BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

KEJADIAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA PERIODE MEI-AGUSTUS 2009

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana

KEJADIAN BENCANA GERAKAN TANAH TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

LANDSLIDE OCCURRENCE, 2004 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA. BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona

KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR. Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi,

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Investigasi Longsor di Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan ABSTRAK

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

GERAKAN TANAH DI CANTILLEVER DAN JALUR JALAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman. Sari

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB IV STUDI LONGSORAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

DEFINISI. Thornbury, 1954 : Proses akibat gaya gravitasi secara langsung.

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

- : Jalur utama Bandung-Cirebon BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEJADIAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA PERIODE APRIL JULI 2010 Y. ARIFIANTI, W.I. RETNONINGTYAS

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

Pemeriksaan lokasi bencana gerakan tanah Bagian 1: Tata cara pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

PENYELIDIKAN STABILITAS LERENG PADA JALUR JALAN KRUI-LIWA, KABUPATEN LIWA, PROVINSI LAMPUNG. Rachman SOBARNA

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB II TINJAUAN UMUM

ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN, PROVINSI JAWA BARAT. Eka Kadarsetia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BELAJAR DARI TANAH LONGSOR DEWATA, KEC PASIRJAMBU, KABUPATEN BANDUNG Yunara Dasa Triana1, Imam A. Sadisun2, Hery Purnomo1

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Longsoran Desa Sirnajaya dan Sekitarnya, Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

PENENTUAN BIDANG GELINCIR LONGSORAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK FISIS BATUAN DENGAN SEISMIK BIAS DANGKAL DI DAERAH CILILIN, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah rawan bencana.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

PENGARUH BEBAN DINAMIS DAN KADAR AIR TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TANAH LEMPUNG BERPASIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengenalan Gerakan Tanah

ZONASI DAERAH BAHAYA LONGSOR DI KAWASAN GUNUNG TAMPOMAS KABUPATEN SUMEDANG, JAWA BARAT

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W

Transkripsi:

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Suranta Sari Bencana gerakan tanah terjadi beberapa saat setelah Gempabumi berintensitas 7,3 SR melanda Jawa Barat pada Rabu, 2 September 2009. Gerakan tanah terjadi di Kampung Babakan Caringin, Desa Cikangkareng, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Bencana ini mengakibatkan 25 orang hilang, 27 orang meninggal dunia (sudah ditemukan), 4 orang luka berat, 12 rumah, 1 toko dan 1 masjid hancur tertimbun longsoran. Daerah Kecamatan Cibinong terletak pada Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi yang artinya daerah ini mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sering terjadi gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak. Gerakan tanah terjadi pada gawir gerakan tanah lama yang mengarah ke arah Timur dan memanjang dari selatan ke utara. Desa Cikangkareng terletak di bawah gawir tersebut. Longsor menyebabkan material gerakan tanah meluncur ke daerah pemukiman. Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar kejadian gerakan tanah dan di bagian bawah lereng yang sudah mengalami retakan harus selalu waspada, karena daerah ini masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan, terutama pada musim hujan. Pemerintah Daerah setempat dan instansi terkait diharapkan dapat memanfaatkan rekomendasi dan langkah langkah penanggulangan yang diberikan sebagai pertimbangan dalam pengembangan wilayah di kawasan tersebut. Kata kunci : Longsor, Gempabumi, Cikangkareng Pendahuluan Gerakan tanah dipicu oleh gempabumi dengan magnitudo/ kekuatan 7,3 Skala Richter pada hari Rabu tanggal 2 September 2009 jam 14,55 WIB di Kampung Babakan Caringin, Desa Cikangkareng, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Daerah bencana merupakan gawir longsoran lama yang terletak di sebelah barat pemukiman yang terletak di bawah lereng tebing perbukitan yang terjal hingga sangat terjal dengan kemiringan lereng hampir tegak (80-90 ). Dengan adanya kondisi seperti di atas, maka dikhawatirkan gerakan tanah dapat terulang kembali di daerah tersebut. Dampak bencana gempabumidan gerakan tanah yang tercatat di Posko Desa Cikangkareng dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Cianjur tanggal 5 Oktober 2009: 25 orang hilang, 27 orang meninggal dunia (sudah ditemukan) 4 orang luka berat 12 rumah, 1 toko dan 1 masjid hancur tertimbun. Lokasi Lokasi bencana alam terletak di Kampung Babakan Caringin, Desa Cikangkareng, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis gerakan tanah terletak pada koordinat 107 10' 37 BT; 07 19 5 LS. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 3, Desember 2009 : 53-57 Hal :53

106 26' 13"BT 108 6' 51"BT 7 44' 22.4"LS 106 26' 13"BT PETA LOKASI GERAKAN TANAH DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT KETERANGAN Lokasi Bencana % Skala 1 : 1 500 000 108 6' 51"BT 7 44' 22.4"LS Gambar 1 Peta Lokasi Gerakan tanah Kondisi Daerah Bencana Topografi daerah sekitar bencana mempunyai kemiringan lereng hampir tegak, 80 90 dan di bawah gawir yang tegak ini terdapat pemukiman Kampung Babakan Caringin dengan morfologi landai hingga agak terjal dengan kemiringan 5 15. Jenis gerakan tanah adalah runtuhan batuan dengan panjang 662 m, lebar 250 m dan arah U 80 T dan di sertai retakan pada lereng bagian atas tebing perbukitan, dengan volume material gerakan tanah sekitar 1.500.000 m 3. Berdasarkan peta geologi lembar Sindangbarang (Koesmono, M, dkk, 1996) daerah bencana disusun oleh batuan Formasi Koloberes (Tmk) yang disusun oleh perlapisan batuan sedimen berupa Hal :54 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 3, Desember 2009 : 54-57

batu pasir, tufa kristal, breksi tufaan dengan perlapisan sejajar, kurang mampat. Batuan tersebut telah terkekarkan dengan tanah pelapukan berupa lanau pasiran hingga lempung pasiran berwarna coklat kemerahan dan akibat kemarau panjang tanah tersebut mengalami retak retak. Lereng bagian atas kampung Cikangkareng telah mengalami retakan memanjang dengan panjang 25 m dan lebar 10 15 cm. Kegempaan Batuan dasar di daerah sekitar bencana sebagian besar didominasi oleh batuan yang berumur Kuarter sehingga batuan tersebut bersifat kurang kompak dan lepas serta termasuk ke dalam zona gempa dengan percepatan 0,20 g sampai 0,25 g (Beca Carter Holling dan Ferner, Ltd, 1975), dengan demikian faktor kegempaan ini perlu diperhitungkan. Gb. 2. Peta Geologi Daerah Cikangkareng dan sekitarnya Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 3, Desember 2009 : 55-57 Hal :55

Gerakan Tanah Faktor Penyebab Bencana gerakan tanah di daerah ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : Topografi daerah sekitar bencana mempunyai kemiringan lereng hampir tegak, dengan kemiringan lereng 80 90, sedangkan pemukiman menempati daerah landai hingga agak terjal yang terletak di bawah tebing perbukitan yang tegak, sehingga jika daerah perbukitan mengalami longsoran maka daerah pemukiman tersebut akan berpotensi untuk terlanda material longsoran. Adanya perselingan batuan yaitu batu pasir, batu lempung dan breksi tufaan dengan struktur perlapisan mendatar yang telah mengalami pengkekaran menyebabkan saat terjadi gempa dengan sekala 7,3 Skala Richter batuan tersebut mengalami goncangan dan runtuh. Mekanisme Lereng yang tegak dan memanjang yang berada di sebelah barat Desa Cikangkareng dibentuk oleh batuan batu pasir, batu lempung dan breksi tufaan dengan struktur perlapisan mendatar dan batuan tersebut telah mengalami pengkekaran. Akibat kemarau panjang maka tanah pelapukan yang berada di atasnya yang berupa lanau pasiran hingga lempung pasiran mengalami retak retak. Dengan adanya gempabumidengan kekuatan 7,3 Skala Richter maka batuan yang telah terkekarkan tersebut mengalami goncangan sehingga batuan dan tanah yang berada di atasnya runtuh dan materialnya meluncur ke daerah pemukiman yang relatif landai. Permasalahan Perselingan batuan yaitu batu pasir, batu lempung dan breksi tufaan dengan struktur perlapisan mendatar yang telah mengalami pengkekaran dengan tanah pelapukan berupa lanau pasiran hingga lempung pasiran berwarna coklat kemerahan dan akibat kemarau panjang tanah tersebut mengalami retak retak, sehingga ketika terjadi gempa dengan kekuatan 7,3 SR maka batuan yang telah terkekarkan mengalami goncangan sehingga terjadi runtuhan batuan dan materialnya meluncur ke daerah pemukiman. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Batuan dasar pembentuk lereng disusun oleh perlapisan batuan sedimen berupa batu pasir, tufa kristal, breksi tufaan dengan perlapisan sejajar, kurang mampat. Batuan tersebut telah terkekarkan dengan tanah pelapukan berupa lanau pasiran hingga lempung pasiran berwarna coklat kemerahan dan akibat kemarau panjang tanah tersebut mengalami retak retak. Perselingan batuan yaitu batu pasir, batu lempung dan breksi tufaan dengan struktur perlapisan mendatar yang telah mengalami pengkekaran sehingga ketika terjadi gempa dengan sekala 7,3 Skala Richter maka batuan yang telah terkekarkan mengalami goncangan dan terjadi runtuhan batuan dimana materialnya meluncur ke arah daerah pemukiman. Rekomendasi dan upaya penanggulangan Daerah di sekitar lokasi kejadian bencana masih berpotensi mengalami gerakan tanah lagi / susulan oleh karena itu direkomendasikan, bahwa : Masyarakat yang bermukim dan beraktifitas di sekitar kejadian gerakan tanah dan yang menghuni lereng bagian bawah dari lereng yang sudah mengalami retakan harus selalu waspada, karena di daerah ini masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan, terutama pada musim hujan. Untuk merencanakan pemukiman baru harus memilih lokasi yang menjauhi tebing perbukitan dengan kemiringan lereng tegak tersebut yang berjarak lebih dari 500 m dari ujung tebing bukit. Segera menutup retakan yang terjadi dengan tanah lempung dan dipadatkan, agar air permukaan tidak masuk ke dalam tanah. Agar melakukan penanaman pepohonan yang berakar kuat dan dalam di sekitar daerah retakan. Hal :56 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 3, Desember 2009 : 56-57

Jika terjadi curah hujan dengan intensitas tinggi maka penduduk yang bermukim di Kampung Sukaresik dan Kampung Cikangkareng agar mengungsi ke tempat yang lebih aman yaitu menjauh dari tebing perbukitan yang lereng bagian atasnya sudah retak. Daftar Pustaka Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, 2009, Data korban bencana akibat gempa bumi 2 September 2009 per tanggal 5 Oktober 2009. Beca Carter, Holing and ferner Ltd, 1976, Seismic Zone For Building Construction in Indonesia, Indonesia earthquake Study. Vol. 3. Koesmono, M; dkk, 1996, Peta Geologi Lembar Sindangbarang dan Bandarwaru, Pusat Pemetaan dan Pengembangan Geologi, Bandung Suranta 2009, Laporan Penyelidikan Pasca gerakan tanah akibat gempa bumi 2 September 2009. Gambar 4. Gerakan tanah jenis runtuhan batuan terjadi di Kampung Babakan caringin, Desa Cikangkareng, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur. Gambar 5. Di latar belakang nampak pemukiman yang berada dekat dengan tebing perbukitan yang tegak, jika daerah perbukitan terjadi longsor maka material longsorannya dapat melanda ke daerah pemukiman. Gambar. 3. Kondisi daerah sekitar Desa. Cikangkareng sebelum kejadian longsor, tampak Daerah sekitar longsoran merupakan daerah yang gundul.garis putus warna merah merupakan daerah yang terlanda. Gambar 6. Retakan terjadi di lereng bagian atas perbukitan yang tegak sehingga jika terjadi curah hujan yang tinggi atau terjadi gempabumi dengan kekuatan besar maka Kampung Sukaresik dan Kampung Cikangkareng terancam material gerakan tanah. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 3, Desember 2009 : 57-57 Hal :57