BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini didapatkan 65 orang penderita pasca stroke iskemik dengan

dokumen-dokumen yang mirip
sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP).

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tiga puluh empat penderita stroke iskemik dengan komplikasi pneumonia

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

BAB 3 METODE PENELITIAN

1. Nama : Tgl lahir / Umur : Pekerjaan : Alamat :...

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini dijelaskan dan disajikan tentang RSUP Fatmawati Jakarta secara

HASIL PENELITIAN. variabel faktor demografis, faktor risiko vaskuler, dan karakteristik infark Karakteristik Faktor Demografis Subyek

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung adalah penyebab nomor satu kematian di dunia. Hasil penelitian

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. dikembangkan kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut: indikator Penyakit

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

LAMPIRAN 1. Universita Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN. Penelitian telah dilakukan pada 40 pasien epilepsi yang menjalani monoterapi

BAB III METODE PENELITIAN. mengaitkan aspek paparan (sebab) dengan efek. Pendekatan yang digunakan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 5 PEMBAHASAN. dan genotip APOE yang merupakan variabel utama penelitian.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Poliklin ik Saraf RSUD Dr. Moewardi pada

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 METODE PENELITIAN. risiko : 1) usia, 2) hipertensi 3) diabetes melitus 4) hiperkolesterol 5) merokok

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB IV HASIL PENELITIAN. diambil dari para wanita akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan injeksi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. satu kali pada saat yang sama serta faktor risiko dan efek telah terjadi di masa

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

kenaikan tekanan darah atau hipertensi. [1]

BAB III METODE PENELITIAN

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung

METODE. Desain, Waktu dan Tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Kota

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB III METODA PENELITIAN. pendekatan, populasi dan sampel, definisi operasional, variabel dan skala

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

Transkripsi:

62 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini didapatkan 65 orang penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi yang kontrol ke Instalasi Rawat Jalan Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.Kariadi Semarang, yang memenuhi kriteria penelitian. Tabel 4. Distribusi karakteristik umum subyek terhadap gangguan kognitif dengan pemeriksaan SE Gangguan kognitif Variabel Terganggu/ < 27 Tak terganggu/ > 27 Stat p Usia 60,2 + 6,33 58,0 + 4,15 0,092 Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan Tingkat pendidikan - SD - SLTP - SLTA - Sarjana Pekerjaan - PNS / ABRI - Wiraswasta - Dagang - Buruh/ tani - Pensiunan bekerja 24 (55,8%) 16 (72,7%) 3 (75%) 5 (83,3%) 16 (51,6%) 16 (66,7%) 10 (55,6%) 1 (20%) 1 (100%) 0 (0%) 21 (72,4%) 7 (63,6%) 19 (44,2%) 6 (27,3%) 1 (25%) 1 (16,7%) 15 (48,4%) 8 (33,3%) 8 (44,4%) 4 (80%) 0 (0%) 1 (100%) 8 (27,6%) 4 (36,4%) C 0,185 K 0,980 K 0,446 Uji ann Whitney Uji Chi square Uji Kolmogorov Smirnov Rerata usia penderita didapatkan pada yang terganggu kognitif (60,2+6,33) lebih tinggi dibanding tanpa gangguan kognitif. Jenis kelamin lebih banyak laki-laki

63 yang mengalami gangguan kognitif 24 responden (55,8%) dibanding laki-laki yang tanpa gangguan 19 responden (44,2%), juga bila dibandingkan dengan perempuan yang terganggu kognitifnya 16 responden (72,7%). Tingkat pendidikan terganggu kognitif terbanyak pada SLTA dan Sarjana, sedangkan jenis pekerjaan yang mengalami gangguan kognitif didominasi sebagian besar golongan pensiunan. Dari semua variabel diatas tak ada satu pun yang menggambarkan bermakna dengan gangguan kognitif (p > 0,05), uraian di atas dapat dilihat dalam tabel 4. Tabel 5 menjelaskan karakteristik umum dengan pemeriksaan CDT, rerata usia menunjukan terganggu kognitif lebih tinggi (60,3+6,5), dan tak ada hubungan bermakna secara statistik. Sedangkan jenis kelamin menunjukkan laki-laki yang terganggu kognitifnya sebanyak 17 responden (39,5%) dan hubungan bermakna dengan gangguan kognitif (p = 0,029). Pendidikan yang terganggu kogntifnya terbanyak pada tingkat SLTA, dan statistik menunjukan ada hubungan bermakna dengan gangguan kognitif (p = 0,031). Jenis pekerjaan terbanyak pada golongan pensiunan yang terganggu kognitifnya 15 (51,7%), semua uraian di atas dapat ditemukan pada tabel 5.

64 Tabel 5. Distribusi karakteristik umum subyek terhadap gangguan kognitif dengan pemeriksaan CDT Variabel Gangguan kognitif Terganggu/ < 4 Tak terganggu/ 4 Stat Usia 60,3 + 6,5 58,5 + 4,7 0,206 Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan Tingkat pendidikan - SD - SLTP - SLTA - Sarjana Pekerjaan - PNS / ABRI - Wiraswasta - Dagang - Buruh/ tani - Pensiunan bekerja 17 (39,5%) 15 (68,2%) 4 (100%) 5 (83,3%) 17 (54,8%) 6 (25%) 6 (33,3%) 2 (40%) 1 (100%) 0 (0%) 15 (51,7%) 8 (72,7%) 26 (60,5%) 7 (31,8%) 0 (0%) 1 (16,7%) 14 (45,2%) 18 (75%) 12 (66,7%) 3 (60%) 0 (0%) 1 (100%) 14 (48,3%) 3 (27,3%) p C 0,029* K 0,031* K 0,505 Uji ann Whitney Uji Chi square Uji Kolmogorov Smirnov Rerata usia responden adalah 59,37 (SD+5,67), rerata tinggi badan dan berat badan responden penelitian adalah 160,05 (SD+7,12) dan 61,28 (SD+9,67). Rerata tekanan darah sistolik dan diastolik responden adalah 150,15 (SD+13,40 ) mmhg dan 90,31 (SD+7,28) mmhg. Hasil pemeriksaan laboratorium responden penelitian didapatkan rerata kadar gula darah puasa (GDP) adalah 101 (SD+19,89 ) mg/ dl, rerata gula darah 2 jam postprandial (GD2PP) 145,55 (SD+50,86 ) mg/ dl, rerata kolesterol total 181,58 (SD+31,80) mg/ dl, rerata kadar kolesterol LDL 109,49 (SD+27,73 ) mg/ dl, rerata kadar kolesterol HDL 43,82 (SD+9,63) mg/ dl, dan rerata

65 kadar trigliserida 126,31 (SD+56,07) mg/ dl, uraian diatas dapat ditemukan dalam tabel 6. Tabel 6. Karakteristik pemeriksaan fisik dan laboratorium subyek penelitian Variabel Rerata + SD inimum aximum Usia Tahun) 59,37 + 5,67 48 73 Tinggi badan (cm) 160,05 + 7,12 150 175 Berat badan (kg) 61,28 + 9,67 36 91 Tekanan sistolik 150,15 + 13,40 130 180 Tekanan diastolik 90,31 + 7,28 80 110 GDP (mg/ dl) 101 + 19,89 74 203 GD2PP (mg/ dl) 145,55 + 50,86 83 357 Kolesterol total (mg/ dl) 181,58 + 31,80 98 254 Kolesterol LDL (mg/ dl) 109,49 + 27,73 46 169 Kolesterol HDL (mg/ dl) 43,82 + 9,63 26 67 Trigliserida (mg/ dl) BI 126,31 + 56,07 23,85 + 2,91 40 16 322 31,6 4.2. Riwayat Penyakit dan Faktor Risiko Pada Penderita Pasca Stroke Iskemik Pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan SE dikatakan terganggu bilamana didapatkan nilai < 27 (N = 40), sedangkan yang tak terganggu > 27 (N = 25). Hipertensi pada derajat 2 yang terganggu kognitif sebanyak 9 responden (69,2%) dengan Rasio Prevalen (RP) 1,524 kali dibanding derajat 1, secara statistik tak ada hubungan bermakna dengan gangguan kognitif. Retinopati kelompok I (KW 2) sebanyak 38 responden (67,9%) berhubungan bermakna dengan gangguan kognitif (p = 0,022), Rasio Prevalen (RP) 7,389 kali dibanding kelompok 2 (KW 0 dan KW 1).

66 Arteriosklerosis retina banyak didapatkan pada kelompok 1 (grade 2 dan 3) ternyata tak ada hubungan bermakna statistik. D dengan gangguan kognitif sebanyak 4 responden, secara statistik bermakna (p = 0,046), dengan Rasio Prevalen (RP) 0,236. Riwayat sakit jantung dalam hubungan dengan gangguan kognitif terdapat hubungan bermakna (p = 0,028), dengan Rasio Prevalen (RP) 0,103 kali untuk terjadi gangguan kognitif. Sedangkan pada faktor dislipidemia dan obesitas didapatkan responden yang terganggu kognitif lebih banyak dari yang tak terganggu, tetapi statistik tak bermakna. erokok secara statistik tak ada hubungan bermakna dengan gangguan kognitif. Hubungan antara gambaran lesi lakuner pada pemeriksaan CT Scan kepala dengan gangguan kognitif didapatkan tak bermakna (p = 0,217), juga kondisi gambaran dari suatu atropi serebri dengan gangguan kognitif juga tak ada hubungan bermakna secara statistik didapatkan nilai p = 0,339. Semua penjelasan di atas dapat ditemukan dalam tabel 7.

67 Tabel 7. Analisis hubungan faktor risiko subyek terhadap gangguan kognitif dengan pemeriksaan SE Variabel Hipertensi - Derajat 2 - Derajat 1 Retinopati hipertensi - Kelompok 1 (KW 2) - Kelompok 2 (KW 0 dan 1) Sklerosis retina - Kelompok 1 (grade 2 dan 3) - Kelompok 2 (grade 0 dan 1) D Dislipidemia Riwayat sakit jantung Obesitas erokok Infark lakuner Atropi serebri Gangguan kognitif RP IK 95% Terganggu Tak terganggu in ax Stat N=40(61,5%) N = 25 (38,5%) 9 (69,2%) 31 (59,6%) 38 (67,9%) 2 (22,2%) 33 (66%) 7 (46,7%) 4 (33,3%) 36 (67,9%) 15 (65,2%) 25 (59,5%) 1 (16,7%) 39 (66,1%) 11 (55%) 29 (64,4%) 19 (59,4%) 21 (63,6%) 21 (55,3%) 19 (70,4%) 4 (30,8%) 21 (40,4%) 18 (32,1%) 7 (77,8%) 17 (34%) 8 (53,3%) 8 (66,7%) 17 (32,1%) 8 (34,8%) 17 (40,5%) 5 (83,3%) 20 (33,9%) 9 (45%) 16 (35,6%) 13 (40,6%) 12 (36,4%) 17 (44,7%) 8 (29,6%) 1,524 0,415 5,601 C 0,524 7,389 1,393 39,194 F 0,022* 2,218 0,688 7,155 C 0,177 0,236 0,062 0,894 C 0,046* 1,275 0,443 3,667 C 0,652 0,103 0,011 0,938 F 0,028* 0,674 0,231 1,969 C 0,470 0,835 0,307 2,271 C 0,724 0,520 0,183 1,478 10 (76,9%) 30 (57,7%) 3 (23,1%) 22 (42,3%) 2,444 0,601 9,939 Uji Chi Square Uji Fisher Exact * p < 0,05 C F p 0,217 0,339

68 Tabel 8. Analisis hubungan faktor risiko subyek terhadap gangguan kognitif dengan pemeriksaan CDT Gangguan kognitif Variabel Terganggu N = 32 (49,2%) Hipertensi - Derajat 2 - Derajat 1 Retinopati hipertensi - Kelompok 1 (KW 2) - Kelompok 2 (KW 0 dan 1) Sklerosis retina - Kelompok 1(grade 2 dan 3) - Kelompok 2(grade 0 dan 1) D Dislipidemia Riwayat sakit jantung Obesitas erokok Infark lakuner Atropi serebri 6 (46,2%) 26 (50%) 29 (51,8%) 3 (33,3%) 27 (54%) 5 (33,3%) 5 (41,7%) 27 (50,9%) 12 (52,2%) 20 (47,6%) 0 (0%) 32 (54,2%) 8 (40%) 24 (53,3%) 13 (40,6%) 19 (57,6%) 17 (44,7%) 15 (55,6%) 8 (61,5%) 24 (46,2%) Tak terganggu N=33 (50,8%) 7 (53,8%) 26 (50%) 27 (48,2%) 6 (66,7%) 23 (46%) 10 (66,7%) 7 (58,3%) 26 (49,1%) 11 (47,8%) 22 (52,4%) 6 (100%) 27 (45,8%) 12 (60%) 21 (46,7%) 19 (59,4%) 14 (42,4) 21 (55,3%) 12 (44,4%) 5 (38,5%) 28 (53,8%) RP in IK 95% ax Stat 0,857 0,253 2,899 C 0,804 2,148 0,488 9,453 F 0,475 2,348 0,701 7,866 C 0,160 0,688 0,194 2,444 C 0,562 1,200 0,434 3,321 C 0,725 p F 0,024* 0,583 0,200 1,699 C 0,321 0,504 0,648 1,867 0,188 0,240 0,538 1,353 1,747 6,472 Uji Chi Square Uji Fisher Exact * p < 0,05 C C F 0,172 0,390 0,367

69 Pemeriksaan kognitif dengan parameter CDT dikategorikan terganggu bilamana menghasilkan nilai < 4 pada penelitian ini didapatkan 32 responden (49,2%), dan dikategorikan tak terganggu bila dengan nilai 4 didapatkan 33 responden (50,8%). Enam responden hipertensi derajat 2 yang menderita gangguan kognitif (46,2%), hipertensi derajat 2 tanpa gangguan kognitif 7 responden (53,8%), dan tak ada hubungan bermakna secara statistik. Retinopati hipertensi pada kelompok 1 (KW 2) terganggu kognitif 29 responden (51,8%) dan kelompok 2 (KW 0 dan KW 1) terganggu kognitif 3 responden (33,3%), statistik menyatakan tak ada hubungan bermakna (p = 0,534). Arteriosklerosis retina terganggu kognitif terbanyak pada kelompok 1 yang merupakan gabungan derajat 2 dan derajat 3 sebanyak 27 responden (54%), dan statistik tak ada hubungan bermakna. Pengukuran faktor risiko D, obesitas, riwayat merokok yang terganggu kognitif lebih sedikit dibanding yang tak terganggu dan didapatkan statistik tak bermakna. Faktor dislipidemia juga tak bermakna dengan gangguan kognitif secara statiktik. Gambaran lesi lakuner pada pemeriksaan CT Scan kepala dengan gangguan kognitif didapatkan secara statistik tak ada hubungan bermakna (p = 0,390), juga kondisi gambaran dari suatu atropi serebri dengan gangguan kognitif juga tak bermakna secara statistik didapatkan nilai p = 0,367. Riwayat sakit jantung didapatkan statistik bermakna (p = 0,024). Uraian diatas dapat dilihat pada tabel 8. Rerata usia yang terganggu kognitif secara SE didapatkan lebih tinggi dibanding yang tak terganggu kognitifnya, dan tak ada hubungan bermakna. Sedangkan rerata karakteristik tinggi badan dan berat badan yang tak ada gangguan

70 kognitif secara SE lebih tinggi dari yang terganggu kognitifnya, disini terlihat hubungan bermakna pada berat badan terhadap gangguan kognitif (p = 0,035). Rerata tekanan darah sistolik dan diastolik lebih rendah pada yang terganggu kognitif, tak ada hubungan bermakna. Pemeriksaan BI, laboratorium dan kebiasaan merokok bervariasi ada yang lebih tinggi nilainya pada yang terganggu kognitifnya adakalanya juga sebaliknya, tetapi dari hasil pemeriksaan ternyata tak ada yang mendukung hubungan bermakna mempengaruhi fungsi kognitif atau semua p mempunyai nilai > 0,05. Semua penjelasan di atas dapat dilihat dalam tabel 9. Tabel 9. Karakteristik laboratorium, pemeriksaan fisik dikaitkan gangguan kognitif dengan pemeriksaan SE Variabel Usia (tahun) Tinggi badan (cm) Berat badan (kg) Tekanan sistolik (mmhg) Tekanan diastolik(mmhg) BI GDP (mg/ dl) GD2PP (mg/ dl) Kolesterol total (mg/ dl) LDL (mg/ dl) HDL (mg/ dl) Trigliserida (mg/ dl) Jumlah batang rokok/ hari Terganggu/ < 27, N = 40 (61,5%) 60,2 + 6,33 158,9 + 6,84 59,3 + 9,55 149,8 + 13,5 90,5 + 7,14 23,42 + 2,94 100,8 + 21,1 143,3 + 50,6 181,7 + 27,4 109,8 + 26,3 43,4 + 9,7 137,6 + 59,4 18,11 + 10,7 SE Tidak terganggu/ > 27, N = 25 (38,5%) 58,0 + 4,15 161,9 + 7,3 64,44 + 9,15 150,8 + 13,52 90 + 7,64 24,54 + 2,8 101,4 + 18,3 149,2 + 52 181,5 + 38,4 109 + 30,4 44,4 + 9,8 108,3 + 45,8 15,7 + 9,1 Uji T tidak berpasangan Uji ann Whitney *p < 0,05 Pemeriksaan kognitif dengan CDT didapatkan rerata tinggi badan didapatkan yang terganggu kognitifnya memiliki nilai rerata lebih rendah dibanding yang tanpa gangguan kognitif, dan didapatkan hubungan bermakna, pada tinggi badan p = 0,000, Stat T T T T T T p 0,092 0,087 0,035* 0,723 0,780 0,128 0,919 0,622 0,985 0,882 0,684 0,064 0,492

71 berat badan p = 0,001. Sedangkan pemeriksaan tekanan darah sistolik dan diastolik lebih rendah yang terganggu kognitif dibanding yang tak terganggu, juga tak ada hubungan bermakna. Pemeriksaan laboratorium juga tak ada hubungan bermakna antara yang terganggu kognitif dan tak terganggu kognitifnya.semua uraian di atas dapat ditemukan dalam tabel 10. Tabel 10. Karakteristik laboratorium, pemeriksaan fisik dikaitkan dengan gangguan kognitif pemeriksaan CDT Variabel Terganggu/ < 4 N = 3 (49,2%) CDT Tidak terganggu/ 4 N = 33 (50,8%) Usia (tahun) 60,3 + 6,5 58,5 + 4,7 T 0,206 Tinggi badan (cm) 157 + 5,4 163 + 7,4 0,000* Berat badan (kg) 57,2 + 7,6 65,2 + 9,9 T 0,001* Tekanan sistolik (mmhg) 149,4 + 12,9 150,9 + 14 0,705 Tekanan diastolik (mmhg) 90,3 + 7,8 90,3 + 6,8 0,874 BI 23,2 + 2,7 24,5 + 3 T 0,076 GDP (mg/ dl) 98,5 + 17,9 103,4 + 21,6 0,442 GD2PP (mg/ dl) 146,7 + 49,4 144,5 + 52,9 0,641 Kolesterol total (mg/ dl) 184,4 + 29,9 178,8 + 33,8 T 0,480 LDL (mg/ dl) 111,7 + 27,5 107,3 + 28,2 T 0,528 HDL (mg/ dl) 44,6 + 9,8 43 + 9,6 T 0,526 Trigliserida (mg/ dl) 133,2 + 55,3 119,6 + 56,8 T 0,331 Jumlah batang rokok/ hari 15,2 + 11 18,3 + 9,3 0,321 Uji T tidak berpasangan Uji ann Whitney *p < 0,05 Stat P

72 Tabel 11. Hubungan derajat retinopati hipertensi, D dan riwayat sakit jantung terhadap gangguan kognitif dengan pemeriksaan SE Gangguan kognitif Variabel Uji statistik Koefisien p korelasi Derajat retinopati Spearman 0,324 0,008 hipertensi KW 2 D Spearman - 0,276 0,026 Riwayat sakit jantung Spearman - 0,294 0,017 Tabel 11 ini menjelaskan uji korelasi Spearman antara derajat retinopati hipertensi dengan gangguan kognitif terdapat hubungan bermakna statistik p = 0,008, korelasi positif dengan koefisien korelasi lemah (r = 0,324). D dan riwayat sakit jantung juga bermakna statistik dengan gangguan kognitif, masing-masing dengan nilai p = 0,026 dan p = 0,017. Ternyata keduanya mempunyai hubungan korelasi negatif terhadap gangguan kognitif.

73 4.3. Hasil Analisis ultivariat Yang empengaruhi Gangguan Kognitif Pada Penderita Pasca Stroke Iskemik Tabel 12. Analisis regresi logistik antara retinopati hipertensi, riwayat penyakit jantung, D dalam hubungan dengan gangguan kognitif. p OR IK 95% inimum aksimum Retinopati hipertensi 0,005 0,080 0,014 0,471 Riwayat penyakit jantung 0,030 13,364 1,281 139,403 D 0,013 6,373 1,471 27,601 Penelitian ini didapatkan bahwa faktor risiko yang dengan analisis bivariat berhubungan secara bermakna dengan kejadian gangguan kognitif adalah retinopati hipertensi, D, riwayat penyakit jantung. Kemudian dilakukan analisis multivariat regresi logistik untuk mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh terhadap gangguan kognitif. Hasil analisis disajikan pada tabel 12, dimana menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan gangguan kognitif pada penelitian ini didapatkan dengan OR riwayat penyakit jantung (13,364) sebagai pertanda kekuatan tertinggi dalam hubungan dengan gangguan kognitif diikuti OR D (6,373), dan yang terakhir OR retinopati hipertensi (0,080) menunjukkan kekuatan terendah dalam hubungannya terjadinya gangguan kognitif.