OPTIMASI PRODUKSI ENZIM β-mananase EKSTRASELULER DARI BAKTERI Geobacillus stearothermophilus L-07

dokumen-dokumen yang mirip
1. Filtrat enzim mananase didapatkan dari hasil produksi kapang Eupenisilium javanicum pada substrat bungkil kelapa 3%. 2. Pereaksi yang digunakan ada

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

PRODUKSI ENZIM MANANASE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

PRODUKSI ENZIM AMILASE

ISOLASI DAN KARAKTERISASI MANANASE EKSTRASELULER DARI Fusarium oxysporum

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

OPTIMASI WAKTU INKUBASI, SUHU DAN ph UNTUK PRODUKSI MANANASE OLEH BAKTERI DARI SALURAN PENCERNAAN LARVA Attacus atlas (L.) Skripsi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. selulosa dan lignin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan. Oleh karena

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

LAMPIRAN Lampiran 1: Komposisi dan Penyiapan Media Skim Milk Agar, Komposisi Media Feather Meal Agar, Komposisi Media Garam Cair.

4 Hasil dan Pembahasan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

KARAKTERISASI ENZIM SELULASE DARI BAKTERI SELULOLITIK Bacillus sp. Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung 2)

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

AKTIVITAS -GALAKTOSIDASE PENGHIDROLISA LAKTOSA SUSU PADA BAKTERI UNGGUL TERSELEKSI DARI BUAH Carica papaya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

PENENTUAN AKTIVITAS ENZIM MANANASE DARI BERBAGAI MIKROORGANISME DI INDONESIA DAN PERANANNYA DALAM BIDANG PANGAN: KAJIAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN

KONDISI OPTIMUM UNTUK PRODUKSI ENZIM MANANASE EKSTRASELULER DARI Bacillus subtilis YANG DIISOLASI DARI AIR LAUT BALI RONY MASRI RAMADANA

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

15... Stand ar Amilase Nilai Aktifitas Enzim Amilase Anali sis Statistik Aktifitas Enzim Amilase... 50

LAMPIRAN. Lampiran A: Alur Kerja Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

3. METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

PEMURNIAN DAN KARAKTERISASI MANANASE DARI Streptacidiphilus luteoalbus HERMAWAN SEFTIONO

Isolasi dan Perbaikan. Kultur. Rancang Media. Rancang Media 3/3/2016. Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

LATAR BELAKANG. Bahan bakar Fosil - Persediannya menipis - Tidak ramah lingkungan. Indonesia

OPTIMALISASI PRODUKSI ENZIM SELULASE BAKTERI SELULOLITIK DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH AMPAS TEBU SEBAGAI SUBSTRAT

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media Bushnell-Haas, Larutan Standar Mc. Farland, Larutan Orsinol

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

PENGARUH PENAMBAHAN SORBITOL TERHADAP STABILITAS ph ENZIM PROTEASE DARI Bacillus subtilis ITBCCB148

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

OPTIMASI WAKTU, ph DAN SUHU UNTUK PRODUKSI SELULASE. DARI BAKTERI SALURAN PENCERNAAN Attacus atlas L.

PENGARUH KONSENTRASI SUMBER KARBON DAN NITROGEN TERHADAP PRODUKSI PROTEASE ALKALI DARI Bacillus sp. M TERMOFILIK

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

KARAKTERISASI ENZIM XILANASE DARI Bacillus sp. Galih Cendana Nabilasani 1) dan Sumardi 1)

1 atm selama 15 menit

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat. Cara Kerja

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini isolat actinomycetes yang digunakan adalah ANL 4,

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

Uji Potensi Bakteri dan Resistensi terhadap Antibiotik

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

BAB I PENDAHULUAN. tidak ramah lingkungan dalam bidang industri (Falch, 1991).

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

ISOLASI DAN PENCIRIAN BAKTERI MANANOLITIK PENDEGRADASI BUNGKIL INTI SAWIT WINNI PUSPITA RAHAYU

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

4 Hasil dan Pembahasan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Jember 2) Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Airlangga

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces.

Pengambilan sampel tanah yang terkontaminasi minyak burni diambil dari

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tanpa ikut berubah di akhir reaksi (Agustrina dan Handayani, 2006). Molekul

UJI KUALITATIF ETANOL YANG DIPRODUKSI SECARA ENZAMATIS MENGGUNAKAN Z. MOBILIS PERMEABEL

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009

III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMEKATAN ENZIM SELULASE Penicillium sp. LBKURCC20 DENGAN PENGENDAPAN AMONIUM SULFAT 80% JENUH

Transkripsi:

Sumardi Optimasi Produksi Enzim OPTIMASI PRODUKSI ENZIM β-mananase EKSTRASELULER DARI BAKTERI Geobacillus stearothermophilus L-07 ABSTRACT Sumardi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. S. Brojonegoro No. 1, Bandar Lampung 35145 Email: mannanase@yahoo.com Diterima 21 Juni 2005, disetujui untuk diterbitkan 25 Juli 2005 Geobacillus stearothermophilus L-07 was tested for production of extracellular β-mannanase. The enzymes production was showed by clear zone from around colony after staining with congo red and destaining with NaCl solution. The enzymes were endohydrolases that catalyze random hydrolysis of β-1,4-mannosidic linkages in the main chain of galactomannan to mannooligosaccharide, and mannose. The β-mannanase activity was highest in culture medium, containing 0.65% (w/v) locust bean gum in ph 7.0 after 36 hours of cultivation at 60 o C. However, the highest β-mannanase activity was observed in culture medium after 12 hours of cultivation at 70 o C, respectively. Keywords: Geobacillus stearothermophilus L-07, β- mannanase 1. PENDAHULUAN Di alam, hemisellulosa adalah polisakarida kedua yang sangat melimpah setelah selulosa. Komponen utama hemiselulosa adalah hetero-1,4- β -D-xilan and hetero-1,4-β-d-manan (galaktoglukomanan, galaktomanan, dan glukomanan). Heteroxilan terutama ditemukan pada rumput-rumputan, biji sereal, dan kayu keras. Manan terutama terdapat pada endosperma kopra, kelapa sawit, kopi, dan locust bean 1. Organisme pemecah manan berupa bakteri, fungi, tanaman, aktinomisetes, dan moluska 2, 3 dengan menghasilkan enzim β-mananase (1,4-β-D manan manohidrolase [EC 3.2.1.78]). Enzim tersebut menghidrolisis ikatan β-(1,4)- dalam rangka utama polimer manan, yang kemudian menghasilkan rantai pendek manooligosakarida. Selanjutnya senyawa tersebut dipecah oleh kerja enzim β- manosidase (β-d-manosidase [EC 3.2.1.25]) dan α-galaktosidase (EC 3.2.1.22) menghasilkan manosa dan galaktosa 4. Enzim pemecah manan berperan banyak banyak aplikasi industri seperti pengolahan pangan, pakan ternak, deterjen, tekstil, dan kertas. Penggunaan enzim β-mananase termofilik sangat berguna dalam industri yang memerlukan proses aseptis bersuhu tinggi sehingga kontaminasi produk bisa dihindari. Beberapa makalah tentang karakterisasi β-mananase telah dipublikasikan. Bakteri Termotoga neopolitana menghasilkan mananase dengan aktivitas enzim 0,8 U/mg, aktif pada ph 7,1 dan suhu 90 o C 4. Sedangkan Rhodothermus marinus aktif pada ph 5,4 dan suhu 85 o C (5). Sedangkan Bacillus sp. Menghasilkan mananase yang aktif pada ph 7,0 dan suhu 70 o C 1. Dalam penelitian ini dilakukan optimasi produksi β-mananase ekstraseluler dari bakteri Geobacillus stearothermophilus L-07 yang telah berhasil diisolasi dari limbah cangkang sawit di Lampung. 2. METODE PENELITIAN 2.1. Organisme Bakteri G. stearothermophilus strain L-07 diisolasi dari limbah cangkang sawit dari Pabrik Minyak Kelapa Sawit di Rejosari, Natar, Lampung 6. 2.2. Media dasar Media untuk produksi β-mananase ekstraseluler dari G. stearothermophilus L-07 adalah medium cair modifikasi (1), yang terdiri atas : Ekstrak khamir 0,35% (b/v), tripton 0,35% (b/v), MgSO 4 0,03% (b/v), KH 2 PO 4 0,245% (b/v), (NH 4 ) 2 SO 4 0,25% (b/v), NaCl 0,2% (b/v) dan locust bean gum (LBG) 0,35% (b/v) pada ph 7,0. 66 2005 FMIPA Universitas Lampung

J. Sains Tek., Agustus 2005, Vol. 11, No. 2 2.3. Deteksi G. stearothermophilus L-07 penghasil β-mananase ekstraseluler G. stearothermophilus L-07 ditumbuhkan di medium yang dibuat dengan dua lapis di cawan Petri. Medium di lapisan bawah dengan komposisi ekstrak khamir 0,35% (b/v), tripton 0,35% (b/v), MgSO 4 0,03% (b/v), KH 2 PO 4 0,245% (b/v), (NH 4 ) 2 SO 4 0,25% (b/v), dan NaCl 0,2% (b/v). Sedangkan lapisan atas dengan komposisi MgSO 4 0,03% (b/v), KH 2 PO 4 0,245% (b/v), (NH 4 ) 2 SO 4 0,25% (b/v), NaCl 0,2% (b/v) dan locust bean gum (LBG) 0,35% (b/v). Setelah diinkubasi selama 14 jam pada suhu 60-70 o C, bakteri tersebut kemudian diwarnai dengan 0,1% Congo Red selama 15 menit dan selanjutnya dicuci dengan 1 M NaCl. G. stearothermophilus terdeteksi menghasilkan β- mananase apabila zona jernih terbentuk di sekeliling koloninya. 2.4. Seleksi konsentrasi Locust bean gum terbaik untuk produksi β-mananase G. stearothermophilus L-07 telah diketahui menghasilkan β-mananase, kemudian diuji untuk menemukan konsentrasi locust bean gum yang terbaik untuk produksi enzim. Penentuan konsentrasi substrat dengan cara mengatur konsentrasi locust bean gum di medium dasar produksi. Konsentrasi locust bean gum yang digunakan adalah 0,35%, 0,5%, 0,65%, dan 0,8%. Setelah diproduksi selama 24 jam dan suhu 60 o C supernatan diambil untuk diuji aktivitasnya. Uji aktivitas β-mananase dilakukan dengan menghitung gula pereduksi dengan metode DNS 7. 2.5. Penentuan ph Media terbaik untuk Produksi β-mananase Penentuan ph media untuk produksi optimum β- mananase L-07 dilakukan dengan cara menumbuhkan G. stearothermophilus L-07 di dalam media produksi dengan ph 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Setelah inkubasi pada suhu 60 o C pada konsentrasi locust bean gum terbaik dan lama inkubasi 24 jam. Supernatan kemudian diambil untuk diuji aktivitas β-mananasenya. 2.6. Penentuan lama inkubasi terbaik untuk produksi β-mananase Untuk memperoleh produksi β-mananase yang maksimal dilakukan pembuatan kurva produksinya. Langkah pertama yang dilakukan pembuatan starter yaitu dengan mengambil satu lup biakan G. stearothermophilus L-07 dan diinokulasikan pada 25 ml medium mengandung 0,35% ekstrak khamir; 0,35% tripton; 0,035% MgSO 4 ; 0,245% KH 2 PO 4 ; 0,175% (NH 4 ) 2 SO 4, dan 0,2% NaCl. Biakan diinkubasi pada 60 o C dengan kecepatan 120 rpm selama 8 jam. Kemudian sebanyak 4% starter diinokulasikan ke medium dasar produksi (0,35% Ekstrak khamir; 0,35% tripton; 0,035% MgSO 4 ; 0,245% KH 2 PO 4 ; 0,175% (NH 4 ) 2 SO 4, dan 0,2% NaCl; 0,65% Locust bean gum. Bakteri diinkubasi pada suhu 60 o C dengan kecepatan 120 rpm. Percobaan yang sama juga dilakukan namun pada inkubasi 70 o C. Pengambilan sampel dilakukan setiap 4 jam sekali sebanyak 500 µl untuk diuji aktivitas β-mananase. Percobaan yang sama juga dilakukan namun pertumbuhan G. stearothermophilus L-07 pada suhu 70 o C. Uji aktivitas β-mananase dilakukan dengan menghitung gula pereduksi dengan metode DNS 7. 2.7. Pengujian Aktivitas β-mananase Pengujian enzim berdasarkan media modifikasi (8), campuran reaksi mengandung 0,5% larutan manan (locust bean gum) pada bufer sitrat 50 mm, ph 6 (900 µl substrat locust bean gum 0,55% dan 100 µl enzim). Sebanyak 1 ml total volume diinkubasi pada suhu optimalnya (75-80 o C) selama 30 menit. Selanjutnya ditambahkan 1 ml pereaksi DNS dan dipanaskan sampai mendidih dalam air selama 15 menit. Kemudian didinginkan pada air dingin selama 20 menit. Pembacaan dengan spektrofotometer diukur pada panjang gelombang 575 nm (7). Kadar manosa yang terbentuk karena aktivitas enzim merupakan kadar manosa hasil degradasi enzim setelah dikurangi kontrol. Satu unit aktivitas enzim adalah reaksi enzim yang dapat menghasilkan 1 µmol manosa per menit. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan diketahui bahwa G. stearothermophilus L-07 dapat menghasilkan zona jernih pada medium yang mengandung galaktomanan (locust bean gum) setelah dideteksi dengan congo red (Gambar 1). Hal tersebut berarti bakteri tersebut dapat memecah galaktomanan dengan bantuan reaksi kompleks enzim β-mananase yang menghasilkan manosa dan manooligosakarida. Congo red dapat berikatan dengan polisakarida yang mempunyai ikatan 1,4-β 9. Sedangkan locust bean gum mengandung polimer manan yang mempunyai ikatan 1,4-β manosidik dan terdapat galaktosa sehingga disebut galaktomanan. Setelah galaktomanan tersebut dipecah oleh β-mananase maka disekeliling koloni bakteri hanya terdapat sedikit ikatan 1,4-β manosidik, karena banyak dihasilkan manosa dan manooligosakarida. Dengan demikian warna congo red tidak banyak yang terikat oleh manosa dan manooligosakarida sehingga di sekeliling koloninya tampak menjadi lebih jernih. 2005 FMIPA Universitas Lampung 67

Sumardi Optimasi Produksi Enzim 3.1. Pengaruh konsentrasi locust bean gum sebagai substrat penumbuh terhadap produksi β-mananase G. stearothermophilus L-07 Gambar 1. Reaksi enzim β-mananase yang diproduksi oleh G. stearothermophilus L-07, ditunjukkan dengan zona jernih di sekeliling koloninya setelah diwarnai dengan larutan congo red dan peluntur NaCl Untuk mengetahui kondisi optimal produksi β- mananase oleh G. stearothermophilus L-07, perlakuan yang digunakan adalah konsentrasi locust bean gum yang berbeda yaitu 0,35%, 0,5%, 0,65%, dan 0,8% (Gambar 2). Makin tinggi konsentrasi locust bean gum makin tinggi pula aktivitas β-mananasenya. Aktivitas enzim tertinggi pada konsentrasi locust bean gum 0,65% yaitu sebesar 0,69 U/ml. Kenaikan konsentrasi di atas optimumnya (hingga 0,8%) malah justru menurunkan aktivitasnya. Pada konsentrasi substrat yang tinggi molekul β-mananase berinteraksi dengan substrat membentuk kompleks enzim dengan dobel substrat yang bersifat tidak produktif, sehingga tidak menghasilkan produk yang dikehendaki. Dengan demikian maka aktivitas enzim menjadi rendah. aktivitas mananase (U/ml) 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 0.35 0.50 0.65 0.80 Konsentrasi LBG (%) Gambar 2. Pengaruh konsentrasi locust bean gum di medium pertumbuhan G. stearothermophilus L-07 terhadap produksi β-mananase 3.5 Aktivitas m ananase spesifik (U/m g) 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 4 5 6 7 8 9 10 ph media Gambar 3. Pengaruh ph medium G. stearothermophilus L-07 terhadap produksi enzim β-mananase 68 2005 FMIPA Universitas Lampung

J. Sains Tek., Agustus 2005, Vol. 11, No. 2 3.2. Produksi β-mananase pada Berbagai ph Media Perlakuan pengaruh ph medium untuk memproduksi β-mananase L-07 dilakukan pada substrat locust bean gum 0,65% (b/v). Dari hasil percobaan diketahui bahwa β-mananase L-07 diproduksi pada ph 5,0 sampai dengan ph 9,0. Pada ph 4,0 dan ph 10 produksi β-mananase sangat kecil (0,01 dan 0,03 U/mg). Dari perlakuan pengaruh ph medium diketahui bahwa ph optimum pertumbuhan diperoleh pada media ph 7,0 (3,1 U/mg) (Gambar 3). Hal itu sesuai sifat dari β-mananase L-07 bahwa kondisi terbaik pada ph 7,0 (6). Pada ph tersebut, ion negatif dan positif seimbang sehingga memungkin β-mananase L-07 dikeluarkan oleh G. stearothermophilus L-07 membentuk konformasi molekul enzim yang tepat untuk melakukan aktivitasnya. Dengan demikian G. stearothermophilus L-07 melakukan aktivitasnya secara maksimal pada ph 7,0. 3.3. Produksi β-mananase pada berbagai lama inkubasi Perlakuan pengaruh lama inkubasi untuk memproduksi β-mananase L-07 dilakukan pada substrat locust bean gum 0,65% (b/v) dan ph medium 7,0. Produksi β-mananase L-07 dinyatakan dalam satuan aktivitas enzim, karena konsentrasi enzim dengan aktivitas enzim berbanding lurus. Pada inkubasi suhu 60 o C, β- mananase L-07 diproduksi mulai pada jam ke-4 dengan aktivitas 0,5 U/mg, aktivitasnya terus naik dan tertinggi pada jam ke-36 dengan aktivitas 3.1 U/mg dan kemudian menurun aktivitasnya secara perlahan, sampai jam ke-48 sebesar 3,0 U/ml (Gambar 4). Namun hasil percobaan pengaruh lama inkubasi terhadap aktivitas β-mananase yang diproduksi oleh G. stearothermophilus L-07 pada suhu 70 o C mulai pada jam ke-6 dengan aktivitas 2,2 U/mg, terus naik aktivitasnya dan tertinggi pada jam ke- 12 dengan aktivitas 3,2 U/mg dan kemudian menurun aktivitasnya secara tajam, sampai jam ke- 24 sebesar 1,9 U/mg (Gambar5). Aktivitas tertinggi dari inkubasi suhu 60 o C dan 70 o C ternyata tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Dari hasil percobaan tersebut juga diketahui bahwa inkubasi pada suhu 70 o C lebih mempercepat produksi enzim, namun enzim tersebut kemudian banyak yang rusak. Pada suhu 60 o C enzim diproduksi dalam waktu yang lebih lama, namun enzim dapat terjaga aktivitasnya. Pada penelitian bakteri termofilik lain, dinyatakan bahwa kelompok β-mananase ekstraseluler pada bakteri 4. Thermotoga neopalitana dapat menghasilkan enzim sebesar 0,83 U/mg, aktif pada suhu 90 o C dan ph 7,1. Sedangkan β-mananase ekstraseluler dari Bacillus sp mempunyai aktivitas 12,5 U/mg aktif pada suhu 70 o C dan ph 7,0 (1). β- mananase ekstraseluler dari Bacillus sp KK01 mempunyai aktivitas 0,04 U/mg aktif pada suhu 50 o C dan ph 7,0 8. 3.5 Aktivitas mananase spesifik (U/mg) 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 Lama inkubasi (jam) Gambar 4. Pengaruh lama inkubasi G. stearothermophilus L-07 terhadap produksi β-mananase pada suhu 60 o C 2005 FMIPA Universitas Lampung 69

Sumardi Optimasi Produksi Enzim Aktivitas mananase spesifik (U/mg) 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0 6 12 18 24 Lama inkubasi (Jam) Gambar 5. Pengaruh lama inkubasi G. stearothermophilus L-07 terhadap produksi β-mananase pada suhu 70 o C 4. KESIMPULAN Bakteri aerob termofilik Geobacillus stearothermophilus L-07 dapat menghasilkan β- mananase (endo-1,4-β-d-mananase, EC 3.2.1.78) ekstraseluler. Enzim tersebut menghidrolisis ikatan 1,4-β-manosidik pada galaktomanan menjadi manooligosakarida dan manosa. Medium dengan sumber karbon 0,65% (b/v) locust bean gum, ph 7,0 dan lama inkubasi 36 jam pada suhu 60 o C adalah kondisi terbaik untuk memproduksi β- 1,4-mananase (3.1 U/mg). Dengan perlakuan yang sama, namun suhu dinaikkan menjadi 70 o C ternyata produksi terbaik pada inkubasi selama 12 jam (3,2 U/mg). UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Antonius Suwanto, M.Sc atas diskusinya. Demikian juga kepada proyek RCMD FMIPA IPB Bogor, Beasiswa BPPS dari Dikti lewat IPB Bogor, dan dana penelitian DIK 2004 Unila Bandar Lampung yang telah ikut mendanai penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Ooi T and Kikuchi, D. 1995. Purification and some properties of β-mannanase from Bacillus sp. World J. Microbiol. Biotechnol. 11: 310-314 2. Zakaria M.M., Ashiuchi, M., Yamamoto, S., and Yagi, T. 1998. Optimization for β- mannanase production of a psychrophilic bacterium, Flavobacterium sp. Biosci. Biotechnol. Biochem. 62: 655-660 3. Xu, B. 2002. Endoglucanase and mannanase from blue mussel, Mytilus edulis purification, characterization, gene and tree dimensional structure. Doctoral thesis. Upsala Universitet. 4. Duffaud G.D., McCutchen, C.M., Leduc, P., Parker, K.N. & Kelly, R.M. 1997. Purification and characterization of extremely thermostable β-mannanase, β-mannosidase, and α- galactosidase from the hyperthermophilic eubacterium Thermotoga neopalitana 5068. Appl. Environ. Microbiol. 63:169-177 5. Politz, O., Krah, M., Thomsen, K.K. and Borriss. R. 2000. A highly thermostable endo- (1,4)- β-mannanase from the marine bacterium Rhodothermus marinus. Appl. Microbiol. Biotechnol. 53: 715-721 6. Sumardi. 2005. Isolasi, karakterisasi, dan produksi β-mananase ekstraseluler dari G. stearothermophilus L-07. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. 7. Miller, G.L. 1959. Use of dinitrosalisylic acid reagent of determination of reducing sugar. Anal Chem., 31: 426-428 8. Hossain H.Z., Abe, J. & Hizukuri, S. 1996. Multiple forms of β-mannanase from Bacillus sp. KK01. Enzyme. Microb. Technol.18: 95-98. 9. Teather, R.M, and Wood, P. J. 1982. Used of congo red-polysaccharide interactions in enumeration and characterzation of cellulolytic bacteria from the bovine rumen. Appl Environ Microbiol 43: 777-780 70 2005 FMIPA Universitas Lampung

J. Sains Tek., Agustus 2005, Vol. 11, No. 2 2005 FMIPA Universitas Lampung 71