menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia dibatasi ruang lingkupnya, sehingga ia tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga ia tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. e. Pendapat tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion report) Jika auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan keuangan ini disebut laporan tanpa pendapat (disclaimer opinion). Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah : 1) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit, 2) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien 3. Going concern Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Going concern adalah salah satu konsep yang paling penting yang mendasari pelaporan keuangan (Gray & Manson, 2000). PSAK 30 menyatakan bahwa going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu badan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan suatu badan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi hutang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain.

Kajian atas going concern dapat dilakukan dengan melihat kondisi internal perusahaan dan prospek perusahaan dimasa mendatang. Prediksi tentang kemungkinan bangkrut atau tidaknya suatu perusahaan termasuk salah satu kompenen keputusan tentang going concern (Lenard et.al, 2000 dalam Praptitorini, 2007) Menurut Altman dan McGough (1974) masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang terus menerus seperti prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi yang terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi. Dalam melaksanakan prosedur audit, auditor dapat mengidentifikasikan informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu panjang. Informasi going concern sangat bermanfaat bagi para pemakai informasi keuangan diantaranya : a. Pemberi pinjaman (kreditur), melalui informasi going concern kreditur akan dapat menentukan siapa yang akan diberi pinjaman dan dapat menentukan kebijakan untuk memonitor pinjaman yang ada. b. Investor, melalui informasi going concern dapat merlihat apakah perusahaan masih dapat bertahan hidup dan mengambil keputusan untuk berinvestasi atau tidak.

4. Opini Audit Wajar dengan Pernyataan Going concern Audit report dengan modifikasi mengenai going concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang, dan kebutuhan likuidasi dimasa yang akan datang (Lenard et.al,1998). Ikatan Akuntan Indonesia memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor, yaitu : a. Tanggung Jawab Auditor Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi jika terdapat keraguan mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka auditor harus : 1) memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, 2) menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.

b. Prosedur Audit Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan untuk mengidentifikasi kondisi dan peristiwa yang jika dipertimbangkan menunjukkan kesangsian besar mengenai kelangsungan hidup entitas. Hasil prosedur audit yang dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang lain harus cukup untuk tujuan tersebut. Berikut adalah contoh prosedur yang dapat mengidentifikasi kondisi tersebut : 1) prosedur analitik, 2) review terhadap peristiwa kemudian, 3) review terhadap kepatuhan atas syarat-syarat utang, 4) pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite penting yang dibentuk, 5) permintaan keterangan kepada penasihat hukum entitas dan pendapatnya, 6) konfirmasi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istemawa. c. Pertimbangan Atas Kondisi Peristiwa Dalam penentuan opini going concern, auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan

tergantung atas keadaan, dan beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain. Berikut adalah contoh kondisi dan peristiwa yang sekaligus menjadi pertimbangan auditor dalam pemberian opini going concern. 1) tren negatif, contohnya kerugian operasi yang berulang kali terjadi, modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang tidak baik. 2) petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, contohnya, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva. 3) masalah intern, contohnya, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan yang besar atas suksesnya suatu proyek tertentu, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi. 4) masalah luar yang telah terjadi, contohnya, pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang yang mengancam keberadaan perusahaan, kehilangan franchise, lisensi atau paten yang penting, bencana yang tidak diasuransikan, kehilangan pelanggan atau pemasok utama.

d. Pertimbangan Atas Rencana Manajemen Auditor melakukan pertimbangan atas rencana manajemen berkenaan dengan pemberian opini going concern, yaitu : 1) jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam memperrtahankan kelangsungan hidupnya, maka auditor mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif, maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion). 2) jika manajemen memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa diatas, maka auditor menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) atas efektivitas rencana tersebut, yaitu : a) jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif, maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion) b) jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan keadaan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) c) jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkannya dalam catatan atas

laporan keuangan, maka auditor menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion) e. Pertimbangan Dampak Informasi Kelangsungan Hidup Entitas Terhadap Laporan Auditor. Apabila setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, auditor harus mempertimbangkan dampak yang kemungkinan timbul atas laporan keuangan dan cukup atau tidaknya pengungkapannya. Beberapa informasi yang dapat diungkapkan meliputi : 1) kondisi atau peristiwa yang menimbulkan kesangsian besar mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, 2) dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kondisi atau peristiwa tersebut, 3) evaluasi manajemen terhadap signifikan atau tidaknnya kondisi atau peristiwa dan faktor-faktor yang melemahkan dampak negatifnya, 4) kemungkinan dihentikannya operasi satuan waktu, 5) rencana manajemen (termasuk informasi keuangan prospektif yang relevan),

6) informasi mengenai kemungkinan pulihnya kembali keadaan satuan usaha, atau klasifikasi aktiva yang dicatat atau klasifikasi utang. Ada kondisi yang berdampak pada kelangsungan hidup entitas? Tidak SA Seksi 508 [PSA No. 29] Ya Auditor sangsi atas kelangsungan hidup entitas? Ya Ada rencana manajemen Ya Tidak Tidak Memberikan Pendapat Apakah rencana manajemen dapat efektif dilaksanakan? Tidak Ya Tidak Memberikan Pendapat Tidak Apakah cukup pengungkapan? Tidak Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Pendapat wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan Berkaitan dengan Kelangsungan Hidup Entitas atau Penekanan atas Suatu Hal (Emphasis of a Matter) Pendapat Wajar dengan Pengecualian atau Pendapat Tidak Wajar Sumber : SPAP Seksi 341

Gambar 2. 1 Pedoman Pernyataan Opini Going concern 5. Kualitas Audit Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit, namun demikian dalam banyak penelitian kompetensi dan independensi masih jarang digunakan untuk melihat seberapa besar kualitas audit secara aktual (Ruiz et.al, 2004). Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga investor dan pemakai laporan keuangan lainnya memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap informasi yang dituangkan dalam laporan keuangan. Penelitian yang menguji bagaimana pengaruh kualitas audit terhadap keputusan going concern dilakukan antara lain oleh Ruiz et.al (2004) dan Vanstraelen (2002). Sedangkan penelitian di Indonesia dilakukan oleh Manao dan Nursetyo (2002), Fanny dan Saputra (2005), Ramadhany (2004) dan setyarno (2006). Manao dan Nursetyo (2002) menggunakan Big Five Firms dan Non Big five Firms sebagai Proksi dari kualitas audit. Tetapi penelitian ini menggunakan Big Four Firms dan Non Big Four Firms karena KAP Arthur Andersen telah collapse. Economics Of Scale yang besar akan memberikan insentif yang kuat untuk mematuhi aturan SEC sebagai cara pengembangan dan pemasaran keahlian KAP tersebut. Kantor Akuntan Publik diklasifikasikan menjadi dua yaitu kantor akuntan publik yang berafiliasiasi dengan KAP yang Big Four dan kantor akuntan publik lainnya. Barnes dan Huan (1993) dalam Tamba (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang gagal dan tidak menjelaskan

going concern pada opini auditnya menunjukkan bahwa auditor tersebut lebih mementingkan aspek komersial, hal ini berdampak buruk pada citra auditor dan hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan auditan. 6. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan dapat menjadi suatu indikasi bagi auditor dalam pemberian opini audit going concern. Pertumbuhan perusahaan tersebut dapat menunjukkan eksistensi perusahaan dalam lingkungan bisnis (Sinaga, 2009) Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan perusahaan yang positif mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) karena pertumbuhan penjualan yang tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba perusahaan dan jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk tetap survive. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan yang

negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Menurut Fabozzi (2000) dalam Sinaga (2009) pertumbuhan penjualan merupakan perubahan penjualan pada laporan keuangan pertahun. Pertumbuhan penjualan yang diatas rata-rata bagi suatu perusahaan pada umunya didasarkan pada pertumbuhan yang cepat yang diharapkan dari industri dimana perusahaan itu beroperasi. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penjualan perusahaan, salah satunya adalah dengan memperluas pangsa pasarnya. Peningkatan pangsa pasar harus sejalan dengan strategi pemasaran yang tepat dan perusahaan selalu melakukan inovasi, hal ini bermakna bahwa dengan strategi yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan penjualan melalui pengembangan produk yang diminati konsumen. B. Tinjauan Peneliti Terdahulu Peneliti terdahulu dilakukan oleh Hani et.al (2003) yang melakukan penelitian pengaruh rasio keuangan pada industri perbankan yang terdaftar di BEJ terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa variabel quick ratio, retun on asset, dan interest margin of loans yang berpengaruh positif terhadap opini audit going concern tahun 1995 1997. Setyarno et.al (2006) yang meneliti pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan terhadap

opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitian mereka membuktikan bahwa kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif sedangkan kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini audit dengan going concern. Siagian (2009) yang melakukan penelitian terhadap perusahaan perbankan, yang meneliti pengaruh proksigoing concern dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit tahun berjalan tahun 2006-2008. Penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa variabel likuiditas (quick ratio, loan to asset ratio) dan Solvabilitas (long term debt to assets ratio, debt to equity ratio) tidak berpengaruh terhadap opini audit tahun berjalan. Sementara itu, variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini audit tahun berjalan. Sinaga (2009), dalam penelitiannya mengenai pengaruh audit report lag, pertumbuhan perusahaan,debt to equity ratio terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI membuktikan bahwa audit report lag dan pertumbuhan perusahaan tidak signifikan terhadap penerimaan opini going concern, tetapidebt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Tamba (2009), dalam penelitiannya mengenai pengaruh debt default, kualitas audit dan opini audit terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa debt default dan opini audit memiliki pengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan untuk

kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti/ Tahun Hani et.al (2003) Judul Pengaruh rasio keuangan pada industri perbankan yang terdaftar di BEJ terhadap penerimaan opini audit going concern. Variabel Varibel independen : quick ratio, retun on asset, dan interest margin of loans Variabel dependen : opini audit going concern Variabel independen : Metode Analisis Regresi logistik Hasil quick ratio, retun on asset, dan interest margin of loans yang berpengaruh positif terhadap opini audit going concern Kualitas audit Setyarno (2006) Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going concern Kondisi perusahaan keuangan Opini audit tahun sebelumnya Pertumbuhan Perusahaan Variabel dependen : Regresi logistik Kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit, sedangkan kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit. Siagian (2009) Pengaruh ProksiGoing concern dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Tahun Berjalan pada Bank Umum yang Go Publik di Indonesia Opini audit going concern Variabel independen : Quick Ratio (QR) Loan to Asset Ratio (LAR) Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR) Debt to Equity Ratio Regresi Logistik QR, LAR, LTDAR, DER tidak berpengaruh terhadap opini audit tahun berjalan. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit tahun sebelumnya.

(DER) Opini audit tahun sebelumnya Variabel dependen : Opini audit tahun berjalan Variabel independen : Sinaga (2009) Pengaruh Audit Report Lag, Pertumbuhan Perusahaan dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Penerimaan Opini Going concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Audit Report Lag Pertumbuhan Perusahaan Debt to Equity Ratio (DER) Variabel dependen : Opini going concern Regresi logistik Audit report lag dan pertumbuhan perusahaan tidak signifikan terhadap penerimaan opini going concern. DER berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Tamba (2009) Pengaruh debt default, kualitas audit dan opini audit terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel independennya : Opini concern Sumber : Hasil Olahan Peneliti debt default opini audit, kualitas audit Variabel dependen : going Regresi logistik debt default dan opini audit memiliki pengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan untuk kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukan di atas, maka dibuat kerangka konseptual dan hipotesis sebagai berikut: Quick Ratio(QR) (X1) Long Term Debt to Asset Ratio (LTDAR) (X2) Opini Audit Going Concern (Y1) Return On Assets (ROA) (X3) Kualitas Audit (X4) Pertumbuhan Perusahaan (X5) Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Quick Ratio atau rasio cepat menginformasikan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang paling liquid yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Jika nilai Quick Ratio perusahaan tinggi maka semakin bagus kemampuan likuiditas perusahaan. Oleh karena itu jika perusahaan memiliki nilai quick ratio yang rendah maka auditor cenderung akan memberikan opini audit going concern.

Menurut Harahap (2008:304), Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Semakin tinggi nilai LTDAR, maka semakin kecil kemampuan untuk membayar hutang dari aktiva. Hal ini menunjukkan perusahaan kurang dapat mempertahankan eksistensinya sehingga cenderung akan menerima opini audit going concern. Return On Assets (ROA)menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset atau total aktiva yang dimiliki perusahaan dalam periode tertentu. Perusahaan yang memiliki nilai ROA yang negatif dalam periode waktu yang berurutan akan memicu masalah going concern karena ROA yang negatif artinya bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian dan ini akan mengganggu kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit (Ruiz et.al, 2004). Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga investor dan pemakai laporan keuangan lainnya memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap informasi yang dituangkan dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, KAP yang besar dan terkenal cenderung akan melakukan prosedur audit yang lengkap dalam rangka pengumpulan bukti audit sehingga status going concern perusahaan dapat ditetapkan. Peningkatan penjualan menunjukkan kinerja manajemen yang baik, yang berarti pula peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan pertumbuhan penjualan. Rasio ini

menunjukkan kemampuan perusahaan meningkatkan serta mempertahankan eksistensinya ditengah-tengah kondisi persaingan. Menurut Sinaga (2009:32) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat penjualan perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula eksistensi perusahaan dalam lingkungan bisnis, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini going concern. 2. Hipotesis Penelitian Hipotesis menurut Sugiyono (2005:306), menyatakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul. Dari kerangka konseptual dan tinjauan teoritis tersebut, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : H1 : Going concern yang diproksikan dengan quick ratio berpengaruh terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern. H2 : Going concern yang diproksikan denganlong term debt to assets ratio berpengaruh terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern. H3 : Going concern yang diproksikan dengan return on assets ratio berpengaruh terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern. H4 : Kualitas audit berpengaruh terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern.

H5 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern. H6 : Terdapat perbedaan kualitas audit antara KAP Big four dengan KAP non Big Four terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern.