1 Fermentasi Lemna sp. Sebagai Bahan Pakan Ikan Untuk Meningkatkan Penyediaan Sumber Protein Hewani Bagi Masyarakat Irfan Zidni 1, Iskandar 2, Yuli Andriani 2, 1 Staf Pengajar di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Alamat e-mail : irfan.zidni12@gmail.com 2 Staf Pengajar di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Alamat e-mail : nday_iskandar@yahoo.co.id 3 Staf Pengajar di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Alamat e-mail : yuliyusep@yahoo.com ABSTRAK Saat ini kontribusi sektor perikanan terhadap ketahanan pangan nasional cukup besar. Bahkan potensi produk perikanan di kawasan Samudra Pasifik akan menjadi alternatif ketahanan pangan dunia. Menurut FAO (2014), produksi perikanan budidaya dunia telah mencapai 66 juta ton, melebihi produksi daging sapi yang hanya 63 juta ton. Faktor yang mendukung produksi budidaya adalah ketersediaan pakan. Penggunaan bahan baku pakan ikan secara impor merupakan masalah besar yang berakibat pada tingginya harga pakan ikan. Hal ini menyebabkan peralihan pemilihan bahan baku pakan dari hewani ke nabati. Lemna (Duckweed) adalah tanaman air yang berpotensi sebagai pakan segar ataupun bahan pakan karena memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Bahan pakan nabati memiliki serat kasar yang tinggi sehingga diperlukan perlakuan fermetasi terhadap Lemna sp agar serat kasar menurun dan protein meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pemberian probiotik terhadap peningkatan nilai gizi Lemna sp. sebagai bahan pakan ikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2016 di Laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Keempat perlakuan tersebut adalah Perlakuan A 0% (Probiotik/bobot lemna), Perlakuan B (1%), Perlakuan C (3%), dan Perlakuan D (5%). Parameter yang diamati adalah perubahan nilai gizi Lemna sp. sebagai bahan pakan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik berpengaruh terhadap peningkatan nilai gizi Lemna sp. Pemberian Probiotik sebesar 5% memberikan hasil terbaik terhadap peningkatan nilai gizi Lemna sp. sebesar 18,64% protein kasar. Kata Kunci : Bahan Pakan, Fermentasi, Lemna sp, Probiotik,
2 I. PENDAHULUAN Sektor perikanan memiliki arti penting dalam mendukung rantai ketahanan pangan, dimana kebutuhan protein dunia dapat dipenuhi oleh sumber daya perikanan, baik dari perikanan tangkap maupun budidaya (KKP, 2014). Saat ini kontribusi sektor kelautan dan perikanan terhadap ketahanan pangan nasional cukup besar. Bahkan potensi produk perikanan di kawasan Samudra Pasifik akan menjadi alternatif ketahanan pangan dunia. Food and Agriculture Organization (FAO) dalam laporannya menyatakan produk perikanan merupakan sumber protein hewani yang universal, tidak menimbulkan penyakit, mencerdaskan dan menyehatkan. Menurut FAO (2014), produksi perikanan budidaya dunia telah mencapai 66 juta ton, melebihi produksi daging sapi yang hanya 63 juta ton. Ini membuktikan bahwa sektor kelautan dan perikanan semakin dapat diandalkan untuk mendukung ketahanan pangan, termasuk Indonesia. Ikan merupakan sumber protein yang sangat potensial dan sangat diperlukan oleh manusia, oleh karena itu produksi perikanan harus ditingkatkan dalam memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat. Salah satu faktor yang diperlukan dalam budidaya perikanan adalah ketersediaan pakan ikan yang melimpah dengan kandungan protein yang tinggi untuk mendukung pertumbuhan ikan. Pakan buatan adalah salah satu faktor penting dalam usaha budidaya ikan intensif karena merupakan biaya variabel terbesar dalam proses produksi yakni 40% 60% (Webster & Liem, 2002). Penggunaan bahan baku pakan ikan secara impor merupakan masalah besar yang berakibat pada tingginya harga pakan ikan. Hal ini menyebabkan peralihan pemilihan bahan baku pakan dari hewani ke nabati dengan memanfaatkan tanaman yang terdapat di alam. Lemna (Duckweed) adalah tanaman air yang berukuran kecil yang mengapung di atas air dan berpotensi sebagai pakan segar ataupun bahan pakan karena memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Bahan pakan nabati memiliki serat kasar yang tinggi sehingga diperlukan perlakuan fermetasi terhadap Lemna sp agar serat kasar menurun dan protein meningkat. Kandungan protein berkisar 10 45% (Landesman et al. 2005, Iqbal 1999), serat 7-14%, karbohidrat 35%, lemak 3-7%, dan kandungan vitamin dan mineral yang cukup tinggi (Iqbal 1999). Tanaman air ini memiliki produktivitas yang tinggi. Dalam kondisi optimal jenis tumbuhan ini dapat menggandakan biomassanya hanya dalam waktu dua hari (Landesman et al. 2005). Leng et al. (1995) menyatakan produksi Lemna sp. dapat mencapai hingga 30 ton berat kering/ha. Kendala utama dalam pemanfaatan bahan nabati termasuk Lemna sp. sebagai bahan baku pakan ikan adalah tingginya kandungan serat kasar dan adanya kandungan zat antinutrisi serta komposisi asam amino yang berbeda dengan bahan baku protein hewani. Kandungan serat kasar yang terdapat dalam Lemna sp adalah sebesar 20,08 % (Andriani, 2016). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan teknologi fermentasi. Probiotik dapat digunakan sebagai suplemen, sehingga dapat meningkatkan kecernaan pakan khususnya pada ikan. Jenis probiotik komersial yang dijual bebas di pasar, umumnya dominan mengandung bakteri Lactobacillus. Salah satu jenis kapang fermentor yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar serat kasar pada Lemna sp. adalah Lactobacillus sp. yang merupakan bakteri yang mampu menghasilkan senyawa selulase yang dapat menghidrolisis selulosa menjadi senyawa yang lebih sederhana (Alexander, 1977). Bakteri ini merupakan salah satu mikroorganisme fermentasi, yang apabila terdapat dalam bahan makanan atau pakan, akan dapat meningkatkan kecernaan pakan dan pertumbuhan ikan membantu salah satu jenis probiotik yang tersedia di pasaran adalah EM-4, probiotik ini mengandung bakteri Lactobacillus sp., Acetobacter sp., Streptomycetes sp., dan Yeast. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis fermentasi Lemna sp. menggunakan probiotik EM-4. terhadap peningkatan nilai Gizi Lemna sp. sebagai bahan pakan ikan.
3 II. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2016 di Laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Sedangkan pengujian Proksimat dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Persiapan Bahan Baku Lemna sp yang digunakan berasal dari kolam percobaan Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian tahap ini dilakukan untuk mengetahui dosis probiotik terbaik pada fermentasi yang dapat menurunkan kandungan serat kasar Lemna sp secara maksimum dan meningkatkan nilai gizi. Pada tahap ini perlakuan dosis probiotik yang digunakan pada fermentasi Lemna adalah 0%, 1%, 3%, dan 5%. Gambar 1. Pemanenan Lemna sp. di kolam Gambar 2. Penirisan Lemna sp. Fermentasi Lemna sp. Lemna yang sudah dikultur di media pemeliharaan selanjutnya dipanen dan dicuci bersih untuk dilakukan fermentasi di Laboratorium. Lemna yang sudah bersih kemudian ditiriskan dan dilakukan penimbangan untuk menenetukan probiotik yang diberikan. Lemna yang sudah ditimbang selanjutnya dimasukan ke dalam kantong plastik yang telah ditusuk dengan jarum steril untuk mendapatkan kondisi aerob. Tahap selanjutnya, masukan dosis probiotik sesuai dengan perlakuan kemudian inkubasi pada suhu 34 C selama tujuh hari (Mangunwidjaja et al. 2011). Hasil fermentasi dikeringkan kemudian, dianalisis proksimat sebanyak 5 g - 10 g meliputi kadar protein kasar, serat kasar, lemak kasar, kadar air, kadar abu dan energi bruto untuk mengetahui perubahan kandungan gizi. Gambar 3. Penimbangan Lemna sp. Gambar 4. Pengukuran Dosis Probiotik
4 Gambar 5. Fermentasi Lemna Perlakuan Pemberian Dosis Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan III. Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali pengulangan. Perlakuan penelitian yang diberikan antara lain : Perlakuan A 0% (Probiotik/bobot lemna), Perlakuan B (1%), Perlakuan C (3%), dan Perlakuan D (5%). Pengaruh setiap perlakuan diuji dengan analisis sidik ragam (uji F) pada selang uji 5%, apabila terdapat perbedaan yang nyata maka Gambar 6. Inkubasi Lemna sp. pengujian dilakukan dengan uji jarak berganda Duncan dan regresi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji proksimat menunjukkan bahwa penurunan serat kasar dan peningkatan nilai protien terbaik terdapat pada perlakuan 5% probitotik dengan penurunan serat kasar sebesar 7,15% dan peningkatan protein sebesar 5,12. Berikut ini merupakan hasil uji proksimat Lemna sp pada masing-masing perlakuan (Tabel 1). Tabel 1. Kandungan Nutrisi Lemna sp setelah pemberian probiotik No. Elemen Konsentrasi Probiotik 0% 1 % 3 % 5 % A. PROKSIMAT 1. Air 91,32 53,23 41,74 35,16 2. Abu 11,19 23,75 22,15 21,23 3. Protein Kasar 13,22 15,90 15,96 18,34 4. Serat Kasar 20,08 15,53 15,36 12,93 5. Lemak Kasar 2,98 3,90 2,92 2,86 6. Energi Bruto 3475 3216 3164 3111 7. Kalsium (Ca) 0,15 0,33 0,29 0,37 (%) 8. Phosfor (P) (%) 0,075 0,11 0,14 0,19 Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan UNPAD 2016. Pembahasan Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya menjadi senyawa yang lebih sederhana. Hasil fermentasi dapat menyebabkan terjadinya perbaikan nilai gizi pada produk dan sifat-sifat bahan dasar seperti meningkatkan kecernaan, menimbulkan rasa dan aroma yang disukai (Supriyati et al. 1998). Penelitian ini melakukan rekayasa bahan baku dengan teknologi sederhana fermentasi menggunakan probiotik EM-4 dengan kandungan bakteri Lactobacillus sp., Acetobacter sp., Streptomycetes sp. dan Yeast.
5 Hasil fermentasi Lemna sp menggunakan probiotik EM-4 menunjukkan penurunan serat kasar dan peningkatan protein yang cukup berarti, masing-masing sebesar 12,93% dan 18,34%. Hal tersebut mengacu pada pernyataan Winarno (1997), bahwa enzim yang dihasilkan dalam proses fermentasi bersifat menguntungkan, sehingga dapat memperbaiki nilai nutrisi dan meningkatkan pertumbuhan serta daya cerna nutrisi pakan. Kandungan protein kasar pada Lemna sp setelah difermentasi probiotik 5% yaitu sebesar 18,34% sehingga Lemna sp mampu dijadikan sebagai bahan penyusun pakan sumber protein nabati. Protein dalam jumlah yang optimal dapat dijadikan sebagai sumber energi utama, untuk perbaikan jaringan yang rusak, dan untuk pertumbuhan sehingga kandungan protein sangat dibutuhkan dalam pakan. Selain itu kenaikan protein bersumber dari biomassa kapang yang semakin bertambah dan merupakan single cell protein (SCP). Penurunan serat kasar disebabkan oleh perombakan zat-zat kompleks dalam daun menjadi senyawa yang lebih sederhana yang dilakukan oleh bakteri Lactobacillus sp., Acetobacter sp., Streptomycetes sp., dan Yeast. Peningkatan kadar abu sebesar 12,56% (dari 11,19% menjadi 23,75%) yang terjadi pada Lemna setelah fermentasi diduga karena proses fermentasi yang dilakukan, meningkatkan ketersediaan mineral pada substrat. Sisi lain dapat pula dikarenakan, terjadinya penurunan bahan organik selama fermentasi yang meliputi serat kasar, lemak kasar dan BETN (Tabel 1). Kadar abu pada pakan menunjukan indikator besarnya kandungan untuk mineral yang terdapat dalam pakan (Dani et al. 2005). Penurunan kadar lemak kasar sebesar dari 2,98% menjadi 2,86%, dikarenakan adanya enzim lipase yang dihasilkan oleh bakteri pada probiotik saat proses fermentasi pada substrat yang merombak lemak untuk digunakan sebagai energi pertumbuhan kapang. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Kusumaningrum et al. (2012) yaitu terjadi penurunan kadar lemak kasar pada ransum hasil fermentasi dikarenakan, substrat yang digunakan mengandung glukosa sehingga dapat memacu pertumbuhan biomasa kapang yang mengakibatkan produksi enzim lipase juga semakin banyak untuk merombak lemak kasar. Pakan yang banyak mengandung lemak tidak baik bagi kesehatan ikan karena akan lebih mudah teroksidasi dan menghasilkan bau yang tidak enak (Mahyuddin 2008). Teknologi rekayasa bahan baku pakan melalui proses fermentasi merupakan salah satu cara dalam mendukung ketahanan pangan perikanan. Dalam hal ini lemna sebagai sumber protein berkontribusi dalam menjaga ketersediaan pakan untuk mendukung kegiatan budidaya perikanan. Lemna segar sebagai sumber pakan yang berasal dari alam sangat cocok dijadikan pakan untuk ikan herbivora. Ikan herbivora adalah ikan yang memakan tumbuh-tumbuhan (nabati). Ikan herbivora pada pada umumnya mudah menerima makanan tambahan maupun pakan buatan. Beberapa contoh ikan herbivora yaitu ikan nila, ikan grass carp, ikan bandeng, ikan nilem dan ikan tawes (Asriyana dan Yuliana 2012). Gambar 7. Aplikasi Lemna sp sebagai pakan ikan
6 IV. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa fermentasi menggunakan probiotik EM-4 selama tujuh hari dengan dosis 5% dapat meningkatkan kualitas nutrisi Lemna sp. berupa penurunan serat kasar dari 20,08% menjadi 12,93 dan peningkatan kandungan protein dari 13,22% menjadi 18,34%. Lemna sp. dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku pakan ikan atau langsung digunakan sebagai pakan segar untuk ikan herbivora. DAFTAR PUSTAKA Alexander M. 1977. Introduction to Soil Microbiology, 2nd edition. New York, USA: John Willey and Sons. Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Askara : Jakarta. Dani, N. P., A. Budiharjo dan S. Listyawati. 2005. Komposisi Pakan Buatan untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kandungan Protein Ikan Tawes (Puntius javanicus Blkr.). BioSmart, 7 (2): 83-90. Mangunwidjaja, D., T. E. Sukmaratri dan C. Setiyarto. 2011. Peningkatan Kadar Protein Kasar Ampas Kulit Nanas Melalui Fermentasi Media Padat. Laporan Penelitian IPB. Bogor. 12 hlm. Supriyati, T. Pasaribu, H. Hamid dan A. P. Sinurat. 1998. Fermentasi Bungkil Inti Sawit Secara Substrat Padat dengan Menggunakan Aspergillus niger. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, 3 (3): 165-170. Webster, C. D., Liem. 2002. Nutrient Requirements and Feeding of Finfish for Aquaculture. Aquaculture Research Center, Kentucky State University. CABI. New York. 418 p. Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 253 hlm. Food and Agriculture Organization (FAO). Statistic of fisheries and marine science. Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Data Statistik Perikanan Budidaya. Dirjen Perikanan Budidaya. Kusumaningrum, M., C. I. Sutrisno dan B.W.H. E. Prasetiyono. 2012. Kualitas Kimia Ransum Sapi Potong Berbasis Limbah Pertanian dan Hasil Samping Pertanian yang difermentasi dengan Aspergillus niger. Animal Agriculture Journal, 1(2): 109-119. Landesman, L, N. C. Parker, C. B. Fedler, and M. Konikof. 2005. Modeling duckweed growth in wastewater treatment systems. Livestock Research for Rural Development, 17 (6) 2005. Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya, Jakarta.171 hlm.