BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memang memiliki peranan penting dalam kehidupan umat manusia.

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN KEMAMPUAN ABSTRAK BIOLOGI

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. pendidikan dapat tercapai. Proses pembelajaran, sering dipahami sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berkualitas dan satu satunya wadah yang berfungsi sebagai alat untuk. membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan.

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari peranan dunia

BAB I PENDAHULUAN. seorang guru, bukan hanya sekadar mengajar (teaching) tetapi lebih ditekankan

I. PENDAHULUAN. analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

E043 PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INGUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI

I. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY DISERTAI CONCEPT MAP TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN SISWA SMPN 1 KEBAKKRAMAT

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usep Soepudin, 2014

I. PENDAHULUAN. seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja

PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arum Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, seiring dengan kemajuan peradaban yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia serta kemajuan bangsa, sehingga maju dan mundurnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di semua bidang, salah satunya membangun sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB I A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke-21 dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Abad 21 ditandai dengan perubahan dan pergeseran dalam segala bidang yang berlangsung secara cepat serta akan mempengaruhi kehidupan manusia. Penentu suatu bangsa dalam menguasai peradaban dunia adalah kekuatan daya saing sumber daya manusia (SDM), sedangkan keunggulan SDM merupakan faktor penentu etos kerja, penguasaan ilmu dan teknologi serta kreativitas sosial pada suatu masyarakat. Era globalisasi membutuhkan manusia yang aktif, responsif terhadap perubahan dan mampu berpikir kritis, sehingga mampu mengahadapi berbagai tantangan. Selain itu, di era pengetahuan penguasaan modal intelektual khususnya kecakapan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) merupakan kebutuhan sebagai tenaga kerja yang andal (Galbreath, 1999). Memasuki dunia kerja pada abad 21, keterampilan belajar abad 21 mempunyai tujuh keterampilan yaitu: 1) Berpikir kritis dan pemecahan masalah; 2) Kreativitas dan inovasi; 3) kolaborasi, kerjasama tim, 4) pemahaman lintas budaya ; 5) komunikasi, informasi, literatur media; 6) menguasai ICT; dan 7) karir dan belajar kemandirian (Fadel, 2009). Kemampuan Berpikir kritis termasuk salah satu bagian dari keterampilan pembelajaran dan inovasi abad ke-21 yang memungkinkan siswa merespons perubahan dengan cepat dan efektif, sehingga memerlukan keterampilan intelektual yang fleksibel, kemampuan menganalisis informasi, dan mengintegrasikan berbagai sumber pengetahuan untuk memecahkan masalah (Murti, 2012). Pembelajaran Biologi seharusnya berorientasi pada hakikat sains yang mengandung empat hal yaitu produk, proses, sikap, dan teknologi melalui keterampilan proses (Rustaman, 2005). Pembelajaran sains tidak lain merupakan proses konstruksi pengetahuan (sains) melalui aktivitas berpikir anak. Anak diberi kesempatan untuk mengembangkan pengetahuannya secara mandiri melalui 1

2 proses komunikasi yang menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki dengan pengetahuan yang harus mereka temukan. Proses pembelajaran tersebut hendaknya harus mencakup tiga aspek yang harus diperoleh siswa, yaitu kemampuan berpikir kognitif (minds on), keterampilan psikomotor (hands on), dan sikap sosial (hearts on)dan religius. Penerapan model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains secara riil mampu meningkatkan pencapaian hasil belajar sains, terutama dalam penguasaan keterampilan proses sains. Proses pembelajaran ini memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang beragam dan relatif lebih bermakna. Sains sebagai konten atau produk berarti dalam sains terdapat fakta fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. Sains sebagai proses untuk mendapatkan pengetahuan. Selain sebagai produk dan proses, sains juga merupakan sikap, artinya dalam sains terkandung sikap tekun, terbuka, jujur, dan objektif. Implikasi ketiga aspek sains tersebut yaitu proses, produk, dan sikap dalam pelaksanaan pembelajaran biologi di sekolah akan menciptakan pembelajaran biologi yang sangat bermakna bagi siswa. Selain siswa mendapatkan pengetahuan yang dibangun sendiri dengan melakukan pemecahan masalah yang dihadapi, siswa juga dapat mengaplikasikan pengetahuan atau konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran biologi tidak sekedar menghafal materi atau konsep-konsep saja, tetapi juga menjadikan siswa memiliki kemampuan dalam memecahkan suatu permasalahan dan pengambilan keputusan. Apabila pembelajaran bermakna tersebut dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan hasil belajar siswa juga akan mengalami kemajuan. Kenyataannya, pembelajaran biologi selama ini masih berorientasi pada hafalan konsep saja yang menyebabkan penguasaan sains siswa memprihatinkan. Berdasarkan data faktual terbukti tingkat penguasaan sains di Indonesia masih sangat lemah. Ditinjau dari literasi sains, TIMSS (Trends in Mathematic and Science Study) tahun 2007, menempatkan Indonesia pada peringkat ke 35 dari 49 negara peserta. Data PISA (Programe for International Student Assesment) tahun 2006 menunjukkan 61,6% pelajar Indonesia memiliki pengetahuan sains

3 yang terbatas; 27,5 % mampu melakukan penelitian sederhana; 9,5% mampu mengidentifikasi masalah-masalah ilmiah, sedangkan yang mampu menerapkan sains dalam kehidupannya 1,4 % (Sudarisman, 2010). Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran biologi (sains) tersebut juga terjadi di SMA Wahidiyah Kediri. Hal tersebut dibuktikan dengan berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran biologi menunjukkan bahwa guru biologi di sekolah tersebut cenderung masih menggunakan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini mengakibatkan siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Guru lebih mendominasi pembelajaran, sehingga mengurangi tanggungjawab siswa terhadap tugas belajarnya, mengekang kreativitas siswa dan tidak memacu siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka sehingga pada akhirnya berdampak pada pencapaian prestasi belajar siswa. Analisis hasil belajar di SMA Wahidiyah Kediri siswa secara kuantitatif masih belum maksimal, meskipun nilai rerata sudah di atas KKM karena kesenjangan nilai tertinggi dan terendah terpaut jauh. Berdasarkan data daftar nilai ulangan harian biologi siswa kelas X selama 2 tahun terakhir, terlihat ada peningkatan dalam penentuan KKM dan rerata yang dicapai siswa.tahun pelajaran 2013/2014, dengan batas KKM 75, siswa yang mencapai KKM 70% dengan rerata 70,26. Tahun pelajaran 2014/2015, nilai batas KKM 77, siswa yang mencapai KKM 67% dengan rerata 64,58. Hal ini juga diperkuat berdasarkan analisis hasil ujian Nasional (UN) 2014/2015 menunjukkan bahwa pada materi lingkungan, rata- rata skor yang diperoleh siswa SMA Wahidiyah Kota Kediri nilainya 47,69, untuk tingkat kabupaten/kota 63,02, untuk tingkat provinsi 58,34, dan untuk tingkat Nasional 57,82, dari 65 siswa SMA Wahidiyah. Prestasi belajar siswa khususnya pada materi dampak / cara pencegahan / penanggulangan masalah pencemaran masih rendah dan belum mencapai KKM yang diharapkan (BSNP, 2014). Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, perlu dilakukan reorientasi pembelajaran biologi. Pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru (teacher centered) harus diubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Menurut Nasution (2011), cara terbaik dalam belajar adalah siswa

4 mengkonstruksikan sendiri sendiri secara aktif pemahamannya, sehingga perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang mampu membuat siswa mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Melalui pengembangan keterampilan proses, siswa yang awalnya kurang dalam membangun dan mengemukakan ideide, memecahkan masalah, pembelajaran yang cenderung homogen, kurang menerapkan konsep tingkat perkembangan yang telah dimiliki saat tertentu (zone of proximal development) menjadi pembelajaran yang berorientasi untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif model dan metode pembelajaran yang sesuai. Beberapa model pembelajaran dirancang untuk mampu membuat siswa belajar lebih aktif, antara lain model pembelajaran kooperatif, inkuiri, accelerated learning dan pembelajaran berbasis masalah. Hasil penelitian Leonardus (2013) menemukan bahwa model pemecahan masalah digunakan untuk mengubah pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Menurut Leonardus (2013), hasil belajar siswa yang menggunakan model pemecahan masalah lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan guru. Pembelajaran berbasis masalah mendorong siswa untuk belajar aktif dalam memecahkan masalah-masalah dalam proses belajar mengajar dan harapan akhirnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah di kehidupan nyata juga dapat meningkat. Model problem solving merupakan salah satu model yang dirancang supaya setiap siswa aktif dalam investigasi dan mencari pemecahan masalah, sehingga setiap siswa mempunyai tanggung jawab masing-masing yang terikat pada kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok berdiskusi dan saling melengkapi struktur kognitif yang dimilikinya dengan bantuan teman yang lebih kompeten. Bimbingan dari teman yang lebih kompeten sangat efektif untuk meningkatkan produktifitas belajar siswa, sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pemilihan model problem solving diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Proses scaffolding dalam kelompok juga dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa, penerimaan antar kelompok, dan

5 keterampilan sosial lainnya. Restanti, (2012) dalam penelitiannya yang membandingkan penerapan model problem solving dengan model konvensional menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran problem solving memberikan hasil belajar yang lebih tinggi dibanding penerapan model pembelajaran konvensional. Model pemecahan masalah lain adalah model problem posing. Model problem posing adalah model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu masalah agar siswa menyadari masalah, menelaah masalah dari berbagai segi, merumuskan masalah lalu mencari pemecahan masalah dengan berbagai macam jalan melalui proses diskusi. Kelebihan dari model problem posing salah satunya adalah merangsang siswa untuk memunculkan ide yang kreatif dari yang diperolehnya dan mampu memahami soal sebagai latihan memecahkan masalah. Harapannya pemilihan model problem posing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sungkono (2003) menyimpulkan bahwa pemberian model problem posing mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Penggunaan media yang tepat dalam penyajian pelajaran akan mampu memunculkan aktivitas siswa selama pelajaran berlangsung. Guru diharapkan dapat menggunakan maupun mengembangkan media pembelajaran. Sehingga guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai media pembelajaran. Media merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran, terutama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkret kepada siswa. Salah satu media pembelajaran yang dapat dikembangkan guru adalah bridge card. Permainan birdge card atau kartu remi sangat popular di kalangan anak-anak. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa di SMA Wahidiyah Kediri, hampir semua siswa sudah pernah memainkan bridge card akan tetapi pengoptimalan penggunaan media khususnya permainan bridge card ini tidak pernah dilakukan. Aturan permainan bridge card sudah sangat dipahami oleh siswa. Permainan bridge card ini menuntut semua peserta bermain secara aktif. Proses pembelajaran akan terasa sangat menyenagkan jika di dalamnya

6 terdapat suatu permainan. Permainan bridge card dapat dijadikan media pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Siswa akan cenderung tertarik mengikuti proses pembelajaran. Dalam hal ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator bagi siswa. Siswa yang aktif dalam permainan bridge card dapat menemukan sendiri konsep materi yang sedang dipelajari sebab metode dalam permainan bridge card dipadukan dengan diskusi kelompok. Peneliti menggunakan permainan bridge card sebagai media pembelajaran didasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rina Hindayani (2012) membuktikan bahwa siswa mengalami peningkatan kualitas proses dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Berdasar pada kelebihan yang dimiliki model pembelajaran problem solving dan model problem posing dan belum optimalnya penggunaan model tersebut serta media bridge card game di SMA Wahidiyah Kediri, perlu diteliti bagaimana pengaruh penggunaan model problem solving dan model problem posing disertai bridge card game terhadap prestasi belajar siswa. Penggunaan model problem solving dan model problem posing disertai bridge card game diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di SMA Wahidiyah Kediri terutama pada materi pencemaran lingkungan. SMA Wahidiyah Kediri adalah satu sekolah yang merintis menjadi sekolah adiwiyata di Kota Kediri sehingga materi pencemaran lingkungan merupakan materi yang perlu mendapat perhatian khusus, karena salah satu misi SMA Wahidiyah Kediri adalah menjadi sekolah yang melaksanakan upaya-upaya pelestarian fungsi lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Penggunaan model belajar yang tepat disertai media yang sesuai dalam mempelajari materi pencemaran lingkungan diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa sehingga prestasi belajar siswa lebih meningkat dan siswa tergerak untuk melaksanakan upaya-upaya pelestarian fungsi lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan sebagai aplikasi nyata dari proses pembelajaran. Siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model problem solving dan model problem posing dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Kelompok tersebut dapat aktif dalam proses pembelajaran jika antar siswa dalam kelompok

7 tersebut memiliki tingkat kreativitas yang tinggi. Kemampuan kreativitas yang tinggi akan memberikan situasi pembelajaran yang menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai cepat tersampaikan dan pada akhirnya prestasi siswa akan meningkat, sehingga dimungkinkan kemampuan kreativitas yang berbeda pada siswa akan memberikan hasil yang berbeda. Kemampuan kreativitas akan berpengaruh pada hasil belajar siswa, karena siswa yang berpikir kreatif memiliki kelenturan dalam berpikir, memiliki kekuatan yang tajam melihat problem serta kelancaran menciptakan ide-ide / wawasan ilmu. Siswa yang memiliki wawasan yang luas maka kemungkinan mencapai prestasi belajar yang maksimal dapat tercapai. Penggunaan model problem solving dan model problem posing juga dimungkinkan dipengaruhi oleh kemampuan berpikir analitis siswa. Berpikir analitis berkaitan dengan kemampuan menguraikan materi yang komplek menjadi sub materi yang lebih kecil. Kemampuan berpikir analitis siswa dalam awal pembelajaran penting untuk diketahui guru karena untuk melihat kemampuan siswa nantinya dalam membuat kesimpulan secara komprehensif dan logis. Siswa yang kemampuan berpikir analitisnya tinggi dimungkinkan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Berdasarkan latar belakang perlu dilakukan penelitian dengan judul Penggunaan Model Problem Solving dan Model Problem Possing disertai Bridge Card Game terhadap Prestasi Belajar Biologi ditinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Berpikir Analitis Siswa SMA Wahidiyah Kota Kediri Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Prestasi belajar biologi masih rendah karena penggunaan model pembelajaran konvensional oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran biologi sehingga pembelajaran cenderung berpusat pada guru, dan siswa cenderung pasif.

8 2. Pemanfaatan media pembelajaran yang belum optimal dalam proses pembelajaran biologi. 3. Kemampuan kreativitas siswa berbeda-beda sehingga kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran juga berbeda. Hal ini mempengaruhi prestasi belajar siswa, sehingga perlu untuk diteliti apakah kemampuan kreativitas siswa yang rendah merupakan penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. 4. Kemampuan berpikir analitis siswa yang berbeda-beda mempengaruhi prestasi belajar biologi, sehingga perlu untuk diteliti apakah kemampuan berpikir analitis siswa yang rendah merupakan penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat mencapai sasaran, maka perlu pembatasan masalah dititik beratkan pada: 1. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah model Problem Solving dan Problem Posing disertai Bridge Card Game. 2. Penelitian ini ditinjau dari kreativitas siswa dan kemampuan berpikir analitis siswa. 3. Prestasi belajar biologi yang dimaksud adalah hasil belajar biologi siswa pada materi pencemaran lingkungan yang dicapai setelah eksperimen dilakukan. 4. Subyek penelitian adalah siswa SMA Wahidiyah Kota Kediri kelas X-2 dan X- 4 Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh biologi menggunakan problem solving dan problem posing disertai bridge card game terhadap prestasi belajar siswa? 2. Seberapa besar pengaruh tingkat kreativitas siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa?

9 3. Seberapa besar pengaruh tingkat berpikir analitis siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa? 4. Seberapa besar interaksi antara pembelajaran biologi dengan model problem solving dan model problem posing disertai bridge card game dengan tingkat kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa? 5. Seberapa besar interaksi antara pembelajaran biologi dengan model problem solving dan model problem posing disertai bridge card game dengan tingkat berpikir analitis terhadap prestasi belajar siswa? 6. Seberapa besar interaksi antara kreativitas dan berpikir analitis terhadap prestasi belajar siswa? 7. Seberapa besar interaksi antara pembelajaran biologi dengan model problem solving dan model problem posing disertai bridge card game dengan kreativitas dan berpikir analitis terhadap prestasi belajar siswa? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Seberapa besar Pengaruh pembelajaran biologi menggunakan model problem solvin gdan model problem posing disertai bridge card game terhadap prestasi belajar siswa. 2. Seberapa besar Pengaruh tingkat kreativitas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 3. Seberapa besar Pengaruh tingkat berpikir analitis dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 4. Seberapa besar Interaksi antara pembelajaran biologi dengan model problem solving dan model problem posing disertai bridge card game dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa. 5. Seberapa besar Interaksi antara pembelajaran biologi dengan model problem solving dan model problem posing disertai bridge card game dengan berpikir analitis terhadap prestasi belajar siswa. 6. Seberapa besar Interaksi antara kreativitas dan berpikir analitis terhadap prestasi belajar siswa.

10 7. Seberapa besar Interaksi antara pembelajaran biologi dengan model problem solving dan model problem posing disertai bridge card game dengan kreativitas dan berpikir analitis terhadap prestasi belajar siswa. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak pihak sebagai berikut: 1. Bagi Siswa a. Memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap pengaruh penggunaan model, pendekatan, serta media pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa b. Memberikan alternatif pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa dalam proses belajar dengan memperhatikan faktor internal siswa 2. Bagi Guru Biologi a. Memberikan masukan dalam menentukan model yang tepat dalam pembelajaran biologi di kelas. b. Mengetahui pengaruh Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Problem solving dan Problem possing disertai bridge card game terhadap Prestasi Belajar biologi ditinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Berpikir analitis Siswa. 3. Bagi Sekolah Memberikan masukan dalam upaya mengembangkan suatu proses pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar biologi kelas X SMA Wahidiyah Kota Kediri, sehingga dapat meningkatkan sunber daya pendidikan untuk menghasilkan output yang berkualitas. Peningkatan hasil belajar biologi di SMA Wahidiyah Kota Kediri diharapkan dapat meningkatkan peringkat sekolah. 4. Bagi Peneliti lainnya Dapat diijadikan acuan, pertimbangan, pembanding, referensi untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut