ISSN E-ISSN Volume 11 Nomor 2 (2017) UPAYA PENINGKATAN KOMPETESI PROFESIONALISME GURU IPS KABUPATEN JEMBER

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI TENTANG PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 11 MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang, akibat dari pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, menurut

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PENGELOLAAN PROSES DI SD NEGERI 10 MANDONGA JURNAL PENELITIAN OLEH: DEWI HERNIA NENGSIH G2G

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dalam Mata Pelajaran IPS di. SMP Negeri Wilayah Eks. Kotip Kabupaten Cilacap.

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

ANALISIS KESIAPAN GURU BIDANG STUDI DALAM MENGAJARKAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 6 KECAMATAN MEDAN KOTA Oleh: Andika Dewi Putri Kamarlin Pinem

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di 3 kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS TENTANG KOMPETENSI PROFESIONAL DAN PEDAGOGIK GURU DALAM MERANCANG PERANGKAT PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN IPS SMP DAN MTs DI KOTA DUMAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER

PEMANFAATAN MUSEUM SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI PRASEJARAH BAGI GURU- GURU SMA KOTA SEMARANG

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. profesionalisme guru SD. Selanjutnya dirumuskan rekomendasi yang ditujukan

PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PENDIDIK ANAK USIA DINI DI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI

BAB V PENUTUP. guru-guru bersertifikasi di SMK Negeri 2 Sragen. seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya, karakteristik

BAB V PENUTUP. kinerjanya sudah cukup baik dan optimal dilihat dari kompetensi pedagogis,

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2015 M/1436 H

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, pembelajaran merupakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Organisasi Profesi. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Organisasi Profesi Keguruan. Afid Burhanuddin

Jurnal Geografi Vo.l 3 No. 1 Februari

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar

Muhammad Darwis. Dosen Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan. Abstrak

BAB V TEORI DAN PAPARAN DATA. A. Mutu Pembelajaran PAI Di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA PBSI TENTANG PROFESI GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PBSI DI UNIVERSITAS KUNINGAN

Oleh: AGUS SUSILA NIP Guru SMP Negeri 1 Jalancagak

ANALISIS KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SMA NEGERI DAN SWASTA KABUPATEN PRINGSEWU. (Artikel Ilmiah) Oleh NUR HAYATI

KETUNTASAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) DI SMP NEGERI 3 SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

MODUL PLPG PENDIDIKAN EKONOMI BAB I PENDAHULUAN

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII DI MTs AS-SUNNAH KOTA CIREBON SKRIPSI

kompetensi tersebut karena guru merupakan orang terdepan yang secara langsung

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan, peran dan fungsi guru dalam dunia pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2011: 18).

: Drs.H. Nurhadi MPd NIP : : Penidikan Kewargaanegara

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

BAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pembahasan skripsi di atas. Kiranya penulis

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah kesehatan di masyarakat sesuai tugas-tugas di bidang

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MEMBUAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MELALUI WORKSHOP MODEL P2FR DI SMP NEGERI 43 MEDAN

PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd.

KOMPETENSI DAN INDIKATOR DALAM PENILAIAN KINERJA GURU BAGI GURU MATA PELAJARAN/GURU KELAS

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

Format 1: Evaluasi Diri Guru untuk Rencana Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (diisi oleh Guru)

Problematika Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan Scientific Pada Kurikulum 2013 di SMP

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 5. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERSEPSI GURU PEMBIMBING TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA PRAKTIK KKN-PPL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DI SMK PIRI 1 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat mengedepankan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

III. METODE PENELITIAN. sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun

BAB I PENDAHULUAN. dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berikut adalah beberapa kesimpulan dari hasil penelitian:

BAB I PENDAHULUAN. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan normanorma

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF Endang Sri Mureiningsih 1

UPAYA PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TAMAN KANAK-KANAK DI KECAMATAN BANTUL, KABUPATEN BANTUL ARTIKEL JURNAL

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai

I. PENDAHULUAN. meningkatkan Media Pembelajaran untuk kegiatan proses Mengajar. Tujuan. guru dan murid (Basri Muhammad.2007:184).

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai Studi Deskriptif Kesulitan Guru

MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI PENGARUH PERKEMBANGAN IPTEK. Muhammad Arif

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN HUBUNGAN PERTEMANAN SISWA KELAS VIII C DI SMP NEGERI 4 PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

ILHAMSYAH. Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Jurusan Pendidikan Islam Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang Limun Medan

BAB I PENDAHULUAN. di negara kita tidak ketinggalan dengan negara lain. anak didik agar mampu mengembangkan kemampuannya secara optimal

UPAYA KEPALA SEKOLAH MENINGKATKAN PELAKSANAAN TUGAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMP PEMBANGUNAN LABORATORIUM UNP

Unnes Physics Education Journal

Kinerja Guru Bahasa Indonesia di SMK Negeri 2 Painan

HUBUNGAN KREATIVITAS GURU TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 12 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB V PENUTUP. yang bersertifikat pendidik di Kabupaten Kulon Progo dilihat dari segi. kesimpulan yang lebih rinci sebagi berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian ilmiah seseorang peneliti pasti memerlukan suatu cara

IMPLEMENTASI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) YANG BERKARAKTER PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

SEMINAR NASIONAL ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMK DI SULAWESI SELATAN

UNIT PENJAMINAN MUTU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anggis Nusantri, 2014 Kompetensi Guru Seni Budaya Dalam Meingplementasikan Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pemerintah melalui lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan

Transkripsi:

Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 13 UPAYA PENINGKATAN KOMPETESI PROFESIONALISME GURU IPS KABUPATEN JEMBER DI Fahrudi Ahwan Ikhsan, Fahmi Arif Kurnianto, Bejo Apriyanto, Elan Artono Nurdin Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Jember ahwan.fkip@unej.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi profesionalisme dan upaya peningkatan kompetensi guru IPS di Kabupaten Jember. Populasi dalam penelitian ini adalah guru IPS SMP Negeri di Kabupaten Jember sebanyak 184 guru. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara random sampling yang berjumlah 55 responden. Metode pengumpulan data dengan kuesioner dan dokumentasi. Analisis data menggunakan deskriptif prosentase. Hasil penelitian yang menunjukkan kondisi kompetensi profesionalisme guru IPS sebagai berikut: penguasaan materi, konsep dan keilmuan yang diampu guru IPS sebesar 87,25% dalam kategori tinggi; pengembangan materi pembelajaran yang diampu guru IPS secara kreatif sebesar 92,04% termasuk dalam kategori tinggi; penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar sebesar 87,05% termasuk kategori tinggi; pemanfaatan teknologi komunikasi untuk pengembangan diri guru IPS sebesar 86,35% termasuk dalam kategori tinggi. Secara keseuruhan kondisi kompetensi profesionalisme guru IPS di kabupaten Jember termasuk kategori tinggi yaitu 88,17%, sedangkan upaya peningkatan kompetensi profesionalisme guru IPS sebagai berikut: ikut dalam diklat dan seminar sebesar 66,81% kategori rendah; mengembangkan silabus dan RPP IPS sebesar 70,50%; melakukan PTK 48,95% kategori rendah; mengembangkan ilmu teknologi dalam pembelajaran 74,82% kategori tinggi. Secara keseluruhan upaya peningkatan kompetensi profesionalisme guru IPS SMP Negeri di Kabupaten Jember sebesar 71,34 termasuk dalam kategori tinggi. Kata Kunci: Kompetensi Profesionalisme, Guru IPS PENDAHULUAN Kompetensi guru sangat diperlukan dalam proses belajar dan mengajar. Hal ini dikarenakan terkait dengan etika profesi yang dikerjakan oleh guru. Kompetensi bukan hanya berorientasi pada keterampilan untuk mengejarkan sesuatu, namun lebih dari makna profesionalisme sebagai guru. Kompetensi akan memberian pengaruh terhadap kepribadian dan pengembangan profesi keguruan. Sumiati (2007) memaparkan bahwa kompetensi guru mencakup empat aspek diantaranya: latar pendidikan, penampilan, kegiatan yang menggunakan prosedur dan teknik, dan pencapaian pada hasil. Kompetensi diwujudkan dalam kerja nyata yang bermanfaat untuk diri sendiri dan lingkungan (Musfah, 2011). Dinamika yang berkembang sampai hari ini bahwa kompetensi guru memberikan pengaruh dalam proses pembelajaran di kelas. Kemampuan guru yang profesional diperlukan, mengingat dalam konteks tersebut guru bukan hanya bertugas transfer ilmu pengetahuan, namun mendidik tugas utamanya. Kemampuan lebih tersebut wajib dimiliki oleh guru dalam menghasilkan generasi masa depan yang berkualitas. Sanjaya (1992) memaparkan bahwa guru harus memiliki empat kompetensi yang mencakup: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial masyarakat.

Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 14 Guru mata pelajaran IPS memiliki tugas seperti mata pelajaran lain, namun kompetensi dari guru IPS mempunyai standart tersendiri. Kualitas guru IPS harus mampu menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang pendidik di sekolah. Kualitas guru IPS yang profesional diantaranya: penguasaan ilmu sosial yang luas dan mendalam, penguasaan bidang keguruan mendalam, dan memiliki kepribadian yang menarik atau baik (Hamalik, 1992). Salah satu penyebab yang menunjukkan indikasi kekurang mampuan guru dalam menghasilkan kualitas siswa yang memadai, rendahnya kemampuan dan keterampilan guru dalam mengajar seringkali dianggap faktor penyebab rendahnya pencapaian hasil pendidikan (Agung 2012). Kompetensi guru IPS sangat dibutuhkan pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP). Penerapan kurikulum 2013 mengimplementasikan ilmu sosial yang terdiri dari cabang-cabang ilmu geografi, sosiologi, sejarah, dan ekonomi menjadi mata pelajaran IPS terpadu. Problematika yang muncul dari aplikasi IPS terpadu diantaranya lulusan sarjana IPS yang minim dan sosialisasi dari pemerintah yang kurang ke sekolah SMP. Dampak yang ditimbulkan guru IPS sulit meningkatkan profesionalisme dalam bidang ilmu sosial, mengingat di seluruh sekolah SMP Negeri Kabupaten Jember banyak guru bidang studi. Jumlah guru bidang studi yang banyak membuat keprofesionalan guru khususnya ilmu sosial tidak optimal. Penguasaan atas pokok-pokok bahasan materi pelajaran yang terdapat dalam bidang studi IPS menjadi tugas guru dan mutlak diperlukan (Syah, 2010). Orentasi dari aplikasi pelajaran IPS digunakan untuk mengkaji fenomena dimasa lalu dan mendatang. Penekanan kajian dalam bidang IPS dalam kurikulum perlu dilakukan sebagai pijakan untuk menjawab permasalahan kedua fenomena tersebut. Optimalisasi dari pelajaran IPS bagi siswa untuk menyelesaikan masalah di masa lalu dan sekarang ini. Namun demikian aplikasi dari pelajaran IPS perlu didukung dengan kompetensi dari guru yang relevan dengan bidang IPS. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Dinas Pendidikan Kabupaten Jember bahwa jumlah guru SMP Negeri dan Swasta sebanyak 386 guru, sedangkan jumlah guru IPS se Kabupaten Jember sebanyak 184 guru. Pendidikan terakhir guru rata-rata IPS di Kabupaten Jember adalah strata S1 sejumlah 96%, sedangkan S2 hanya 4 %. Guru pengampu mata pelajaran IPS di sekolah memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, jika dipresentasekan sesuai latar belakang pendidikan diantaranya: geografi 20%, sosiologi 8%, sejarah 21%, ekonomi 34%, PKn 2%, pendidikan agama 2%, dan IPS 13%. Berdasarkan paparan uraian pada latar belakang tersebut sebagai berikut: (1) Bagaimana kondisi profesionalisme guru IPS di Kabupaten Jember?; (2) Bagaimana upaya peningkatan kompetensi profesionalisme guru IPS di Kabupaten Jember. Rumusan masalah tersebut menjadi sasaran dalam penelitian ini yang bertujuan: (1) Mengetahui kondisi kompetensi profesionalisme

Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 15 guru IPS di Kabupaten Jember; dan (2) Mengetahui upaya peningkatan kompetensi guru IPS di Kabupaten Jember. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru IPS di Kabupaten Jember sejumlah 184. Menurut Arikunto (2006) bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara random sampling. Sampel yang digunakan adalah guru IPS SMP Negeri di Kabupaten Jember diambil 30% secara acak. Jadi jumlah sampel 55 sampel. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan deskriptif prosentase. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu kondisi profesionalisme guru IPS di Kabupaten Jember dan upaya peningkatan kompetensi profesionalisme guru di Kabupaten Jember. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru IPS dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme di SMP Negeri Kabupaten Jember. Secara astronomis Kabupaten Jember terletak pada titik 1130 30 sampai 114 0 02 30 BT dan 7 0 59 6 sampai 8 0 33 56. Secara administratif Kabupaten Jember terletak di bagian timur dari Provinsi Jawa Timur. 1. Hasil Analisis Penelitian Kondisi Profesionalisme Guru IPS di Kabupaten Jember Berdasarkan analisis hasil penelitian menggunakan analisis deskriptif diperoleh gambaran kondisi profesionalisme guru IPS di Kabupaten Jember sebagai berikut: 21 responden (38,18%) dengan kategori sangat tinggi, 29 responden (52,73%) kategori tinggi, dan 5 responden (9,09%) kategori rendah. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam proses pembelajaran kepada siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional tinggi yaitu sebesar 88,17%. Tabel 1. Kondisi Kompetensi Profesionalisme Guru IPS Sangat Tinggi 21 38,18 Tinggi 29 52,73 Rendah 5 9,09 Variabel kondisi profesionalisme guru IPS secara detail dideskripsikan sesuai kompetensi profesional berikut:

Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 16 a. Penguasaan materi, konsep, dan keilmuan yang diampu Guru IPS Jumlah dari 55 responden diperoleh deskripsi tentang penguasaan materi, konsep, dan keilmuan pendukung IPS yang diampu oleh guru sebagai berikut: 45 responden (81,82%) dengan kategori sangat tinggi, 5 responden (9,09%) kategori tinggi, dan 5 responden (9,09%) kategori rendah. Secara klasikal kondisi penguasaan materi, konsepm dan keilmuan yang diampu guru IPS sebesar (87,25%) dalam kategori tinggi. Penguasaan yang berhubungan dengan ilmu sosial terpadu tidak mengalami kendala dalam penyampaian kepada siswa. Tabel 2. Penguasaan Materi, Konsep, dan Keilmuan yang diampu Guru IPS Sangat Tinggi 45 81,82 Tinggi 5 9,09 Rendah 5 9,09 b. Penguasaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran yang diampu Guru IPS Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 55 responden memberikan tanggapan terkait penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu sebagai berikut: 27 responde (49,09%) dengan kategori sangat tinggi, 21 responden (38,18%) kategori tinggi, 5 responden (9,09%) kategori rendah, dan 2 responden (3,64%) kategori sangat rendah. Secara klasikal prosentase penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu guru IPS sebesar (87,05%) termasuk kategori tinggi. Pengembangan perangkat pembelajaran sudah mengikuti perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan tentang IPS terpadu pada materi yang diajarkan kepada siswa. Tabel 3. Penguasaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pelajaran yang diampu Guru IPS Sangat Tinggi 27 49,09 Tinggi 21 38,18 Rendah 5 9,09 Sangat Rendah 2 3,64 c. Pengembangan Materi Pembelajaran yang diampu Guru IPS secara Kreatif

Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 17 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4 diketahui bahwa pengembangan materi pembelajaran yang diampu guru IPS secara kreatif sebagai berikut: 29 respoden (52,73%) dengan kategori sangat tinggi, 24 responden (43,64%) kategori tinggi, 2 reponden (3,63%) kategori rendah. Secara klasikal prosentase pengembangan materi pembelajaran yang diampu guru IPS secara kreatif sebesar (92,04%) termasuk dalam kategori tinggi. Pengembangan materi dengan permasalahan yang kontekstual di lapangan dilakukan oleh guru IPS agar siswa dapat memahami materi secara mendalam. Tabel 4 Pengembangan Materi Pembelajaran yang Diampu Guru IPS secara Kreatif Sangat Tinggi 29 52,73 Tinggi 24 43,64 Rendah 2 3,63 d. Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Untuk Pengembangan Diri Guru IPS Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 diketahui bahwa 55 responden diperoleh bahwa tentang pemanfaatan teknologi komunikasi untuk pengembangan diri guru IPS sebagai berikut: 27 responden (49,09%) dengan kategori sangat tinggi, 9 responden (16,36%) tinggi, 19 responden (34,55%) kategori rendah. Secara klasikal pemanfaatan teknologi komunikasi untuk pengembangan diri guru IPS sebesar (86,35%) termasuk dalam kategori tinggi. Pemanfatan teknologi dalam proses pembelajaran kepada siswa. Contohnya pembelajaran video fenomena geografi dengan peta dan buku yang terkait dengan materi tersebut. Tabel 5. Pemanfaatan Teknologi Komunikasi untuk Pengembangan Diri Guru IPS Sangat Tinggi 27 49,09 Tinggi 9 16,36 Rendah 19 34,55 2. Hasil Analisis Penelitian Upaya Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru IPS di Kabupaten Jember Berdasarkan hasil analisis hasil penelitian dari 55 responden diperoleh deskripsi tentang upaya peningkatan profesionalisme guru IPS di Kabupaten Jember sebagai berikut: 5 responden (9,09%) dengan kategori sangat tinggi, 42 responden (76,36%) kategori tinggi, 8

Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 18 responden (14,55%) kategori rendah. Kesimpulan yang diperoleh bahwa secara keseluruhan sebesar (71,34%) memiliki upaya yang tinggi dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme dalam bidang IPS terpadu. Tabel 6. Upaya Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru IPS di Kabupaten Jember Sangat Tinggi 5 9,09 Tinggi 42 76,36 Rendah 8 14,55 Variabel yang menjadi pendukung upaya peningkatan kompetensi profesionalisme guru IPS untuk lebih eksplisit dideskripsikan pada upaya peningkatan profesionalisme berikut: a. Keikutsertaan dalam Diklat, Workshop, Pelatihan, Lokakarya, dan Seminar Keguruan bidang IPS Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 7 dari 55 responden diperoleh keterangan tentang keikutsertaan dalam diklat, workshop, pelatihan, lokakarya, dan seminar keguruan bidang IPS sebagai berikut: 22 responden (40%) dengan kategori tinggi, 28 responden (50,91%) kategori rendah, dan 5 responden (9,09%) kategori sangat rendah. Secara klasikal keikutsertaan peningkatan kompetensi profesionalisme guru dalam diklat, workshop, pelatihan, lokakarya, dan seminar keguruan bidang IPS sebesar (66,81%) termasuk dalam kategori rendah. Guru IPS di Kabupaten Jember yang tergabung dalam MGMP IPS hanya sebagian saja yang sering mengikuti pelatihan-pelatihan dari Diknas Pendidikan. Tabel 7. Keikutsertaan dalam Diklat, Workshop, Pelatihan, Lokakarya, dan Seminar Keguruan bidang IPS Sangat Tinggi 0 0 Tinggi 22 40 Rendah 28 50,91 Sangat Rendah 5 9,09 b. Melaksanakan Hasil Diklat, Workshop, Pelatihan, Lokakarya, dan Seminar Keguruan bidang IPS Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 8 dari 55 responden bahwa keterangan melaksanakan hasil diklat, workshop, pelatihan, lokakarya, dan seminar keguruan bidang

Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 19 IPS sebagai berikut: 7 responden (12,73%) dengan kategori sangat tinggi, 29 responden (52,73%) kategori tinggi, 15 responden (27,27%) kategori rendah, dan 4 responden (7,27%) kategori sangat rendah. Secara klasikal jumlah prosentase dari melaksanakan hasil diklat, workshop, pelatihan, lokakarya, dan seminar keguruan bidang IPS sebesar (74,84%) dalam kategori tinggi. Workshop, pelatihan, dan seminar akan membantu guru IPS dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Tabel 8. Melaksanakan Hasil Diklat, Workshop, Pelatihan, Lokakarya, dan Seminat Keguruan Bidang IPS Sangat Tinggi 7 12,73 Tinggi 29 52,73 Rendah 15 27,27 Sangat Rendah 4 7,27 c. Mengembangkan Silabus dan RPP bidang IPS Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 9 diketahui bahwa 55 respoen tentang deskripsi mengembangkan silabus dan RPP bidang IPS sebagai berikut: 8 responden (14,55%) dengan kategori tinggi, 37 responden (67,27%) kategori tinggi, 10 responden (18,18%) kategori rendah. Secara klasikal upaya peningkatan kompetensi profesionalisme mengembangan silabus dan RPP bidang IPS terpadu adalah sebesar (70,50%) termasuk kategori tinggi. Upaya peningkatan kompetensi profesionalisme dengan mengembangkan perangkat RPP secara mandiri. Kendala-kendala dalam penyusunan perangkat pembelajaran dilakukan dengan diskusi bersama teman sejawat dan melalui MGMP IPS Kabupaten Jember. Tabel 9. Mengembangkan Silabus dan RPP Bidang IPS Sangat Tinggi 8 14,55 Tinggi 37 67,27 Rendah 10 18,18 d. Inovasi Penggunaan Metode Pembelajaran IPS Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 10 diketahui bahwa dari 55 responden tentang tanggapan deskripsi inovasi penggunaan metode pembelajaran IPS sebagai berikut: 22 responden (40%) dengan kategori sangat tingg, 27 responden (49,09%) kategori tinggi, 5 responden (9,09%) kategori rendah, dan 1 responden (1,82%) kategori

Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 20 sangat rendah. Secara klasikal prosentase upaya peningkatan kompetensi profesionalisme guru dalam inovasi penggunaan metode pembelajaran IPS sebesar (75,95%) kategori sangat tinggi. Inovasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran IPS terpadu dengan diskusi, observasi, dan kerja kelompok sesuai materi pelajaran yang dibelajarkan oleh guru. Tabel 10 Inovasi Penggunaan Metode Pembelajaran IPS Sangat Tinggi 22 40 Tinggi 27 49,09 Rendah 5 9,09 Sangat Rendah 1 1,82 e. Melakukan Penelitian Tindakan Kelas Bidang IPS Berdasarkan hasil analisis penelitian pada tabel 11 dari 55 responden tentang melakukan penelitian tindakan kelas bidang IPS sebagai berikut: 6 responden (10,91%) dengan kategori sangat tinggi, 6 responden (10,91%) kategori tinggi, 20 responden (36,36%) kategori rendah, dan 23 responden (41,82%) kategori sangat rendah. Secara klasikal prosentase peningkatan kompetensi profesionalisme guru dengan melakukan kegiatan penelitian tindakan kelas bidang IPS adalah sebesar (48,95%) termasuk kategori rendah. Penelitian tindakan kelas (PTK) bidang IPS jarang dilakukan oleh guru. Selama rentang waktu satu tahun kegiatan penelitian PTK sama sekali tidak pernah dilakukan oleh guru bidang studi IPS. Tabel 11 Melakukan Penelitian Tindakan Kelas Bidang IPS Sangat Tinggi 6 10,91 Tinggi 6 10,91 Rendah 20 36,36 Sangat Rendah 23 41,82 f. Mengembangkan Kemampuan Penguasaan Materi Ajar IPS Berdasarkan hasil analisis penelitian pada tabel 12 dari 55 responden tentang mengembangkan kemampuan penguasaan materi ajar IPS sebagai berikut: 36 responden (65,46%) dengan kategori sangat tinggi, 14 responden (24,46%) kategori tinggi, 5 responden (9,09%) kategori rendah. Secara klasikal peningkatan kompetensi profesionalisme guru dengan mengembangkan kemampuan penguasaan materi ajar IPS

Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 21 sebesar (87,57%) termasuk kategori tinggi. Mengembangkan kemampuan penguasaan materi ajar IPS dengan melanjutkan sekolah pada jenjang S2 pada bidang IPS dan sertifikasi guru IPS. Guru bidang studi IPS dapat melakukan diskusi dengan temat sejawat, melalui MGMP IPS, dan akses internet jika mengalami kesulitan dalam pemahaman IPS terpadu. Tabel 12 Mengembangkan Kemampuan Penguasaan materi Ajar IPS Sangat Tinggi 36 65,46 Tinggi 14 24,46 Rendah 5 9,09 g. Mengembangkan Aplikasi Ilmu Teknologi dalam Pembelajaran IPS Berdasarakan hasil analisis penelitian pada tabel 13 dari 55 responden tentang mengembangkan aplikasi ilmu teknologi dalam pembelajaran IPS sebagai berikut: 14 responden (25,45%) dengan kategori sangat tinggi, 29 responden (52,773%) kategori tinggi, 12 responden (21,82%) kategori rendah. Secara klasikal prosentase upaya peningkatan kompetensi profesionalisme guru dengan cara mengembangkan kemampuan ilmu teknologi dalam pembelajaran sebesar (74,82%) termasuk kategori tinggi. Penggunaan teknologi yang berkembang pesat misalnya menggunakan google earth dalam pembelajaran peta yang disesuaikan dengan kebutuhan materi. Tabel 13 Mengembangkan Aplikasi Ilmu Teknologi dalam Pembelajaran IPS Sangat Tinggi 14 25,45 Tinggi 29 52,73 Rendah 12 21,82 SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bahwa rata-rata guru IPS di Kabupaten Jember memiliki kondisi kompetensi profesionalisme dalam kategori tinggi. Hal ini tidak lepas dari upaya seperti: penguasaan materi, pengembangan perangkat pembelajaran silabus dan RPP, inovasi penggunaan metode pembelajaran IPS, pengembangan aplikasi teknologi ilmu teknologi. Rata-rata upaya peningkatan kompetensi profesionalisme guru IPS untuk sekolah SMP Negeri termasuk kategori tinggi yaitu 71,34%, namun ada indikator yang upaya peningkatan

Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 22 kompetensinya masih rendah yaitu mengikuti kegiatan diklat, workshop, pelatihan, lokakarya, dan seminar sebesar 66,81% serta kegiatan penelitian tindakan kelas sebesar 48,95%. DAFTAR PUSTAKA Agung, Iskandar.2012. Continuing Profesional Development (CPD) dan Perubahan Paradigma Sekolah. Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan Volume 5 Nomor 3, September 2017. Arikunto, Suharsimi.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamalik, Oemar.1992. Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Mandar Maju. Musfah, Jejen.2011.Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana. Sanjaya, Wina.2006.Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Perdana media. Sumiati dan Asra.2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Syah, Muhibbin.2010.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.