BAB 1 PENDAHULUAN. manusia adalah munculnya al-maudhu at al-lughawiyyah (beberapa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. Lord John Russell. Pada usia empat tahun ibunya meninggal dunia, dan setelah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Kaitan Logika Formal dalam metode kebahasaan Ushul Fiqh. hukum yang terinci dalam berbagai cabangnya. Sedangkan Ushul Fiqh

Homaidi Hamid, S. Ag., M.Ag. Ushul Fiqh

SILABUS PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNISNU JEPARA TAHUN 2015

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A

Dr. Marzuki, M.Ag. Dosen PKn dan Hukum FIS UNY KATA PENGANTAR

BAB III METODE PENELITIAN. pustaka baik berupa konsep, teori-teori dan lain-lainnya yang berhubungan

FILSAFAT ILMU DAN PENGERTIAN LOGIKA. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Psikologi Modul ke: 12Fakultas PSIKOLOGI.

PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. Sebagai akhir dari pembahasan, tulisan ini menyimpulkan beberapa kesimpulan penting sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

Logika Matematika. Rukmono Budi Utomo March 14, Prodi S3 Matematika FMIPA-ITB

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of

MATERI I PENGANTAR USHUL FIQH TIM KADERISASI

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

LOGIKA BAHASA DAN KETERAMPILAN MENULIS* * Oleh Dali S. Naga

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan Logos yang artinya ilmu atau

Filsafat Ilmu dan Logika

Pengalaman Belajar Indikator Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

Pendidikan Agama Islam

KOMPETENSI INTI (KI) KOMPETENSI DASAR (KD)

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah penelitian hanya dapat dijawab berdasarkan temuan-temuan data empiris dari

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DAN PEMECAHANNYA

BAB III METODE PENELITIAN

Logika Matematika. Rukmono Budi Utomo Pengampu: Prof. Dr. Taufiq Hidayat. March 16, 2016

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar tumbuh dan berkembangnya pembangunan di segala bidang. Dengan berkembangnya pembangunan nasional, tingkat ekonomi dan

BAB IV METODE PENELITIAN

ILMU QIRO AT DAN ILMU TAFSIR Oleh: Rahmat Hanna BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an sebagai kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk lainnya. Al-Qur an merupakan bukti tanda. kebesaran/kemahaluasan ilmu Allah bagi orang-orang yang berilmu.

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

PERKEMBANGAN FILSAFAT ANALITIKA BAHASA: DARI G.E MOORE HINGGA J.L AUSTIN

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dan menelaah sejumlah literatur atau bahan pustaka baik berupa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PARADIGMA PEMIKIRAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk bertindak sesuai dengan pikirannya.

ANALITIK (1) Analitik:

place, product, process, physical evidence

PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan tersebut, manusia dalam kehidupan sehari-hari dapat. perjanjian sewa-menyewa dan bentuk hubungan hukum yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan syari at yang ditetapkan oleh Allah kepada. Nabi Ibrahim. Dan hal ini juga diwajibkan kepada umat Islam untuk

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

ISTINBATH HUKUM TERHADAP UPAH MENGAJAR AL-QUR'AN (ANALISIS PENDAPAT FUQAHA KLASIK DAN KONTEMPORER)

BAGIAN I ARTI PENTING LOGIKA

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. 1

BAB VI PENUTUP. 1. konsep upah perspektif Hizbut Tahrir adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicapai dalam segala aspek hidup, termasuk kehakiman, politik,

SILABUS Pengantar Ushul Fiqh. Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh :

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I

BAB I PENDAHULUAN. manusia dikaruniai keberhasilan dalam bekerja atas melimpahnya harta benda.

BAB II METODE MAUD}U I DAN ASBAB AL-WURUD. dipakai dalam beragam makna. Diantaranya yaitu: Turun atau merendahkan,

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

SILABUS Pengantar Ushul Fiqh. Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh :

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

RESUME TENTANG LOGIKA HUKUM

Dasar Dasar Logika. Oleh: Novy Setya Yunas. Pertemuan 1 dan 2

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I

MAQASHID SYARI AH (SUATU PERBANDINGAN) MARYANI, S. Ag, MHI ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Muhammad Isnaini http//

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Desain Penelitian

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12).

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Termasuk di antara anugerah dan kasih sayang Allah SWT pada manusia adalah munculnya al-maudhu at al-lughawiyyah (beberapa peletakan bahasa), atas ciptaan Allah SWT. Meskipun ada yang mengatakan bahwa peletakan bahasa adalah selain Allah SWT, yakni para hamba sendiri, munculnya bahasa tetap menjadi anugerah agung dari-nya, karena Allah-lah yang menciptakan semua perbuatan hamba-hamba-nya. Setiap manusia membutuhkan bahasa sebagai pengungkap makna dalam hati, untuk berinteraksi dengan sesama. Karena secara fitrah, manusia makhluk sosial, tidak dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan dunia dan akhirat. Selain itu bahasa adalah faidah dari pada isyarat yang lebih mudah dipahami. 1 Selain bahasa manusia memerlukan pemahaman hukum-hukum tentang Islam seperti ilmu ushul fiqh. Para ulama ushul berupaya untuk menggali hukum atau mengistimbath-kan hukum dari Al-qur an dan Hadits, sebagaimana usaha untuk memecahkan problem dalam masyarakat. Salah satu cara untuk menggali hukum adalah melalui nash-nash Al-qur an dan Hadits. Ushul fiqh merupakan ilmu yang mempelajari dasar-dasar fikih. Karena untuk memahami atau mengetahui hukum tentang pengkajian hukum Islam. Dalil-dalil ini merupakan 1 Abdulloh Kafabihi Mahrus, Lubb al-ushul (Lirboyo: Satri Salaf Press, 2014), 110. 1

2 pondasi dalam menentukan suatu pernyataan. Jadi jelas ushul fiqh merupakan metode untuk mengkaji dan memahami hukum secara komprehensif. Dalam ilmu fikih, Al-qur an merupakan sumber hukum Islam pertama yang dipahami dan ditetapkan sebagai hukum melalui ushul fiqh. Yaitu ilmu yang membahas tentang metodologi istinbath hukum Islam dari sumbernya yaitu sumber primer yakni Al-qur an, hadits, ijma, qiyas dan sumber sekunder yakni istihshan, maslahah al-mursalah, sadz al-dzari ah, istishab, urf, syar u man qablaha dan qaul shahabi. Metodologi yang dimaksud secara garis besar ada dua macam yaitu metode pendekatan lughawiyah (kebahasaan) dan maqashid al-syari ah (kemaslahatan bersama). Metode pendekatan kebahasaan dalam ushul fiqh merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui dalil-dalil am-khas, mutlak-muqayyad, nasikh-mansukh dan lain-lain. Sedangkan metode pendekatan maqashid al-syari ah merupakan metode dalam ushul fiqh yang memandang pada kemaslahatan umat. Karena sebagaimana diketahui bahwa Tuhan tidak menghendaki kesukaran kepada hamba-nya. Sedikit telah kita paparkan mengenai metode yang digunakan dalam ushul fiqh, seperti di atas ada dua macam yaitu pendekatan kebahasaan dan pendekatan maqashid al-syari ah. Tetapi dalam tulisan ini, kita akan mengkhususkan bahasan pada metodogi yang pertama yaitu pendekatan kebahasaan. Adapun nash-nash dalam Al-qur an dan Hadits ialah menggunakan bahasa Arab. Konsekuensi logis yang harus diterima benar adalah ketentuanketentuan yang harus dipenuhi harus sesuai dengan gramatika bahasa Arab

3 agar pemahaman yang diperoleh dalam menetapkan suatu hukum yang berasal dari nash itu memadai. Oleh karena itu, para ulama ushul fiqh melakukan penelitian sistematis terhadap susunan bahasa Arab, mufradat, dan lain-lain yang secara garis besar mereka melakukan penelitian terhadap gramatika bahasa Arab. 2 Dengan demikian jadi jelas bahwasanya al nushus merupakan hal yang pertama. Syatibi memperinci pandangan sebagai metode dalam menemukan maqashid al-syari ah yaitu pertama, berpegang nash (al nushus) dalam menetapkan hukum, yang pertama kali dijadikan rujukan adalah lafal dan makna lughawi al-qu ran dan sunnah. Dalam konteks ini yang menjadi fokus kajian adalah lafadz-lafadz nash yang am, khas, mutlak, muqayyad, mustarak, mantuk, mafhum, amr, nahi, persoalan nasikh dan mansukh dan sebagainya yang berkaitan dengan dalalah. Untuk memahami nash diperlukan kemampuan bahasa Arab yang baik dan ilmu-ilmu pendukunnya. 3 Madzhab Syafi iyah dalam memahami dalil nash dibagi menjadi dua macam yaitu dalalah manthuq dan dalalah mafhum. Pertama, dalalah manthuq adalah petunjuk lafadz yang sama antara redaksi dan arti lafadz itu sendiri. Artinya, dalil-dalil nash dalam Al-qur an dan hadits memiliki maksud dan tujuan sama dalam penerapannya. 2 Ebook offline Ushul Fiqh, 1, dalam agustionto.niriah.com, diakses pada 15 September 2015 3 Miftahul Arifin dan A. Faisal Haq, Ushul Fiqh: Kaidah-kaidah Penerapan Hukum Islam (Surabaya: CV. Citra Media, 1997), 170.

4 Kedua, dalalah mafhum yaitu petunjuk lafadz kepada arti yang didiamkan dari lafadz itu dalam hal menetapkan atau meniadakan hukum. Artinya, makna dari lafadz-lafadz dalil nash tidak dijelaskan penerapannya secara langsung melainkan memerlukan metode induksi untuk dapat memahami makna yang terkandung di dalamnya. 4 Dari kedua metode yang diterapkan oleh ulama Syafi iyah kita dapat mengetahui bahwa dalam metode kebahasaan juga harus berlaku dalam penerapannya yakni kehidupan nyata. Di mana proses istimbath suatu hukum dapat melahirkan hukum fikih yang dapat diterapkan oleh umat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pengetahuan hukum tidak terlepas dari tujuan hukum (maqashid al-syari ah) dan hakikatnya hukum. Pengetahuan tentang ini diperlukan agar mampu menetapkan hukum yang tepat dan mengandung kemaslahatan bagi umat Islam. Dan begitu juga dalam filsafat Bertrand Russel menjelaskan tentang pentingnya sebuah penjelasan di dalam fakta realita yang dibantu oleh logika yang berasal dari inderawi. Menurut Russell, proposisi merupakan hasil daripada pemikiran yang disampaikan melalui pernyataan-pernyataan dalam bentuk bahasa. Dalam sistem logika tradisional dan modern, proposisi merupakan unsur utama. Tetapi dalam perkembangan logika sejak digagas oleh Aristoteles proposisi-proposisi banyak dipakai dan disesuaikan dengan pemahaman filsafat yang dianut oleh aliran- 4 Ibid,. 63

5 aliran tertentu. Penganut idealisme akan menyatakan bahwa proposisi tidak lain adalah hasil daripada ide atau pikiran, sedangkan bagi penganut materialisme akan mengatakan bahwa proposisi tidak lain adalah hasil daripada interaksi indra dengan benda-benda material. 5 Jika dalam ushul fiqh menurut pandangan Syafi iyah untuk memahami nash ada dalalah mafhum dan dalalah manthuq akan tetapi dalam pendekatan kebahasaan Bertrand Russell menggunakan proposisi atomik dan proposisi majemuk. Atomisme Logis merupakan nama filsafat yang diberikan oleh Russell, yang mana logika adalah fundamental filsafat. Logika bersifat atomis. Atom yang dimaksud adalah atom logis bukan atos fisika. Analisis logis digunakan untuk mendapatkan satuan-satuan logis akan kebenaran realitas. Russell menganggap bahasa sehari-hari tidak memadai untuk bahasa filsafat karena banyak makna ganda dan keterikatan dengan konteks, pikiran harus dibangun melalui bahasa yang berdasarkan formulasi logika. Russell mengatakan adanya kaitan erat dalam istilah isomorphismenya yakni adanya kesepadanan atau kesetaraan antara struktur realitas dan struktur bahasa. Suatu proposisi disebut proposisi atomik apabila berupa proposisi yang berdiri dalam satu kalimat yang mengandung realitas sederhana, tidak memuat unsur-unsur majemuk. Proposisi atomik yang telah digabungkan dengan proposisi lain dengan kata penghubung, misalnya yang, atau, dan dan sebagainya. 5 Robert C. Solomon dan Kathleen M. H., A Short History of Philosophy, terj. Saut Pasaribu, Sejarah Filsafat (Yokyakarta: Yayasan Bintang Budaya, 2000), 491.

6 Menurut Russell, kebenaran atau ketidakbenaran suatu proposisi majemuk ialah tergantung pada kebenaran atau ketidakbenaran proposisi atomiknya. Atau dengan kata yang lebih mudah untuk dipahami ialah bahwa proposisi majemuk merupakan fungsi kebenaran daripada proposisi atomik. Suatu proposisi atomik menurutnya tidak dapat dinilai benar atau salahnya, hanya bahasa yang dipakai dapat ditentukan kebenaran dan ketidakbenarannya, karena proposisi atomik sendiri mengandung unsur-unsur realitas sederhana. 6 Filsafat analitis lahir sebagai respon atas kerancuan dan permasalahan dalam menjelaskan dan menguraikan ungkapan-ungkapan filosofis. Dengan kata lain, filsafat analitis digunakan untuk membahas, menjelaskan dan memecahkan masalah filsafat dengan menggunakan analisa bahasa, ataupun melalui analisis linguistik. Salah-satu teori dalam filsafat analitis adalah atomisme logis. Istilah ini dinisbatkan pada dua filsuf Ludwig Wittgenstein dan Bertrand Russel. Pemikiran atomisme logis lebih dulu telah dikembangkan Ludwig Wittgenstein dalam karyanya Tractatus Logico Philosophicus. Namun nama dari aliran atomisme logis ini pertama kali dikemukakan oleh Bertrand Russell dalam suatu artikelnya yang dimuat dalam Contemporary British Philosophy yang terbit pada tahun 1924. 6 Louis O. Kattsoff. Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004), 267.

7 Nama atomisme logis yang digunakan oleh Bertrand Russell menunjukkan pengaruh dari David Hume dalam karyanya An Enguiry Concerning Human Understanding. 7 Sedikit mengulas hubungan Russel dan Witgenstein. Keduanya adalah sahabat sejaman. Wittgeinstein adalah murid Russel yang cemerlang. Namun demikian, di beberapa waktu, Russel mengaku sebagai murid Wittgeinstein. Mengenai atomisme logis yang dikembangkan keduanya, sebenarnya memiliki perbedaan. Tetapi jika dipandang dari pendekatannya terdapat kesamaan yang signifikan. 8 Karena itu, dalam penulisan ini, akan difokuskan pada atomisme logisnya Bertrand Russel. Begitu juga yang terjadi pada saat ini, bahasa menjadi tolak ukur seseorang untuk memahami sebuah makna, kenyataan yang ada dalam Alqur an ataupun Hadits makna yang digunakan banyak memakai arti yang tersirat. Sedangkan pemahaman yang lebih mudah ialah makna yang tersurat. Oleh karena itu, penelitian ini beranjak dari fenomena kebahasaan yang sering terjadi kesalah fahaman antara teks dan konteks, dalam Al-qur an, hadits, ijma dan qiyas dalam kehidupan sehari-hari, yang bisa kita paparkan melalui analisis proposisi Bertrand Russell. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melalui penelitian dengan judul. Analisis Logika Formal Bertrand Russell terhadap Problem Kebahasaan Ushul Fiqh. 7 Kaelan, Filsafat Bahasa (Yogyakarta: Paradigma 1998), 87. 8 Asep Hidayat, Filsafat Bahasa (Bandung: Rosda Karya, 2006), 48.

8 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah peneliti kemukakan di atas, maka dirumuskan beberapa rumusan masalah yang kemudian akan dikaji lebih lanjut, yaitu: 1. Bagaimana pendekatan kebahasaan ushul fiqh dilihat dari analisis logika Bertrand Russell? 2. Bagaimana konsep pendekatan kebahasaan dalam ushul fiqh? C. Tujuan Masalah Berdasarkan permasalahan yang diajukan di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk memahami pendekatan kebahasaan ushul fiqh dilihat dari analisis logika Bertrand Russell. 2. Untuk memahami konsep pendekatan kebahasaan dalam ushul fiqh. D. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis, praktis, maupun secara akademik. 1. Secara Teoritik Penelitian ini disamping sebagai salah satu upaya memenuhi tugas akhir dalam program strata S1 jurusan Filsafat dan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dan juga diharapkan mampu menambah keilmuan peneliti dalam bidang ilmu filsafat secara mendalam.

9 2. Secara Praktis Sebagai kontribusi ilmu pengetahuan, khususnya mengenai analisis proposisi Bertrand Russell terhadap metode kebahasaan ushul fiqh, dan bahan pertimbangan bagi peneliti lainnya. 3. Secara Akademik Sebagai masukan dan sebagai pembendaharaan perpustakaan untuk kepentingan ilmiah selanjutnya dapat memberikan informasi atau gambaran bagi peneliti lainnya mengenai (filsafat bahasa, pengetahuan terhadap kebahasaan ushul fiqh dan strategi logika formal Bertrand Russell). E. Penengasan Judul Analisis : Penyelidikan terhadap sesuatu peristiwa menguraikan pemahaman dan arti keseluruhan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab, musabab, dan sebagainya), dan juga menguraikan suatu pokok atas berbagai bagianya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengetahuan yang tepat dalam pemahaman. 9 Logika : Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah 9 Hasan Alwi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Manteri Pendidikan Nasional, 2003), 43.

10 salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (bahasa Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. 10 Formal : Sesuai dengan peraturan, atau kebiasaan. 11 Kebahasaan : Bahasa yang memilki definisi, sesuatu yang mewakilkan benda, tindakan gagasan, dan keadaan. 12 Sesuatu yang bertujuan untuk menggambarkan sesuatu dengan bahasa yang jelas. Ushul fiqh : Ilmu yang mempelajari dasar-dasar atau jalan yang harus ditempuh didalam melakukan istimbath hukum dari dalildalil syara. 13 Bertrand Russell : Filsuf atau ilmuan yang lahir pada 1872-1970 di Cambridge pada abad ke-19 M. Dalam perumusan Russell ia mencoba membagikan dalam tiga tipe: tipe tradisional 10 https://id.wikipedia.org/wiki/logika. Di akses pada 21 agustus 2016. 11 Hasan Alwi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Manteri Pendidikan Nasional, 2003), 320. 12 https://bahasadankesastraan.wordpress.com/category/pengertian/. 13 Rachmat Syafe i. Ilmu Ushul Fiqh. Cet 1 (Bandung: PT Pustaka Setia, 1999), 17.

11 klasik, tipe evolusionalisme, dan yang ketiga tipe logika atomisme. 14 Dengan demikian maksud dari judul tersebut adalah untuk memahami ilmu-ilmu ushul fiqh terutama dalam dalalah-dalalah yang ada di ushul fiqh dan di lihat dari segi filsafat bahasa Bertrand Russell melalui Proposisinya, yang mana dijelaskan melalui proposisi atomic dan proposisi majemuk. Penengasan judul ini tidak lain untuk tidak terjadi kesalah pahaman judul. F. Telaah Pustaka Dalam penulisan ini tentunya penulis menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sejauh ini penulis berhasil mengetahui karya ilmiah yang membahas tentang ushul fiqh. 1. Dalam jurnal Diskursus Interpretasi Linguistik;Ragam Kejelasan dan Kesamaan Makna dalam Ushul Fiqh pengarang Atik Abidah di sini menjelaskan bahwa dalalah yang tidak jelas bukan berarti karena ketidak jelasan dalil itu akan tetapi mungkin karena qarinah yang belum jelas sehingga diperlukan ijtijad dan upaya yang lebih besar lagi. Akan tetapi perbandingan antara ulama Ushul Hanafiyyah dan Mutakallimin adalah Hanafiyyah membagi dalalah yang jelas menjadi empat: Dahir, nas, mufassar, dan Muhkam sedangkan Mutakallimin membagi menjadi dua yaitu; Dahir dan Nas. 14 Wahyu Murtiningsih. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Majah. Cet III (Yogjakarta: IRCisod, 2014), 187-190.

12 2. Dalam jurnal Interrelasi dan Interkoneksi antara Hermeneutika dan Ushul Fiqh pengarang Lindra Darnela di sini menjelaskan bahwa hermeneutika dan ushul fiqh memiliki korelasi yang sangat dekat jika melihat beberapa metode yang digunakan. Oleh karena itu, hermeneutika yang merupakan metode penafsiran yang tegas dan jelas. Dengan kata lain untuk mengikuti pergerakan makna dari al-qur an sebagai rahmatan lil allamin maka perlu metode ushul fiqh yang senantiasa mampu menerjemahkan bahasa Al-qur an dan menjawab persoala-persoalan kemanusian yang selalu berubah. Berbeda dengan skripsi yang ditulis oleh peneliti terdahulu, Peneliti ingin membahas macam-macam dalalah dalam ushul fiqh. Dengan kata lain, peneliti ingin membahas secara keseluruhan mengenai ushul fiqh dan mengaitkan dengan proposisi formal Bertran Russell. G. Pendekatan dan Kerangka Teroritik Sudah dijelaskan di atas bahwa tujuan penelitian skripsi ini ialah untuk mengetahui kebahasaan ushul fiqh dilihat dari kacamata proposisi Bertrand Russell. Karena jenis penelitian ini merupakan tentang filsafat bahasa tokoh filsafat barat yang mana untuk menelaah kebahasaan ushul fiqh, maka untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan hasil yang sesuai dengan apa yang sudah diharapkan maka penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Metode pengumpulan data

13 Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan library research (penelitian kepustakaan), sebagai refrensi adalah data-data yang baik primer atau sekunder seperti skripsi, tesis, disertai dengan yang sudah dijadikan buku, jurnal, ensklopedi dan dokumentasi lain yang membahas tentang kebahasaan ushul fiqh. 15 2. Metode analisis data Data sebagai hasil studi kepustakaan akan ditempuh dengan metode deskriptif analitik yaitu suatu metode yang digunakan untuk menganalisis data yang sudah diperoleh, kemudian diklasifikasikan agar sampai pada kesimpulan dari kumpulan data tersebut. 16 Tentunya dalam penulisan skripsi ini akan sering berjumpa dengan bahasa asing, maka akan diproses dengan penterjemahan yaitu mengalihkan makna bahasa asing ke bahasa Indonesia. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan rangkuman sementara dari sisi skripsi, yakni gambaran isi skripsi secara keseluruhan. Adapun penyajian skripsi ini dibagi dalam bab-bab, dan secara keseluruhan dibagi dalam empat bab dengan rincian sub-bab secara sistematis dan berkesinambungan. Adapun penyajiannya sebagai berikut: Dalam bab I ini memuat uraian pendahuluan yang di dalamnya terinci latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian dan sistematika pembahasan. 15 Muhammad Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghaila Indonesia, 1998), 56. 16 Winarno Surhamad, Pengantar penelitian Ilmiah (Bandung: Taristo, 1985), 140.

14 Pada bab II. Berisi ulasan biografi Bertrand Russell tentang pengertian logika formal, fungsi logika formal dan kelemahan atomisme logis Bertrand Russel. Dalam bab III. Berisi ulasan, pengertian ushul fiqh, kajian ushul fiqh, perkembang ushul fiqh, aliran ilmu ushul fiqh, problem kebahasaan dalam ushul fiqh, serta macam-macam dalalah dalam ushul Dalam bab IV. Analisis data, peneliti menuliskan analisis tentang kaitan logika Bertand Russel dan bagaimana cakupan dalam metode kebahasaan ushul fiqh. Dalam bab V. Penutup, berisi kesimpulan dan saran dari peneliti terkait analisi logika formal Bertran Russel terhadap problem kebahasaan ushul fiqh