BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

ANALISIS KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI KABUPATEN KEBUMEN DENGAN PENDEKATAN PERTUMBUHAN SEKTOR BASIS

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

STRUKTUR EKONOMI, KESEMPATAN KERJA DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah di wilayah negaranya. Dalam pembangunan perekonomian di suatu

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan definisi metode penelitian sebagai berikut: mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

PENEMPATAN TENAGA KERJA

BERITA RESMI STATISTIK

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

PEDOMAN PENYUSUNAN JAWABAN TERMOHON TERHADAP PERMOHONAN PEMOHON (PERSEORANGAN CALON ANGGOTA DPD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini

GUBERNUR JAWA TENGAH,

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 80-an telah berubah, dari paradigma government driven growth ke public

GUBERNUR JAWA TENGAH

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

Seminar Nasional Pendayagunaan Informasi Geospatial Untuk Optimalisasi Otonomi Daerah 2013 ISBN:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S --

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG

DAFTAR NOMINASI SEKOLAH PENYELENGGARA UN CBT TAHUN 2015

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V. PERKEMBANGAN KEMISKINAN. 5.1 Perkembangan Kemiskinan pada Masa Pemerintahan Orde Baru

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pandangan pembangunan ekonomi modern memiliki suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan ekonomi modern tidak hanya dilihat dari kenaikan pendapatan semata, tetapi lebih mengedepankan dalam perihal pengentasan kemiskinan, penurunan tingkat pengangguran, distribusi pendapatan serta pengurangan nilai ketimpangan dalam masyarakat. Pembangunan ekonomi nasional tidak dapat terlepas dari pembangunan ekonomi daerah dimana pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang memberikan kontribusi kepada pembangunan nasional secara keseluruhan. Pembangunan ekonomi daerah disamping berfokus pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga mencakup tiga nilai inti yaitu : 1) Ketahanan (Sustenance), merupakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok guna mempertahankan hidup. 2) Harga diri (self esteem), pembangun an haruslah memanusiakan orang. individu suatu negara 3) Freedom from servitude, kebebasan bagi setiap untuk berpikir, berkembang, dan berperilaku (Kuncoro, 2004:63) Berlakunya otonomi daerah secara resmi yang dinyatakan oleh pemerintah Republik Indonesia sejak tahun 2001. Indonesia memasuki era 1

2 baru yaitu era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang berarti pada saat itu pula daerah-daerah di seluruh Nusantara memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolaan pembangunan daerah masing-masing, di luar dari sektor pertahanan dan keamanan, politik luar negeri, fiskal dan moneter, peradilan serta agama kabupaten/kota terbuka luas untuk mengembangkan potensi daerahnya masing-masing. Dengan demikian, tindakan pembangunan daerah selain yang menjadi wewenang pemerintah pusat akan menjadi wewenang pemerintah daerah (kabupaten/kota). Pemerintah daerah bebas berinisiatif dan berkreatifitas mengelola sumber daya daerah secara optimal untuk menyusun suatu perencanaan daerah yang aspiratif dengan melihat kemampuan, situasi dan kondisi serta kebutuhan dari daerah masing-masing yang dinilai dapat mempercepat pembangunan daerah dan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. (Sudi Fahmi, 2009) Keberhasilan sebuah pemerintahan salah satu indikatornya dapat dilihat dari seberapa mampukah pemerintah berhasil menciptakan lapangan kerja bagi masyarakatnya. Penciptaan lapangan kerja yang tinggi akan memberikan manfaat pada peningkatan daya beli masyarakat sehingga pada akhirnya kesejahteraan masyarakat akan lebih meningkat. Kabupaten Kebumen yang merupakan salah satu daerah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah juga memiliki kewenangan untuk menentukan otonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota se-jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2007-2011(%) Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata 1 Kab. Cilacap 4.87 4.92 5.25 5.65 5.78 5.29 2 Kab. Banyumas 5.30 5.38 5.49 5.77 5.86 5.56 3 Kab. Purbalingga 6.19 5.30 5.89 5.67 6.07 5.82 4 Kab. Banjarnegara 5.01 4.98 5.11 4.89 4.92 4.98 5 Kab. Kebumen 4.52 5.80 3.94 4.15 4.88 4.66 6 Kab. Purworejo 6.08 5.62 4.96 5.01 5.02 5.34 7 Kab. Wonosobo 3.58 3.69 4.02 4.29 4.52 4.02 8 Kab. Magelang 5.21 4.99 4.72 4.51 4.27 4.74 9 Kab. Boyolali 4.09 4.04 5.16 3.60 5.28 4.43 10 Kab. Klaten 3.31 3.93 4.24 1.73 1.96 3.03 11 Kab. Sukoharjo 5.11 4.84 4.76 4.65 4.59 4.79 12 Kab. Wonogiri 5.07 4.27 4.73 5.87 2.03 4.39 13 Kab. Karanganyar 5.74 5.30 5.54 5.42 5.50 5.50 14 Kab. Sragen 5.73 5.69 6.01 6.09 6.53 6.01 15 Kab. Grobogan 4.37 5.33 5.03 5.05 3.59 4.67 16 Kab. Blora 3.95 5.62 5.08 5.19 2.59 4.49 17 Kab. Rembang 3.81 4.67 4.46 4.45 4.40 4.36 18 Kab. Pati 5.19 4.94 4.69 5.11 5.43 5.07 19 Kab. Kudus 3.03 3.92 3.95 4.17 4.21 3.86 20 Kab. Jepara 4.74 4.49 5.02 4.52 5.49 4.85 21 Kab. Demak 4.15 4.11 4.08 4.12 4.48 4.19 22 Kab. Semarang 4.72 4.26 4.37 4.90 5.69 4.79 23 Kab. Temanggung 4.03 3.54 4.09 4.31 4.65 4.12 24 Kab. Kendal 4.32 4.23 5.58 5.97 5.99 5.22 25 Kab. Batang 3.49 3.67 3.72 4.97 5.26 4.22 26 Kab. Pekalongan 4.59 4.78 4.30 4.27 4.77 4.54 27 Kab. Pemalang 4.47 4.99 4.78 4.94 4.83 4.80 28 Kab.Tegal 5.59 5.32 5.29 4.83 4.81 5.17 29 Kab.Brebes 4.79 4.81 4.99 4.94 4.97 4.90 30 Kota Magelang 5.17 5.05 5.11 6.12 5.48 5.39 31 Kota Surakarta 5.82 5.69 5.90 5.94 6.04 5.88 32 Kota Salatiga 5.39 4.98 4.48 5.01 5.52 5.08 33 Kota Semarang 5.98 5.59 5.34 5.87 6.41 5.84 34 Kota Pekalongan 3.80 3.73 4.78 5.51 5.45 4.65 35 Kota Tegal 5.21 5.15 5.02 4.61 4.58 4.91 Jawa Tengah 4.81 4.83 4.92 5.00 5.13 4.94 Sumber : Tabel-tabel Penting BPS Provinsi Jawa Tengah (diolah) 3

4 Perkembangan PDRB Kabupaten Kebumen lima tahun terakhir terlihat seperti tabel 1.1 dimana rata-rata laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen masih tergolong rendah 4,66%, yaitu dibawah rata-rata pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah 4,94.Kabupaten Kebumen pada peringkat 24 dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah masih lebih baik dibandingkan 10 Kabupaten lain dibawahnya. Dan pada gambar 1.1 juga dapat dilihat pertumbuhan pendapatan Kabupaten Kebumen mengalami fluktuasi pada tahun 2008 mengalami kenaikan yang signifikan tetapi pada 2009 juga mengalami penurunan yang signifikan pula dan pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2010 2011 mulai mengalami peningkatan. (BPS Jawa Tengah, 2011) Gambar 1.1 Grafik Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Kabupaten Kebumen Tahun 2002-2011 Sumber : Data BPS Kabupaten Kebumen 2002-2011, diolah Di samping pendapatan regional, kondisi perekonomian suatu daerah juga dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan hasil survei tentang data dan informasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Kebumen terlihat bahwa jumlah

5 penduduk miskin di Kabupaten Kebumen menurun dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, walaupun masih terjadi fluktuasi (naik turun) dalam setiap tahunnya. (BPS, 2011) Menurut BPS Kabupaten Kebumen, jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 sebesar 22,71% lalu pada tahun 2011 menurun 21,37% dan pada tahun 2012 sebesar 20,03%. Indikator-indikator makro ini merupakan tantangan yang harus dijawab bagi para pengambil kebijakan di Kabupaten Kabupaten untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. ( BPS Kabupaten Kebumen, 2012) Langkah awal yang dapat ditempuh adalah dengan mengetahui kondisi kesempatan kerja sektoral yang ada di Kabupaten Kebumen. Seperti telah disampaikan sebelumnya, yang utama dalam pembangunan daerah di bidang ekonomi adalah menciptakan lapangan kerja. Sehingga secara tidak langsung pembangunan permasalahan-permasalahan dalam mayarakat dapat berkurang seperti pengurangan kemiskinan, pengurangan pengangguran serta ketimpangan dalam masyarakat lebih kecil yang dikarenakan masyarakat memiliki pekerjaan dan pendapatan yang meningkat. (Soepomo, 2001) Maka dengan latar belakang di atas penelitian ini tertarik untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesempatan kerja yang mampu disediakan pada setiap sektor-sektor yang ada di Kabupaten Kebumen dengan kajian Analisis kesempatan kerja sektoral di Kabupaten Kebumen dengan pendekatan pertumbuhan sektor basis.

6 B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang diatas pertumbuhan ekonomi merupakan pendorong peningkatan kesejahteraan mayarakat dengan salah satu indikatornya yaitu PDRB yang menunjukan tingkat keluaran total dari daerah. Dan peningkatan keluaran dapat dilakukan dengan peningkatan kesempatan kerja dimana kesempatan kerja juga akan meningkatkan daya beli masyarakat dengan pengaruh akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Maka dengan itu diperlukan analisis kesempatan kerja di Kabupaten Kebumen dengan melihat antaranya: 1. Sektor-sektor apa sajakan yang menjadi sektor unggulan (sektor basis) yaitu sektor mana yang mampu menyediakan produk-produknya lebih dari cukup dan berapa besar pertambahan kesempatan kerja total sebagai akibat dari adanya pertambahan kesempatan kerja di sektor basis? 2. Berapakah jumlah kesempatan kerja nyata di Kabupaten Kebumen yang dipengaruhi oleh laju pertumbuhan kesempatan kerja di Propinsi Jawa Tengah, bauran industri dan keunggulan kompetitif yang dimiliki? 3. Berapakah banyaknya kesempatan kerja non basis yang tersedia untuk setiap satu lapangan kerja di sektor basis? C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitan Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian dalam menganalisis jumlah tenaga kerja nyata pada setiap sektor di Kabupaten

7 Kebumen dengan tujuan sebagai berikut: a. Mengetahui sektor-sektor basis yaitu sektor yang memiliki kesempatan kerja lebih dari cukup dan besarnya pertambahan lapangan kerja total sebagai akibat dari adanya pertambahan dilapangan kerja disektor basis b. Mengetahui besarnya kontribusi kesempatan kerja nyata di Kabupaten Kebumen terhadap laju pertumbuhan kesempatan kerja di Propinsi Jawa Tengah dengan bauran industri dan keunggulan kompetitif yang dimiliki. c. Mengetahui banyaknya lapangan kerja non basis yang tersedia untuk satu lapangan kerja disektor basis. 2. Manfaat Penelitian sebagai berikut: Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah 1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Kebumen terutama bagi para pengambil keputusan maupun pelaksana pembangunan daerah dalam penyusunan perencanaan daerah selanjutnya. 2. Penelitian ini diharapkan mampu menyajikan data bagi penelitian selanjutnya 3. Penelitian ini merupakan salah satu proses aplikasi dari teori-teori ekonomi yang telah diterima penulis selama studi.

8 D. Metode Penelitian 1. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui Badan Pusat Statistik di Kabupaten Kebumen dan Badan Pusat Statistik Pusat Jawa Tengah (tahun 2002-2011), yang terwakili oleh jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha utama. Serta dokumentasi pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca, memahami dan mempelajari bukubuku literatur yang relevansi dengan penelitian ini, artikel yang diperoleh melalui perpustakaan maupun download internet. 2. Metode Dan Alat Analisis Data Sesuai dengan tujuan penelitian secara keseluruhan yaitu untuk menganalisis kesempatan kerja di Kabupaten Kebumen dengan menggunakan pendekatan pertumbuhan sektor basis, maka terdapat beberapa teknik analisis yang digunakan, diantaranya : a. Location Quotient (LQ) Penggunaan LQ sebagai salah satu teknik pengukuran yang paling terkenal dari model basis ekonomi untuk menentukan apakah setiap sektor merupakan sektor basis atau sektor non basis. Analisis LQ dilengkapi dengan shift share untuk menjabarkan apakah setiap produk/jasa, kategori produk, industri atau sektor ekonomi regional mengalami peningkatan pertumbuhan. Sektor basis adalah sektor-

9 sektor yang memiliki kesempatan kerja dari cukup dan sektor non basis sebaliknya. Suatu Location Quotient (LQ) diberi batasan sebagai suatu rasio berikut (Soepono, 2001, 41;44). Keterangan : LQ ( E ( E ij in / / E E j n ) ) E ij = kesempatan kerja persektor di Kabupaten Kebumen E j = kesempatan kerja total di Kabupaten Kebumen E in = kesempatan kerja persektor di provinsi Jawa Tengah (sebagai patokan/acuan) E n = kesempatan kerja total di Provinsi Jawa Tengah b. Shift share (SS) Analisis Shift share adalah analisis yang digunakan untuk melihat kesempatan kerja nyata di Kabupaten Kebumen yang dipengaruhi oleh laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Tengah, bauran industri dan keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh Kabupaten Kebumen (Soepono, 1993:44). K ij = P ij + B ij +C ij. (1) P ij = E ij. r n.. (2) B ij = E ij (r in r n ).. (3) C ij = E ij (r ij r in )... (4) r n = (E*n E n ). (5) E n

10 r in = (E*in E in )... (6) E in rij = (E*ij Eij)....... (7) Eij Keterangan : K ij : perubahan kesempatan kerja nyata sektor i di Kabupaten kebumen P ij B ij C ij E ij : komponen pengaruh pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah : komponen pengaruh bauran industri : komponen pengaruh keunggulan kompetitif : kesempatan kerja sektor i di Kabupaten Kebumen tahun awal E*ij : kesempatan kerja sektor i di Kabupaten Kebumen tahun akhir E in : kesempatan kerja sektor i di Provinsi Jawa Tengah tahun awal E*in : kesempatan kerja sektor i di Provinsi Jawa Tengah tahun akhir E n : total kesempatan kerja di Provinsi Jawa Tengah tahun awal E*n : total kesempatan kerja di Provinsi Jawa Tengah tahun akhir r n : laju perubahan total kesempatan kerja di Provinsi Jawa Tengah r in : laju perubahan kesempatan kerja sektor i di Provinsi Jawa Tengah r ij : laju perubahan kesempatan kerja sektor i di Kabupaten Kebumen.

11 c. Pengganda Basis Lapangan Kerja (employment base multiplier) Nilai Pengganda Basis Lapangan Kerja (employment base multiplier) adalah nilai yang digunakan untuk melihat besarnya perubahan kesempatan kerja total untuk setiap satu perubahan kesempatan kerja di sektor basis, dihitung dengan rumus (Tarigan, 2005,30) : Pengganda Basis Kesempatan Kerja = Total Kesempatan Kerja Kesempatan Kerja Basis Total pengganda kesempatan kerja basis sama dengan Perubahan kesempatan kerja total yang ditimbulkan, dapat dirinci lagi dengan banyaknya lapangan kerja non basis yang tersedia. Ini dapat dihitung dengan rasio basis (base ratio). Rasio basis adalah perbandingan antara banyaknya lapangan kerja non basis yang tersedia untuk setiap satu lapangan kerja basis E. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, metodologi penelitian serta Sistematika Penulisan Bab II Landasan Teori Berisisi tentang peran dan fungsi sektor basis dalam perekonomian dan penyediaan lapangan pekerjaan persektor yang mampu

12 disediakan oleh Kabupaten Kebumen serta teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, tinjauan terhadap penelitian-penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisikan ruang lingkup penelitian, teknik analisis data, jenis dan sumber data. Bab IV Analisis Data Dan Pembahasan Menguraikan tentang diskripsi pengolahan data dengan teknikteknik yang digunakan dalam penelitian Location Quotient (LQ), Shift Share dan Pengganda Basis Lapangan Kerja, Pembahasan dan hasil analisis yang meliputi seberapa besar kemampuan Kabupaten Kebumen untuk menyediakan lapangan pekerjaan dari sektor basis, bauran industri dan keunggulan kompetitif yang dimiliki serta besarnya perubahan jumlah kesempatan kerja disektor non basis akibat dari pertumbuhan pada sektor basis di Kabupaten Kebumen dan interpretasi ekonomi. Bab V Penutup Membahas tentang kesimpulan dan saran