EKSPEDISI VALDIVIA ( ): RINTISAN PENELITIAN LAUT-DALAM DI BAGIAN NUSANTARA

dokumen-dokumen yang mirip
EKSPEDISI CHALLENGER ( ): PELETAK FONDASI OSEANOGRAFI MODERN

JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA

JOHANNES PAULUS VAN DER STOK: DARI LOG BOOK ANGKATAN LAUT KE POLA ARUS PERMUKAAN DI PERAIRAN NUSANTARA

ARLINDO (ARUS LINTAS INDONESIA): KORIDOR PENTING DALAM SISTEM SIRKULASI SAMUDRA RAYA

VISSCHERIJ LABORATORIUM TE BATAVIA: AWAL KELEMBAGAAN OSEANOGRAFI DI INDONESIA

EKSPEDISI SIBOGA ( ): PELETAK FONDASI OSEANOGRAFI NUSANTARA

OSEANOGRAFI. Pengantar

EKSPEDISI SNELLIUS I ( ): PENELITIAN LUBUK LAUT-DALAM DI NUSANTARA

GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA 1

VEINING-MEINESZ: PENELITIAN GRAVITASI DI NUSANTARA DENGAN KAPAL SELAM

OSEANOGRAFI. Morfologi Dasar Laut

RADIOLARIA: KEINDAHAN MAHLUK LAUT RENIK DAN MAKNANYA DALAM KAJIAN LINGKUNGAN PURBA

EKSPEDISI PERAHU LAYAR TRADISIONAL PHINISI NUSANTARA, JAKARTA-VANCOUVER 1986

PROYEK SEATAR: DARI TEORI TEKTONIKA LEMPENG KE EKSPLORASI MIGAS LEPAS PANTAI DAN MITIGASI BENCANA

SAMUEL FALLOURS: PELUKIS BIOTA LAUT YANG IMAJINATIF DARI AMBON

Melacak Perburuan Mutiara dari Timur

Ringkasan Materi Pelajaran

EKSPEDISI PERAHU BOROBUDUR SAMUDRA RAKSA: JAKARTA-ACCRA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

EKSPEDISI GALATHEA : MENYINGKAP MISTERI KEHIDUPAN DI LAUT-DALAM

MODUL ONLINE 19.3 TEORI LEMPENG TEKTONIK PENDALAMAN MATERI BENTUK MUKA BUMI

OSEANOGRAFI FISIKA PENDAHULUAN. WAHYU ANDY NUGRAHA, ST, MSc ZAINUL HIDAYAH, SPi, MAppSc. RABU Jam

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

HIBAH PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA JUDUL PENELITIAN STUDI ANALISIS PENDANGKALAN KOLAM DAN ALUR PELAYARAN PPN PENGAMBENGAN JEMBRANA

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

EKSPEDISI SNELLIUS II ( ): EKSPEDISI OSEANOGRAFI TERBESAR DALAM KERJASAMA INDONESIA-BELANDA

Gambar 1. Diagram TS

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Bentuk bentukan dasar laut / topografi dasar laut

MELACAK PENGEMBARAAN DUGONG DENGAN SATELIT

PROPOSAL. Dr. rer. nat. Mutiara R. Putri, M.Si

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing

Biogeografi Daluga Untuk Prospek Ketahanan Pangan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

1. PENDAHULUAN. Spesies ikan malalugis atau juga disebut layang biru (Decapterus

Gambar 1.1. Indonesia terletak pada zona subduksi (

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

HIDROSFER V. Tujuan Pembelajaran

KARAENG PATTINGALLOANG: MENGUAK DUNIA DARI SOMBA OPU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN JEMBATAN GANTUNG. A. Sejarah Pembangunan Jembatan Gantung Ujung Gading Pasaman Barat

Judul : PAUS BELUGA Penulis Cerita : Renny Yaniar Penulis Pengetahuan : Christien Ismuranty Kiki Anggraini Editor Bahasa : Niken suryatmini Desain dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

Rute Penjelajahan Samudera Bangsa Eropa

2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe.

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VARIASI GELOMBANG LAUTDI SELAT MAKASSAR BAGIAN SELATAN

Gambar 5.2. Pesawat terbang Piper Aztec disiapkan untuk survei udara untuk sensus dugong di Kepulauan Lease, Maluku (de Iongh)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

PIETER BLEEKER: TOKOH PALING AKBAR DALAM IKTIOLOGI

KOMPLEK PENELITIAN EKOLOGI PANTAI DI JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan

1.1 Latar Belakang. Gambar 1.1 Tsunami di berbagai kedalaman. Sumber: Pengenalan Tsunami, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

HIU TERBESAR JINAK DAN BUKAN KARNIVORA, 9 Fakta Menarik Tentang Hiu Paus

Gambaran Materi Pelajaran. Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 6 Semester 1 Tahun Ajaran Minggu Topik Materi Umum Materi Adaptasi

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai BATIMETRI. Oleh. Nama : NIM :

Pendangkalan Alur Pelayaran di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.2

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 04 Desember 2016 s/d 08 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

SUSPENSI DAN ENDAPAN SEDIMEN DI PERAIRAN LAUT JAWA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi.

ANALISIS PENGUASAAN MAHASISWA PGSD FIP UNIMED TERHADAP TERMINOLOGI BAHASA LATIN DALAM MATA KULIAH KONSEP DASAR IPA

PAKET D. 5. Perhatikan gambar piramida berikut!

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dingin telah membawa kecenderungan menyusutnya

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 08 Desember 2016 s/d 12 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB XIII PERKEMBANGAN MASYARAKAT PADA MASA KOLONIAL EROPA PETA KONSEP. Kata Kunci

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kota Tuban merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang terletak di ujung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,


Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN dan luas perairannya Indonesia adalah Negara

BAB I PENDAHULUAN. Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

EKSPEDISI VALDIVIA (1898-1899): RINTISAN PENELITIAN LAUT-DALAM DI BAGIAN BARAT NUSANTARA Menjelang akhir abad 19, beberapa negara maritim di Eropa saling berlomba untuk melaksanakan ekspedisi-ekspedisi ilmiah untuk mengungkapkan rahasia laut-dalam, yang memang saat itu masih merupakan frontier of science yang masih diselubungi kegelapan dan sangat menantang. Tercatat sekitar 30 ekspedisi ilmiah dari Eropa dan Amerika yang berkunjung ke Nusantara selama periode abad 18 hingga akhir abad 19 (van Aken, 2005). Namun kebanyakan tidak menjadikan Indonesia sebagai tujuan utama, tetapi sekedar lewat dalam pelayaran ekspedisi dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik atau sebaliknya. Keutamaan melalui perairan Nusantara adalah karena kawasan perairan ini merupakan satu-satunya kawasan yang menghubungkan kedua samudra raya itu di lintang rendah atau di katulistiwa. Kemudian barulah Belanda yang berinisiatif melaksanakan Ekspedisi Siboga (1899) yang khusus dipusatkan di perairan Nusantara bagian timur. Pada era itu ekspedisi aut-dalam ke bagian barat Nusantara belum mendapat perhatian. Gambar 1. Kapal Valdivia. 1

Di lain pihak, saat kebanyakan ekspedisi laut ditujukan ke kawasan timur Indonesia, Jerman justru memberikan perhatiannya pada laut-dalam di perairan Nusantara bagian barat, disebelah barat Sumatra, di perairan sekitar Kepulauan Mentawai dengan meluncurkan ekspedisi dengan kapal Valdivia (Gambar 1). Gambar 2. Lintas layar kapal Valdivia, 1898-1899. Ekspedisi Jerman dengan kapal Valdivia dilaksanakan tahun 1898-1899, sebenarnya bertujuan mengeksplorasi beberapa bagian laut-dalam dunia, mulai dari perairan sekitar Afrika, sampai ke Antartika dan Samudra Hindia (Gambar 2). Masuknya Ekspedisi Valdivia ke perairan Nusantara merupakan bagian dari ekspedisi besar itu. Ekspedisi ini bertujuan utama untuk mengkaji karakteristik berbagai perairan laut-dalam dunia dalam aspek-aspek kimia, fisika, biologi dan geologi. Selain mengoleksi sampel-sampel biota laut, ekspedisi ini juga mengoleksi biota darat di pulau-pulau yang disinggahi, termasuk di Kepulauan Mentawai, di sebelah barat Sumatra. Kapal Valdivia dalam ekspedisi ini dinakodai oleh Kapten Krech, sedangkan pemimpin ekspedisinya adalah Carl Chun, seorang biologist yang mempunyai kepakaran dalam bidang plankton dan juga cumi-cumi laut-dalam. Carl Chun adalah ilmuwan yang dikenal luas tentang konsepnya yang mengaitkan hubungan plankton di permukaan dan kehidupan di laut-dalam. Kehadiran ekspedisi ini di perairan sebelah barat Sumatra telah menambah pengetahuan baru tentang lingkungan laut-dalam di kawasan ini. Lubuk-lubuk laut-dalam (deep-sea basin) di 2

sekitar Kepulauan Mentawai dapat dipetakan dengan lebih baik. Lubuk-lubuk ini merupakan bagian dari Palung Jawa ( Java Trench) yang terentang memanjang mulai dari sebelah barat Sumatra, melengkung sampai ke selatan Jawa dan Nusa Tenggara. Gambar 3. Kiri: Carl Chun, Pemimpin Ekspedisi. Kanan: Kapten Krech, nakoda kapal Valdivia. Gambar 4. Pengambilan sampel plankton dan bentos dalam Ekspedisi Valdivia. (NOAA Photo Library) Di sekitar perairan ini dapat dikoleksi ikan-ikan laut-dalam ( deep-sea fishes) yang bentuknya tampak aneh atau menyeramkan dengan gigi-geligi yang panjang dan tajam, seperti 3

pada Melanostomias melanops misalnya, yang diperoleh dari kedalaman 1.024 m di sebelah barat-daya Sumatra (Gambar 5). Di sepanjang tubuhnya terdapat sederetan bintik -bintik yang berpendar (bioluminiscense). Gambar 5.Ikan Melanostomias melanops dari kedalaman 1.024 m, dari sebelah barat-daya Sumatra. (wikimedia.org). Gambar 6. Beberapa jenis biota laut-dalam dari Ekspedisi Valdivia. a. Vampiroteuthis infernalis; b. Melanocetus johnsoni; c. Opisthoproctus soleatus; d. Anoplogaster cornuta. Dalam ekspedisi ini memang banyak ditemukan jenis-jenis ikan laut-dalam yang bentuknya aneh, seperti Melanocetus johnsoni yang umum dikenal sebagai pemancing (angler fish) karena mempunyai tangkai di bagian kepalanya, bagaikan joran pancing yang 4

panjang dengan umpan berpendar di ujungnya, untuk mengundang calon mangsanyaa (Gambar 6 ). Ada pula ikan dengan mata teleskopik seperti pada Opisthoproctus soleatus. Selain ikan dan plankton, berbagai jenis cumi-cumi/sotong (Cephalopod) laut - dalam pun dapat dikoleksi, banyak diantaranya mempunyai bentuk dan warna yang indah. Ekspedisi Valdivia sempat menyinggahi pelabuhan Padang, dan juga Pulau Siberut yang merupakan pulau terbesar di Kepulauan Mentawai, serta Sabang di Pulau Weh (Aceh). Data dan informasi mengenai daratan yang dikunjungi juga mendapat perhatian dari ekspedisi ini. Kedalaman Lubuk Mentawai ( Mentawai Basin) terekam maksimum Gambar 7. Karya monumental Carl sedalam 1.760 m, tetapi kedalaman ambangnya ( sill depth), yang menentukan sirkulasi di lapisan dalam, Chun hasil Ekspedisi Valdivia: Aus den Tiefen des Weltmeeres (1903) hanya sekitar 900 m. Dalam Ekspedisi Valdivia ini ditemukan ikan laut-dalam sebanyak lebih dari 180 spesies yang baru bagi science, yang hidupnya di bawah kedalaman 1.000 meter. Dari ekspedisi ini, August Breuer, seorang iktiologist (ahli ikan) menerbitkan buku Die Tiefseefische (Ikan-ikan Laut-Dalam) tahun 1908, dalam dua jilid yang kaya dengan ilustrasi, yang kelak merupakan rujukan baku dalam kajian-kajian ikan laut-dalam. Carl Chun sendiri, sebagai pimpinan ekspedisi ini, menulis buku yang sangat populer, Aus den Tiefen des Gambar 7. Masjid di Padang yang terekam dalam Ekspedisi Valdiviaa 1898-1999. (NOAA Photo Library) Weltmeeres (Dari Kedalaman Laut- tahun 1903, yang Laut Dalam Dunia) berisikan laporan umum Ekspedisi Valdivia, yang juga sangat populer diperkaya dengan ilustrasi dan foto yang mengagumkan. Foto-foto yang ditampilkan tidak saja mengenai kegiatan di laut selama ekspedisi berlangsung, 5

tetapi juga kondisi alam dan lingkungan di daratan Pulau Sumatra bagian barat di akhir abad 19. Secara keseluruhan Ekspedisi Valdivia menghasilkan laporan ilmiah yang luar biasa, sampai berjumlah 24 volume, yang diterbitkan antara tahun 1902 hingga 1940. PUSTAKA Nontji, A. 2009. Penjelajahan dan Penelitian Laut Nusantara dari Masa ke Masa. Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: 433 hlm. van Aken, H. 2005. Dutch oceanographic research in colonial times. Oceanography 18 (4): 30-41. Valdivia Expedition. https://de.wikipedia.org/wiki/valdivia-expedition. Anugerah Nontji 26/10/2017 ----- 6