BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going concern dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain itu dibagian ini juga dijelaskan berbagai aspek penelitian penelitian yang pernah dilakukan oleh berbagai pihak khususnya penelitian tentang opini audit going concern yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara satu atau lebih prinsipal dengan pihak lainnya (agen) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal, yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen. Prinsipal dan agen diasumsikan sebagai orang ekonomi yang rasional dan umumnya termotivasi oleh kepentingan pribadi tapi mereka dapat membedakan penghargaan atas preferensi, kepercayaan dan informasi, dalam hal ini pihak prinsipal adalah pemegang saham (shareholder) dan pihak agen adalah manajemen. Jika kedua pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka maka ada kemungkinan bahwa agen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan terbaik prinsipal. Principal sebagai pemilik perusahaan selalu ingin mendapatkan berbagai informasi mengenai aktivitas perusahaan, terutama jika aktivitas-aktivitas tersebut terkait dengan investasi atau dana yang mereka 14

2 15 investasikan dalam perusahaan tersebut. Dengan tujuan memotivasi agen maka prinsipal merancang kontrak sedemikian rupa sehingga mampu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan (Rahman dan Siregar 2012).. Rahman dan Siregar (2012). Menjelaskan kontrak yang efisien merupakan kontrak yang memenuhi dua asumsi, yaitu sebagai berikut ini: (1) Agen dan prinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri; (2) Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya. Eisenhardt (1989) menyatakan ada tiga asumsi sifat manusia terkait teori keagenan yaitu: (1) Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (selfinterest); (2) Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality); dan (3) Manusia selalu menghindari resiko (risk-averse). Berdasarkan yang disebutkan dalam jurnal diatas bahwa sifat dasar manusia adalah selalu memikirkan keuntungan dan mengutamakan kepentingan pribadinya. Shareholder mendelegasikan dalam pembuatan keputusan atau wewenang sehari-hari diberikan kepada agen. Agen ditugaskan dengan menggunakan dan mengawasi sumber-sumber ekonomi perusahaan. Dengan adanya asumsi sifat dasar manusia, manajer tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan terbaik pemegang saham (Shareholder). Faktor ini yang akhirnya dapat memicu terjadinya sebuah konflik antara agen dengan pemilik saham, sehingga diperlukan adanya pihak ketiga yaitu audit independen untuk menjadi mediator atau penengah antara kedua pihak yang berkepentingan (yaitu pihak agen dan pihak principle). Auditor dipandang sebagai pihak yang independen dianggap mampu menjembatani kepentingan prinsipal dan agen dalam melakukan

3 16 monitoring terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal melalui sebuah sarana yaitu laporan keuangan (Rahman dan Siregar, 2012). Disamping itu dengan adanya audit independen dapat menarik trus investor, kreditur, pemerintah, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya laporan keuangan yang telah di audit oleh auditor independen juga lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Data-data perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya, apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor (Komalasari, 2004). Para pemakai laporan keuangan merasa bahwa pengeluaran opini audit going concern ini sebagai prediksi kebangkrutan perusahaan (Santosa dan Wedari, 2007). Opini audit going concern merupakan audit report dengan modifikasi mengenai going concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis (Komalasari, 2007). Keharusan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 66 ayat 2 menyebutkan bahwa laporan keuangan harus disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diberlakukan oleh Ikatan akuntan Indonesia (IAI). Suatu informasi keuangan harus disajikan dengan menggunakan asumsi-asumsi.

4 Opini Audit Opini audit merupakan bagian dari laporan audit yang terdapat pendapat auditor mengenai kewajaran laporan keuangan dari pemeriksaan audit. Laporan audit terdiri dari tiga paragraf, yaitu paragraf pengantar, paragraf lingkup, dan paragraf pendapat. Opini audit terdapat di paragraf pendapat. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Auditor bertanggung jawab dalam perencanaan dan pemeriksaan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan perusahaan yang diaudit tidak terdapat salah saji material yang dikarenakan kekeliruan atau kecurangan. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat (Sussanto dan Aquariza, 2012). Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya (Rahman dan Siregar, 2012). Pernyataan pendapat atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit diungkapkan dalam laporan audit yang mencakup paragraf, kalimat, frasa dan kata atau istilah-istilah yang biasa digunakan oleh auditor untuk mengkomunikasikan hasil audit kepada pemakai laporan auditnya. Laporan audit

5 18 terdiri dari 3 paragraf antara lain: paragraf pengantar (introductury paragraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion paragraph) (Mulyadi,2002). Opini audit terdapat pada paragraf pendapat yang merupakan informasi utama dari laporan audit. Menurut SPAP SA Seksi 508 (PSA No. 29) opini audit terdiri atas lima jenis, yaitu : 1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Dalam pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi umum di Indonesia. 2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualifie Opinion with Explanatory Language) Saat keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas (atau bahasa penjelas lain) dalam laporan audit. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf meliputi: a. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. b. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI. c. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan bahwa

6 19 rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai. d. Di antara perioda akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya. e. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas laporan keuangan komparatif. f. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh BAPEPAM namun tidak disajikan atau di-review. g. Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI-Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan oleh dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat menghilangkan keragu-raguan yang besar apakah informasi tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh dewan tersebut. h. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. 3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi umum di Indonesia, kacuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan. Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan:

7 20 a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit. b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar. 4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. 5. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion) Pernyataan tidak memberikan pendapat jika auditor tidak dapat melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila didalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien Tanggung Jawab Auditor Tanggung jawab auditor untuk memberikan opini audit going concern diatur dalam dalama SA Seksi 341 Pertimbangan Auditor Atas Kemampuan Entitas Dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab auditor ada dalam SA Seksi 341 paragraf 03 dan hal-hal yang tidak menjadi tanggung jawab auditor ada dalam SA Seksi 341 paragraf 04. Dalam SA Seksi 341 paragraf 03 menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam perioda waktu

8 21 pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit dengan cara berikut ini (IAI, 2001). 1. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor. 2. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus: a. memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, b. menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan. 3. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Dalam SA Seksi 341 paragraf 04 menyatakan bahwa Auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah

9 22 menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan auditor tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar hutang jangka pendeknya. Rasio likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat waktu. Likuiditas suatu perusahaan diukur dengan Current Ratio yaitu membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, current ratio digunakan untuk mengetahui apakah perusahaan mampu membayar kembali kewajibannya kepada para deposannya dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Hasil koefisien yang negatif menunjukkan semakin kecil rasio likuiditas perusahaan maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk memberikan opini audit going concern dan sebaliknya. Rasio ini dapat memberikan sebuah ukuran likuiditas yang cepat, mudah digunakan dan mampu menjadi indikator terbaik sampai sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek telah ditutupi oleh aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat (Brigham & Houston, 2009:95).

10 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur berapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dan biasa disebut sebagai indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaannya. Profitabilitas juga mempunyai arti penting bagi perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, dengan laba yang dimiliki perusahaan dapat menjamin kelangsungan usaha. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka perusahaan tidak akan memperoleh opini audit going concern (Sussanto dan Aquariza, 2012:14). Profitabilitas dapat ditunjukkan dengan ukuran Return On Assets (ROA). ROA merupakan rasio yang diperoleh dengan cara membagi laba atau rugi bersih dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk menggambarkan kemampuaan perusahaan dalam memperoleh laba yang dihitung secara keseluruhan dari aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini merupakan variabel penting dalam pengukuran kinerja operasi yang dapat mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan efisiensi pengelolaan biaya guna mempertahankan kelangsungan usahanya. Semakin tinggi nilai ROA semakin efektif pula pengelolaan aktiva perusahaan (Hani at al. 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2009) bahwa semakin besar rasio ini semakin baik, hal ini berate cepatnya perputaran aktiva dan diperolehnya laba.

11 Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya. Rasio solvabilitas juga merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuiditas. Solvabilitas dapat diukur dengan Rasio hutang modal atau Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara hutang yang dimiliki perusahaan dan modal yang dimiliki perusahaan dalam pendanaan perusahaan yang menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Tingginya debt to equity rasio mencerminkan tingginya resiko keuangan perusahaan (Petronela, 2004). Debt to equity ratio yang tinngi menjadi perhatian auditor karena debt to equity ratio yang tinggi mengidentifikasi bahwa perusahaan tidak dapat mempertahankan kelangsungan usahanya (Susanto, 2009:159). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada Rasio Pertumbuhan Pertumbuhan Rasio pertumbuhan perusahaan merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya diukur dengan menggunakan aktivitas penjualan atau banyaknya transaksi penjualan suatu perusahaan. Rudyawan dan Badera (2009) menyatakan pertumbuhan

12 25 perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Jika perusahaan terus mengalami peningkatan penjualan dapat dipastikan perusahaan mampu mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur berapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992 dalam Setyarno et al. 2006). Perusahaan yang mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan hidupnya (Rahman dan Siregar, 2012). Perusahaan yang dapat selalu meningkatkan penjualannya akan dapat melangsungkan usahanya ditahun yang akan datang karena perusahaan yang penjualan meningkat dapat disimpulkan bahwa laba perusahaan akan meningkat pula jika perusahaan mengalami peningkatan laba, maka perusahaan akan dapat bertahan ditahun yang akan datang begitu pula sebaliknya karena penjualan merupakan operasi utama perusahaan dapat bertahan dan tetap eksistensi. Perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga manajemen perlu untuk mengambil tindakan perbaikan agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (Rahman Dan Siregar, 2012). Perusahaan dengan negative growth mengindentifikasi kecenderungan yang lebih besar kearah kebangkrutan sehingga perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan (petronela, 2004). Kebangkrutan merupakan alasan

13 26 utama auditor menerbitkan opini audit going concern jika perusahaan tidak mampu memperoleh laba yang tinggi dari penjualan akan sangat mudah auditor memberikan opini audit going concern. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan perusahaan akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern (Setyarno et al. 2006) Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan penentu sebuah perusahaan dapat terus melanjutkan usahanya atau tidak dapat melanjutkan usahanya ditahun-tahun yang akan datang. Perusahaan yang lebih besar cenderung akan dapat mempertahankan kelangsungan usahanya daripada perusahaan kecil. Perusahaan yang besar biasnya sudah lama telah mengoperasikan usaha dan perusahaan kecil biasanya baru memulai usaha, perusahaan ukuran kecil biasanya kurang bisa mempertahankan kelangsungan usahanya. Mckeown et al. (1991) dalam Rahman dan Siregar (2012) menjelaskan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan positif, memberikan suatu tanda bahwa ukuran perusahaan tersebut semakin berkembang dan mengurangi kecenderungan kearah kebangkrutan. Auditor lebih sering memberikan opini going concern pada perusahaan yang berukuran dari pada perusahaan yang besar. Hal ini dikarenakan auditor berkeyakinan bahwa perusahaan besar pasti dapat mempertahankan usahanya didukung dengan total aset yang dimiliki perusahaan dapat menjalankan operasinal dengan sangat mudah serta dapat bersaing dengan kompetitor dengan nama yang sudah dikenal. Mutchler et al. (1991) dalam Rahman dan Siregar (2012) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going

14 27 concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan keuangan daripada perusahaan kecil. Machfoedz (1994) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki. Perusahaan dengan total aktiva yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Oleh karena itu, perusahaan besar diharapkan akan lebih mampu untuk menyelesaikan masalah keuangan yang dihadapi dan mempertahankan kelangsungan usahanya Reputasi Auditor Reputasi auditor adalah auditor yang mempunyai nama baik serta dapat menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang oleh seorang auditor atas nama kantor audit yang dimiliki oleh auditor tersebut. Auditor yang berasal dari KAP yang telah memiliki reputasi yang baik mempunyai kecenderungan untuk menerbitkan opini audit going concern jika terdapat masalah kelangsungan usaha pada auditee yang diauditnya (Ulya, 2012). Auditor yang memiliki reputasi yang baik akan cenderung untuk mempertahankan kualitas auditnya agar reputasi dan nama baiknya tetap terjaga dan tidak kehilangan klien.

15 28 Kantor akuntan publik (KAP) yang lebih besar dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Selain itu, KAP skala besar memiliki insentif yang lebih besar untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan KAP skala kecil (De Angelo, 1981). KAP skala besar lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses pengadilan (Sussanto dan Aquariza, 2012). Argumen ini menunjukkan bahwa KAP besar memiliki insentif lebih untuk mendeteksi dan melaporkan masalah kelangsungan usaha kliennya. Dengan banyaknya kasus perusahaan yang tiba-tiba tidak dapat menjalankan kelangsungan usahanya karena hasil opini audit oleh auditor perusahaannya, maka sebaiknya audit dilakukan oleh KAP yang besar dan berpengalaman hal ini didukung dengan hasil penelitian. Auditor dari kantor akuntan The Big Four lebih akurat dibandingkan kantor akuntan Non Big Four. Sentosa dan Wedari, (2007) menjelaskan bahwa auditor skala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibanding auditor skala kecil, termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern. Semakin besar skala auditor maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern Opini Audit Going Concern Opini audit going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh auditor yang didalamnya terdapat paragaraf penjelas tetang kelangsungan usaha perusahaan yang diaudit ditahun yang akan datang apakah perusahaan mampu mempertahankan usahanya atau tidak. Santosa dan Wedari (2007)

16 29 mengatakan opini audit dengan paragraf going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. SA Seksi 341, PSA No. 30 (SPAP, 2011) memberikan paragraf penjelasan mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya yang dicantumkan pada laporan auditor jika auditor memberikan opini audit going concern kepada auditee. seperti berikut ini: Laporan keuangan terlampir telah disusun dengan anggapan Perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkelanjutan. Seperti yang diuraikan dalam Catatan X atas laporan keuangan, Perusahaan telah mengalami kerugian yang berulangkali dari usahanya dan mengakibatkan saldo ekuitas negatif serta pada tanggal 31 Desember 20XX. Tamba 2009 (dalam Ulya, 2012:9) going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Dalam melaksanakan proses audit, auditor dituntut tidak hanya melihat sebatas pada hal-hal yang ditampakkan dalam laporan keuangan saja tetapi juga harus lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup (going concern) suatu perusahaan. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa auditor bertanggungjawab atas kelangsungan hidup suatu perusahaan. Arens (1997) dalam Santosa dan Wedari (2007) menyatakan beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpastian kelangsungan hidup perusahaan adalah:

17 30 1. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja. 2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo dalam jangka pendek. 3. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan seperti gempa bumi atau banjir atau permasalahan perburuhan yang tidak biasa. 4. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi. Bila kesangsian terhadap kelangsungan hidup usaha benar-benar ada, maka auditor harus mempertimbangkan untuk mengeluarkan opini audit going concern. SA Seksi 341, PSA No. 30 (SPAP,2011) memuat pertimbanganpertimbangan bagi auditor dalam menerbitkan opini audit going concern terhadap kelangsungan usaha suatu entitas. Panduan bagi auditor dalam menerbitkan opini going concern dijelaskan sebagai berikut (SPAP, 2011): 1. Jika auditor yakin terdapat keraguan mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas, maka auditor harus memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukkan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut dan menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan. 2. Jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka auditor mempertahankan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).

18 31 3. Jika manajemen memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa di atas, maka auditor menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) atas efektivitas rencana tersebut : a. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif, maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion). b. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion with emphasis of matter paragraph). c. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan pendapat tidak wajar (qualified/adverse opinion). Chen dan Church (dalam Ulya, 2012:8) Menyatakan bahwa perusahaan yang bermasalah setidaknya memenuhi salah satu kriteria berikut: (1) ekuitas yang negatif; (2) arus kas yang negatif; (3) laba operasi yang negatif; (4) modal kerja yang negatif; (5) laba bersih yang negatif; (6) Laba yang ditahan yang negatif Penelitian Terdahulu Dibawah ini merupakan penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi opini audit going concern yang diberikan kepada suatu perusahaan. Penelitian empiris mengenai opini audit going concern sebelumnya pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Berikut adalah hasil penelitian mereka mengenai opini audit going concern:

19 32 Santoso dan Wedari (2007) melakukan penelitian dengan judul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini audit going concern dalam penelitian ini faktor-faktor yang digunakan adalah kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern sedangkan kualitas audit, dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Susanto (2009) melakukan penelitian dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern pada perusahaan publik sektor manufaktur dalam penelitian ini faktor-faktor yang digunakan adalah Kondisi keuangan, current ratio, quick ratio, cash flow from operation, return on asset, debt to equity, long term debt to total asset, kualitas audit, opini audit sebelumnya, debt default, dan opinion on shopping. Dengan variabel dependen opini audit going concern. penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa Kondisi keuangan, return on asset, debt to total asset, opini audit sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern sedangkan Quick ratio, current ratio, cash flow from operation, debt to total equity, long term debt to total asset, kualitas audit, debt default dan opinion on shopping tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

20 33 Wijaya et al. (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh kualitas audit dan proxy going concern terhadap opini audit going concern pada perusahaan non regulasi di bursa efek Indonesia (BEI) dalam penelitian ini faktor-faktor yang digunakan adalah kualitas audit yang diukur dengan kualifikasi reputasi KAP, likuiditas diukur dengan quick ratio, dan profitabilitas diukur dengan return on asset (ROA). Dengan variabel dependen opini audit dengan going concern. penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa kualitas audit, likuiditas, dan profitabilitas berpengaruh terhadap opini audit dengan going concern. Rahayu dan Pratiwi (2011) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, leverage, dan reputasi auditor terhadap opini audit going concern dalam penelitian ini faktor-faktor yang digunakan adalah Opini tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, leverage, dan reputasi auditor. Dengan variabel dependen opini audit going concern. penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa opini tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit going concern sedangkan Pertumbuhan perusahaan, leverage, dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Kristiana (2012) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam penelitian ini faktor-faktor yang digunakan adalah Ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan.

21 34 Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa profitabilitas, likuiditas dan pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap opini audit dengan going concern, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern Rahman dan Siregar (2012) melakukan penelitian dengan judul Faktorfaktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia dalam penelitian ini faktor-faktor yang digunakan adalah Kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini auditor, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan utang diukur dengan debt to equity ratio. Dengan variabel dependen opini audit going concern. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa pertumbuhan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan debt to equity ratio berpengaruh terhadap opini audit going concern sedangkan kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Sussanto dan Aquariza (2012) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh opini audit tahun sebelumnya, kualitas audit, profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan consumer goods industry yang terdaftar di bursa efek Indonesia dalam penelitian ini faktor-faktor yang digunakan adalah opini audit tahun sebelumnya, kualitas audit, profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa opini audit tahun sebelumnya dan solvabilitas berpengaruh terhadap opini audit going concern

22 35 sedangkan kualitas audit, likuiditas, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Ulya (2012) melakukan penelitian dengan judul Opini audit going concern: analisis berdasarkan faktor keuangan dan non keuangan dalam penelitian ini faktor-faktor yang digunakan adalah kesulitan keuangan, debt default, opini audit tahun sebelumnya, reputasi auditor, dan auditor clien tenture. penelitian ini menggunaan teknik analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa debt default, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit going concern sedangkan kesulitan keuangan, reputasi auditor, dan auditor clien tenture tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Azizah dan Anisykurlillah (2014) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh ukuran perusahaan, debt default, dan kondisi keuangan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern dalam penelitian ini faktor-faktor yang digunakan adalah ukuran perusahaan, debt default, dan kondisi keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa kondisi keuangan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap opini audit dengan going concern, sedangkan ukuran perusahaan dan Debt default tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Izzati dan Sularto (2014) melakukan penelitian dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam penelitian ini faktor-

23 36 faktor yang digunakan adalah ukuran KAP, opini audit tahun sebelumnya, profitabilitas, leverage, dan pertumbuhan perusahaan. penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa opini audit tahun sebelumnya, profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern sedangkan ukuran KAP, leverage, pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap iponi audit going concern. Ginting dan Suryana (2014) melakukan penelitian dengan judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia dalam penelitian ini faktor-faktor yang digunakan adalah ukuran perusahaan, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, reputasi auditor. penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap iponi audit going concern. Suparum (2014) melakukan penelitian dengan judul Variabel-variabel yang mempengaruhi penerimaan opini audit dengan paragraf going concern dalam penelitian ini faktor-faktor yang digunakan adalah prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, leverage, reputasi auditor, quick ratio, dan return on assets. penelitian ini menggunaan teknik analisis regresi logistik yang menghasilkan kesimpulan bahwa prediksi kebangkrutan, leverage, reputasi auditor berpengaruh terhadap opini audit going concern sedangkan pertumbuhan

24 37 perusahaan, quick ratio, dan return on assets tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. 2.2 Rerangka Pemikiran Teori keagenan menyebutkan bahwa pemilik perusahaan memberikan kewenangan kepada manajemen untuk dapat menjalankan pekerjaan atas nama pemilik perusahaan. Untuk meminimalkan terjadinya agensi konflik maka manajemen dapat mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada pemilik perusahaan dengan cara menyampaikan informasi mengenai kondisi perusahaan melalui pengungkapan akuntansi yakni sebuah laporan keuangan yang telah diaudit oleh pihak ketiga (auditor independen) yang telah dipercayai oleh pemilik perusahaan maupun manajemen perusahaan. Penyampaian informasi melalui laporan keuangan perlu dilakukan untuk memenuhi sebuah kebutuhan informasi baik untuk pihak internal maupun eksternal perusahaan yang kurang memiliki kewenangan dalam memperoleh informasi terkait perusahaan. Dalam melaksanaan tugasnya, auditor mempunyai sebuah pertanggungjawaban yang sangat besar kepada suatu entitas atau perusahaan yang diaudit. Tanggung jawab auditor tidak hanya pada saat menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang telah diaudit, tetapi juga bertanggung jawab untuk mendeteksi dan melaporkannya sebuah kecurangan yang terjadi didalam sebuah perusahaan. Auditor harus mempunyai independensi, profesionalisme, dan motivasi. Dalam menyatakan pendapatnya, auditor harus mempertimbangkan bahwa pendapat tersebut sudah benar-benar sesuai dengan laporan keuangan dan kinerja suatu perusahaan. Auditor juga bertanggung jawab untuk menilai apakah suatu

25 38 perusahaan tersebut dapat melanjutkan usaha mereka ditahun yang akan datang. Pada saat auditor menemukan bahwa perusahaan tersebut terdapat sebuah keraguan yang substansial untuk keberlangsungan usaha (going concern) maka auditor dapat menjelaskannya dalam laporan auditor dengan menambahkan paragraf penjelas. Dalam SA Seksi 341 disebutkan bahwa auditor juga bertanggung jawab untuk menilai mengenai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam perioda waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (IAI, 2001). Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya dan rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current ratio. Semakin besar rasio ini maka menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang baik dan sebaliknya. Dengan current ratio yang besar maka kemungkinan auditor untuk menyatakan opini audit going concern semakin kecil karena dari sisi keuangan perusahaan masih dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba. Adapun rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA). Jika rasio ROA semakin kecil, maka menunjukkan perusahaan tidak solvabel atau tidak likuid dan dapat menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan atau tidak dapat melangsungkan usahanya dimasa yang akan datang. Hal ini dapat mempengaruhi auditor untuk memberi opini audit going concern.

26 39 Rasio solvabilitas menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio solvabilitas yang digunakan untuk penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER). Rasio DER menunjukkan perbandingan antara hutang dan ekuitas (modal) dalam pendanaan perusahaan serta menunjukkan kemampuan modal perusahaan untuk menutupi seluruh hutangnya. Dalam hubungannya dengan opini audit going concern, apabila tingkat DER semakin besar, maka akan semakin besar kemungkinan auditor mengeluarkan opini audit going concern. Rasio pertumbuhan perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Rasio pertumbuhan perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sales growth ratio. Rasio ini menunjukkan penjualan perusahaan terhadap peningkatan laba perusahaan dari tahun sebelumnya. Jika perusahaan mengalami pertumbuhan penjualan yang negatif maka besar kemungkinan laba yang diperoleh perusahaan akan mengalami penurunan. Hal ini akan mempengaruhi auditor akan mengeluarkan opini audit going concern. Ukuran perusahaan diukur melalui pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dapat dinilai dengan melihat besar atau kecilnya perusahaan tersebut. Perusahaan besar dengan tingkat pertumbuhan positif akan memberikan suatu tanda bahwa perusahaan jauh dari kemungkinan mengalami kebangkrutan atau tidak akan memperoleh opini audit going concern sedangkan perusahaan yang pertumbuhan negatif cenderung memperoleh opini audit going concern.

27 40 Reputasi auditor dinilai dengan menggunakan ukuran KAP (Kantor Akuntan Publik). Auditor yang memiliki reputasi yang baik cenderung akan menghasilkan opini audit yang berkualitas baik sehingga lebih dipercayai oleh pengguna laporan keuangan perusahaan. Opini audit going concern menurut Belkaoui (2006:271) going concern adalah dalil yang menyatakan bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab, serta aktivitas-aktivitasnya yang tiada henti. Dengan adanya opini audit going concern akan sangat membantu investor dalam menentukan keputusan untuk berinvestasi dalam perusahaan. Salah satu hal-hal yang perlu diperhatikan seorang auditor dalam memberikan opini audit going concern diantaranya rasio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan reputasi auditor. Berikut adalah gambar rerangka pemikiran pada penelitian ini.

28 41 Teori Keagenan Manajemen (Agen) Laporan Keuangan Pemilik Perusahaan (principle) Auditor Independen SA Seksi 341 PSA No. 30 Opini Audit Opini Audit Going Concern RLKD RPRF RSLV RPTP SIZE KAAI Gambar 1. Rerangka Pemikiran Penelitian

29 Perumusan Hipotesis Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proporsi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena (Erlina, 2011: 41). Oleh karena itu, hipotesis masih bersifat sementara. Berdasarkan tinjauan teoretis dan penelitian terdahulu seperti yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti mencoba menguji pengaruh rasio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan reputasi auditor terhadap pemberian opini audit going concern dengan perumusan sebagai berikut: Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Opini Audit Going Concern Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar hutang jangka pendeknya. Rasio likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat waktu. Semakin rendahnya nilai current ratio menunjukkan semakin rendah pula kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Jika perusahaan tidak mampu membayar hutang jangka pendeknya hal tersebut dapat mempengaruhi kredibilitas perusahaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha perusahaan. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Susanto (2009) dan Sussanto dan Aquariza (2012:17) penelitiannya membuktikan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijaya et al. (2009) dan Kristiana (2012) yang menyatakan bahwa

30 43 variabel likuiditas berhasil membuktikan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap laporan audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam meningkatkan keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan maupun modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini maka menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba sehingga tidak menimbulkan keraguaan auditor akan kelangsungan usaha perusahaan. Dalam penelitian yang telah dilkukan oleh Sussanto dan Aquariza (2012:17), dan Suparum (2014) penelitiannya membuktikan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijaya et al. (2009) yang menyatakan bahwa variabel profitabilitas yang diproksikan dengan ROA menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap laporan audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H2: Rasio profitabilitas berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.

31 Pengaruh Rasio Solvabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya. Solvabilitas mengacu pada jumlah pendanaan yang berasal dari utang perusahaan kepada kreditor. Semakin tinggi rasio solvabilitas, semakin menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian atau keraguan mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio DER. Semakin tinggi debt to equity ratio menunjukkan semakin rendahnya kinerja keuangan sehingga menyebabkan timbulnya ketidakpastian atau keraguan perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Rahayu dan Pratiwi (2011), dan Susanto (2009) membuktikan bahwa solvabilitas yang dikur dengan debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sussanto dan Aquariza (2012:18), dan Rahman dan Siregar (2012) membuktikan bahwa Solvabilitas yang dikur dengan debt to equity ratio berpengaruh terhadap opini audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H3: Rasio solvabilitas berpengaruh positif terhadap opini audit going concern.

32 Pengaruh Rasio Pertumbuhan perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern Rasio pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Weston dan Copeland (1992) dalam Setyarno et al. (2006) mengemukakan bahwa rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Penjualan merupakan kegiatan operasi utama perusahaan. Suatu perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan yang positif lebih mampu untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dan kemungkinan perusahaan terhadap kebangkrutan adalah kecil. Semakin tinggi rasio pertumbuhan perusahaan, maka akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern. Altman (1968) dalam Petronela (2004) mengemukakan bahwa perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah kebangkrutan sehingga perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan karena kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern maka perusahaan yang mengalami pertumbuhan perusahaan yang negatif akan makin tinggi kecenderungan untuk menerima opini going concern. Dalam penelitian yang telah dilkukan oleh Rahayu dan pratiwi (2011:102), dan Suparum (2014) membuktikan bahwa variabel rasio pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahman dan Siregar (2012:30), dan Ginting dan Suryana (2014) membuktikan bahwa variabel rasio pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

33 46 H4: Rasio pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern Perusahaan yang berukuran besar dengan tingkat pertumbuhan positif, memberikan suatu tanda bahwa perusahaan tersebut jauh dari kemungkinan mengalami kebangkrutan. Mutchler (1985) dalam Rahman & Siregar (2012) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan keuangannya dari pada perusahaan kecil. Dengan demikian diharapkan semakin besarnya ukuran perusahaan akan memperkecil kemungkinan pemberian opini going concern. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Kristiana (2012), dan Rahman dan Siregar (2012:31) Hasil penelitian membuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso dan Wedari (2007) Hasil penelitian membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H5: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Opini Audit Going Concern Kualitas audit yang baik akan menghasilkan informasi yang sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan dalam hal pengambilan keputusan, oleh karena itu, auditor bertanggung jawab untuk menyediakan jasa audit yang

34 47 berkualitas. DeAngelo (1981) dalam Rahman dan Siregar (2012:7) menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Semakin besar skala auditor maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern. De Angelo (1981) dalam Setyarno et al. (2006) menyatakan bahwa auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan pada auditor skala kecil. Auditor skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses pengadilan. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Rahayu dan Pratiwi (2011), dan Ulya (2012) dan Rahman dan Siregar, (2012:31) Hasil penelitian membuktikan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Suparum (2014), dan Ginting dan Suryana (2014) Hasil penelitian membuktikan bahwa reputasi auditor berpengaruh terhadap opini audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H6: Reputasi auditor berpengaruh positif terhadap opini audit going concern. Berdasarkan penjelasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu telah menguji faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern, yaitu rasio likuiditas,, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan reputasi auditor. yang mempengaruhi variabel dependen, yaitu opini audit going concern, yang digambarkan dalam kerangka pemikiran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan tinjauan pustaka. Pada bab ini terdiri dari landasan teori yang menguraikan teori-teori yang relevan dengan penelitian, telaah penelitian terdahulu, kerangka pemikiran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak yang memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Januarti (2009) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Opini Audit Laporan audit adalah hasil akhir dari pemeriksaan seorang auditor laporan keuangan kliennya. Di dalam laporan tersebut biasanya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau mendukung perumusan hipotesis dalam penelitian ini, selain itu juga deskripsi dari variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu dengan yang lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan kontrak antara agen (manajer) dengan prinsipal (pemilik). Prinsipal dalam teori agensi ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan mengenai konflik yang tercipta antara pihak manajemen perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan global pada saat ini mengharuskan perusahaan berfikir tidak hanya bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan politik pada tahun 1998 sampai sekarang membawa dampak yang signifikan terhadap perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kristiana (2012) meneliti pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Kajian teori agensi pada penelitian opini audit going concern. principal (pemilik) mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau mendukung perumusan hipotesis dalam penelitian ini, selain itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Landasan Teori II.1.1. Teori Agensi Godfrey, Hodgson, Tarca, Hamilton, Holmes (2010 : 301) mendefinisikan teori agensi sebagai berikut: In such a

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Opini Audit Dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk laporan keuangan. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Audit Pengauditan adalah suatu proses sistimatis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Teori agensi, menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan hidup usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand theory) dan teori harapan sebagai teori pendukung (supporting theory). Disamping itu bab ini juga menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi bisnis yang akurat menjadi salah satu kebutuhan utama bagi para pelaku bisnis. Informasi ini diperlukan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Opini Audit Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2001: SA Seksi 110,paragraf 01: Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian yang akan dilakukan kali ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapat Auditor Penyampaian hasil audit dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit mengenai temuan-temuan audit yang ditemukan auditor independen terhadap auditee.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan (Agency Theory) Agency Theory (Teory Keagenan) menurut Jensen dan Meckling (1979) dalam Mirna dan Indira (2007), menggambarkan adanya hubungan suatu kontrak antara

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting

BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Teoritis 1. Audit Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Opini Audit Proses akhir dari pekerjaan audit yang dilaksanakan oleh seorang auditor adalah mengkomunikasikan penilaiannya tentang tingkat kewajaran penyajian

Lebih terperinci

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN 9 BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN 2.1 Going Concern Going concern adalah dalil yang menyatakan bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investor merupakan salah satu pelaku investasi yang memiliki kaitan erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam mengambil suatu keputusan investasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang yang kompeten dan independen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang yang kompeten dan independen. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Auditing 2.1.1. Pengertian Auditing Arens et.al. (2008 : 4) mendefenisikan auditing sebagai pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (PSAK No. 1 revisi 2009, 2012). Pada umumnya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan kontrak antara prinsipal dan agen dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Selain itu, juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak. dalam Aiisiah 2012). Agen diberi wewenang oleh prinsipal untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak. dalam Aiisiah 2012). Agen diberi wewenang oleh prinsipal untuk 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori ini menjelaskan hubungan antara agen (manajemen usaha) dan principal (pemilik usaha). Agen diberi kewenangan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan jumlah bank di Indonesia begitu pesat dan menciptakan persaingan begitu besar, yang akhirnya menimbulkan praktik-praktik tidak sehat. Dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Opini Audit Opini audit adalah pernyataan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan dari entitas yang telah diaudit. Kewajaran ini menyangkut materialitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan diaudit oleh auditor eksternal. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh entitas. Laporan keuangan merupakan bagian dari siklus akuntansi yang menggambarkan kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Audit Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah : Suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Teori agensi, menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta pihak lainnya

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta pihak lainnya BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian suatu Negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan indikator utama untuk melihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada perusahaan go public, laporan keuangan merupakan sebuah hasil evaluasi kinerja yang menjadi acuan untuk proses operasi tahun berikutnya. Sedangkan bagi

Lebih terperinci

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berangkat dari kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi yang terjadi pada beberapa entitas bisnis, salah satunya adalah perusahaan energi besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Kelangsungan hidup usaha (going concern) dapat

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Kelangsungan hidup usaha (going concern) dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu entitas bisnis yang baik tidak hanya fokus untuk memperoleh keuntungan tetapi perlu mempertimbangkan kelangsungan hidup usahanya untuk masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian suatu Negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan indikator utama untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua perusahaan manufaktur di Indonesia dalam era globalisasi selayaknya berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam menjalankan suatu pemerintahan. Pada dasarnya, pendapatan negara sangat dipengaruhi oleh perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan saja, namun juga memiliki pengaruh ke pihak-pihak lain, seperti kreditur, investor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam menggambarkan kinerja suatu perusahaan, khususnya perusahaan publik. Agar informasi dalam laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup usahanya atau yang dikenal dengan istilah going

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup usahanya atau yang dikenal dengan istilah going BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan dari suatu entitas bisnis saat ini bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan saja tetapi juga berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Menurut Jansen dan Meckling (1976) yang dikemukakan oleh januarti (2008:8) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan tingkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (principal) meminta pihak lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (principal) meminta pihak lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Hubungan keagenan adalah suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta pihak lainnya (agent)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan penting di setiap negara sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 (dengan diberlakukan Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah 131 perusahaan pada tahun Banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah 131 perusahaan pada tahun Banyaknya perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mendominasi perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang beralamat di www.idx.co.id dengan jumlah 131 perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga, jika entitas mengalamai kondisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan sebuah entitas bisnis yang menjalankan usahanya dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan Govindarajan (2008:175)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja sama antara negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebangkrutan dan kelangsungan hidup perusahaan merupakan dua sisi yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. auditor. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor

BAB 1 PENDAHULUAN. auditor. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Opini audit going concern merupakan prediksi atau penilaian kelangsungan hidup suatu perusahaan yang diberikan oleh auditor. Keadaan dimana perusahaan dapat beroperasi

Lebih terperinci

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN 2.1 Going Concern Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada perusahaan yang mempunyai masalah keuangan, tapi dianggap masih mampu untuk melanjutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya.. Berikut penjabaran dari beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya.. Berikut penjabaran dari beberapa penelitian terdahulu beserta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitianpenelitian sebelumnya.. Berikut penjabaran dari beberapa penelitian terdahulu beserta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan selalu berusaha menjalankan bisnisnya dengan sebaik mungkin, dengan harapan bisnis tersebut dapat memiliki keberlangsungan hidup usaha dimasa mendatang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Teori agensi dan hubungannya dengan opini auditor tentang going Menurut Jensen dan Smith (1984) teori agensi adalah konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitianpenelitian terdahulu. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perusahaan dalam periode waktu tertentu dicerminkan melalui laporan keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan perusahaan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going concern.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Pada penelitian tentang opini audit going concern ini, membutuhkan kajian teori agensi. Menurut Jensen dan Meackling (1967), menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan menghasilkan keuntungan secara maksimal saja tapi sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan menghasilkan keuntungan secara maksimal saja tapi sebuah perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan didirikan untuk memilki suatu tujuan, tidak hanya menjalankan usaha dan menghasilkan keuntungan secara maksimal saja tapi sebuah perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Kelangsungan. melebihi suatu periode akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Kelangsungan. melebihi suatu periode akuntansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan yaitu dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Kelangsungan hidup perusahaan menjadi sorotan

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang melibatkan manipulasi atas data keuangan perusahaan besar. Pada tahun 2011 publik dibuat terkejut dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Agensi Menurut Jensen dan Meckling (Susanto; 2009) menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan

Lebih terperinci

1. Dr. M. Anas, S.E., M.M., M.Si., Ak., CA. 2. Dian Kusumaningtyas, S.E., M.M JURNAL

1. Dr. M. Anas, S.E., M.M., M.Si., Ak., CA. 2. Dian Kusumaningtyas, S.E., M.M JURNAL JURNAL Analisis Pengaruh Kualitas Auditor, Likuiditas, Profitabilitas, Dan Solvabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan merupakan suatu konsep yang menjelaskan hubungan antara principal dan agen yang pertama kali dikemukakan oleh Jensen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan memiliki informasi yang digunakan berbagai pihak, baik pihak internal dan pihak eksternal. Pada pihak eksternal, informasi yang disediakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelangsungan usaha (going concern) suatu perusahaan merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelangsungan usaha (going concern) suatu perusahaan merupakan salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelangsungan usaha (going concern) suatu perusahaan merupakan salah satu hal yang penting bagi para pemangku kepentingan (stakeholders), terutama investor.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Committee on Basic Accounting Concept-a statement of basic

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Committee on Basic Accounting Concept-a statement of basic BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Auditing Berdasarkan Committee on Basic Accounting Concept-a statement of basic auditing concept (1991 : 2), menyatakan pengertian auditing sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapitalis global, turut merasakan pukulan berat dari keberlanjutan krisis ini.

BAB I PENDAHULUAN. kapitalis global, turut merasakan pukulan berat dari keberlanjutan krisis ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat memasuki tahun 2010, ekonomi dunia sedang mengalami dua kejadian penting, yaitu: pertama, krisis ekonomi kapitalisme global yang sangat mendalam dan

Lebih terperinci

Lie et al. / Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1, No. 2 (2016):

Lie et al. / Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1, No. 2 (2016): Lie et al. / Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1, No. 2 (2016): 84-105 84 Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, dan Rencana Manajemen terhadap Opini Audit Going Concern (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada akhirnya bangkrut, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi Amerika Serikat di tahun 2008 telah menjadi krisis keuangan global yang melanda perekonomian dunia. Bermula dari beberapa perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban manajemen perusahaan terhadap pemilik perusahaan dan entitas lainnya yang ikut menggunakan laporan keuangan.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang PENGARUH KUALITAS AUDITOR, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN, KEBERADAAN KOMISARIS INDEPENDEN PADA KOMITE AUDIT, DEBT DEFAULT, DAN OPINION

Lebih terperinci

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 2, Edisi Juni 2012 (ISSN : 2252_7826) JENIS-JENIS PENDAPAT AUDITOR (OPINI AUDITOR)

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 2, Edisi Juni 2012 (ISSN : 2252_7826) JENIS-JENIS PENDAPAT AUDITOR (OPINI AUDITOR) JENIS-JENIS PENDAPAT AUDITOR (OPINI AUDITOR) Sri Wiranti Setiyanti Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Semarang Abstraksi Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan laporan audit. Opini

Lebih terperinci

Kata Kunci : Disclosure, Debt Default, Kualitas Audit, Opini audit tahun sebelumnya, Going Concern.

Kata Kunci : Disclosure, Debt Default, Kualitas Audit, Opini audit tahun sebelumnya, Going Concern. Judul Nama : : Analisis Pengaruh Disclosure, Debt default, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya pada Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan perusahaan go public di Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan semakin meningkat. Perusahaan Go

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia bisnis di negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan indikator utama untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia pasar modal mengalami perkembangan yang pesat. Pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan memiliki suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diprediksi (Ariffandita dan Sudarno, 2012). auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diprediksi (Ariffandita dan Sudarno, 2012). auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menentukan opini audit suatu perusahaan auditor juga harus memperhatikan likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas perusahaan tersebut, karena likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Riyatno, 2007). Untuk menghasilkan integritas yang baik atas suatu laporan

BAB I PENDAHULUAN. (Riyatno, 2007). Untuk menghasilkan integritas yang baik atas suatu laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan yang diberikan oleh perusahaan kepada publik terutama para investor dan kreditur (Riyatno, 2007).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan agen sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan

Lebih terperinci