KOMUNIKASI EFEKTIF ANTARA REMAJA DENGAN AYAH YANG BERTUGAS JARAK JAUH (Studi DeskriptifKualitatif Komunikasi Efektif antara Remaja dengan Ayah yang Bertugas Jarak Jauh di Kota Medan) JURNAL HANI AMIRAH SIREGAR 110904021 DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
ABSTRAK Penelitian ini berjudul Komunikasi yang EfektifantaraRemajadenganAyah yang BertugasJarakJauh, sebuah studi deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang efektif antara remaja di kota Medan dan ayah yang bertugas jarak jauh. Penelitianini menggunakanperspektifkonstruktivisme.teori yang digunakandalampenelitianiniadalahpsikologikomunikasi, PengungkapanDiri (Self Disclosure), KomunikasiKeluarga, Komunikasi yang Efektif, dan Remaja. Terdapatlimainformanutama dalampenelitianiniyaitulimaremaja dan lima informan tambahan yaitu ibu dari masing-masing informan. Teknik yang digunakandalampemilihaninformanadalahteknikpurposive sampling dan snowball sampling.teknikpengumpulan data di dalam penelitianinimenggunakan data primer melalui metode wawancara mendalam dan observasi, dilengkapi dengan data skunder.teknik analisis data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu melakukan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi. Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa diantararemajadenganayah yang bertugasjarakjauh melakukan komunikasiyangefektifberdasarkanketerbukaandiri (self disclosure) dankomponenkomunikasiefektif yang dilakukanolehremajadenganayah yang bertugasjarakjauh di Kota Medan.Efek yang ditimbulkan dari komunikasi yang efektif tersebut adalah remaja tetap merasa dekat dan nyaman dengan ayahnya. Kata Kunci: Komunikasi yang Efektif, KeterbukaanDiri, Remaja. 1
PENDAHULUAN KonteksMasalah Keluargaadalahlingkunganterkecildanterdekatbagiindividu.Keluarga yang bahagiamerupakansuatuhal yang sangatpentingbagiperkembanganemosiparaanggotanya, terutamaanakdalammasaremaja.masaremajamerupakanmasaperalihandarianakanakmenujudewasa.masaremajadikenalsebagaimasabadaidantekanan, karenaposisinya yang sudahbukananak-anaklagi, akantetapijugabelumdewasa. Remajadituntutuntukmenyesuaikandiridenganperanbarunyatersebut.Apabilaremaj atidakmampumenyesuaikandiridenganbaikterhadapberbagaituntutan yang ada, makaremajaakanmengalamikegagalanatauketidakmampuanpenyesuaiandiri yang mengakibatkaniaakanmelakukanpenyesuaiandiri yang salah. Makadariituketerbukaandiriremajakepadaorangtuamerekasangatdibutuhkan agar pengarahandanpembinaandariorangtuadapatberjalansecaraefektif. Keterbukaandiriadalahmemberikaninformasitentangdirisendiri.Ketikasese orangmerasanyamanberkomunikasidengan orang lain, makaakantimbul rasa percaya yang membuatnyamaumengungkapkandirinyasecaralebihdalamdandetilkepada orang tersebut. Komunikasi yang efektifantaraorangtuadenganremajaakanmembuatremajamerasamempunyairuangu ntukmengemukakanpendapatdanapa yang iarasakan, yang akanmembantunyamampumenyesuaikandiri. Namunseringkalikesibukanmembuatorangtualupameluangkansedikitwaktunyaunt ukberkomunikasidanmendengarkanceritaataupunkeluhkesahanakselamaberada di luarrumah. Apalagijikasalahsatudariorangtua yang tidaktinggaldalamsaturumahkarenabertugasjarakjauhtakjarangmembuatanakmeras aterdapatjarakantaraiadanorangtuanyasehinggamerekaengganuntukterbukadanmen gungkapkanhalmengenaidirinya. Berdasarkanlatarbelakang di atas, penelititertarikuntukmengangkatmasalahbagaimanacarakomunikasi yang efektifantararemajadengan ayah yang bertugasjarakjauh. Penelitimemilihremajakota Medan yang berusia 12-21 tahunsebagaisubjekpenelitiankarenapadausiainimulaitimbulkesadaranakankepriba diandankehidupanremaja. FokusMasalah Bagaimana cara berkomunikasi yang efektif antara remaja dengan ayah yang bertugas jarak jauh? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui intensitas komunikasi yang dilakukan oleh ayah yang bertugas jarak jauh dengan anaknya. 2. Untuk mengetahui hal yang sering ditanyakan ayah yang bertugas jarak jauh kepada anaknya. 3. Untuk mengetahui hal yang sering diungkapkan anak kepada ayahnya yang bertugas jarak jauh. 2
4. Untuk mengetahui cara berkomunikasi yang efektif antara remaja dengan ayah yang bertugas jarak jauh yang dapat membuat anaknya merasa nyaman dan terbuka. KAJIAN LITERATUR Perspektif/Paradigma Kajian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana pada dasarnya landasan teoritis dari penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada fenomenologi.penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Uraian Teoritis Psikologi Komunikasi Psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi.psikologiterutama mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku itu. Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Pembukaan diri atau self disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi, serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut (Supraktiknya, 1995: 4). Pengungkapan diri terjadi lebih lancar dalam situasi-situasi tertentu, berikut beberapa faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri:besarkelompok, perasaanmenyukai, efekdiadik, kompetensi, kepribadian, topik, danjeniskelamin. KomunikasiKeluarga Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (1986) mengungkapkan empat pola komunikasi keluarga pada umumnya, yaitu: 1. Polakomunikasipersamaan (equality pattern) 2. Pola komunikasi seimbang terpisah (balance split pattern) 3. Polakomunikasitakseimbangterpisah (unbalanced split pattern) 4. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern) Komunikasi yang Efektif Komunikasi efektif (effective communications) adalah komunikasi yang tepat sasaran, berhasil guna, atau mencapai tujuan menyampaikan informasi (to inform), menghibur (to entertain), atau membujuk (to persuade).komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang. Oleh karena itulah, komunikasi antarpribadi dipandang sebagai sebuah strategi dalam mencapai tujuan, khususnya dalam merubah sikap, perilaku maupun watak seseorang. Komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss(dalam Rakhmat, 2004: 13-16) paling tidak menimbulkan lima hal: 3
pengertian,kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan. Remaja Masa remaja yaitu beralihnya anak-anak menjadi dewasa. Masa remaja ditandai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir sampai matang secara hukum. Awal masa remaja berlangsung kira-kira pada usia 13 sampai 16 tahun dan akhir masa remaja berawal pada usia 17 sampai 18 tahun (Hurlock, 1998: 45). Menurut Ali dan Asrori (2005: 85), pada setiap tahapan perkembangan terdapat karakteristik yang agak sedikit berbeda dalam hal perkembangan remaja, yaitu:perioderemajaawal, perioderemajatengah, danperioderemajaakhir. METODOLOGI PENELITIAN MetodePenelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. ObjekPenelitian Objek penelitian ini adalah Komunikasi yang Efektif antara Remaja dengan Ayah yang Bertugas Jarak Jauh di Kota Medan. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah lima orang remaja yang berusia 12-21 tahun di kota Medan dan salah satu orangtua yang tinggal bersamasama dengan masing-masing remaja tersebut. Penentuan jumlah subjek penelitian atau informan ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dan penarikan sampel bola salju (snowball sampling). KerangkaAnalisis Self Disclosure Komunikasi yang Efektif a. Keterbukaan b. Empati c. Dukungan d. Rasa positif e. Kesamaan Remaja Ayah yang bertugas jarak jauh TeknikPengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu: 1. Data primer (metodewawancaramendalamdanobservasi) 2. Data sekunder. TeknikAnalisis Data Peneliti menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut: 4
1. Reduksi data 2. Penyajian data 3. PenarikanKesimpulandanVerifikasi HASIL DAN PEMBAHASAN Reduksi Data I (Keterbukaan Diri (Self Disclosure)) No. Keterbukaan Diri (Self Disclosure) 1 adalah seorang remaja yang akan terbuka apabila Ibunya mau memulai untuk bertanya. Jika tidak, ia tidak akan membuka dirinya untuk menceritakan hal 1. yang ia alami. Tapi untuk hal pribadi dia tidak mau 1 dan terbuka. 1 tidak begitu terbuka dengan Ayah Ibu dari karena ia merasa lebih nyaman jika komunikasi 1 dilakukan langsung dengan bertatap muka. Ayah selalu memberi dan menanyakan kabar keluarga dan Ibu selalu memberitahu, ia akan membuka dirinya ketika di dalam masalah tertentu. 2. 3. 2 dan Ibu dari 2 3 dan Ibu dari 3 2 adalah seorang remaja yang sangat terbuka termasuk hal pribadinya. Tapi jika ia sudah diceritakannya kepada Ibu, maka tidak diceritakan lagi pada Ayah. Tanpa harus ditanya, informan 2 pun langsung menceritakan hal yang ia alami setiap harinya. Ibu informan 2 pun menilainya adalah anak yang terbuka, tanpa harus ditanya pun informan 2 akan membuka dirinya. Bahkan Ibu dari informan 2 pun juga mau membuka dirinya agar anak pun ikut terbuka dengannya. 3 adalah seorang remaja yang terbuka dengan Ibunya, kalau dengan Ayah jarang untuk terbuka karena menurutnya Ayah jauh, tapi apabila Ayah menanyakan kabarnya maka ia pun akan terbuka juga. Ia berkomunikasi dengan Ayah pada saat ia membutuhkan sesuatu. Setiap hal yang ia alami ia ceritakan kepada Ibunya. Begitu pula menurut Ibunya, ia adalah anak yang terbuka, termasuk dalam hal pribadinya ia akan turut berbagi cerita dengan Ibunya. 4 adalah seorang remaja yang juga sangat terbuka. Apapun hal yang ia alami setiap harinya akan 4. 4 dan Ibu dari 4 menceritakannya kepada Ibunya. 4 pun begitu terbuka kepada Ayah pada saat Ayah menghubunginya. Begitu pula menurut Ibunya, kalau ia adalah anak yang terbuka pada Ibu maupun Ayah, tanpa harus ditanya ia akan selalu terbuka. 5. 5 dan 5 adalah juga merupakan seorang remaja yang 5
No. Ibu dari terbuka pada Ibu, tapi tidak terbuka pada Ayah. Karena 5 informan 5 merasa Ayah juga tidak terbuka dengannya. Ibu 1 pun merupakan Ibu yang terbuka, jika anak tidak terbuka kepada Ayah, maka Ibu yang akan menceritakan tentang anaknya pada Ayah. Reduksi Data II (Komponen Komunikasi Efektif) Komponen Komunikasi Efektif 1. Keterbukaan 2. Empati 3. Dukungan 4. Rasa Positif 5. Kesamaan 1 dan Ibu dari 1 Infoman 2 dan Ibu dari 2 3 dan Ibu dari 3 4 dan Ibu dari 4 5 dan Ibu dari 5 Keterbukaan dilakukan oleh masing-masing remaja (informan 1, informan 2, informan 3, informan 4 dan informan 5) kepada Ibunya, masing-masing informan merasa lebih dekat dan nyaman untuk terbuka dengan Ibu. Hanya satu informan yaitu informan 4 yang juga terbuka pada Ayah. - Rasa empati dimiliki oleh masing-masing informan tersebut kecuali informan 5 kepada Ayah, karena menurut informan 5 tidak merasa dekat dengan Ayah. - Ibu dan Ayah dari masing-masing remaja sangat empati kepada anak-anaknya, itulah yang membuat hubungan diantara keduanya menjadi dekat dan terbuka. Dukungan selalu diberikan para orangtua masing-masing informan guna untuk memberi motivasi dan menambah semangat agar remaja-remaja tersebut semakin rajin untuk belajar. Dukungan yang diberikan yaitu seperti iming-imingan, penghargaan berupa materi atau hadiah yang diberikan oleh orangtua masing-masing remaja. Rasa positif diciptakan oleh Ibu masing-masing dari remaja maupun kesadaran sendiri dari remaja tersebut untuk berfikir positif, contohnya kelima informan dapat mengerti dengan keadaan bahwa mereka jauh dengan Ayahnya karena merupakan konsekuensi kalau Ayahnya bekerja di luar kota, dan mampu memahami sifat dari masing-masing Ibu serta anaknya. - Masing-masing remaja tersebut merasa Ibu adalah seperti temannya juga, sehingga itu yang membuat masing-masing dari remaja tersebut nyaman untuk terbuka menceritakan masalahnya dengan Ibunya masing-masing. - Sedangkan informan 1, informan 3 juga dekatkepada Ayah saat mereka merasa memiliki kesamaan pada saat Ayah sedang kembali ke rumah dan melakukan 6
aktivitas bersama. - 2, informan 4 lebih merasa dekat dengan Ibu dibandingkan Ayah. Tapi tidak dengan informan 5, ia tidak merasa dekat dan nyaman karna tidak memiliki kesamaan dengan Ayahnya karena Ayah adalah orang yang tertutup. - Sebagian Ibu masing-masing dari remaja tersebut, tidak semua hal anak bisa dianggap seperti teman, semua tergantung dari masalahnya yaitu Ibu dari informan 1, informan 3, informan 4, informan 5. Pembahasan Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada kelima informan beserta Ibu dari masing-masing informan yang juga mencakup sebagai informan, peneliti menemukan bahwa dengan ada atau tidaknya Ayah tidak berpengaruh pada cara berkomunikasi dan terhadap kedekatan yang mereka lakukan karena anak tetap merasa dekat dengan Ayah walaupun Ayah tidak tinggal bersama dengan mereka, karena walaupun terpisah oleh jarak, Ayah akan tetap selalu memberi dan menanyakan kabar keluarganya. Dan jika Ayah memiliki waktu untuk kembali pulang, maka Ayah akan menyempatkan waktunya untuk bertemu anak-anaknya. Orangtua dari masing-masing informan telah benar melakukan dengan baik dari keterbukaan diri (self disclosure) dan juga komponen komunikasi efektif yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), dukungan (supportivenes), rasa positif (positiveness), dan kesamaan (equality). Seluruh informan mengatakan bahwa mereka sudah merasa tidak ada lagi yang kurang dari Ibu maupun Ayah mereka, karena menurut seluruh informan bahwa orangtua mampu menciptakan suasana yang nyaman sehingga mereka mau untuk membuka diri mereka kepada orangtua dan juga komunikasi menjadi efektif. Komunikasi efektif yang dimaksud adalah bahwa Ibu dari setiap informan serta Ayah yang jauh pun dari mereka mampu memberi dan menciptakan keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesamaan (dalam maksud kesamaan pemahaman, pandangan, dan kesamaan bersikap). Sehingga tidak ditemukan lagi, anak-anak yang takut untuk mengungkapkan masalah yang ia alami maupun hal yang juga menurutnya pribadi. Mereka juga mengungkapkan bahwa orangtua mereka selalu memberikan masukan-masukan serta motivasi yang dapat membangkitkan semangat mereka untuk menjadi lebih baik lagi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang dilakukan oleh orangtua yang bertugas jarak jauh dengan anaknya telah menjadi komunikasi yang efektif. Di mana situasi yang akrab dan nyaman sudah tercipta ketika melakukan proses komunikasi di antara anak dengan ayah yang bertugas jarak jauh maupun sebaliknya. Namun ada beberapa anak yang peneliti temukan dalam penelitian ini, bahwa proses komunikasi yang dilakukan oleh anak dengan salah satu orangtua yang bertugas jarak jauh masih sangat diperlukan 7
keterbukaan diantara keduanya. Masing-masing dari anak tersebut selalu terbuka dengan ayahnya, namun ada beberapa remaja yang tidak terbuka dikarenakan ayahnya juga tidak turut membuka dirinya agar anak juga mau membuka dirinya kepada ayah. 2. Ayah selalu memberikan kabarnya setiap harinya kepada anak dan keluarganya, serta ayah selalu menanyakan kabar anaknya untuk mengetahui apa saja yang dilakukan anaknya setiap hari, seperti bagaimana kegiatannya di sekolah, bagaimana anaknya dalam menghadapi ujian di sekolah dan lain-lain. Anak juga tidak merasa ada jarak yang memisahkan apabila orangtua akan selalu setia memberikan perhatiannya. Hal yang selalu ditanyakan ayah kepada anak di dalam penelitian ini adalah apa saja yang dilakukan anak, apa saja aktivitas yang dilakukan anak. Dan ketika anak membutuhkan ayah, maka ayah akan selalu memberikan dukungan serta motivasi pada saat anak membutuhkannya. Ayah dikatakan adalah orangtua yang sangat peduli pada anaknya, walaupun ayah tidak dapat memberikan perhatiannya secara langsung, tetapi ayah tidak pernah lupa untuk selalu memberi dan menanyakan kabar anaknya. 3. Keterbukaan diri yang tercipta antara anak terhadap ayah yang bertugas jarak jauh akan membuat perkembangan anak menjadi baik melalui hubungan komunikasi yang juga baik. Anak selalu membuka dirinya kepada orangtuanya tentang semua hal yang dialaminya, apa yang dilakukannya setiap hari akan selalu diceritakan kepada ayah. Namun ada beberapa anak dalam penelitian ini yang tidak membuka dirinya tentang hal pribadinya seperti hubungan percintaannya. 4. Dari hasil penelitian terlihat bahwa orangtua telah membangun komunikasi yang efektif. Ibu maupun ayah yang tidak dapat langsung memberikan perhatiannya serta tidak dapat berkomunikasi langsung dengan bertatap muka tapi akan selalu dapat meluangkan waktu untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh anak. Ayah selalu memberikan dukungan dan respon positif terhadap apa yang disampaikan anak. Hal ini membuat anak merasa nyaman sehingga selalu mau terus berkomunikasi dan melakukan keterbukaan diri kepada kedua orangtua mereka. Saran 1. Hubungan komunikasi yang sudah baik antara ayah yang bertugas jarak jauh yang tidak tinggal bersama-sama dengan anak haruslah lebih intensif lagi sehingga anak tidak akan merasa ada jarak pemisah antara ia dengan ayahnya. Inti dari komunikasi yang baik adalah dengan selalu terbuka, berempati, memberikan dukungan, dan respon yang positif terhadap apa yang disampaikan anak serta memiliki kesamaan dalam berkomunikasi maupun kesamaan dalam bersikap, maka akan tercipta perasaan positif yang membuat anak merasa diterima oleh orangtuanya. Hal ini akan mendorong anak untuk terus melakukan komunikasi dan melakukan pengungkapan diri antara orangtua dengan anak. Para anak juga mengharapkan agar dalam berkomunikasi orangtua mereka tidak terlalu menciptakan jarak yang berarti antara dirinya dengan anak. Mereka memiliki harapan agar selain sebagai orangtua, ibu dan ayah dapat diposisikan sebagai teman dekat. Hal ini 8
hendaknya lebih ditanamkan lagi di dalam diri para orangtua untuk senantiasa menciptakan kesamaan antara mereka dengan para anak. 2. Dalam berkomunikasi dengan anak, orangtua harus membiasakan diri untuk selalu lebih banyak mendengarkan. Selain dengan banyak mendengar, ayah yang tidak tinggal bersama anak juga harus bisa turut merasakan apa yang sedang dialami oleh anak yang disebut dengan berempati. Memberikan dukungan dengan cara selalu memberikan saran dan respon yang baik terhadap apa yang diceritakan anak, akan membuat anak merasa diterima sehingga membuatnya nyaman untuk terus berkomunikasi dengan orangtuanya. Hal ini akan menimbulkan perasaan positif pada diri anak sehingga anak akan terus mau bersifat terbuka dan melakukan keterbukaan diri terhadap kedua orangtuanya. Dalam berkomunikasi pun, orangtua harus menciptakan kesamaan dengan jangan terlalu membuat jarak yang berarti antara dirinya dengan anak yang akan membuat anak cenderung untuk tertutup. 3. Dan apabila ayah tidak dapat memberikan langsung perhatiannya kepada anak maka haruslah untuk lebih sering lagi memberi dan menanyakan kabar anak agar anak tidak merasa adanya jarak yang memisahkan keduanya. Jika terdapat hal yang salah dari apa yang dilakukan anak, maka orangtua langsung dapat memberikan pengarahan yang baik. Apalagi masa remaja merupakan masa di mana anak berusaha menemukan jati dirinya, sehingga dengan keterbukaan diri yang baik dapat mengurangi resiko untuk menemukan jati diri yang negatif. Saran dalam Kajian Akademis 1. Sebelum melaksanakan penelitian, sangat disarankan kepada mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU khususnya agar senantiasa memperdalam pemahaman mengenai penelitian yang berkaitan dengan penelitian kualitatif khususnya. Dalam hal ini berkaitan juga dengan penelitian yang menyangkut materi tentang teori deskriptif kualitatif. Selain itu, seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi juga harus memperdalam berbagai macam referensi khususnya yang berkaitan dengan komunikasi untuk memperkaya ilmu pengetahuan serta melatih kemampuan berfikir yang lebih baik lagi. 2. Penelitian kualitatif pada umumnya tidak mempunyai ukuran yang pasti tentang batas benar atau salah, semua tergantung dari nilai, etika dan moral yang dianut peneliti. Karena itu, peneliti menyarankan bagi mereka yang berminat untuk meneliti penelitian kualitatif agar mempunyai ukuran yang pasti dalam melakukan penelitian. 3. Penelitian kualitatif ini diharapkan menjadi pencerahan dari permasalahan yang diteliti dan mampu menambah wawasan pengetahuan dan memperluas penelitian komunikasi serta menambah pengalaman khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Implikasi Teoritis Melalui penelitian yang dilakukan, diharapkan agar dapat menambah khazanah ilmu komunikasi dan pengetahuan serta wawasan penulis, mahasiswa, maupun masyarakat umum mengenai komunikasi yang efektif yang membahas 9
bagaimana komunikasi yang dilakukan antara remaja dengan orangtua yang bertugas jarak jauh di kota Medan. DAFTAR REFERENSI Ali, M & Asrori, M. 2005. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Estacan Kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ardianto, Elvinaro. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Daryanto, 1984. Pengantar Sosiologi. Bandung: IKIP. Dayaksini, Tri. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press. DeVito, Joseph. 2007. The Interpersonal Communication Book. Edisi 11. Pearson Educations, Inc. Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditiya Bakti. Eriyanto, 2014. Analisis Isi, Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Gunarsa, Singgih. 2003. Psikologi untuk Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hurlock, E. B. 1973. 1998. Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo & Istiwidayanti. Jakarta: Penerbit Erlangga. Iskandar. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: Gubug Persada Press. Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Monks, F. J. 2002. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Posman, Marsumoto, 1998. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Santrock, John. 2006. Adolescence Perkembangan Remaja: Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Sarwono, Sarlito. W. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sendjaja, S. Djuarsa. 2005. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. Sugiono. 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cetakan Kesebelas, CV. Alfabeta: Bandung. 10
Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Kansius. Tubbs, S. L. dan S. Moss. 2005. Human Communication. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 11