BAB III TINJAUAN TATA PAMER MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG. Museum Konperensi Asia Afrika merupakan sarana edukasi serta

dokumen-dokumen yang mirip
Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

Optimalisasi Program Perancangan Interior Museum Konferensi Asia-Afrika

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BANK INDONESIA BANDUNG

BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik. ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PERANCANGAN MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA

BAB IV KONSEP PERANCANGAN MUSEUM MARITIM NUSANTARA. pada pemberian informasi seputar sejarah kemaritiman nusantara masa lalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 675), kata museum

House Of Sampoerna. Nama Objek : Museum House Of Sampoerna. Lokasi : Jalan Taman Sampoerna 6,Surabaya. Kepemilikan : Sampoerna

BAB IV ANALISA DESAIN. dikawasan pusat keramaian dengan lokasi yang strategis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

MUSEUM TELEKOMUNIKASI DI SURAKARTA

DAFTAR ISI. Lembar pengesahan Abstrak Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... vii Daftar Lampiran...

ELEMEN ESTETIS. Topeng Cepot pada Dinding. Ukiran pada partisi

ABSTRAK. Kata kunci: Museum, Moluccas, History, Era

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III KONSEP PERANCANGAN MUSEUM SENJATA API RUSIA

4. BAB 4 PROGRAM ARSITEKTUR

BAB III STRATEGI PERANCANGAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB IV PERANCANGAN SEA TURTLE CENTER

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep

Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis)

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... PRAKATA...

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB V ANALISIS Pengantar

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab IV. Konsep Perancangan

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de

BAB I PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas, ada masalah-masalah terkait kenyamanan yang akan dibahas dalam laporan ini yaitu

5.1.1 Perubahan pada denah Perubahan pada struktur dan penutup atap D Interior dan exterior ruangan

C. Manajemen Pengelolaan Pelayanan

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

DAFTAR GAMBAR Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar A Gambar Gambar Gambar 2.18.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal

BAGIAN 6 EVALUASI PERANCANGAN

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) F-308

BAB III TINJAUAN KHUSUS

DESAIN RUANG PERPUSTAKAAN Oleh : Wanda Listiani, S.Sos 1 dan Novalinda, ST 2

Studi aktifitas dan kebutuhan ruang


BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Council of Museum (ICOM), lembaga internasional

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

Museum Kesenian Tradisional Suku Banjar di Banjarmasin

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

PENGARUH PENCAHAYAAN BUATAN TERHADAP OBJEK DISPLAY ELEKTRONIK MUSEUM PUSPA IPTEK

Gambar 4.20 Gallery National of Indonesia s Coffee Shop

BAB III KONSEP PERANCANGAN


PERANCANGAN INTERIOR PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS TELKOM INTERIOR DESIGN OF TELKOM UNIVERSITY S CENTRAL LIBRARY

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB III STUDI LAPANGAN

SARANA DAN PRASARANA DI PERPUSTAKAAN SD NEGERI KOTAGEDE 3 YOGYAKARTA

BAB III STUDI LAPANGAN

BAB VI KESIMPULAN. Gambar 6.1 Area Lobby. Desain Interior Surabaya Art Space sebagai Ajang Kreativitas dan Apresiasi

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aria Wirata Utama, 2015

KONSEP PERANCANGAN INTERIOR RUANG TIDUR UTAMA

LAMPIRAN. : Hangat/putih, netral K. Lukisan pada umumnya dipasangkan di sepanjang dinding ruang pameran atau

Desain Interior Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dengan Langgam Modern Bali

BAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user

BAB V METODOLOGI DAN ALAT PENGUKURAN

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

KEBUTUHAN BESARAN RUANG GEDUNG MUSEUM WAYANG

BAB I PENDAHULUAN. (ICOM), museum mengemban tugas yang tidak ringan. Museum berkewajiban

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) PELAYANAN KUNJUNGAN RUMAH PINTAR PEMILU TAMBORA

Kajian Sistem Pencahayaan yang Mempengaruhi Kenyamanan Visual pada Ruang A dan Ruang Sayap Galeri Selasar Sunaryo

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II. ONE STOP CAR MODIFICATION AND SHOWROOM

BAB V KONSEP. 30

1. Tingkat pendengaran (listening level), biasanya besaran ini dinyatakan dengan besaran dba.

FORM ISIAN DATA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM RANGKA PEMBUATAN NOMOR POKOK PERPUSTAKAAN (NPP)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN TATA PAMER MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG Museum Konperensi Asia Afrika merupakan sarana edukasi serta hiburan bagi masyarakat untuk memperoleh segala informasi mengenai sejarah perjuangan dan perkembangan politik luar negeri Indonesia. Museum Konperensi Asia Afrika menyajikan peninggalan-peninggalan serta informasi yang berkaitan dengan Konperensi Asia Afrika, termasuk latar belakang, perkembangan, sosial budaya, dan peran bangsa-bangsa Asia Afrika khususnya bangsa Indonesia dalam percaturan politik dan kehidupan dunia. Museum Konperensi Asia Afrika menempati Gedung Merdeka yang dahulu digunakan sebagai tempat sidang pleno konferensi tersebut. Secara umum, pembagian ruang pada Gedung Merdeka dapat dibagi menjadi dua, yaitu ruang privat yang terdiri atas ruang kerja staf museum, ruang simpan koleksi, dan ruang VIP. Yang kedua yaitu ruang publik, yaitu ruangan yang dapat dimasuki oleh pengunjung museum, terdiri atas ruang utama, ruang pamer tetap, ruang pamer temporer, perpustakaan, dan ruang audiovisual. 3.1 Sirkulasi dan Pembagian Ruang pada Museum Konperensi Asia Afrika Pada dasarnya, yang menjadi Museum Konperensi Asia Afrika adalah seluruh bangunan Gedung Merdeka yang saat ini berstatus sebagai 77

bangunan cagar budaya. Namun, ruangan yang bersifat publik yang dapat dijelajahi pengunjung museum yaitu ruang utama yang menjadi ruang sidang pleno Konperensi Asia Afrika, ruang audio visual, perpustakaan, ruang pamer temporer, dan ruang pada sayap kiri bangunan yang menjadi ruang pamer tetap. Gambar 3.1 Denah Gedung Merdeka Sumber: MKAA Secara garis besar, alur sirkulasi pengunjung pada Museum Konperensi Asia Afrika dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sirkulasi pengunjung dengan didampingi pemandu dan sirkulasi pengunjung tanpa pemandu. Adapun alur sirkulasi pengunjung dengan didampingi pemandu yaitu sebagai berikut. 78

Gambar 3.2 Alur sirkulai pengunjung pada Museum KAA Sedangkan alur sirkulasi pengunjung dengan tanpa didampingi pemandu lebih bersifat acak sesuai dengan kebutuhan atau ketertarikan pengunjung. Namun terdapat kelemahan dari pola sirkulasi ini, yaitu seringkali tersampaikannya dengan baik informasi yang coba disampaikan museum kepada pengunjung. Pada ruang pamer tetap sendiri konsep cerita yang disajikan yaitu berdasarkan alur waktu terjadinya peristiwa. Namun, pengunjung yang datang ke museum dengan tanpa didampingi oleh pemandu akan mengalami sedikit kesulitan dan merasa bingung ketika menjelajahi museum, dikarenakan beberapa koleksi diletakkan pada alurnya dan lebih mengutamakan faktor estetis dari penyajian koleksi-koleksi tersebut. Ini juga dikarenakan kurangnya kapasitas ruang pameran tetap, sehingga koleksikoleksi yang sebenarnya dapat diatur peletakannya sesuai dengan konsep cerita yang dimaksud, dapat dilakukan karena memadainya ruang yang tersedia. Terbatasnya penataan ruang ini juga disebabkan oleh status Gedung Merdeka sebagai bangunan cagar budaya, yang tata kelolanya diatur oleh undang-undang. 79

Gambar 3.3 Denah Ruang Pamer Tetap Museum KAA Sumber: MKAA Keterangan: E1 Pintu masuk dan keluar pengunjung E2 Pintu menuju ruang utama 1 Diorama suasana pembukaan KAA 2 Globe kondisi geografi negara peserta KAA 3 Foto Gedung Merdeka dari masa ke masa 4 Meja dan kursi rotan yang digunakan para delegasi 5 Mesin tik dan teleks yang digunakan selama KAA 6 TV plasma (informasi mengenai KAA melalui media audio visual) 7 Koleksi perangko dan kartu pos 8 Dasasila Bandung dalam 29 bahasa 80

9 Pidato pembukaan sidang KAA oleh Soekarno 10 Koleksi buku yang berkaitan dengan KAA 11 Foto kondisi dunia sebelum KAA 12 Foto konferensi-konferensi pendahulu 13 Foto kedatangan para delegasi 14 Foto persiapan Kota Bandung sebagai tempat berlangsungnya KAA 15 Foto kegiatan selama KAA 16 Foto suasana diluar sidang KAA 17 Foto ulasan pers nasional dan internasional 18 Foto kegiatan pers 19 Kamera dan enlarger yang digunakan selama KAA (milik Inen Rusnan) 20 Foto dampak KAA 21 Foto peringatan 25 tahun KAA 22 Konsepsi dari KAA 23 Ide dan pemikiran mengenai KAA 24 Foto 5 Perdana Menteri negara sponsor 25 Foto para delegasi KAA MM 1 Multimedia sejarah KAA, Gedung Merdeka, dan Museum KAA MM 2 Multimedia profil negara peserta KAA MM 3 Multimedia sejarah KAA 81

Gambar 3.4 Storyline pada Ruang Tata Pamer Tetap Museum KAA 3.2 Tata Penyajian Koleksi pada Ruang Pamer Tetap Museum Konperensi Asia Afrika Teknik penyajian koleksi yang digunakan pada ruang pamer tetap Museum Konperensi Asia Afrika meliputi peletakkan atau pemasangan pada dinding atau panel dengan dilengkapi pengamanan, yaitu pada koleksi dua dimensi seperti foto yang dipasang pada dinding partisi dengan pengaman akrilik, juga pada beberapa koleksi seperti piringan hitam, pin, dan piagam yang dipasang pada dinding partisi dengan menggunakan bingkai kaca. Sedangkan untuk benda tiga dimensi peletakkan dilakukan pada media pedestal dengan pengaman railing, yaitu pada koleksi meja dan kursi rotan, serta pada koleksi diorama yang terdiri atas patung, meja, kursi, kamera, lampu kamera, dan bendera. Selain itu teknik penyajian juga menggunakan penyajian tertutup dengan menggunakan vitrin, yaitu pada koleksi mesin tik, teleks, kamera, dan enlarger. Teknik penyajian juga dilakukan melalui media audiovisual, seperti rekaman pidato dan video sejarah KAA. 82

Tabel 3.1 Analisis penyajian koleksi pada ruang pamer tetap Museum KAA NO DISPLAY KOLEKSI KETERANGAN MEMENUHI STANDAR Y T ANALISA 1. Foto sejarah KAA dimensi = 150 x 90 cm bukan foto asli, melainkan duplikat yang kemudian dibuat dengan sistem poster (diperbesar dengan disertai keterangan) diletakkan pada bidang dengan jarak 80cm dari lantai, termasuk memenuhi standar sehingga masih dapat diamati dengan baik dari jarak pandang maksimal pengaman akrilik dimensi = 2. Foto lima perdana menteri 220 x 420 cm diletakkan pada bidang bukan foto asli, dengan jarak 60 cm dari melainkan duplikat lantai, jarak tersebut yang kemudian dibuat dengan sistem berada di bawah standar yaitu 80 cm, sehingga poster (diperbesar teks keterangan pada dengan disertai foto sulit diamati dari keterangan) jarak pandang maksimal pengaman akrilik 1 Peletakkan atau pemasangan pada dinding 3. Foto Gedung Merdeka dimensi = 80 x 50 cm bukan foto asli, melainkan duplikat yang kemudian dibuat dengan sistem diletakkan pada bidang dengan jarak 120 cm dari lantai, jarak ini masih dalam batas standar, poster (diperbesar sehingga dapat diamati dengan disertai dengan baik dari jarak keterangan) pandang maksimal pengaman akrilik tinggi posisi mata 165cm 4. Dasasila Bandung dengan jarak pandang maksimal 195cm, koleksi masih dapat terlihat, namun teks sulit terbaca dimensi kecil = 57 x 38 cm dimensi besar = 270x140 cm tinggi posisi mata 165cm dengan jarak pandang minimal 80cm, koleksi dapat dilihat dan dibaca dengan baik, namun penempatan yang terlalu tinggi mengurangi kenyamanan, karena melebihi batas nyaman pergerakan kepala vertikal yaitu sebesar 30 º 83

5. Piringan hitam dimensi = 103 x 72 cm pengaman bingkai kaca diletakkan pada bidang dengan jarak 80cm dari lantai, termasuk memenuhi standar, masih dapat diamati dengan baik dari jarak pandang maksimal 6. Kartu dan piagam Peletakkan atau pemasangan pada dinding 7. Pin panitia KAA dimensi = 122 x 85 cm pengaman bingkai kaca dimensi = 47 x 47 cm pengaman bingkai kaca diletakkan pada bidang dengan jarak 105 cm dari lantai, jarak ini masih dalam batas standar, sehingga dapat diamati dengan baik dari jarak pandang maksimal. diletakkan pada bidang dengan jarak 110 cm dari lantai, jarak ini masih dalam batas standar, sehingga dapat diamati dengan baik dari jarak pandang maksimal. 8. Tanda tangan para ketua delegasi dimensi = 88 x 70 cm pengaman bingkai kaca diletakkan pada bidang dengan jarak 110 cm dari lantai, jarak ini masih dalam batas standar, sehingga dapat diamati dengan baik dari jarak pandang maksimal. 84

ketinggian railing di bawah standar yaitu 80-90 cm benda-benda koleksi dapat diamati dengan baik, tetapi pada benda Diorama yang peletakkannya terlalu Pedestal, jauh di belakang railing, peletakkan pengaman railing yaitu melebihi jarak 2 atau tinggi railing 75 cm pandang maksimal 195cm, pemasangan tinggi pedestal 60 cm label atau caption pada dinding dapat terbaca dengan baik koleksi foto yang terdapat pada dinding termasuk memenuhi standar karena melebihi jarak pandang maksimal yaitu 195 cm ketinggian railing di bawah standar yaitu 80-90 cm jarak penempatan koleksi 3 Pedestal, vitrin, peletakkan atau pemasangan pada dinding 1. Meja dan kursi rotan 2. Mesin tik, teleks, kamera 3. Foto pengaman railing tinggi railing 75 cm tinggi pedestal 60 cm dari railing terlalu dekat sehingga masih belum dapat melindungi koleksi sepenuhnya, kecuali pada koleksi dengan display vitrin koleksi foto yang terdapat pada dinding termasuk memenuhi standar karena melebihi jarak pandang maksimal yaitu 195 cm 85

3.3 pada Ruang Pamer Tetap Museum Konperensi Asia Afrika Jenis pencahayaan yang digunakan pada ruang pamer tetap Museum Konperensi Asia Afrika yaitu pencahayaan alami dan buatan. alami berasal dari jendela yang terdapat di sepanjang dinding yang berhadapan langsung dengan bagian luar gedung. Jendela yang terdapat pada ruang ini ditutupi oleh tirai, namun cahaya dari luar masih dapat masuk walaupun maksimal. Pemakaian tirai juga dilakukan untuk menghindari terjadinya silau akibat cahaya yang masuk pada koleksi-koleksi yang berada dekat dengan jendela. Sedangkan pencahayaan buatan berasal dari lampu yang dipasang pada ruangan tersebut. Jenis lampu yang digunakan yaitu Fluorescent dan Halogen. Fluorescent digunakan untuk pencahayaan merata dengan teknik Downlight dan Uplight, serta sistem pencahayaan terarah dengan teknik Backlight. Sedangkan lampu jenis Halogen digunakan untuk sistem pencahayaan terarah dengan teknik spotlight. Penjelasan mengenai pencahayaan pada ruang pamer tetap Museum Konperensi Asia Afrika ini dibagi menjadi lima bagian sebagai berikut. Gambar 3.5 Pembagian area pada ruang yang diteliti 86

Tabel 3.2 Analisis pencahayaan pada ruang pamer tetap Museum KAA AREA SISTEM PENCAHAYAAN TEKNIK PENCAHAYAAN JENIS LAMPU KUAT PENCAHAYAAN STANDAR ILUMINASI MEMENUHI STANDAR Y T ANALISA Area A merata / General lighting Downlight Uplight Fluorescent Fluorescent 11 lux 200 lux Penggunaan teknik uplight pada pencahayaan merata kurang tepat karena level plafon yang tinggi sehingga kurang memberikan kontribusi pencahayaan Area 1 merata. Area B Mounted spotlight Halogen Kuat pencahayaan kurang memenuhi standar, karena hanya menggunakan Track spotlight Halogen 100 lux 150 lux teknik spotlight yang hanya menyorot diorama bagian belakang sehingga bagian depan kurang mendapat pencahayaan. Area C merata pada seluruh bagian Mounted spotlight Halogen 49 lux koleksi dikarenakan koleksi yang berbentuk bulat sehingga hanya memberikan cahaya pada satu sisi saja. 87

Area D merata / General lighting Mounted spotlight Uplight Halogen Fluorescent 345 lux pada bagian informasi ini telah memenuhi standar. Area A Kuat pencahayaan pada koleksi kurang memenuhi standar karena hanya Track spotlight Halogen 220 lux mengandalkan pada lampu spotlight saja dan terdapat sistem pencahayaan merata pada Area 2 area tersebut. Area B Mounted spotlight Track spotlight Halogen Halogen 113 lux 150 lux Pada koleksi kursi dan meja rotan kuat pencahayaan kurang dari standar, namun responsifitasnya terhadap cahaya masih dalam batas aman. Uplight Fluorescent 29 lux 150 lux Pada koleksi yang disimpan dalam vitrin, penggunaan teknik uplight membuat kuat pencahayaan masih kurang dari standar. 88

Pada area ini terdapat Area C informasi dalam media audiovisual menggunakan televisi sehingga yang Mounted spotlight Halogen 82 lux 200 lux dibutuhkan hanya pencahayaan secara umum saja, akan tetapi kuat pencahayaan yang didapat masih kurang dari standar. Area D Penggunaan teknik backlight memberikan efek Backlight Fluorescent 51 lux visual yang menarik namun kuat pencahayaan yang didapat hanya sedikit dan masih jauh dari standar. Pada koleksi perangko kecil termasuk dalam koleksi dengan responsifitas menengah Area E Backlight Fluorescent 50 lux 60 lux sehingga iluminasi yang didapat boleh melebihi 50 lux, namun kuat pencahayaan yang didapat melebihi standar tersebut yaitu 60 lux sehingga ini dapat merusak benda koleksi, Mounted spotlight Halogen 62 lux ditambah lamanya cahaya yang diberikan pada koleksi Pada koleksi perangko besar yaitu replika perangko yang diperbesar 89

dan diberi pengaman akrilik, kuat pencahayaan masih kurang dari standar. Pada koleksi ini pencahayaan harus dapat Area A Mounted spotlight Halogen memenuhi standar agar tulisan yang ditampilkan 75 lux dapat terbaca dengan baik, namun lampu spotlight yang diterapkan pada Track spotlight Halogen koleksi tersebut masih belum cukup memberikan iluminasi sesuai standar. Pada area ini semua koleksi mendapat Area 3 Area B Mounted spotlight Halogen 20 lux pencahayaan terarah, ditambah terdapat sistem pencahayaan merata yang dapat memberikan kontribusi iluminasi pada koleksi, Backlight Fluorescent sehingga kuat pencahayaan yang didapat jauh dari standar. Area C Pada area ini terdapat koleksi buku, surat kabar, dan terbitan cetak lainnya Mounted spotlight Halogen 164 lux 50 lux yang seharusnya mendapat perlakuan khusus dalam pencahayaan, namun kuat pencahayaan yang didapat justru jauh melebihi 90

standar, sehingga ini dapat mengakibatkan kerusakan pada benda koleksi. Koleksi yang terdapat pada area ini merupakan koleksi Area A dengan responsifitas tinggi terhadap cahaya, kuat pencahayaan yang didapat Mounted spotlight Halogen 142 lux 50 lux melebihi standar namun koleksi telah diletakkan pada bingkai kaca sehingga cahaya yang mengarah pada koleksi Area 4 tersebut langsung mengenai koleksi. Area B Kuat pencahayaan pada koleksi di area ini masih belum memenuhi standar. Mounted spotlight Halogen 130 lux merata yang terdapat di sekitar area ini pun kurang memberikan kontribusi pada kuat pencahayaan yang didapat koleksi. Area C Mounted spotlight Halogen 98 lux Kuat pencahayaan pada koleksi di area ini masih belum memenuhi standar. 91

Area D Penggunaan teknik backlight memberikan efek Backlight Fluorescent 120 lux 300 lux visual yang menarik namun kuat pencahayaan yang didapat hanya sedikit dan masih belum memenuhi standar. Area E Mounted spotlight Halogen 115 lux 50 lux Kuat pencahayaan pada koleksi di area ini masih belum memenuhi standar. Area F Mounted spotlight Halogen 115 lux 300 lux Kuat pencahayaan pada koleksi di area ini masih belum memenuhi standar. Area G Penggunaan teknik uplight merata / General lighting Downlight Fluorescent 41 lux 200 lux pada pencahayaan merata kurang tepat karena level plafon yang tinggi sehingga kurang memberikan Uplight Fluorescent kontribusi pencahayaan merata. 92

Area A Pada area ini, benda koleksi berisi tulisan yang Mounted spotlight Halogen 414 lux harus dapat dibaca, dengan adanya fungsi tersebut kuat pencahayaan harus memenuhi standar. Area 5 Area B Kuat pencahayaan pada koleksi di area ini masih belum memenuhi standar. Mounted spotlight Halogen 104 lux merata yang terdapat di sekitar area ini pun kurang memberikan kontribusi pada kuat pencahayaan yang didapat koleksi. Area C Kuat pencahayaan pada Mounted spotlight Halogen 479 lux koleksi di area ini sudah cukup dan memenuhi standar. Area D merata / General lighting Downlight Fluorescent 41 lux 200 lux Penggunaan teknik uplight pada pencahayaan merata kurang tepat karena level plafon yang tinggi sehingga kurang memberikan Uplight Fluorescent kontribusi pencahayaan merata. 93

3.4 Penghawaan pada Ruang Pamer Tetap Museum Konperensi Asia Afrika Penghawaan yang digunakan pada ruang pamer tetap Museum Konperensi Asia Afrika seluruhnya adalah berupa penghawaan buatan, yaitu menggunakan AC central. Sedangkan penghawaan alami yang mungkin didapatkan dari bukaan digunakan, ini dilakukan untuk tetap menjaga kondisi suhu di dalam ruangan, seperti pada ventilasi yang terdapat pada beberapa bagian ruangan justru dilakukan penutupan. Gambar 3.6 Penggunaan AC central pada ruang pamer tetap Sumber: dok. pribadi Gambar 3.7 Penutupan ventilasi pada ruang pamer tetap Sumber: dok. pribadi 94

3.5 Pengamanan pada Ruang Pamer Tetap Museum Konperensi Asia Afrika Sistem pengamanan yang digunakan pada ruang pamer tetap Museum Konperensi Asia Afrika yaitu berupa sistem pengamanan manual dan sistem pengamanan teknologi. Sistem pengamanan manual yang dilakukan yaitu melalui pengamanan preventif (pencegahan) dan represif (penindakan). Pengamanan preventif yang dilakukan yaitu berupa penjagaan yang dilakukan oleh petugas keamanan museum serta pemasangan tandatanda aturan dan petunjuk tata tertib bagi pengunjung. Sedangkan sistem pengamanan teknologi yang digunakan yaitu berupa penggunaan metal detector pada pintu masuk dan keluar museum serta pemasangan CCTV pada beberapa sudut ruangan. Gambar 3.8 Tanda aturan dan petunjuk tata tertib bagi pengunjung Sumber: dok. pribadi Gambar 3.9 Penggunaan metal detector pada pintu masuk dan keluar museum Sumber: dok. pribadi 95

Gambar 3.10 Penggunaan CCTV pada ruang pamer tetap Sumber: dok. pribadi Usaha pengamanan yang dilakukan pada ruang pamer tetap Museum Konperensi Asia Afrika saat ini dirasakan masih kurang memadai, yaitu pengamanan terhadap pencurian dan kerusakan serta pengamanan terhadap kebakaran, seperti belum adanya alat pendeteksi panas dan pendeteksi asap yang dipasang pada ruangan tersebut. Ini tentunya akan sangat beresiko terhadap koleksi-koleksi yang terdapat pada museum. Sedangkan pengamanan pada benda koleksi secara khusus yaitu berupa pemasangan pagar pengaman atau railing. Sedangkan pada koleksi foto, pengamanan dilakukan dengan penggunaan akrilik sehingga menghindari sentuhan langsung dengan tangan yang dapat merusak koleksi. Pada koleksi seperti piringan hitan, pin, kartu, dan piagam pengamanan dilakukan dengan penggunaan bingkai kaca. 96