BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN 1.1 Kesimpulan Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Penyusunan data atribut (keterangan) aset tanah dan bangunan memberikan informasi non spasial dan mendukung proses inventarisasi aset tanah dan bangunan milik Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. Informasi non spasial ini sangat bermanfaat bagi instansi terkait dalam melengkapi informasi mengenai aset tanah dan bangunan yang dimiliki. Masih terdapat data yang kosong pada Kartu Inventaris Barang (KIB), sehingga data atribut yang ada dalam penelitian ini belum tersusun dengan baik. 2. Pemetaan aset tanah dan bangunan di wilayah Kota Tanjungpinang dipadukan dengan hasil penyusunan data atribut aset tanah dan bangunan yang diolah menggunakan ArcGIS 10.0 menghasilkan basis data aset dan peta aset pada masing-masing kecamatan di Kota Tanjungpinang. Pemetaan menggunakan sistem informasi geografis ini mampu menampilkan data atribut, data foto, serta data spasial masing-masing aset tanah dan bangunan secara bersamaan, sehingga mampu memberikan informasi dengan cepat, lengkap, dan akurat. Hal ini sangat membantu Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam melakukan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian aset-aset yang dimiliki. 80
81 3. Analisis potensi pemanfaatan terhadap aset yang belum optimal menunjukkan ada 6 aset yang belum optimal pemanfaatannya. Aset tersebut terdiri dari 4 aset bangunan, yakni Kantor Dinas Pariwisata dan Dinas Kebersihan Kota Tanjungpinang, mess Dinas Perikanan Kabupaten Bintan, kantor hatchery, dan bekas Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Riau, dan 2 (dua) aset tanah yaitu tanah kosong di Pulau Penyengat dan tanah bekas jembatan timbang. Berdasarkan pemetaan aset yang di-overlay dengan peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tanjungpinang, keenam aset tanah dan bangunan tersebut memiliki potensi yang ekonomis untuk dikembangkan menjadi properti komersil berupa pusat perbelanjaan, hotel berbintang, rumah susun sewa, pengembangan fasilitas industri, restoran cepat saji, dan pengembangan akomodasi yang mendukung kawasan wisata seperti pembangunan guest house. 4. Pengujian efektivitas manajemen aset tanah dan bangunan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menggunakan sistem informasi geografis menunjukkan bahwa sistem informasi geografis efektif digunakan dalam pengelolaan aset tanah dan bangunan. Setelah menggunakan sistem informasi geografis, informasi mengenai aset khususnya tanah dan bangunan dapat diperoleh secara lebih cepat dan akurat dibandingkan dengan sebelum menggunakan SIG. Penggunaan SIG ini memudahkan pemerintah daerah dalam mengelola aset secara efektif dan efisien.
82 1.2 Saran Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. 1. Implikasi praktis bagi pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. a. Untuk menyusun suatu basis data aset yang akurat diperlukan data yang lengkap dan valid. BPKKD Provinsi Kepulauan Riau selaku instansi yang bertanggungjawab terhadap aset-aset milik pemerintah daerah perlu melakukan pendataan ulang terhadap aset yang dimiliki agar dapat melengkapi data yang masih kosong dalam KIB (Kartu Inventaris Barang). b. Sebagian besar aset tanah dan bangunan yang dimiliki Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau belum memiliki sertifikat dan batas-batas terutama untuk aset tanah belum diketahui dengan pasti. Hanya pejabat/pegawai tertentu yang mengetahui dengan pasti batas-batas tanah milik pemerintah daerah. Untuk itu Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau perlu segera mengambil langkah nyata dalam mengurus dokumen kepemilikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini sangat penting bagi pemerintah daerah untuk menghindari terjadinya sengketa kepemilikan lahan. a. Di era digital seperti sekarang ini, sistem informasi geografis sangat tepat digunakan dalam proses manajemen aset Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, khususnya aset tanah dan bangunan. Dengan kondisi geografis berupa kepulauan yang letaknya berjauhan satu sama lain, sistem informasi
83 geografis sangat membantu pemerintah daerah dalam mengelola aset-aset yang letaknya jauh dari ibukota provinsi, yakni Kota Tanjungpinang, terutama dari segi waktu, tenaga, dan biaya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan langkah awal dalam penyusunan basis data aset tanah dan bangunan di seluruh wilayah Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, sehingga pengelolaan aset menjadi lebih efektif dan efisien. Bukan hanya untuk pengelolaan aset tanah dan bangunan, sistem informasi geografis ini juga dapat digunakan oleh instansi lain seperti Dinas Kehutanan untuk pengelolaan hutan lindung, Dinas Kelautan dan Perikanan untuk pemetaan kawasan terumbu karang, Dinas Pertambangan dalam pengelolaan kawasan pertambangan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam memetakan kawasan rawan bencana, dan instansi lainnya. b. Terkait pengembangan aset tanah dan bangunan yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis bisa menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam menyusun kebijakan terkait aset. Sebelum mengembangkan pemanfaatan aset-aset yang belum optimal tersebut, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau sebaiknya melakukan feasibility study (FS) dan analisis highest and best use (HBU) agar dapat memperoleh keputusan yang tepat mengenai penggunaan terbaik dari aset-aset tersebut. Hasil studi ini dapat dijadikan bahan pertimbangan pemanfaatan aset selanjutnya serta kemungkinan kerja sama dengan pihak ketiga dalam pengelolaan aset tersebut.
84 2. Bagi penelitian selanjutnya, basis data yang telah disusun sebaiknya di-link dengan sistem informasi manajemen aset yang sudah ada, sehingga memudahkan pihak-pihak yang memerlukan data aset dengan cepat dan akurat. Selanjutnya sistem informasi geografis ini dapat dikembangkan secara online misalnya dari website resmi milik Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau sehingga masyarakat luas dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan akurat. Di samping itu, untuk analisis potensi aset yang belum optimal pemanfaatannya perlu dikaji lebih mendalam terutama dengan melakukan studi kelayakan (feasibility study) dan analisis penggunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use analysis). 1.3 Keterbatasan 1. Kondisi geografis Provinsi Kepulauan Riau merupakan daerah kepulauan dengan luas mencapai 251.810,71 km 2, dengan sekitar 95,79 persen atau seluas 241.215,30 km 2 berupa lautan dan sisanya sebesar 4,21 persen atau seluas 10.595,41 km 2 adalah daratan. Provinsi Kepulauan Riau terbagi menjadi 2 kota dan 5 kabupaten. Dengan keterbatasan tenaga, biaya, dan waktu, penelitian ini hanya dapat dilakukan di wilayah ibukota provinsi yakni Kota Tanjungpinang dimana banyak terdapat aset tanah dan bangunan milik Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. 2. Keterangan yang disusun untuk pembuatan data atribut berdasarkan pada data yang dimiliki pada unit kerja terkait. Untuk itu perlu dilengkapi kembali agar dapat memberikan informasi aset dengan lebih lengkap dan akurat.