WEWENANG KREDITOR SEPARATIS DALAM EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERKENAAN DENGAN KEPAILITAN. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk meningkatkan keuntungan yang dapat diraih, baik dilihat dari segi

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

KEDUDUKAN KREDITUR SEPARATIS DALAM HUKUM KEPAILITAN

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SELAKU PEMEGANG JAMINAN DENGAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

KEWENANGAN KREDITOR SEPARATIS TERHADAP EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN APABILA DEBITOR PAILIT Anton Ismoyo Aji, R.Suharto, Siti Malikhatun Badriyah Abstrak

PENGURUSAN HARTA PAILIT PEMBERESAN HARTA PAILIT TUGAS KURATOR. Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

PENGARUH UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN UNDANG- UNDANG HAK TANGGUNGAN TERHADAP KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN APABILA DEBITUR PAILIT

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

PENGATURAN DAN PENERAPAN PRINSIP PARITAS CREDITORIUM DALAM HUKUM KEPAILITAN DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP KREDITOR PREFEREN DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIJAMINKAN DENGAN HAK TANGGUNGAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III HAK KREDITOR ATAS EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA BILAMANA DEBITOR PAILIT

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kedudukan Hukum Karyawan Pada Perusahaan Pailit. perusahaan. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi karyawan dalam menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN DAN KEPAILITAN. Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB I PENDAHULUAN. Proses perniagaan, apabila debitor tidak mampu ataupun tidak mau

PENANGGUHAN EKSEKUSI OBJEK HAK JAMINAN KREDIT DI BANK DARI PERUSAHAAN YANG PAILIT 1 Oleh : Timothy Jano Sajow 2

BAB II PENETAPAN HAK MENDAHULUI PADA FISKUS ATAS WAJIB PAJAK YANG DINYATAKAN PAILIT. A. Kepailitan dan Akibat Hukum Yang Ditinggalkannya

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN SUKINO Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Riau

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK KETIGA (NATUURLIJKE PERSOON) DALAM HUKUM KEPAILITAN TERKAIT ADANYA ACTIO PAULIANA

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN TITLE EKSEKUTORIAL DALAM SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN

KETENTUAN PENANGGUHAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN OLEH KREDITUR SEPARATIS AKIBAT ADANYA PUTUSAN PAILIT. Oleh :

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

BAB I PENDAHULUAN. krisis pada tahun Krisis moneter yang terjadi di Indonesia yang kemudian

Keywords: The debtor, creditor, fiduciary, Bankruptcy

BAB II KEDUDUKAN KREDITUR PREFEREN DALAM KEPAILITAN

TINJAUAN YURIDIS HAK KREDITOR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN PERTAMA DALAM PELELANGAN BUDEL KEPAILITAN FENNI CIPTANI SARAGIH ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB II HAK KREDITOR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN PERTAMA ATAS BARANG JAMINAN DALAM UNDANG-UNDANG HAK TANGGUNGAN

KEWENANGAN KURATOR DALAM EKSEKUSI HARTA DI LUAR BOEDEL PAILIT DALAM PENYELESAIAN KEPAILITAN

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT. Saryana * ABSTRACT

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan melakukan barter, yaitu menukarkan barang yang. usaha dibagi menjadi 4 bentuk, yaitu : Perusahaan Perorangan (sole

HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPENTINGAN PARA KREDITOR AKIBAT ACTIO PAULIANA DALAM HUKUM KEPAILITAN

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN EKSEKUSI BENDA JAMINAN YANG TELAH DIBEBANI HAK TANGGUNGAN PADA DEBITUR PAILIT

Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

KEWENANGAN PELAKSANAAN EKSEKUSI OLEH KREDITUR TERHADAP JAMINAN FIDUSIA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR TERHADAP KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

Universitas Kristen Maranatha

PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEDUDUKAN KREDITOR SEPARATIS DALAM HAL TERJADI KEPAILITAN TERHADAP DEBITOR

BAB III AKIBAT HUKUM PERGESERAN TUGAS DAN WEWENANG BANK INDONESIA KE OJK TERHADAP KETENTUAN PASAL 2 AYAT (3) UU NO. 37

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang

BAB II KEADAAN DIAM (STANDSTILL) DALAM HUKUM KEPAILITAN INDONESIA. Konsep keadaan diam atau standstill merupakan hal yang baru dalam

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

Mengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah

PERLINDUNGAN HUKUM kreditur SEPARATIS DALAM KEPAILITAN

BAB II TANGGUNG JAWAB PERSONAL GUARANTOR DALAM KEPAILITAN

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen pelaku untuk mencapai tujuan pembangunan itu. Dengan

separatis dapat memintakan agar kekurangan tersebut diperhitungkan sebagai kreditor konkuren (kreditor pesaing). Kata kunci: Hak Eksekutorial, Pailit

KEDUDUKAN HAK KREDITUR PEMEGANG JAMINAN KEBENDAAN TERHADAP KREDIT MACET AKIBAT KEPAILITAN TERHADAP ADANYA PENANGGUHAN EKSEKUSI OBJEK JAMINAN.

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan kecanggihan teknologi dan sumber informasi semakin menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang berkembang, baik dari sumber alam,

AKIBAT HUKUM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP STATUS SITA DAN EKSEKUSI JAMINAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang timbul hanya dari adanya perjanjian utang-piutang sedangkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) YANG BERSIFAT KHUSUS DAN UNDANG-

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

Windry Yohanna Shinta Uli Situmorang, Parulian P Aritonang (Pembimbing)

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

LAPORAN PENELITIAN EKSEKUSI JAMINAN HAK TANGGUNGAN SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI

TINJAUAN YURIDIS HAK KREDITOR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN PERTAMA DALAM PELELANGAN BUDEL KEPAILITAN FENNI CIPTANI SARAGIH ABSTRACT

BAB II PENGANGKATAN PENGURUS DALAM PKPU. Ada dua cara yang disediakan oleh UU Kepailitan dan PKPU agar debitur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU;

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDITUR DAN DEBITUR. Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN KREDIT. dikembalikan oleh yang berutang. Begitu juga halnya dalam dunia perbankan

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. mampu lagi untuk membayar hutang-hutangnya, maka pihak debitur ini

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini telah menimbulkan banyak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

Christine Widyawati (Mahasiswa S2 Program MKN UNS) Pranoto, Hartiwiningsih (Dosen Fakultas Hukum UNS) Abstract

Transkripsi:

WEWENANG KREDITOR SEPARATIS DALAM EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERKENAAN DENGAN KEPAILITAN Titie Syahnas Natalia,S.H.,M.H Dosen Tetap Universitas Baturaja Tian Terina,S.H.,M.H. Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai cl43nn@gmail.com tianterina@gmail.com Abstrak Pada dasarnya, kedudukan para kreditor adalah sama oleh karenanya mereka mempunyai hak yang sama pula atas hasil eksekusi boedel pailit sesuai dengan besar kecilnya tagihan mereka masing-masing. Namun dalam hukum kepailitan, mengenal pengeculian, yaitu golongan kreditor yang memegang hak jaminan kebendaan (salah satunya hak tanggungan). Dalam Pasal 21 UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, jika debitor pailit, maka untuk memperoleh pelunasan atas piutangnya kreditor separatis pemegang hak tanggungan berhak menjual sendiri secara langsung benda yang dijadikan jaminan hak tanggungan, Namun hak menjadi lemah jika terjadi kepailitan karena berlaku Pasal 56 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan yang menangguhkan hak tersebut selama 90 (sembilan puluh) hari. Berdasarkan uraian tersebut yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana wewenang kreditor separatis dalam eksekusi hak tanggungan berkenaan dengan kepailitan. Hasil penelitian menunjukkan penyebab kreditor separatis mempunyai kewenangan eksklusif dalam kepailitan adalah untuk kepastian hukum atas jaminan pengembalian kredit yang telah diberikan kepada debitor, karena jika tidak ada kepastian hukum dananya akan kembali maka tidak akan ada lembaga (individu maupun badan hukum) yang mau meminjamkan dananya kepada debitor. Hak-hak berupa parate eksekusidan eksekusi berdasarkan kekuatan eksekutorialsertifikat Hak Tanggungan telah dibatasi oleh Undang- Undang Kepailitan. Kata Kunci: wewenang, kreditor, kepailitan AUTHORITY OF SEPARATIC CREDITUR IN EXECUTION RIGHTS RELATED TO BANKRUPTCY Abstract Basically, the position of the creditors is the same. Therefore they have the same right over the proceeds of bankruptcy boedel in accordance with the size of their respective bills. However, in bankruptcy law, recognize the execution, namely the creditor class that holds the right of material security (one of which is the right of dependents). In Article 21 of Law No. 4/1996 on the Deposit Rights, if the debtor is bankrupt, then to obtain the settlement of the receivables of the separatist creditor, the holder of the mortgage is entitled to directly sell the property directly to the security of the dependent, but the right of the creditor of the mortgage is weakened in the event of bankruptcy as applicable to Article 56 paragraph 1 of Law Number 37 Year 2004 concerning Bankruptcy which suspends such rights for 90 (ninety) days. Based on the above description, the main issue is how the authority of 24

separatist creditors in the execution of mortgages related to bankruptcy. The result shows that the cause of separatist creditors has exclusive authority in bankruptcy is for legal certainty on loan repayment guarantee that has been given to the debtor, because if there is no legal certainty the fund will come back then there will be no institution (individual or legal entity) who want to lend the funds to debtors. The rights of creditor holders of mortgages in the form of execution parate and execution based on executive power The Certificate of Mortgage Rights has been restricted by the Bankruptcy Act. Keywords: authority, creditor, bankruptcy A. PENDAHULUAN Pada hukum kepailitan, sitaan umum mencakup seluruh kekayaan debitor untuk kepentingan semua kreditornya. Menurut penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan (selanjutnya disingkat UUK), kreditor adalah baik kreditor konkuren, kreditor separatis maupun kreditor preferen (dalam undangundang ini tidak diatur secara tegas mengenai definisi dan macam-macam kreditor). Khusus mengenai kreditor separatis dan kreditor preferen, mereka dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa kehilangan hak jaminan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta debitor dan haknya untuk didahulukan. Pada dasarnya kedudukan para kreditor adalah sama (asas paritas creditorium) oleh karena itu, mereka mempunyai hak yang sama juga atas hasil eksekusi boedel (harta) pailit sesuai dengan besarnya tagihan mereka masing-masing (asas paripassuprorata parte) Namun demikian, asas tersebut mengenal pengecualian yaitu golongan kreditor yang memegang hak jaminan kebendaan dan golongan kreditor yang haknya didahulukan berdasarkan UUK dan peraturan perundang-undangan lainnya. Dengan demikian asas paritas creditorium berlaku bagi para kreditor konkuren saja. Salah satu hak jaminan kebendaan adalah hak tanggungan dan kreditor yang memegang hak tanggungan merupakan kreditor separatis. Kreditor separatis ini mempunyai preferensi terhadap hak tanggungan yang dipegangnya. Ciri dari preferensi hak tanggungan ini adalah di dalam perjanjian hak tanggungan diperjanjikan bahwa apabila debitor wanprestasi, kreditor dengan kekuasaaan sendiri dapat menjual obyek hak tanggungan. Preferensi yang dimiliki oleh pemegang hak tanggungan ini merupakan perwujudan dari asas yang dikenal dalam 25

hokum jaminan yaitu asas "droit de preference ". 1 Secara khusus pengaruh kepailitan terhadap hak tanggungan muncul dengan adanya Pasal 56 ayat (1) UUK yang menyatakan bahwa hak eksekusi kreditor separatis pemegang hak tanggungan terhadap hak tanggungan yang berada dalam penguasaan kreditor ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 hari (masastay). Penangguhan eksekusi hak tanggungan oleh Pasal 56 Ayat (1) UUK ini akan mengakibatkan permasalahan bagi, yaitu terhambatnya pelaksanaan eksekusi dengan kekuasaan sendiri (parateeksekusi). Di sisi lain, secara tegas dalam Pasal 21 UUHT, ditentukan bahwa apabila pemberi hak tanggungan (debitor) dinyatakan pailit, kreditor pemegang hak tanggungan berwenang melakukan eksekusi seolah-olah tidak terjadi kepailitan tanpa ada penangguhan. Adapun bunyi Pasal 21 UUHT adalah : "Apabila pemberi hak tanggungan dinyatakan pailit, pemegang hak 1 Asasdroit de preference adalahhakmendahului yang dimiliki kreditor atas benda-benda tertentu yang dijaminkan pada kreditor tersebut. Atas hasil penjualan bendabenda tersebut, kreditor berhak mendapatkan pelunasan utang debitor terlebih dahulu. Sutan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan Masalah yang dihadapi oleh Perbankan, Alumni, Bandung, 1999, hlm. 17. 26 tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak yang diperolehnya menurut undang-undang ini". Kewenangan untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang dimiliki oleh pemegang hak tanggungan. Hak tersebut didasarkan pada janji yang diberikan oleh pemberi hak tanggungan, bahwa apabila debitor cireda janji, pemegang hak tanggungan berhak untuk menjual objek hak tanggungan melalui pelelangan umum tanpa memerlukan persetujuan lagi pemberi hak tanggungan. 2 Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Bagaimana wewenang kreditor separatis dalam eksekusi hak tanggungan berkenaan dengan kepailitan?. PEMBAHASAN Munculnya pranata hukum berupa lembaga jaminan merupakan dasar dari pemikiran diberikannya perlindungan hukum terhadap kreditor pemegang hak jaminan kebendaan, yang menekankan bahwa hak seorang manusia (kreditor) 2 Salim HS, PerkembanganHukumJaminan di Indonesia, Cetakan 5, PT RajaGrafindoPersada, Jakarta, 2011, hlm. 190.

untuk mendapatkan kembali haknya (piutang) dari manusia lainnya yang meminjam (debitor) untuk menunaikan kewajibannya (mengembalikan utang). Itikad baik kreditor meminjamkan uangnya kepada debitor, sebagai landasan yuridisjuga tertuang secara implisit dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, sebagai dasar perlindungan bagi pihak yang beritikad baik. Pasal 1131 KUH Perdata menentukan bahwa segala harta kekayaan debitor, baik yang berupa benda bergerak maupun benda tetap (benda tidak bergerak), baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari menjadi jaminan atau agunan bagi semua perikatan yang dibuat oleh debitor dengan para kreditornya. Dengan kata lain, Pasal 1131 KUH Perdata ini memberikan ketentuan bahwa apabila debitor cidera janji tidak melunasi utang yang diperolehnya dari para kreditornya, maka hasil penjualan atas semua harta kekayaan debitor tanpa terkecuali, merupakan sumber pelunasan bagi utangnya itu. 3 Hasil penjualan harta kekayaan debitor itu dibagikan kepada para kreditor apabila debitor cidera janji tidak melunasi utangnya. Hal ini dapat dijumpai dalam Pasal 1132 KUH Perdata. Menurut Pasal 1132 KUH Perdata, harta kekayaan debitor tersebut menjadi jaminan atau agunan secara bersama-sama bagi semua pihak yang memberikan utang kepada debitor. Artinya, apabila debitor cidera janji tidak melunasi utangnya, maka hasil penjualan harta kekayaan debitor tersebut dibagikan secara proporsional (secara pari passu) menurut ketentuan besar kecilnya tagihan masing-masing kreditor, kecuali apabila ada diantara para kreditor tersebut terdapat alasan-alasan yang sah untuk didahulukan dari kreditor-kreditor lainnya. Seperti yang diketahui, dalam hukum kepailitan kreditor separatis pemegang hak jaminan kebendaan (salah satunya pemegang hak tanggungan) mempunyai kedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan kreditor preferen maupun kreditor konkuren dalam mengambil pelunasan utangnya, serta mempunyai keistimewaan dibandingkan 2 (dua) kreditor lainnya yaitu dapat mengeksekusi secara langsung objek yang dijadikan jaminan apabila debitor cidera janji (pailit). 4 3 AcoNur, HukumKepailitan: PerbuatanMelawanHukumolehDebitor, PT PilarYurisUltima, Jakarta, hlm. 106. 27 4 AndhykaMuchtar, EksistensiKrediturHakTanggungandalamKepailit an, JurnalRepertorium, ISSN: 2355-2643, Volume 1 No. 2, 2 November 2014, hlm. 17.

Kreditor separatis diberikan keistimewaan dikarenakan objek yang dijadikan jaminan sudah berada ditangan kreditor secara legal yang kemudian secara legal pula (melalui sertifikat hak tanggungan, sertifikat jaminan fiducia. surat gadai) debitor memberikan kekuasaan untuk menjual objek jaminan tersebut sebagai sumber pelunasan utangnya apabila ia ingkar janji. Jika kreditor tidak diberikan keistimewaan seperti itu, maka tidak akan ada individu maupun badan hukum yang mau meminjamkan dananya (berupa kredit maupun fasilitas pembiayaan lainnya) kepada debitor. Jadi adalah suatu hal yang wajar jika kreditor separatis sebagai pemegang hak tanggungan diberikan wewenang seperti tersebut di atas yang membedakan mereka dengan kreditor lainnya. Pada masa kepailitan, secara efektif mempunyai wewenang atas obyek hak tanggungan dalam waktu yaitu: 1. Wewenang Eksekusi Hak Tanggungan Sebelum Jatuhnya Putusan Pailit Diberikannya wewenang untuk menjual sendiri kepada kreditor separatis sebagai pemegang hak tanggungan bertujuan agar kreditor separatis sebagai pemegang hak tanggungan memperoleh kemudahan dalam mengambil pelunasan piutangnya tanpa melalui proses yang menghabiskan biaya, waktu dan tenaga untuk menggugat debitor di pengadilan bila debitor cidera janji. Tidak sedikit perorangan atau perusahaan yang jatuh bangkrut karena terjerat utang kepada lintah darat yang melakukan praktek bank gelap dengan bunga tinggi, hal ini mereka lalaikan karena sulitnya memperoleh kredit dari bank untuk modal usahanya. Untuk mengatasi hal ini, maka pembuat undang-undang memberikan fasiltas berupa lembaga parate eksekusi kepada kreditor untuk memperoleh pelusanan piutangnya, pertama kali melalui ketentuan dalam Pasal 1178 ayat (2) yang memberikan hak kepada pemegang hak tanggungan pertama untuk memperjanjikan apa yang dalam bahasa Belanda disebut dengan "beding van eigenmachtige verkoop" (janji untuk menjual atas kekuasaan sendiri). Dengan memperjanjikan kewenangan seperti itu, maka dalam debitor sudah 28

wanprestasi, kreditor bisa langsung menjual objek jaminan di muka umum tanpa harus melibatkan pihak pengadilan dahulu. 5 Burgelijk terlebih Wetboek Nederland Tahun 1830 pada awalnya belum memuat kemungkinan untuk memuat "beding van eigenmachtige verkoop", baru pada Tahun 1833 ditambahkan ayat (2) pada Pasal 1223 yang isinya sama dengan Pasal 1175 ayat (2) KUH Perdata Indonesia yang seperti telah dijelaskan memberi hak kepada pemegang hak tanggungan pertama untuk memperjanjikan hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri. 6 2. Wewenang Eksekusi Hak Tanggungan Selama Tenggang Waktu 2 (dua) Bulan Putusan pernyataan pailit yang dijatuhkan pengadilan tidak mengakibatkan musnahnya hak tanggungan. Kreditur pemegang hak tanggungan tetap memiliki hak prefensi untuk mengeksekusi sendiri objek hak tanggungan yang dikuasainya. Namun dalam pelaksanaan eksekusi hak 5 MunirFuady, HukumJaminanUtang, Erlangga, Jakarta, 2013, hlm. 96-97. 6 Ibid.,hlm. 100. tanggungan harus tetap tunduk pada UUK yang memberikan jangka waktu penangguhan hak eksekusi jaminan hak tanggungan paling lama 90 (Sembilan puluh) hari sejak putusan pailit dijatuhkan oleh pengadilan sesuai dengan ketentuan Pasal 56 ayat (1) UUK. Selain itu juga diatur ketentuan mengenai batasan waktu eksekusi hak tanggungan yang dibatasi hanya 2 (dua) bulan. Pemegang objek Hak Tanggungan mempunyai hak preferen yaitu hak untuk didahulukan dalam pelunasan utang atas objek hak tanggungan. 7 Menurut UUK, sebenarnya kreditor pemegang hak tanggungan barusecara efektif berwenang mengeksekusi obyek hak tanggungan berdasarkan Pasal 55 ayat (1) UUK jo. Pasal 20 ayat (1) UUHT hanya dalam tenggang waktu dua bulan. Selanjutnya dalam melaksanakan Pasal 55ayat (1)UUK harus berpegang pada Pasal 60 UUK, yaitu dalam Pasal 60 ayat (1) UUK kreditor pemegang hak tanggungan wajib memberikan pertanggungjawaban kepada kurator 7 J. Satrio, Op. Cit., hlm. 267. 29

tentang hasil penjualan obyek hak tanggungan, danmenyerahkan kepada kurator sisa hasil penjualan setelah dikurangi jumlah utang, bunga dan biaya. Dikatakan separatis yang berkonotasi pemisahan, karena kreditor ini terpisah dari kreditor lainnya. Oleh karena berkedudukan sebagai kreditor pemegang jaminan utang, maka kreditor separatis memiliki kewenangan untuk melaksanakan eksekusi atas hakhaknya itu seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Artinya, kreditor separatis dapat menjual sendiri dan mengambil sendiri dari hasil penjualan yang terpisah dari harta pailit pada umumnya. Kreditor pemegang hak tanggungan mendapatkan pelunasan hanya sepanjangpiutang dan bunganya, dan terhadap biaya-biaya eksekusi diambil dari hasil eksekusiobyek hak tanggungan tersebut. Apabila dari hasilpenjualan obyek hak tanggungan itu tidak mencukupi, berdasarkan Pasal 60 ayat(3) UUK dapat mengajukan kekurangan atas tagihan piutangnya dari harta pailit sebagai kreditor konkuren. Pengajuan itu dilakukan setelah kreditor mengajukan permintaan pencocokan utang. UUK tidak mengatur bagaimana seandainya dari hasil eksekusi obyek hak tanggungan yang dilakukan oleh kreditor pemegang hak tanggungan ternyata obyek hak tanggungan melebihi dari nilai jaminan yang telah diperjanjikan, sedangkan jumlah seluruh utang dan bunga melebihi nilai jaminan yang telah diperjanjikan. Apakah ketentuan mengenai pembayaran piutang kreditor oleh debitor akan berlaku dalam kepailitan, menurut penulis asas dalam perjanjian hak tanggungan yang merupakan perjanjian accessoir,yaitu perjanjian hak tanggungan tergantung pada perjanjian pokoknya (perjanjian utang piutang atau perjanjian kredit). Ketentuan ini berlaku dalam pembayaran hak tanggungan dalam kepailitan, sehingga asas pelunasan utang debitor terhadap kreditor tidak bisa melebihi dari perjanjian pokoknyatetap berlaku dalam pemberesan yang menyangkut kepailitan. Apa yang ditentukan oleh Pasal 60 ayat (1) dan ayat (3) UUK ini 30

merupakan kewenangan yang diberikan oleh UUK kepada untuk dilaksanakan dalam tenggang waktu 2 (dua) bulan sebagaimana telah diuraikan di atas dalam Pasal 59 ayat (1) UUK. 3. Wewenang Eksekusi Objek Hak Tanggungan Sesudah Tenggang Waktu 2 (dua) Bulan UUK tidak secara tegas dan rinci mengatur pelaksanaan eksekusi hak jaminan (termasuk hak tanggungan) setelah tenggang waktu 2 (dua) bulan berakhir. Apakah eksekusi itu dilakukan oleh kreditor pemegang hak tanggungan ataukah dilakukan oleh kurator. Dalam Pasal 56 ayat (3) UUK kurator dapat mengeksekusi obyek hak tanggungan yang masih dalam masa penangguhan 90 (sembilan puluh) hari, tetapi dalam penjelasan Pasal 59 ayat (3) UUK wewenang kurator ini hanya terbatas terhadap barangbarang persediaan (inventory)atau barang-barang bergerak (current aset),dengan demikian kurator tidak dapat melaksanakan eksekusi hak tanggungan berdasarkan Pasal 59 ayat (3) UUK ini, karena hak 31 tanggungan tidak termasuk dalam ketentuan Pasal 59 ayat (3) UUK. Pada Pasal 59 ayat (1) UUK, dapat mengeksekusi hak tanggungan dengan tenggang waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung semenjak dimulainya keadaan insolvensi. Berdasarkan Pasal 59 ayat (2) UUK, apabila kreditor pemegang hak tanggungan tidak dapat menjual obyek hak tanggungan dalam tenggang waktu dua bulan, maka kurator harus meminta obyek hak tanggungan untuk dijual sesuai dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal UUK. Menurut Sutan Remy Sjahdeini ketentuan ini tidak jelas, siapa yang akan menjual obyek hak tanggungan setelah tenggang waktu 2 (dua) bulan telah lewat. 8 Berbeda dengan pendapat Munir Fuady, ia berpendapat bahwa yang berwenang menjual obyek hak tanggungan adalah kurator. 9 Mengenai kewenangan ini, penulis sendiri sependapat dengan apa yang 8 Sutan Remy Sjahdeini, HakTanggunganAsas-Asas, Ketentuan- KetentuanPokokdanMasalah yang dihadapiolehperbankan, Op. Cit.,, hlm 295. 9 MunirFuady, HukumPailitdalamTeoridanPraktek, Op. Cit.,hlm. 159-160.

dikemukakan oleh Munir Fuady, dengan beberapa kajian terhadap Pasal 59 ayat (2) UUK dan Pasal 183 UUK. Apabila melihat Pasal 183 UUK, ternyata memang Pasal 183 tidak mengatur soal penjualan,tetapi mengatur tata cara permohonan penghentian melanjutkan usaha debitor yang dilakukan melalui permohonan kepada hakim pengawas, bunyi lengkap Pasal 59 ayat (2) UUK adalah sebagai berikut: (2) Setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat ( I), kurator harus menuntut diserahkannya barang yang menjadi agunan untuk selanjutnya dijual sesuai dengan cara Pasal 185, tanpa mengurangi hak pemegang hak tersebut untuk memperoleh hasil penjualan agunan tersebut. Bunyi Pasal 183 UUK adalah sebagai berikut : (1) Atas permintaan kreditor atau kurator, Hakim Pengawas dapat memerintahkan supaya kelanjutan usaha dihentikan; (2) Dalam hal terdapat permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), panitian kreditor apabila ada, wajib didengar dan kurator wajib pula didengar apabila usul tersebut tidak diajukan kurator; (3) Hakim Pengawas juga dapat mendengar kreditor dan debitor pailit. Apabila ditelaah bunyi Pasal 59 ayat (2) UUK dan Pasal 183 UUK, yang perlu ditekankan menurut penulis adalah dijual sesuai dengan carasebagaimana dimaksud dalam Pasal 183 UUK. Jadi yang dimaksud sesuai caraadalah prosesagar obyek hak tanggungan dapat dijual, tentunya akan dilaksanakan seperti penghentian usaha debitordalam Pasal 183 UUK. Berdasarkan pemikiran demikian, dengan tetap mendasarkan pada Pasal 183 UUK, agar obyek hak tanggungan dapat dijual dengan tata cara sebagai berikut: a. permohonan diajukan oleh kreditor pemegang hak tanggungan atau kurator; b. diajukan kepada hakim pengawas; c. kreditor atau kurator sebelum mengajukan permohonan terlebih dahulu mendengar (pendapat) panitia kreditor; 32

d. apabila dalam permohonan tersebut tidak mendengarkan panitia kreditor, hakim pengawas dapat mendengar (pendapat) para kreditor dan debitor pailit. Setelah proses atau cara dilakukan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 183 UUK, permohonan yang diajukan atas permohonan kreditor pemegang hak tanggungan atau kurator, dan setelah mendapatkan perintah hakim pengawas, berdasarkan Pasal 16 ayat (1) UUK kurator menjual obyek hak tanggungan (Pasal 184 ayat (1) UUK). Penjualan obyek hak tanggungan itu dilakukan dengan tata cara seperti yang ditentukan dalam Pasal 185 UUK dan seterusnya, yaitu : a. Dijual melalui pelelangan umum; atau b. Dijual di bawah tangan tetapi harus melalui persetujuan hakim pengawas; Seperti yang ditentukan dalam Pasal 59 ayat (2) UUK, penjualan obyek hak tanggungan tersebut tidaklah mengurangi hak untuk memperoleh hasil penjualan untuk pembayaran piutangnya. Oleh karenanya hasil penjualan obyek hak tanggungan harus dibayarkan oleh kurator kepada sepanjang untuk pembayaran utang dan bunga. Menurut penjelasan Pasal 16 UUK putusan pailit yang dijatuhkan oleh pengadilan bersifat serta merta (uitvoerbaar bij voorraad), yaitu terhitung sejak tanggal putusan pailit ditetapkan debitor menjadi tidak berwenang lagi melakukan perbuatan hukum terhadap harta pailit. Harta pailit seketika itu berada dibawah pengawasan kurator untuk dilakukan pengurusan dan pemberesan. Pada UUK peran kurator menjadi relatif lebih kuat dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit, sehingga dapat dikatakan bahwa adanya kurator dalam UUK merupakan ciri baru. Dari apa yang ditentukan oleh Pasal 59 ayat (2) UUK, yang dikaitkan dengan Pasal 183 UUK, yang mana Pasal 183 UUK ini berkaitan dengan Pasal 184 UUK dan Pasal 185 UUK. Oleh karenanya pasal-pasal tersebut merupakan tata cara penjualan harta pailit yang dilakukan oleh kurator, terhadap harta pailit. Dengan ketentuan yang ditentukan dalam Pasal 59 ayat (2) UUK, apakah dengan UUK obyek hak tanggungan dianggap seperti harta pailit, 33

sebagaimana yang dikemukakan oleh Sutan Remy Sjahdeini di atas. 10 Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa, setelah 2 (dua) bulan tenggang waktu yang diberikan oleh Pasal 59 ayat (1) UUK, kreditor pemegang hak tanggungan tidak dapat menjual obyek hak tanggungan, status obyek hak tanggungan tetap sebagai harta diluar harta pailit, jadi bukan lermasuk harta pailit. Kedudukan kreditor separatis sebagai pemegang hak tanggungan tetap sebagai kreditor separatis sepanjang mengenai pelunasan piutangnya yang terpisah dari harta pailit, namun hak terhadap obyek hak tanggungan telah dibatasi oleh UUK. Hak kreditor pemegang hak tanggungan untuk memperoeh pelunasan (pembayaran) piutangnya tetap dipertahankan, yaitu pada saat eksekusi obyek hak tanggungan yang dilaksanakan oleh kurator akan dibayarkan kepada kreditor pemegang hak tanggungan sebagai pembayaran tagihan utang. Secara terinci, Munir Fuady menjelaskan pelaksanaan eksekusi hak tanggungan setelah lewat 2 (dua) bulan kreditor 10 Sutan Remy Sjahdeini, HakTanggunganAsas-Asas, Ketentuan- KetentuanPokokdanMasalah yang dihadapiolehperbankan, Op. Cit., hlm. 289. 34 pemegang hak tanggungan tidak dapat melaksanakan haknya sebagaimana diatur dalam Pasal 59 ayat (1) UUK, dan yang berwenang melaksanakan eksekusi lelang adalah kurator, yang bunyi lengkapnya sebagai berikut: a. kreditor separatis tetap berhak mendapatkan haknya secara penuh dari hasil penjualan jaminan utang oleh kreditor tersebut (Pasal 59 ayat (2)), termasuk dipenuhinya haknya atas bunga yang dicatat dalam pro memori (Pasal 134 ayat (2)); b. akan tetapi sebelum dibagikan kepada kreditor separatis (kreditor pemegang hak tanggungan), atas hasil penjualan jaminan utang tersebut dipotong lebih dahulu biaya kepailitan secara proporsional (Pasal 191 UUK), hal mana tidak dilakukan seandainya kreditor separatis mengeksekusi sendiri jaminan utang tersebut; c. apabila ada kelebihan dana dari hasil eksekusi jaminan utang setelah diberikan kepada kreditor separatis haknya tersebut, maka sisa tersebut akan dimasukkan ke dalam harta pailit untuk dibagi-bagi kepada kreditor yang lain;

d. apabila hasil penjualan jaminan utang tidak mencukupi untuk memenuhi semua utang kreditor separatis, maka (kecuali utang bunga pro memori), kreditor separatis mendapati hanya selaku kreditor konkuren, asalkan hal ini telah diajukan dalam rapat verifikasi (Pasal 60 ayat (3) juncto Pasal 138). 11 Dari telaah terhadap Pasal 59 ayat (2) UUK dan Pasal 183 UUK, maupun pendapat Munir Fuady ini semakin menguatkan bahwa melemahnya hak kreditor separatis pemegang hak tanggungan terhadap obyek hak tanggungan apabila debitor dinyatakan pailit oleh pengadilan, dan dapat dikatakan bahwa pasal-pasal tersebut bertentangan dengan Pasal 20 ayat (1) UUHT dan Pasal 21 UUHT yaitu hakhak terhadap obyek hak tanggungan telah dibatasi oleh UUK. Termasuk hak untuk mengeksekusi obyek hak tanggungan telah diambil alih oleh kurator apabila setelah dua bulan kreditor pemegang hak tanggungan tidak dapat mengeksekusi obyek hak tanggungan sebagaimana diatur dalam Pasal 59 ayat 1 UUK jo. 11 MunirFuady, HukumPailitdalamTeoridanPraktek, Op. Cit., hlm. 171. Pasal 60 UUK.Namun hal ini bukan berarti kreditor pemegang hak tanggungan tidak lagi sebagai kreditor separatis. Kreditor pemegang hak tanggungan tetap sebagai kreditor separatis sebagaimana telah dikemukakan di atas, pelaksanaan pembayaran (pelunasan) piutang kreditor pemegang hak tanggungan tetap dipisah dari harta pailit. PENUTUP Wewenang kreditor separatis dalam eksekusi hak tanggungan berkenaan dengan kepailitan merupakan timbal balik dari itikad baik dan kepercayaan dari kreditor yang memberikan dananya untuk debitor, oleh sebab itu undang-undang memberikan kewenangan eksklusif kepada kreditor berupa hak menguasai benda yang dijadikan objek jaminan dan dapat langsung menjual benda yang dijadikan objek jaminan tersebut jika debitor wanprestasi. Tujuan diberikannya kewenangan eksklusif ini sebagai keyakinan dan jaminan serta kepastian hukum bahwa dana yang telah dipinjamkannya akan kembali tepat pada waktunya dan cepat dalam pengembaliannya jika debitor wanprestasi. DAFTAR PUSTAKA 35

A. Buku Fuady, Munir. 2014. Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.. 2013. Hukum Jaminan Utang. Jakarta: Erlangga. Jurnal Repertorium. ISSN: 2355-2643. Volume 1 No. 2. HS, Salim. 2011. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Nur, Aco. 2015. Hukum Kepailitan: Perbuatan Melawan Hukum oleh Debitor. Jakarta: PT Pilar Yuris Ultima. Satrio, J. 2002. Hukum Jaminan, Hukum Jaminan Kebendaan, Hak tanggungan. Bandung: Citra Aditya Bakti. Sjahdeini, Sutan Remy. 1999. Hak Tanggungan Asas-Asas, Ketentuan- Ketentuan Pokok dan Masalah yang dihadapi oleh Perbankan. Bandung: Alumni. B. Peraturan Perundang-Undangan Undang-UndangNomor 37 Tahun 2004 tentangkepailitandanpenundaanke wajibanpembayaranutang. Undang-UndangNomor 4 Tahun 1996 tentanghaktanggunganatas Tanah Beserta Benda-Benda yangberkaitandengan Tanah. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata C. Jurnal/Makalah Muchtar, Andhyka. 2 November 2014. Eksistensi dan Kedudukan Kreditur Hak Tanggungan dalam Kepailitan. 36