LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI. Indah Desi Permana Sari

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Sabtu, 26 April 2014

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

BAB III METODE PENELITIAN

Setiap system kesetimbangan melibatkan reaksi-reaksi endoterm dan eksoterem. Kenaikan suhu system akan menguntungkan reaksi eksoterem

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

EKSTRAKSI PELARUT. I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari ekstraksi pelarut 2. Menentukan konsentrasi Ni 2+ yang terekstrak secara spektrofotometri

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT

ENERGI KESETIMBANGAN FASA

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI-2221

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II. PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Selasa, 22 April 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha KELOMPOK 4

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1 PERCOBAAN VII TITRASI PENGENDAPAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

pengenceran larutan PENDAHULUAN

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

BAB III METODE PENELITIAN

Percobaan 6 Penentuan kadar Nikel (II) klorida dengan metoda gravimetri dan volumetri

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

Sistem tiga komponen

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

Pembuatan Nikel DMG. dalam range konsentrasi yang lebar.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. METODE VOLHARD Selasa, 10 April 2014

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MODUL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ( KI-2121) PENENTUAN KADAR IOD DALAM BETADINE SECARA TITRIMETRI

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

Menentukan Kadar Ion Br- dan KSCN dengan Metode Argentometri-Volhard (METODE VOLHARD) Menentukan molaritas KSCN dengan metode titrasi balik

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II KLOROKUIN FOSFAT

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol

Pelaksanaan Persiapan Instruktur melakukan pengecekan kelengkapan sarana-prasarana sebelum praktikum dimulai, meliputi:

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Ke III. Olimpiade Kimia Indonesia. Kimia UJIAN PRAKTEK

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN KADAR KLORIDA

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN : REGINA ZERUYA : J1B110003 : 1 (SATU) : SUSI WAHYUNI PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2013

PERCOBAAN 1 EKTRAKSI PELARUT I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan koefisien distribusi yod dalam sistem pelarut organik atau air dengan metode ekstraksi pelarut dan menentukan kadar Nikel(II) sebagai kompleks Ni-dimetilglioksim (Ni-DMG). II. TINJAUAN PUSTAKA Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ektraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase tersebut (Khopkar, 1990). Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada banyakanya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit. Ekstraksi bertahap baik digunakan jika perbandingan distribusi besar. Alat yang biasa digunakan pada ekstraksi bertahap adalah corong pemisah (Khopkar, 1990). Untuk memahami prinsip-prinsip dasar ekstraksi, dibahas terlebih dahulu berbagai istilah yang digunakan untuk menyatakan keefektifan pemisahan. Untuk suatu zat terlarut A yang didistribusikan antara dua fase tak tercampurkan a dan b, hukum distribusi atau partisi Nerst menyatakan bahwa asal keadaan molekulnya sama dalam kedua cairan dan temperatur adalah konstan : [A] terlarut dalam pelarut b [A] konsentrasi zat terlarut dalam pelarut a konsentrasi zat a b K D

dimana K D adalah sebuah tetapan yang dikenal sebagai koefisien distribusi atau koefisien partisi. Hukum ini tidak berlaku apabila spesi yang didistribusikan itu mengalami disosiasi atau asosiasi dalam salah satu fase tersebut. Hukum distribusi Nerst dapat diterapkan hanya pada jenis yang mempunyai bentuk sama dalam kedua pelarut (Dogra, 1990). Ekstraksi meliputi distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tak dapat bercampur. Pelarut yang umum dipakai adalah pelarut air dan pelarut organik lain seperti kloroform, eter atau pentana. Garam-garam anorganik, asam-asam dan basa-basa yang dapat larut dalam air serta senyawa-senyawa organik dapat larut dalam air bisa dipisahkan dengan baik melalui ekstraksi ke dalam air dari pelarut-pelarut yang kurang polar (Arsyad, 2001). Proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap, yaitu : 1. Pembentukan kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi 2. Distribusi dari kompleks yang terektraksi 3. Interaksinya yang mungkin dalam fase organik (Khopkar, 1990) Ekstraksi suatu bahan pada prinsipnya dipengaruhi oleh suhu. Makin tinggi suhu yang digunakan, makin tinggi ekstrak yang diperoleh. Namun demikian, bahan hasil ekstraksi dengan berbagai tingkat suhu belum tentu memberikan pengaruh yang berbeda terhadap sifat antibakterinya Oleh sebab itu, ekstraksi bahan pada suhu yang berbeda perlu dilakukan (Pambayun, 2007). Untuk mencapai proses ekstraksi cair-cair yang baik, pelarut yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. kemampuan tinggi melarutkan komponen zat ter- larut di dalam campuran. 2. kemampuan tinggi untuk diambil kembali. 3. perbedaan berat jenis antara ekstrk dan rafinat lebih besar. 4. pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah campur. 5. tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi. 6. tidak merusak alat secara korosi. 7. tidak mudah terbakar, tidak beracun dan harganya relatif murah (Martunus & Helwani, 2007).

III. ALAT DAN BAHAN A. Alat Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet volume 25 ml, labu titrasi 250 ml, gelas ukur 10 ml, pipet tetes, buret 50 ml, statif, corong pisah 250 ml, propipet, kertas ph, botol semprot, spektrofotometer, dan gelas piala 250 ml. B. Bahan Bahan-bahan yang dipergunakan adalah larutan yod, H 2 SO 4 2 M, larutan 0,2 % kanji, Na 2 S 2 O 3 0,01 M, heksana, larutan cuplikan Ni(II), asam sitrat, amonia, DMG 0,1%, dan akuades. IV. PROSEDUR KERJA Penentuan Koefisien Distribusi 1. Sebanyak 10 ml larutan iod dipipet ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan dengan 1 ml larutan H 2 SO 4 2 M, ditambahkan 5 tetes larutan kanji 0,2% dan dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3 0,01 M yang sudah dibakukan, dititrasi. 2. Sejumlah iod yang berada dalam air mula-mula dihitung. 3. Sebanyak 25 ml larutan iod dipipet ke dalam corong pisah yang kering dan bersih, ditambahkan 5 ml CCl 4. 4. Dikocok beberapa menit, didiamkan hingga lapisan organik dan air terpisah dengan baik. 5. 10 ml lapisan air dipindahkan ke dalam labu titrasi, kemudian ditambahkan dengan 1 ml larutan H 2 SO 4 2 M, ditambahkan 5 tetes larutan kanji 0,2%, dan dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3 0,01 M. 6. Dihitung jumlah garam iod sisa dalam air. 7. Dihitung jumlah garam yang terdistribusi dalam fase organik sehingga dapat ditentukan harga Kd.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Perhitungan 1. Hasil No Percobaan Pengamatan Penentuan Koefisien Distribusi Larutan 1 - Dimasukkan 10 ml iod ke dalam labu titrasi - Ditambahkan 1 ml H 2 SO 4 2 M - Ditambahkan 5 tetes larutan kanji 0,2% - Dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3 0,01 M Larutan 2 - Ditambahkan25 ml iod dan 5 ml CCl 4, dikocok dan didiamkan - Dipindahkan 10 ml lapisan ke labu titrasi - Ditambahkan 1 ml H 2 SO 4 2 M - Ditambahkan 5 tetes larutan kanji 0,2% - Dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3 0,01 M Hijau lumut pekat menjadi bening V 1 = 10 ml V 2 = 10 ml V rata-rata = 10 ml Warna merah kecoklatan Terbentuk 2 lapisan Hijau lumut pekat menjadi bening V 1 = 8,9 ml V 2 = 9,2 ml V rata-rata = 9,05 ml

2. Perhitungan a. Penentuan Koefisien Distribusi Konsentrasi I 2 dalam air mula-mula Diketahui : V Na 2 S 2 O 3 =10 ml M Na 2 S 2 O 3 = 0,01 M V I 2 = 10 ml Ditanya : M I 2 =...? Jawab: (M.V) I 2 = (M.V) Na 2 S 2 O 3 M I 2 = = 0,01 M Konsentrasi I 2 setelah dicampur CCl 4 Diketahui : V Na 2 S 2 O 3 = 9,05 ml M Na 2 S 2 O 3 = 0,01 M V I 2 air = 10 ml Ditanya : M I 2 =...? Jawab: (M.V) I 2 = (M.V) Na 2 S 2 O 3 M I 2 = = 0,009 M Massa I 2 mula-mula & massa I 2 akhir & Massa I 2 dalam CCl 4 Diketahui: BM I 2 = 253,8 g/mol M I 2 mula-mula = 0,01 M M I 2 setelah dicampur = 0,009 M V I 2 = 10 ml = 0,01 L Ditanya : m I 2 =...? Jawab: m I 2 awal = M 1 I 2. BM I 2.V I 2 = 0,01 M. 253,8 g/mol. 0,01 L = 0,025 g

m I 2 akhir = M 2 I 2. BM I 2.V I 2 m I 2 dalam CCl 4 = 0,009 M. 253,8 g/mol. 0,01 L = 0,023 g = m awal m akhir = 0,025 g - 0,023g = 0,002 g Konsentrasi I 2 dalam CCl 4 Diketahui: BM I 2 = 253,8 g/mol V CCl 4 m I 2 Ditanya : M I 2 =...? Jawab: M I 2 = M I 2 = V m I2. BM heksana = 0,002 M Menentukan Koefisien Distribusi = 0,005 L = 0,002 g Diketahui: M I 2 air = 0,009 M M I 2 CCl 4 Ditanya : Kd =...? Jawab: Kd = = I 2 air I 2 CCl 4 = 4,5 = 0,002 M

B. Pembahasan Penentuan Koefisien Distribusi Percobaan ini bertujuan untuk menentukan koefisien distribusi I 2. I 2 pada percobaan ini bertindak sebagai zat terlarut atau solut, sedangkan air dan pelarut organik (CCl 4 ) bertindak sebagai pelarut atau solven. I 2 akan terdistribusi ke dalam air dan sebagian lagi akan terdistribusi dalam pelarut organik (CCl 4 ) yang digunakan dalam percobaan. Oleh sebab itulah, maka diperlukan standarisasi terhadap I 2 agar kita dapat mengetahui konsentrasi I 2 mula-mula. Distribusi pelarut organik (cair atau padat), dapat dinyatakan dalam hukum distribusi dimana iodium yang digunakan dilarutkan dalam dua pelarut berbeda yang tak campur, yaitu pelarut organik (CCl 4 ) dan air. Iod akan terdistribusi pada kedua pelarut yang tidak saling bercampur tersebut. Dalam hal ini, akan terjadi hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fase pada kesetimbangan. Pelarutan dalam air dilakukan dengan mencampurkan larutan iod dengan asam sulfat dan larutan kanji (amilum). Larutan iod yang direaksikan dengan asam sulfat (H 2 SO 4 ) penambahan ini befungsi untuk mempercepat reaksi karena pembentukkan kompleks I 2 -amilum akan lebih cepat apabila terjadi dalam suasana asam, dan menghasilkan larutan yang berwarna coklat kemerah-merahan. Untuk menentukan konsentrasi iod dalam air, maka dilakukan penitrasian dengan larutan natrium tiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) terhadap larutan iod sampai warna larutan menjadi bening. Zat yang berlaku sebagai titran adalah natrium tiosulfat yang akan beraksi dengan I 2, dimana I 2 tersebut telah berikatan dengan amilum membentuk suatu kompleks I 2 -amilum. Pada titik ekuivalen warna biru yang ditimbulkan oleh kompleks I 2 -amilum akan hilang. Hal ini disebabkan karena lepasnya ikatan kompleks yang membentuk amilum dan ion iodida. Reaksi yang terjadi sebagai berikut: I 2 -amilum + 2S 2 O 3 2- Biru 2I - 2- + amilum + S 4 O 6 Tidak Berwarna

Selanjutnya ekstraksi pelarut dilakukan dalam corong pisah antara larutan iod dalam pelarut organik yaitu air dan CCl 4 dimana pemisahan dapat dilakukan dengan pengocokan selama beberapa menit untuk mendistribusikan yod diantara kedua pelarut yaitu air dan CCl 4. Kemudian didiamkan beberapa saat, seharusnya akan terbentuk dua lapisan yang terpisah yaitu larutan yang berada di atas adalah air yang merupakan pelarut dengan massa jenis yang rendah, sedangkan larutan yang berada di bawah yaitu CCl 4 yang merupakan pelarut dengan massa jenis yang lebih tinggi. Pemisahan ini tergantung pada kestabilan kedua larutan tersebut yaitu pada fase pelarut organik dan fase pelarut air dan disini diketahui kesetimbangan terjadi pada kondisi pelarut organik. Larutan I 2 yang terlarut dalam air tersebut kemudian dititrasi dengan natriun thiosulfat untuk mengetahui konsentrasi I 2 sisa dalam air setelah iod tersebut terdistribusi dalam dua pelarutnya. Setelah diketahui konsentrasi I 2 tersebut, maka dapat diperoleh massa I 2 dalam CCl 4 sehingga dapat ditentukan pula konsentrasi I 2 yang terdistribusi dalam CCl 4. Kemudian diperoleh nilai Kd sebesar 4,5. VI. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah: 1. Koefisien distribusi merupakan perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam fasa pelarut organik dengan konsentrasi terlarut dalam fase cair. 2. Kelarutan I 2 dalam CCl 4 lebih besar dibandingkan dengan kelarutannya dalam air. 3. Koefisien distribusi iod dalam pelarut tak campur air dan CCl 4 adalah 4,5.

DAFTAR PUSTAKA Arsyad, M. N. 2001. Kamus Kimia. PT. Gramedia Utama. Jakarta Dogra, S.K & S. Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. UI Press. Jakarta Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta Martunus & Helwani, Z. 2007. Ekstraksi Dioksin Dalam Limbah Air Buangan Industri Pulp Dan Kertas Dengan Pelarut Toluen. Jurnal Sains dan Teknologi 6(1). Universitas Riau. Pekanbaru. Pambayun, Rindit. 2007. Kandungan fenol dan sifat antibakteri dari berbagai jenis ekstrak produk gambir (Uncaria gambir Roxb). Majalah Farmasi Indonesia, 18(3), 141-146