BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam merupakan peristiwa alam yang disebabkan oleh proses yang terjadi alami atau diawali oleh tindakan manusia dan menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia (Sutikno, 1985). Salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah tanah longsor. Tanah longsor merupakan proses perpindahan suatu massa batuan/tanah akibat gaya gravitasi. Tanah longsor dapat terjadi karena 2 (dua) hal yaitu karena gejala alam dan aktifitas manusia. Varnes (1996), mengemukakan bahwa gerakan massa terjadi bukan hanya oleh satu macam sebab, melainkan karena rangkaian proses dari berbagai macam penyebab. Secara ringkas semua penyebab tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua faktor utama, yaitu faktor yang menambah gaya penggerak dan faktor yang menurunkan gaya penahan. Gerakan massa yang terjadi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan fisik daerah tersebut, dan tata guna lahan. Faktor fisik yang mempengaruhi gerakan massa tanah atau batuan antara lain kemiringan lereng, kondisi geologi yang meliputi jenis batuan, tingkat pelapukan batuan tekstur, permeabilitas dan iklim. Daerah penelitian merupakan daerah tebing di sepanjang Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman yang memiliki tinggi lereng sekitar meter dan tergolong curam dengan kemiringan mencapai 55 o. Lereng terdiri dari 3 lapisan batuan dan dari pengamatan di lapangan sudah banyak singkapan yang terkekarkan. Lereng paling atas tersusun atas batu lapili-tuff, lereng bagian tengah berupa batu pasir tufaan, dan lereng bagian bawah tersusun atas perselingan batu pasir tufaan dan batu lanau tufaan. Jatuhan batuan kerap terjadi pada lereng, menghancurkan beberapa rumah warga yang berada di bawah lereng. Namun bencana yang paling besar terjadi pada tahun 2004 ketika di Desa Bokoharjo terjadi gempa. Gempa dengan magnitudo 6,5 skala Richter terjadi di kedalaman 48 kilometer berpusat di 104 Km Barat Daya Kebumen. Potensi kejadian longsor di 1

2 2 Desa Bokoharjo, Prambanan, Kabupaten Sleman selalu terjadi dari tahun ke tahun dan selalu mengakibatkan kerugian bagi masyarakat sekitarnya (Gambar 1.1). Pada tebing di lereng batuan Desa Bokoharjo bagian atas masih terdapat beberapa blok batuan yang cukup besar (Gambar 1.2) dan dapat runtuh dengan mudah, apalagi dengan ditambah dengan faktor beban gempa mengingat Yogyakarta merupakan daerah rawan gempa. Gambar 1. 1 Longsoran massa batuan yang menimpa pemukiman warga (Ang, 2004) Gambar 1. 2 Blok massa batuan pada lereng bagian atas Desa Bokoharjo Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan pemetaan daerah rawan bencana tanah longsor dan pemasangan perlindungan agar masyarakat waspada dan

3 3 selamat terhadap daerah yang rawan akan bencana tanah longsor. Pada penelitian ini dilakukan analisis kinematik dan analisis stabilitas lereng batuan untuk selanjutnya diberikan rekomendasi bangunan proteksi terhadap jatuhan batuan yang paling optimal berdasarkan tingkat kerawanan dan besar blok batuannya, mengingat di sekitar tebing masih terdapat beberapa pemukiman warga dan juga terdapat akses jalan berupa Jalan Piyungan yang termasuk Jalan Provinsi yang memiliki peran penting dalam bidang transportasi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada bagian latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana kondisi struktur batuan dan mode keruntuhan pada lereng batuan desa Bokoharjo. b. Bagaimana kondisi stabilitas lereng batuan pada desa Bokoharjo. c. Rekomendasi metode penanganan yang dilakukan untuk mengurangi risiko dari batuan jatuh. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Mengidentifikasi kondisi geomorfologi, geologi, dan litologi pada lereng batuan di Desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman. b. Mengidentifikasi mode keruntuhan yang mungkin terjadi pada lereng yang terdapat di Desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman. c. Mengidentifikasi tingkat stabilitas pada lereng yang terdapat di Desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman berdasarkan faktor air tanah dan gempa bumi yang menyebabkan ketidakstabilan lereng. d. Memberi suatu alternatif/rekomendasi penanganan jatuhan batu menggunakan metode proteksi. 1.4 Batasan Masalah Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

4 4 a. Lokasi penelitian berada di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengujian laboratorium untuk menentukan berat jenis (spesific gravity) dilakukan di Laboratorium Transportasi Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada, dan pengujian kuat tekan (uniaxial compressive strength) dilakukan di Laboratorium Geologi Tata Lingkungan Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. b. Analisis kinematik dilakukan dengan proyeksi stereografis menggunakan perangkat lunak StereonetApps untuk analisis individual plot pada titik amat dan DIPS untuk analisis berkelompok (major planes plot) dan analisis stabilitas dengan menggunakan perangkat lunak Plaxis Manfaat Penelitian Adapun salah satu hasil (output) dari penelitian ini adalah berupa peta daerah rawan longsoran batuan berdasarkan hasil analisis yang berupa mode dan arah keruntuhan batuan dan faktor aman (SF) dari lereng batuan. Sehingga manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah setempat dalam upaya penaggulangan bencana longsor dan jatuhan batuan serta sebagai bahan rekomendasi dan referensi dalam penyusunan rencana teknis penanganan jatuhan batuan. Dengan adanya alternatif penanganan jatuhan batuan, kerusakan yang timbul pada sarana dan prasarana jalan serta munculnya korban jiwa dapat dihindari. 1.6 Keaslian Penelitian Berdasar studi pustaka yang dilakukan, beberapa penelitian mengenai analisis stabilitas dan analisis kinematik lereng batuan sudah pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Simbolon (2015) melakukan penelitian Analisis Stabilitas Lereng Batuan dengan Rock Shed Sebagai Bangunan Proteksi pada Kasus Longsoran di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Penelitian ini menganalisis stabilitas lereng batuan dengan analisis 2 dimensi menggunakan program Slide Ver.6 dan Phase Ver. 8 dari

5 5 Rocscience serta menganalisis pemodelan jatuhan batuan dengan program Rockfall 4.0. Hasil dari penelitian ini adalah merancang rock shed sebagai bangunan proteksi pada badan jalan yang rawan longsor. Azzuhry (2015) melakukan penelitian analisis stabilitas dan mekanisme keruntuhan lereng batuan sedimen tambang terbuka batubara Kecamatan Muaralawa dan Kecamatan Damai, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini menganalisis stabilitas lereng menggunakan metode elemen hingga dengan menggunakan program Plaxis dan Phase2. Hasil dari penelitian ini adalah menentukan deformasi dan faktor aman yang terjadi di lereng tersebut. Widhasuna (2013) melakukan penelitian Analisis Kinematik dan Stabilitas Galian Tambang Terbuka di Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini, melakukan analisis stabilitas lereng metode kinematik dan analisis keseimbangan batas dan elemen hingga. Leoanard (2011) melakukan penelitian analisis stabilitas lereng batuan di tambang batu lempung Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menganalisis stabilitas lereng menggunakan metode analisis kinematik, analisis keseimbangan batas (Slope\W). Hasil dari penelitian ini adalah berupa faktor aman dari lereng batuan di tambang batu lempung Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa tengah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya ialah penelitian ini membahas tentang penggunaan analisis kinematik dan analisis numerik pada stabilitas lereng batuan di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis kinematik pada penelitian ini menggunakan proyeksi stereografi dan dilakukan dengan 2 tahap, yaitu analisis individual plot pada masing-masing titik amat dengan bantuan perangkat lunak StereonetApps dan analisis berkelompok (major planes plot) dengan perangkat lunak DIPS. Analisis numerik pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak Plaxis 8.2. Hasil analisis keseluruhan menampilkan mode keruntuhan dan arah longsoran yang mungkin terjadi dan faktor aman (SF) pada lereng batuan.