KONSTRUKSI INFINITIF BAHASA JERMAN DAN PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

PBNGUATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

Sulis Triyono, M.Pd Pembina Utama Muda/IV/c/Lektor Kepala. Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBS Universitas Negeri yogyakarta

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dapat berupa percakapan (lisan) dan tulisan. Apabila pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

PENGGUNAAN KALIMAT OLEH REMAJA TUNARUNGU DI SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI. oleh Rina Widiastuti NIM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa

MODEL PEMBELAJARAN KIP (KREATIF, INOVATIF, DAN PRODUKTIF) UNTUK MENGATASI RENDAHNYA PARTISIPASI BELAJAR SISWA

Anak perempuan itu bercakap-cakap sambil tertawa. (Nur, 2010: 83).

NACHERZIIHLEN SFRA J] A I I IPA 1/^{ PFNT]\I{:I{A TA IV I{FTF' P N il'ptt A N

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN DI SMA KOTA YOGYAKARTA DAN SEKITARNYA MELALUI PEL AT]HAN PENELITIAN TT\JDAKAN K.

LAPORAN KEGIATAN PPM

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Gorontalo (selanjutnya disingkat BG) adalah bahasa yang

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

STRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AL QALAM

LAPORAN PPM DOSEN PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN MELALUI INTERNET BAGI GURU BAHASA JERMAN SE DIY. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia

DESAIN BUKU AJAR BAHASA MADURA BERBASIS BUDAYA: Sebagai Upaya Pemertahanan Bahasa dan Budaya Madura

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

L-, LAPORAN PENELITIAN UJI KEMANFAATAN UJI KEMANFAATAN MODEL PEMBEISJARAN INTERAKTIF RESEARCH BASED TEACHIIYG (RBT) TAHUN ANGGARA}I 2OO8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

LAPORAN PBNELITIAN MANDIRT TAHUN ANGGARAN 2OOg

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari sebuah bahasa, termasuk bahasa Jerman, pembelajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

KONSTRUKSI INFINITIF BAHASA JERMAN DAN PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

LAPORAN PENELITIAN KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP NU AL-MA RUF KUDUS.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

KONSTRUKSI INFINITIF DALAM BAHASA JERMAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk mengerti

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SINTAKSIS DR 413. Drs. H. Usep Kuswari, M.Pd. Hernawan, S.Pd., M.Pd.

Jurnal Sastra Indonesia

SKRIPSI ANALISIS POLA KALIMAT DALAM TULISAN MAHASISWA BIPA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA, UNIVERSITAS UDAYANA REVINA INELDA NIVIRAWATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Dilihat dari keempat kemampuan di atas, menulis merupakan

BAB V PENUTUP. sistem modalitas Bahasa Inggris. Modalitas merupakan sistem semantis di mana

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Wirjosoedarmono dalam Husain Junus dan Arifin Banasuru, 1996: 14).

Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional. Oleh: Tatang Suparman NIP

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

PROPOSAL PENELITIAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA Judul : PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA MELALUI TRACER STUDY

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

LAPORAN PENELITIAN TIM PASCASARJANA POLA PENGGUNAAN SATUAN LINGUAL YANG MENGANDUNG PRONOMINA PERSONA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN DAN HADIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

STRUKTUR SEMANTIS VERBA UJARAN BAHASA SIMALUNGUN

LAPORAN PPM PELATIHAN KOMPUTER BAGI STAF DAN PEJABAT DESA WEDOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN. Tim

IMPLEMENTASI STRATEGI TUTOR SEJAWAT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA DALAM MATA KULIAH FISIKA MATEMATIKA I

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

LAPORAN KEGIATAN PPM 2008

Transkripsi:

i LAPORAN PENELITIAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2012 KONSTRUKSI INFINITIF BAHASA JERMAN DAN PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Prof. Dr. Pratomo Widodo, M.Pd. Dr. Sufriati Tanjung, M.Pd. Drs. Sulis Triyono, M.Pd. Dra. Sri Megawati, MA. Dra. Wening Sahayu, M.Pd. Dita Amelia Ira Lukiyanti FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN PAYUNG FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2012 1. Judul Penelitian : Konstruksi Infinitif Bahasa Jerman dan Padanannya dalam Bahasa Indonesia 2. Ketua Peneliti: a. N a m a : Prof. Dr. Pratomo Widodo, M.Pd. b. N I P : 19580506 198601 1 001 c. Pangkat//Golongan : Pembina Utama Muda/IV/c d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala e. Instansi : Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBS Universitas Negeri Yogyakarta 3. Personalia: Peneliti/Ketua Anggota : Prof. Dr. Pratomo Widodo, M.Pd. : 1. Dr. Sufriati Tanjung, M.Pd. 2. Drs. Sulis Triyono, M.Pd. 3. Dra. Sri Megawati, M.Pd. 4. Dra. Wening Sahayu, M.Pd. 5. Dita Amelia 6. Ira Lukiyanti 4. Anggaran Penelitian : Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). 5. Waktu Penelitian : Mei 2012 s.d. Nopember 2012 Ketua BPP FBS, Yogyakarta, Nopember 2012 Peneliti, Dr. Anwar Effendi, M.Si. Prof. Dr. Pratomo Widodo, M.Pd. NIP. 19680715 199403 1 020 NIP 19610930 198703 1 004 Mengetahui: Dekan FBS, Prof. Dr. Zamzani, M.Pd. NIP. 19550505 198011 1 001 ii

PERSONALIA PENELITI Ketua: Prof. Dr. Pratomo Widodo, M.Pd. Anggota Dosen: 1. Dr. Sufriati Tanjung, M.Pd. 2. Drs. Sulis Triyono, M.Pd. 3. Dra. Sri Megawati, MA. 4. Dra. Wening Sahayu, M.Pd. Mahasiswa: 1. Dita Amelia 2. Ira Lukiyanti iii

DAFTAR ISI iv

KONSTRUKSI INFINITIF BAHASA JERMAN DAN PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Pratomo Widodo, dkk. 1 Abstrak 1 Ketua: Pratomo Widodo. Anggota: Sufriati Tanjung, Sulis Triyono, Sri Megawati, dan Wening Sahayu. Penelitian ini didanai oleh DIPA UNY tahun 2012. v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kalimat bahasa Jerman (selanjutnya disingkat bj) fungsi predikat selalu dijalankan oleh verba, baik dalam tataran kata maupun frasa. Predikat yang berupa kata, yang juga disebut sebagai verba sederhana (Einfaches Verb), memiliki dua makna sekaligus, yaitu makna gramatikal dan makna leksikal. Makna gramatikal verba, dalam hal ini terkait dengan makna verba yang meliputi persona, kala, modus, dan numerus, ditandai secara morfologis oleh konjugasi verba sebagai verba finit. Sementara itu, makna leksikal verba tercermin dari makna yang dikandung oleh (kata) verba itu sebagai predikat klausa. Dalam pada itu, predikat yang berupa frasa terdiri dari dua bagian yaitu verba finit (yang dikonjugasikan) dengan makna gramatikal sebagai verba bantu; dan verba infinit yang berperan sebagai verba utama dengan makna leksikal sebagai inti predikat. Dalam bj frasa verbal disebut juga sebagai verba kompleks (Verbalkomplex). Terdapat dua jenis verba infinit dalam konstruksi verba kompleks bj, yaitu verba bentuk partisipel dan verba bentuk infinitif. Bentuk infinitif adalah bentuk dasar yang tidak dikonjugasikan. Bentuk infinitif dalam verba kompleks bj penggunaanya dibedakan menjadi dua, yaitu infinitif dan infinitif dengan zu (zu infinitif, seperti terlihat pada contoh kalimat (1) dan (2) berikut. 1

(l) Ilona will ihre Mutter besuchen. Ilona akan ibunya mengunjungi (la) 'Ilona akan mengunjungi ibunya.' (2) Ilona glaubt, ihre Mutter zu besuchen. Ilona berpikir ibunya untuk mengunjungi. (2a) 'Ilona berpikir, untuk mengunjungi ibunya.' Pada contoh (l) di atas tampak penggunaan bentuk infinitif yang berpasangan dengan verba modal will (wollen) 'akan', sementara pada contoh (2) bentuk zu Infinitiv digunakan bersama-sama dengan verba finit glaubt (glauben) 'berpikir'. Apabila dibandingkan dengan tuturan yang sama dalam bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat bi), seperti pada kalimat (la) dan (2a), maka dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut. Kalimat bj (contoh 1) dan padanannya dalam bi (contoh la) merupakan kalimat tunggal yang terdiri dari satu klausa, namun kalimat bj (contoh 2) dan padanannanya dalam bl (contoh 2a) sebenarnya merupakan kalimat majemuk yang terdiri dari dua klausa. pada contoh (2) kalimat memiliki dua predikasi, ya Ilona glaubt Ilona berpikir, dan ihre Mutter zu besuchen 'mengunjungi ibunya'. Hal ini sama dengan kalimat bi (contoh 2a) yang juga memiliki dua predikasi yaitu berpikir dan (untuk) mengunjungi. Namun demikian karena pada kalimat bj (contoh 2) dan kalimat bi (contoh 2a) masingmasing hanya memiliki satu fungsi subjek maka kedua kalimat tersebut dapat digolongkan pada quasi kalimat majemuk. Perbedaan bentuk pada konstruksi infinitif bj temya juga diikuti perbedaan semantik. Fenomena yang sama juga terlihat pada padanan konstruksi infinitif bj dalam bi. Dari uraian di atas dapat disampaikan bahwa ada sejumlah permasalahan yang 2

perlu dipecahkan terkait dengan konstruksi infinitif dalam bj dan padanannya dalam bi. Selain itu, berdasarkan kajian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa frekuensi pemakaian bentuk infinitif dalam bj tergolong tinggi (produktif dan di samping itu, terdapat banyak ragam bentuk dan makna dalam konstruksi infinitif bj (widodo,2006). Oleh sebab itu, dipandang perlu untuk meneliti konstruksi infinitif bj dan padanannya dalam bi. Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat dijelaskan seluk-beluk permasalahan konstruksi infinitif bj dan padanannya dalam bi. Pada gilirannya hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk membantu pengajaran bj bagi penutur bl dan pengajaran bl bagi penutur bj, khususnya dalammenjelaskan konstruksi infinitif bj dan padanannya dalam bi'. B. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah di atas dapat disampaikan Rumusan Masalah sebagai berikut. l. Bagaimanakah bentuk dan makna konstruksi infinitif bj? 2. Bagaimanakan bentuk dan makna padanan konstruksi infinitif bj dalam bi? 3. Bagaimanakah persamaan dan perbedaan bentuk dan makna antarakonstruksi infinitif bj serta padanannya dalarn bl? C. Tujuan Penelitian l. Mendeskripsikan bentuk dan makna konstruksi infinitif bj. 2. Mendeskripsikan bentuk dan makna padanan konstruksi infinitif bj dalam bi' 3. Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan bentuk dan makna antata konstruksi 3

infinitif bj serta padanannya dalam bi. D. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat' baik secara teoretis maupun Praktis. 1. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi khasanah ilmu bahasa, terutama yang terkait dengan kajian linguistik kontrastif antara bj dan bi. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi penelitian lanjutan yang sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Penutur bl yang belajar bj dan penutur bj yang belajar bl dapat menggunakan temuan dari penelitian ini sebagai bahan masukan untuk lebih memahami konstruksi infinitif bj dan padanannya dalam bl' b. Guru bj untuk penutur bl maupun guru bi untuk penutur bj dapat memanfaatkan penelitian ini dalam merancang kegiatan belajar mengajarnya terutama untuk menerangkan konstruksi infinitif bj serta padanannya dalam bi. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam penyusunan buku ajar bj bagi pembelajar Indonesia dan buku ajar bi bagi pembelajar Jerman. d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada bidang penerjemahan dari bj ke dalam bl dan sebaliknya, agar hasil terjemahan sejauh mungkin dapat mendekati bahasa sumbernya. 4