BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Pemurnian Minyak Jelantah Proses pemurnian minyak jelantah terdiri dari tiga tahap yaitu penghilangan kotoran (despicing), netralisasi dan pemucatan (bleaching). Penghilangan kotoran (despicing) pada minyak dilakukan dengan memanaskan air sebanyak 500 ml dan 500 ml minyak jelantah pada suhu 110 0 C hingga volume air menjadi setengah dari volume awal. Proses selanjutnya adalah netralisasi. Minyak hasil despicing akan direaksikan dengan KOH 15g/100 ml pada suhu 70 0 C selama 10 menit, kemudian campuran tersebut akan disaring. Proses pemurnian yang terakhir adalah bleaching dengan memanaskan minyak hasil netralisasi pada suhu 70 0 C dan ditambahkan sari mengkudu dengan perbandingan 1:2 volume minyak. Bleaching dilakukan untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dalam minyak. Tabel IV.1 Hasil analisa minyak goreng daur ulang No. Paramater SNI Hasil percobaan 1 Bilangan penyabunan 196-203 200.838 2 Kadar asam lemak bebas (% FFA) Maks 0.3 0.0512 % 3 Kadar air Maks 0.3 0.2 % Rendemen minyak yang dihasilkan dari proses pemurnian sebesar 90,74 %. B. Proses Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair Pembuatan sabun dilakukan dengan mereaksikan minyak jelantah hasil pemurnian dengan KOH. Larutan KOH yang digunakan bervariasi yaitu konsentrasi 20, 30 dan 40 gr/100 ml larutan. 16
17 Minyak hasil pemurnian sebanyak 100 ml mula-mula dipanaskan hingga suhu 70 C. Kemudian larutan KOH ditambahkan sebanyak 50 ml. Penambahan larutan KOH dilakukan dengan pengadukan dan pemanasan. Proses saponifikasi ini berlangsung selama 80 menit. Penggunaan KOH berpengaruh terhadap rendemen sabun yang dihasilkan. Rendemen sabun yang dihasilkan ditunjukkan pada tabel IV.2 Tabel IV. 2 sabun Hasil Saponifikasi dengan Variasi Penambahan KOH Penggunaan KOH (gr/100ml) Sabun yang Dihasilkan (gram) 20 203,254 30 221,510 40 238,737 Berdasarkan tabel IV.2 diperoleh bahwa hasil terbanyak didapatkan pada penggunaan KOH dengan konsentrasi 40 gr/100 ml larutan. Sabun yang dihasilkan dari proses saponifikasi kemudian ditambah bahan adiktif dan diencerkan. Zat adiktif yang ditambahkan berupa texaphon, gliserin, pewarna dan parfum. Penambahan texaphon berfungsi sebagai penambah daya sulfaktan. Selain itu texaphon ditambahkan dengan tujuan untuk menambah busa pada sabun yang dihasilkan. Texaphon yang ditambahkan sebesar 10% (v/b) dari sabun yang dihasilkan. Proses pengenceran sabun dilakukan dengan penambahan air. Penambahan air dilakukan dengan rasio 2:1 (b/b) sabun yang dihasilkan. Pengenceran dilakukan dengan pemanasan pada suhu 60 C hingga sabun tampak transparan. Setelah diperoleh sabun yang transparan dilakukan penambahan gliserin dan parfum. Penambahan gliserin berfungsi untuk melembabkan dan menghaluskan kulit. Gliserin yang ditambahkan sebesar 10% (v/b) dari sabun yang dihasilkan. Sedangkan penambahan parfum bertujuan member aroma pada sabun sehingga sabun lebih menarik. Parfum yang ditambahkan sebesar 0,5 % (v/b) sabun.
18 C. Analisis sabun cuci piring cair menurut SNI 06-2048-1990 Analisis sabun cuci piring cair menurut SNI 06-2048-1990 meliputi : ph, alkali bebas dan total asam lemak. Tabel IV. 3 Analisa sabun cuci piring cair yang dihasilkan Parameter Penggunaan KOH pada pembuatan sabun (gr/100ml) 20 30 40 SNI ph 9,1 9,6 10,4 8-11 Alkali Bebas (%) Asam lemak (%) - - 0,05 Maks 0,1 3,1 8,9 16,2 Min 15 Berdasarkan tabel IV.3 didapatkan bahwa nilai ph tertinggi terdapat pada penggunaan KOH dengan konsentrasi 40 gr/100ml. Sedangkan ph terendah didapat pada sabun dengan penggunaan KOH konsentrasi 20 gr/100ml. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi KOH yang digunakan maka nilai ph sabun juga semakin tinggi. Akan tetapi nilai ph tersebut masih memenuhi standar SNI. Parameter kadar alkali bebas yang memenuhi standar SNI adalah penggunaan KOH konsentrasi 40 gr/100ml. Penggunaan konsentrasi KOH 20gr/100ml dan konsentrasi KOH 30gr/100ml pada saat penambahan indikator phenolphthalein tidak terjadi warna merah jambu. Sedangkan total asam lemak yang memenuhi standar SNI adalah penggunaan KOH konsentrasi 40gr/100ml. D. Analisis Uji Organoleptik Analisis uji organoleptik bertujuan untuk mengetahui respon dari 25 orang yang berbeda umur terhadap tingkat penampilan, aroma, banyak busa dan kekesatan pada sampel sabun cuci piring dengan pewarna dan tanpa pewarna.
19 Analisis uji organoleptik untuk tingkat penampilan terhadap sabun cuci piring tanpa pewarna, dengan pewarna dan sabun cuci piring di pasaran dapat dilihat pada tabel IV.4. Tabel IV.4 Data nilai tingkat penampilan terhadap sabun cuci piring tanpa pewarna dan dengan pewarna Tanpa Pewarna 52% 24 % 24 % Dengan Pewarna 28 % 32 % 40 % Sabun Cuci Pasaran 76 % 24 % 0 % Pada tabel IV.4 dapat dilihat bahwa tingkat penampilan sabun cuci piring dari jelantah dengan maupun tanpa pewarna masih dibawah sabun cuci piring di pasaran. Analisis uji organoleptik untuk tingkat aroma terhadap sabun cuci piring tanpa pewarna, dengan pewarna dan sabun cuci piring di pasaran dapat dilihat pada tabel IV.5. Tabel IV.5 Data nilai tingkat aroma terhadap sabun cuci piring tanpa pewarna dan dengan pewarna Tanpa Pewarna 52% 40 % 8 % Dengan Pewarna 76 % 16 % 8 % Sabun Cuci Pasaran 60 % 40 % 0 % Pada tabel IV.5 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaan aroma tertinggi dimiliki oleh sabun dengan pewarna. Analisis uji organoleptik untuk tingkat kekesatan pada sabun cuci piring dengan pewarna, tanpa pewarna dan commit sabun to dipasaran user dapat dilihat pada tabel IV.6.
20 Tabel IV.6 Data nilai tingkat kekesatan terhadap sabun cuci piring tanpa pewarna dan dengan pewarna Tanpa Pewarna 72% 24 % 4 % Dengan Pewarna 72% 28% 0 % Sabun Cuci Pasaran 80 % 20 % 0 % Pada tabel IV.6 dapat dilihat bahwa tingkat kekesatan sabun cuci dari jelantah masih dibawah sabun cuci piring di pasaran. Analisis uji organoleptik untuk tingkat banyak busa pada sabun cuci piring tanpa pewarna, dengan pewarna dan sabun cuci piring di pasaran dapat dilihat pada tabel IV.7. Tabel IV.7 Data nilai tingkat banyak busa terhadap sabun cuci piring tanpa pewarna dan dengan pewarna Tanpa Pewarna 28 % 68 % 4 % Dengan Pewarna 24 % 76 % 0 % Sabun Cuci Pasaran 96 % 4 % 0 % Pada tabel IV.7 dapat dilihat bahwa pada uji organoleptik banyak busa sabun cuci dari jelantah masih dibawah sabun cuci piring di pasaran.