BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan

dokumen-dokumen yang mirip
PENELITIAN TENTANG PENGETAHUAN HIV&AIDS DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN BERISIKO HIV&AIDS

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pada bulan Juni 2009.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LOGO. Briging SIMRS SEP INACBG & Pengembangan SIMRS Go Open Source. RS. Ketergantungan Obat Jakarta (RSKO)

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Tahun 2002 Rumah Sakit Jiwa Tampan ditetapkan sebagai Rumah Sakit Jiwa

Perbedaan jenis pelayanan pada:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambah Lembaran Negara Nomor 3445 );

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat. RSUD kota Bandung beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

TARIF LAYANAN BERDASARKAN KELAS BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT JIWA JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA PADA KEMENTERIAN KESEHATAN KELAS II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KESEHATAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Nama :Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala. Alamat :Jl.Dr. Sitanala No.99 Tangerang 15001

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB I. PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

G U B E R N U R J A M B I

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu tujuan primer rekam kesehatan/rekam medis. berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.

Lampiran 1. Struktur organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan tantangan yaitu peningkatan persaingan dalam berbagai upaya. Salah

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. terletak di Jalan Jendral Sudirman 124 Bantul Yogyakarta. Rumah sakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

17. Keputusan Menteri...

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi yang menyediakan tempat tidur rawat inap,

BAB II RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA BRAYAN. dengan Type Madya.Kapasitas Rawat Inap 270 Bed. Sakit Martha Friska Brayan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pada dasarnya kesehatan merupakan suatu hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. 1.1.Latar Belakang

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

MAKALAH MANAJEMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PELAYANAN TIM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT LAVALETTE

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RSUD KOTA BANDUNG RENJA 2014 BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja (Renja) RSUD Kota Bandung Tahun 2014 merupakan dokumen

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 1999 SERI D NO. 11

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Klinik Bhakti Mulya Tangerang merupakan salah satu perusahaan bidang

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya arti kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 012 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN. A. Sejarah Ringkas RSU Dr. Pirngadi Medan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

LAPORAN KINERJA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH TAHUN 2016

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Organisasi. Tata Kerja. Rumah Sakit Pengayoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan rawat jalan, rawat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT KHUSUS BERSALIN SAYANG IBU KELAS B

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Transkripsi:

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif, yang digunakan untuk menggambarkan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam manajemen program VCT HIV/AIDS Rumah Sakit Ketergantungan Obat tahun 2008. 4.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2008 di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. 4.3 Sumber Data Sumber data diperoleh dari pengumpulan data primer yang dilakukan dengan wawancara mendalam pada petugas pelaksana program VCT HIV/AIDS dan FGD (Focus Group Discussion) pada pasien yang berkunjung ke pelayanan VCT serta menggunakan data sekunder dengan penelusuran buku literatur dan internet serta telaah data sekunder dari RSKO Jakarta. Gambaran manajemen..., Riezky Yulviani Armanita, FKM 41 UI, 2008

42 4.4 Informan Penelitian Untuk mendapatkan data dan informasi yang mendukung penelitian ini, maka peneliti memilih informan yang sesuai dengan prinsip pemilihan sampel pada penelitian kualitatif, yaitu : 1. Kesesuaian Informan yang dipilih adalah informan kunci yaitu orang yang terkait langsung dengan topik penelitian. Pemilihan ini dilihat dari pengetahuan yang dimiliki, yang sesuai dengan topik penelitian. 2. Kecukupan Informasi yang didapat dari informan sudah dapat memberikan gambaran seluruhnya yang berkaitan dengan topik penelitian. Berdasarkan prinsip yang telah dijelaskan diatas maka peneliti memilih informan yaitu 4 orang yang terlibat dalam pelaksanaan program VCT HIV/AIDS. Serta informan untuk FGD sebanyak 5 orang yang merupakan pasien yang pernah melaksanakan tes VCT di RSKO Jakarta serta memiliki kesadaran baik serta mampu berkomunikasi. 4.5 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dan FGD dengan menggunakan alat perekam suara (tape recorder), buku dan alat tulis.

43 4.6 Pengolahan Data Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan wawancara dan FGD untuk mengetahui gambaran manajemen program VCT HIV/AIDS. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat semi-terstruktur, yaitu peneliti telah memiliki daftar pertanyaan akan tetapi berusaha menggali permasalahan secara lebih mendalam pada alur yang telah ditetapkan. Data tersebut disajikan dalam bentuk narasi. Adapun bentuk pengolahan data berupa : 1. Pengumpulan data yang diperoleh dari semua sumber, baik yang berasal dari data primer maupun data sekunder. 2. Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan tersebut, kemudian dilakukan penulisan transkrip wawancara mendalam dan FGD. 3. Hasil penulisan transkrip wawancara mendalam dan FGD kemudian direduksi dalam bentuk matriks. 4. Kategorisasi terhadap data yang mempunyai karakter dan pola yang sama. 5. Melakukan interpretasi terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitian. 6. Melakukan pembahasan terhadap komponen dengan melakukan analisis isi (content analysis).

44 4.7 Analisis Data Untuk menjaga validitas data yang didapat, maka dilakukan triangulasi sumber dan metode. Untuk triangulasi sumber, selain dengan melakukan wawancara mendalam dengan petugas yang terlibat layanan VCT, peneliti melakukan cross check data dari sumber lain dalam hal ini adalah pasien yang berkunjung ke klinik VCT agar tidak ada kontra indikasi data. Selain triangulasi sumber juga dilakukan triangulasi metode dimana dalam hal ini ada tiga metode yang digunakan dalam penelitian yaitu wawancara mendalam, FGD serta telaah data sekunder.

BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT (RSKO) JAKARTA 5.1 SEJARAH RSKO Masalah ketergantungan pada narkoba di Indonesia, dimulai pada tahun 1969 di Jakarta. Maka pada tahun 1971 Gubernur DKI Jakarta Bpk. H. Letjen Ali Sadikin mendirikan Bakor Lantik (Badan Koordinasi Penanggulangan Narkotika), dimana salah satu agenda Bakor Lantik adalah mendirikan sebuah rumah sakit khusus yang menangani masalah penanggulangan Napza, sehingga pada tanggal 6 Noevember 1971 Gubernur DKI Jakarta membentuk Drug Dependence Unit (DDU) guna merawat korban penyalahgunaan zat adiktif. Pada tanggal 12 April 1972, Bpk. H. Ali Sadikin meresmikan bangunan DDU yang terletak di kompleks Rumah Sakit Fatmawati. Karena keterbatasan peralatan dan fasilitas, DDU saat ini belum dapat beroperasi sebagaiman mestinya. Pada tanggal 13 Februari 1974 telah diadakan rapat antara Penanggung Jawab proyek DDU, dalam rangka membahas perkembangan keadaan masalah ketergantungan obat pada saat itu sehingga diputuskan untuk memperluas proyek DDU dengan mendirikan proyek Lembaga Ketergantungan Obat (LKO) di tempat yang sama. Kemudian pada tahun 1974, DDU berubah nama menjadi Lembaga Ketergantungan Obat, dimana tujuan utamanya adalah usaha penanganan ketergantungan obat yang bersifat komprehensif dan bersifat jangka panjang, meliputi bidang-bidang preventif, kuratif dan rehabilitatif. Gambaran manajemen..., Riezky Yulviani Armanita, FKM 45 UI, 2008

46 Pada 1978 status LKO ditingkatkan menjadi rumah sakit tipe C dengan nama Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) di bawah Depkes RI dengan Keputusan Menkes RI No 138/Menkes/SK/IV/78. RSKO berfungsi sebagai unit pelaksana fungsional dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dengan keputusan ini, maka RSKO dipimpin oleh seorang Direktur dan dibantu oleh satu orang Kepala Seksi Pelayanan Medis, satu orang Kepala Seksi Keperawatan dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha. Pada tahun 1990 RSKO mendapat bantuan dari Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) berupa seperangkat alat unit laboratorium urinalisis sehingga mempermudah tes urin pasien. Oleh karena itu, RSKO dianggap sebagai satu-satunya pusat rujukan nasional untuk urinalisis Napza. RSKO mendapatkan status akreditasi tahap pertama melalui SK Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Prof. DR. Dr. Achmad Djojosoegito, MHA, SICS, nomor YM.00.03.2.2.1951 tertanggal 23 Mei 2000 yang meliputi bidang Administrasi Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Keperawatan dan Rekam Medik. Salah satu hasil dari proses akreditasi adalah terbentuknya visi, misi dan motto serta falsafah Medik No.PR.02.01.6.1.6620 tertanggal 11 November 1999. Kemudian RSKO membuat Master Plan yang disesuaikan dengan keadaan dan lokasi tanah yang dimaksud upaya untuk merealisasikan pembangunan RSKO Cibubur. Dana diperoleh dari Japan Bank of Cooperation (JBIC). Sehingga RSKO memberikan gambaran bahwa sejak awal rumah sakit ini telah memiliki peranan penting dalam penyalahgunaan Napza di Indonesia.

47 5.2 VISI DAN MISI Visi RSKO Sebagai pusat layanan dan kajian nasional dalam bidang gangguan yang berhubungan dengan zat (GBZ) Misi RSKO 1. Melaksanakan upaya preventif dan promotif bagi masyarakat umum dalam bidang GBZ 2. Melaksanakan upaya kuratif dan rehabilitatif bagi penyandang masalah GBZ 3. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga profesi serta masyarakat umum dalam bidang GBZ 4. Melaksanakan penelitian dan pengembangan dalam bidang GBZ 5. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang memerlukan. 5.3 MOTTO DAN FALSAFAH Motto : Ramah, Sigap, Kasih, Orientasi pada pelanggan Falsafah : Profesionalisme modal utama pelayanan kami yang dilaksanakan dengan ramah, sigap dan kasih yang berorientasi pada pelanggan 5.4 TUJUAN Secara umum RSKO Jakarta mempunyai tujuan : 1. Meningkatkan kualitas, cakupan, efisiensi pelayanan kesehatan di bidang GBZ yang berorientasi kepada pelanggan 2. Meningkatkan fungsi manajemen rumah sakit

48 3. Mengembangkan pola pelayanan yang mengarah kepada kemandirian, ramah, sigap dengan penuh kasih 4. Meningkatkan penelitian dan pengembangan bidang GBZ berskala nasional dan internasional 5.5 KEGIATAN RSKO JAKARTA Adapun kegiatan yang dilakukan di RSKO Jakarta adalah : a. Instalasi Rawat Jalan 1. Poliklinik umum 24 jam 2. Poliklinik Penyakit Dalam 3. Poliklinik Penyakit Syaraf 4. Poliklinik Penyakit Jiwa 5. Poliklinik Napza 6. Poliklinik Gizi 7. Poliklinik Anak 8. Poliklinik Kebidanan b. Instalasi Gawat Darurat Melayani pasien yang mengalami keadaan medik fisik dan gangguan tingkah laku akibat penyalahgunaan zat. Pelayanan instalasi gawat darurat terdiri dari : 1. Pelayanan Umum dan Napza 2. Pelayanan Psikiatri 3. Pelayanan Ambulans

49 c. Instalasi Rawat Inap Melayani pasien untuk penyakit umum, detoksifikasi dan rehabilitasi penderita ketergantungan Napza. Pelayanan Instalasi Rawat Inap terdiri dari : 1. Ruang rawat detoksifikasi 2. Ruang rawat komplikasi 3. Instalasi Rawat Intensif 4. Instalasi rehabilitasi medik d. Instalasi Toksiologi Tempat melakukan kegiatan pelayanan laboratorium khusus analisa senyawa kimia gangguan yang berhubungan dengan zat, baik dalam bentuk cairan tubuh maupun dalam bentuk substan (raw material) dengan pemeriksaan screening test dan konfirmasi tes. e. Instalasi Prevensi Tempat untuk melakukan kegiatan pelayanan atau aktifitas spesifik kepada orang yang diidentifikasikan berisiko dalam penyalahgunaan zat, baik individu, keluarga, kelompok sosial, organisasi tertentu serta masyarakat umum. f. Instalasi Psikososial Tempat untuk melakukan kegiatan pelayanan profesi psikologi dan pekerja sosial kepada pasien, keluarga pasien, pegawai, serta masyarakat umum sesuai dengan metode dan prinsip-prinsip ilmu dan profesi psikologi dan pekerja sosial.

50 g. Program Diklat Program pencegahan penyalahgunaan Napza RSKO Jakarta merupakan diklat penyuluhan tentang narkoba bagi masyarakat umum, sekolah, universitas, instansi pemerintah dan swasta. h. Pelayanan Psikologi Evaluasi psikologi penderita ketergantungan napza pasca terapi, konsultasi psikologi, tes IQ dan EQ, tes bakat, fit and proper test untuk para eksekutif, konsultasi majalah remaja dan pubertas, psikotes untuk employer recruitment di perusahaan atau instansi i. Instalasi Pelayanan Penunjang Medik Terdiri dari : 1. Pemeriksaan EEG 2. Pemeriksaan EKG 3. Pelayanan Rontgen 4. Apotek 5. Instalasi laboratorium