BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan cara menyebarkan kuesioner kepada wajib pajak orang pribadi. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016. Dan tempat penelitian di KPP Jakarta Kalideres B. DESAIN PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini akan menguji pengaruh Keadilan Pajak, Self Assessment System, Diskriminasi pajak Dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Penggelapan Pajak. C. DEFINISI DAN OPERASIONAL VARIABEL 1. Definisi Variabel a. Penggelapan pajak (Y) Tax evasion adalah tindakan wajib pajak yang selalu berusaha untuk membayar pajak terutang sekecil mungkin, dan melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan, misalnya wajib pajak tidak melaporkan pendapatan sebenarnya. Mardiasmo (2011) mendefinisikan penggelapan pajak (tax evasion) Adalah usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk meringankan beban 37
38 pajak dengan cara melanggar undang-undang. Dikarenakan melanggar undang-undang, penggelapan pajak ini dilakukan dengan menggunakan cara yang tidak legal. Para wajib pajak sama sekali mengabaikan ketentuan formal perpajakan yang menjadi kewajibannya, memalsukan dokumen, atau mengisi data dengan tidak lengkap dan tidak benar. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur tax evasion menurut (Friskianti, 2014) adalah : 1. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). 2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan tidak benar. 3. Tidak mendaftarkan diri. 4. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut atau dipotong. 5. Berusaha menyuap pihak fiskus Pengukuran variabel penggelapan pajak dengan menggunakan skala likert. Setiap responden diminta untuk menjawab 5 (lima) item pertanyaan yang berkaitan dengan 5 poin penilaian, yaitu: (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju. b. Keadilan Pajak (X1) Adil dalam Undang-Undang diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan adil dalam pelaksanannya yakni dengan memberikan hak kepada wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak. Sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan self assessment system, maka
39 prinsip keadilan ini sangat diperlukan agar tidak menimbulkan perlawananperlawanan pajak seperti tax evasion. Salah satu yang harus diperhatikan dalam penerapan pajak suatu negara adalah adanya keadilan yang dapat dirasakan oleh masyarakat pembayar pajak. Karena secara psikologis masyarakat merasakan pajak merupakan suatu beban, maka tentunya masyarakat memerlukan suatu kepastian bahwa mereka mendapatkan perlakuan yang adil dalam pengenaan pungutan pajak oleh Negara. Hal ini perlu agar kesadaran masyarakat pajak mampu meningkatkan penerimaan Negara. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur keadilan menurut (Rahman, 2013) dan (Friskianti, 2014) adalah : 1. Keadilan horizontal dan keadilan vertikal dalam pemungutan pajak. 2. Keadilan dalam penyusunan undang-undang. 3. Keadilan dalam penerapan ketentuan perpajakan. 4. Pajak yang disetor sesuai manfaat yang diperoleh. 5. Pajak sesuai kemampuan dalam membayar kewajiban pajak. Pengukuran variabel keadilan pajak dengan menggunakan skala likert. Setiap responden diminta untuk menjawab 5 (lima) item pertanyaan yang berkaitan dengan 5 poin penilaian, yaitu: (5) Sangat setuju, (4) Setuju, (3) Netral, (2) Tidak setuju, (1) Sangat tidak setuju.
40 c. Self Assessment System (X2) Self assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung atau memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Menurut (Mardiasmo, 2011) mengatakan bahwa self assessment systemadalah sesuatu sistem yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur self assessment system menurut (Friskianti,2014) adalah : 1. Mendaftar sebagai wajib pajak 2. Menghitung pajak terutang oleh wajib pajak 3. Menyetor pajak terutang oleh wajib pajak 4. Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) dilakukan oleh wajib pajak. Pengukuran variabel Self Assessment System dengan menggunakan skala likert. Setiap responden diminta untuk menjawab 5 (lima) item pertanyaan yang berkaitan dengan 5 poin penilaian, yaitu: (5) Sangat setuju, (4) Setuju, (3) Netral, (2) Tidak setuju, (1) Sangat tidak setuju.
41 d. Dikriminasi pajak (X3) Menurut Suminarsasi (2011) Diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Diskriminasi, yang terkait dengan penghindaran dalam kondisi tertentu menganggap bahwa suatu penggelapan pajak dipandang sebagai yang paling dibenarkan dalam kasus tertentu, dimana sistem pajak dilihattidak adil, dana pajak yang terkumpul terbuang sia-sia dan di mana pemerintah mendiskriminasikan beberapa segmen penduduk. Budaya yang berbeda, perspektif sejarah dan agama semua memiliki pengaruh terhadap pandangan etis terhadap penggelapan pajak. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur diskriminasi menurut (Rahman,2013) adalah : 1. Pendiskriminasian atas agama, ras, kebudayaan dan keanggotaankelaskelas social 2. Pendiskriminasian terhadap hal-hal yang disebabkan oleh manfaatperpajakan. Pengukuran Variabel Dikriminasi Pajak dengan menggunakan skala likert. Setiap responden diminta untuk menjawab 5 (lima) item pertanyaan yang berkaitan dengan 5 poin penilaian, yaitu: (5) Sangat setuju, (4) Setuju, (3) Netral, (2) Tidak setuju, (1) Sangat tidak setuju.
42 e. Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan (X4) Kemungkinan terdeteksi kecurangan berhubungan bagaimana pemeriksaan pajak berlangsung. Pemeriksaan Pajak adalah kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan proporsional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Waluyo, 2010). Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur kemungkinan terdeteksi kecurangan adalah: 1. Masyarakat memenuhi kewajibannya atas dasar karena takut hukum 2. Tingkat ketatnya pemeriksaan pajak 3. Tingkat kejujuran pengisian Surat Pemberitahuan (SPT). Pengukuran variable kemungkinan terdeteksinya kecurangan dengan menggunakan skala likert. Setiap responden diminta untuk menjawab 5 (lima) item pertanyaan yang berkaitan dengan 5 poin penilaian, yaitu: (5) Sangat setuju, (4) Setuju, (3) Netral, (2) Tidak setuju, (1) Sangat tidak setuju. 2. Operasionalisasi Variabel Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari data primer dengan menggunakan data survei yaitu dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang telah dibagikan berisi tentang setiap variabel yang digunakan baik variabel terikat (penggelapan pajak) maupun variabel bebas (keadilan pajak,
43 self assessment system, diskriminasi pajak dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan). Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Variabel Indikator Skala Pengukuran Keadilan Pajak (X1) (Sumber: Rahman(2013) dan Friskianti(2014)) Self Assessment System (X2) (Sumber: Friskianti (2014) Diskriminasi (X3) (Sumber: Supriyadi dan Suminarsasi(2011) dan Nickerson et al (2009)) 1. Keadilan horizontal dan keadilan vertikal dalam pemungutan pajak. 2. Keadilan dalam penyusunan undangundang. 3. Keadilan dalam penerapan ketentuan perpajakan 1. Mendaftar sebagai wajib pajak 2. Menghitung pajak terutang oleh wajib pajak 3. Menyetor pajak terutang oleh wajib pajak 4. Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) dilakukan oleh wajib pajak. 1. Pendiskriminasian atas agama, ras, kebudayaan dan keanggotaan kelaskelas sosial. 2. Pendiskriminasian terhadap hal-hal yang disebabkan oleh manfaat perpajakan Interval Interval Interval
44 Lanjutan tabel 3.1 Kemungkinan terdeteksi Kecurangan (X4) (Sumber: Supriyadi dan Suminarsasi(2011), Hastuti dan Ayu (2009) dan Nickerson et al (2009)) Penggelapan Pajak (Y) (Sumber: Friskianti( 2014) 1. Masyarakat memenuhi kewajibannya atas dasar karena takut terhadap hukum 2. Tingkat ketatnya pemeriksaan pajak 3. Tingkat kejujuran pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) 1. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). 2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan tidak benar 3. Tidak mendaftarkan diri 4. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut atau dipotong 5. Berusaha menyuap pihak fiskus Interval Interval D. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi Menurut Sugiyono (2013:119), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Kalideres tahun 2016 yaitu sebanyak 9.620. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada
45 pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek yang diteliti itu (Sugiyono, 2010:61). 2. Sampel Sampel menurut Sugiyono (2010:116) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel bertujuan untuk menghemat waktu dan tenaga dalam menganalisa data, namun demikian pengambilan sampel harus bersifat representatif. Penentuam ukuran sampel dengan menggunakan formula Krejeic dan Morgan (1970) sebagai berikut ; n = X 2. NP (1-P) (N-1). d 2 + X 2. P(1-P) Keterangan : n N X 2 P D = ukuran sampel = ukuran populasi = niali chi kuadrat = proporsi populasi = galat pendugaan Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling, yaitu anggota sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan kemudahan memperoleh data yang dibutuhkan, atau unit sampel yang ditarik mudah untuk diukurnya dan bersifat kooperatif (Hamid, 2010). Teknik pemilihan sampel ini dipilih karena pertimbangan lokasi yang
46 mudah untuk dijangkau sehingga dapat memudahkan peneliti dalam penggumpulan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini. Sampel yang di ambil yaitu Wajib Pajak pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jakarta Kalideres. E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode angket (kuesioner). Untuk mengukur pendapat responden digunakan skala likert 5 tingkat preferensi jawaban denngan pilihan sebagai berikut: Angka 5= Sangat Setuju (SS) Angka 4 = Setuju (S) Angka 3 = Netral (N) Angka 2 = Tidak Setuju (TS) Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) F. METODE ANALISIS Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013:19). Priyatno (2010:12) menjelaskan bahwa analisis
47 deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, variasi, modus, dll. Juga dilakukan pengukuran skewness dan kurtosis untuk menggambarkan distribusi data apakah normal atau tidak. 2. Uji Kualitas Data Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti menggunakan uji validitas dan reliabilitas. a. Uji Validitas Sebagaimana dikemukakan dimuka, bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukur mampu mengukur apa yang diukur. Menurut Ghozali (2013:52) uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kusioner tersebut. Pengujian menggunakan dua sisi dengan taraf signifikasi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: 1) Jika rhitung rtabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkolerasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid) 2) Jika rhitung < rtabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkolerasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid). (Priyatno, 2010:94)
48 b. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk diinginkan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang tidak baik akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawabanjawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang realibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas ini digunakan untuk menguji konsistensi data dalam jangka waktu tertentu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengukuran yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan. Variabel-variabel tersebut dikatakan cronbach alpha nya memiliki nilai lebih besar 0,70 yang berarti bahwa instrument tersebut dapat dipergunakan sebagai pengumpul data yang handal yaitu hasil pengukuran relatif koefisien jika dilakukan pengukuran ulang. Uji realibilitas ini bertujuan untuk melihat konsistensi (Ghozali, 2013:48). 3. Uji Asumsi Klasik Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji normalitas, uji multikolonieritas dan uji heteroskedastisitas. a. Uji Normalitas Data Menurut Ghozali (2013:160) uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel
49 independen (bebas) mempunyai kontribusi atau tidak. Penelitian yang menggunakan metode regresi yang baik adalah data distribusi normal atau mendekati normal, untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan syarat >0,05 maka distribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas (independen). Pengujian multikolinearitas dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF = 1/Tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2013:106). c. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke satu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau jika tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).
50 Pada saat mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat ditentukan dengan melihat sig pada uji glejser dengan syarat > 0,05n atau grafik Plot (Scatterplot) antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID) atau menggunakan uji glejser. Jika grafik plot menunjukkan suatu pola titik yang bergelombang atau melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serat titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139). 4. Uji Kesesuaian Model a. Koefisien Determinan (Adjusted R2) Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Pada pengujian hipotesis pertama koefisien determinasi dilihat dari besarnya nilai (Adjusted R2) untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas yaitu keadilan sistem perpajakan, diskriminasi dan kemungkinan terdeteksi kecurangan serta pengaruhnya terhadap penggelapan pajak. Nilai (Adjusted R2) mempunyai interval antara 0 dan 1. Jika niali Adjusted R2 bernilai besar (mendeteksi 1) berarti variabel bebas dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika (Adjusted R2) bernilai kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang
51 (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2013:97). b. Uji Statistik Fisher (F) Model regresi linier berganda di atas, untuk membuktikan apakah variable-variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan uji F. Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji keseluruhan variabel independen, yaitu: keadilan, sistem perpajakan, diskriminasi dan kemungkinan terdeteksi kecurangan terhadap satu variabel dependen, yaitu penggelapan pajak. Secara bebas dengan signifikan sebesar 0,05, dapat disimpulkan (Ghozali, 2011:98). 1) Jika nilai signifikan < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. 2) Jika nilai signifikan > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
52 5. Uji Hipotesis a. Uji Statistik t Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen secara parsial. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel masing-masing independen yaitu: keadilan pajak, self assessment system, diskriminasi pajak dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan terhadap satu variabel dependen, yaitu penggelapan pajak, maka nilai signifikan t dibandingkan dengan derajat kepercayaannya. Apabila sig t lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Demikian pula sebaliknya jika sig t lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak. Bila Ho ditolak ini berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:101). b. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda Metode yang digunakan peneliti adalah regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1,X2, Xn) dengan variabel dependen (Y). Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2004:163). Model ini digunakan untuk menguji apakah ada hubungan sebab akibat antara kedua variabel untuk meneliti seberapa besar pengaruh antara variabel independen, yaitu keadilan, self assessment system, diskriminasi dan
53 kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh terhadap variabel dependen, yaitu penggelapan pajak, adapun rumus yang digunakan: Y = a + β1x1+ β2x2+ β3x3+ β4x4+e Dimana: Y = Penggelapan Pajak a = Bilangan Konstanta (harga Y, bila X=0) X1 = Keadilan pajak X2 = Self Assessment System X3 = Diskriminasi pajak X4 = Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan e = error yang ditolerir (5%)