4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka

PROFIL SANITASI SAAT INI

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal

SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

SEKTOR BANGUNAN PDRB KABUPATEN TEGAL

MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

BAB VI INDUSTRI, LISTRIK DAN AIR MINUM

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

SEKTOR KEUANGAN. 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank)

BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA A. PENDUDUK

BAB IX KEUANGAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka

SEKTOR KEUANGAN. 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank)

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA A. PENDUDUK

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

7.6 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kawasan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Selat Sunda yang diamati dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kondisi Selat Madura dan Perairan Sekitarnya

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4. KONDISI SISTEM SOSIAL EKOLOGI WILAYAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Sapusapuan 1% Furniture Rotaan 0% Wooden Cable 4% Komponen 13% Benang Tenun. Perabot Kayu. Furniture. Kayu 51% 17% BAB VII PERDAGANGAN A.

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

6 KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP PADA DIMENSI EKONOMI

Banyaknya Perkara yang Diterima Pengadilan Negeri Kabupaten Tegal Tahun Kantor Pengadilan Negeri Kabupaten Tegal. Perkara Yang Diterima

Transkripsi:

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kabupaten Serang 4.1.1 Letak geografis dan kondisi perairan pesisir Pasauran Serang Secara geografis Kabupaten Serang terletak pada koordinassi 5 5 6 21 LS dan 105 0 106 22 BT (Gambar 4.1 dan Lampiran 1). Kabupaten Serang berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Tangerang di sebelah timur, Kota Cilegon dan Selat Sunda di sebelah barat dan Kabupaten Lebak dan Pandeglang di sebelah selatan. Secara administratif, wilayah Kabupaten Serang ini termasuk ke dalam Provinsi Banten. Wilayah Kabupaten Serang berada pada ketinggian antara 0 1.778 meter di atas permukaan laut. Secara umum topografinya adalah lahan daratan dan bergelombang. Pada topografi pantai Selat Sunda terdapat wilayah lainnya berupa tanah dan dataran tinggi dengan ketinggian mencapai 417 meter di atas permukaan laut. Perairan Selat Sunda merupakan perairan yang unik, karena hampir setiap saat kondisinya dipengaruhi oleh karakteristik oseanik Samudra Hindia dan sifat perairan dangkal Laut Jawa. Menurut Kurnio dan Hardjawidjaksana (1995) yang diacu dalam Yusfiandayani (2004), Gunung Krakatau terdiri dari beberapa gugusan pulau yaitu Sertung, Rakata, Rakata Kecil (Panjang) dan Anak Krakatau yang aktif, selalu memuntahkan material piroklastik selang antara 1 menit hingga 4 menit dan cenderung menghasilkan tsunami dengan gelombang kecil dan sedang. Topografi dasar laut Selat Sunda beragam bentuknya, yaitu berbentuk paparan, berbagai kedalaman (slope), berupa mangkuk (deep sea basins), gunung di bawah laut (sea mount) dan pemunculan dasar perairan (trough). Perairan Selat Sunda merupakan bagian dari dangkalan Sunda yang kaya akan berbagai jenis ikan, baik pelagis, demersal maupun udang (Yusfiandayani, 2004). Selat Sunda termasuk perairan dangkal, letaknya antara Pulau Jawa dan Sumatera. Dasar perairan ini pada kedalaman hingga 30 meter umumnya adalah lumpur berpasir dan bahan organik yang belum terurai sempurna. Sedangkan dasar perairan pada kedalaman antara 30 hingga 100 meter umumnya adalah

75 campuran pasir dan karang. Musim kemarau terjadi pada bulan April hingga Agustus/September sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober hingga Maret. Angin kencang dan gelombang besar umumnya terjadi pada saat musim angin barat (NovemberMaret), sedangkan musim angin timur (April September), angin bertiup dari arah timur tenggara dengan kecepatan lemah sehingga laut tidak bergelombang besar. Pada musim angin barat, angin bertiup dari arah barat barat laut dengan membawa hujan dan merupakan musim paceklik bagi nelayan karena angin berkecepatan tinggi dan hujan badai. Gambar 4.1 Lokasi penelitian (pengambilan sample responden) di Pasauran, Kabupaten Serang (Sumber : Googleearth tanggal akses 20 Februari 2006) Kondisi perairan Pasaruan, Selat Sunda pada umumnya memiliki kisaran suhu antara 27 0 C 31 0 C dengan suhu perairan pada umumnya 29 0 C atau lebih, kecerahan perairan berkisar 3,5 13,0 0 C dengan kecepatan arus berkisar 3 25 meter/menit (Yusfiandayani, 2004). Sama seperti di pesisir utara Jawa Barat, kegiatan operasi penangkapan ikan di Selat Sunda dipengaruhi oleh cuaca (musim) dan ketersediaan ikan. Nelayan di pesisir Selat Sunda mengenal tiga

76 musim penangkapan ikan berkaitan dengan periode moonson, yaitu musim angin barat, musim angin timur dan musim peralihan. Musim angin barat berlangsung pada sekitar bulan Desember Maret, musim timur berlangsung antara bulan Agustus Oktober, dan musim peralihan di antara kedua periode musim barat dan timur. Dalam bulan Agustus hingga Oktober, nelayan umumnya banyak memperoleh ikan sehingga periode tersebut dapat disebut sebagai musim puncak kegiatan penangkapan ikan. Sedangkan dalam periode lain, yaitu mulai Januari hingga Maret, hasil tangkapan biasanya sedikit sehingga periode tersebut sebagai musim paceklik. Namun secara umum, kegiatan penangkapan ikan di Selat Sunda berlangsung hampir sepanjang tahun. 4.1.2 Produksi perikanan Kabupaten Serang mempunyai 11 Tempat Pendaratan Ikan (TPI) sebagai sarana penting penunjang kegiatan perikanan laut, salah satu TPI tersebut adalah TPI Pasauran. Nelayan yang mendiami wilayah pantai Pasauran pada umumnya adalah nelayan yang menggunakan alat tangkap payang bugis dengan alat tambahan pancing kotrek. Dengan demikian produksi ikan yang didaratkan di TPI Pasauran adalah produksi payang bugis. Selain komunitas nelayan payang bugis, di Pasauran terdapat komunitas nelayan pengguna jaring udang. Produksi udang lobster dijual langsung kepada pengumpul sehingga data produksinya tidak dilaporkan oleh TPI maupun Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang. Produksi ikan hasil tangkapan oleh nelayan di Kabupaten Serang dari tahun 1994 2004 cenderung tidak teratur atau berfluktuatif dengan ratarata produksi pertahunnya sebesar 9.585.095 kg. Produksi terbanyak sebesar 14.485.000 kg terjadi pada tahun 2002 dan terendah sebesar 6.008.500 kg pada tahun berikutnya yaitu 2003. Kemudian pada tahun 2004 tidak mengalami kenaikan berarti dengan produksi 6.804.700 kg padahal jumlah kapal dan alat tangkap mengalami peningkatan.

77 Tabel 4.1 Perkembangan produksi perikanan laut Kabupaten Serang tahun 19942004 No Tahun Jumlah Unit Produksi Kapal Alat Tangkap RTP (Kg) 1 1994 1.162 1.334 5.810 8.894.790 2 1995 1.402 1.226 7.010 10.451.820 3 1996 1.434 1.993 6.582 9.527.200 4 1997 1.420 1.226 3.932 9.561.900 5 1998 1.157 1.830 5.765 13.180.900 6 1999 1.908 1.823 7.601 7.902.920 7 2000 1.219 1.823 7.601 7.902.920 8 2001 1.083 1.659 6.007 10.715.400 9 2002 1.025 1.745 5.125 14.485.000 10 2003 1.091 1.273 5.455 6.008.500 11 2004 1.235 1.442 6.178 6.804.700 Ratarata 1.285 1.579 6.096 9.585.095 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang (taporan tahunan 19942005) Produksi hasil tangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Serang cenderung lebih besar dibandingkan hasil tangkapan ikan demersal, udang, cumicumi, ikan dan udang lainya. Produksi hasil tangkapan ikan pelagis kecil yang lebih besar ini diduga berkaitan erat dengan daerah penangkapan yang terdapat di Selat Sunda. Produksi hasil tangkapan ikan pelagis di Kabupaten Serang terdiri dari 7 spesies. TPI Pasauran yang merupakan salah satu TPI yang terdapat di Kabupaten Serang hanya menangkap 5 dari 7 spesies ikan pelagis tersebut. Jenis ikan pelagis yang selama 10 tahun terakhir selalu tertangkap dan ratarata produksinya tertinggi adalah jenis ikan tembang dan yang terendah jenis ikan selar. Ikan selar hijau yang memiliki ratarata produksi terendah diduga sebagian ditangkap dan didaratkan di TPI Pasauran sedangkan ke4 spesies lainya ditangkap dan didaratkan secara merata di 11 TPI yang ada di Kabupaten Serang. 4.1.3 Unit penangkapan ikan Alat tangkap yang dioperasikan nelayan di Kabupaten Serang adalah payang, dogol, jaring insang (jaring insang hanyut, jaring lingkar, jaring klitik), bagan tancap, pancing, bubu dan lainlain). Secara umum, jumlah alat tangkap

78 meningkat sejak tahun 1994 hingga 2002 dan mulai menurun dari tahun 2003 dan 2004. Armada penangkap ikan Kabupaten Serang masih didominasi oleh perahu motor tempel dan perahu tanpa motor. Jumlah armada kapal ikan yang mengoperasikan alat tangkap tersebut secara umum tidak mengalami lonjakan jumlah dan relatif stagnan. 4.2 Kabupaten Tegal 4.2.1 Letak geografis dan kondisi perairan pesisir Tegal Secara geografis Kabupaten Tegal terletak di pantai Utara Jawa, berada pada posisi 108 21` 109 21 BT dan 6 50 7 15 LS (Gambar 4.2 dan Lampiran 2), memiliki luas wilayah 879 km 2 dengan jumlah kecamatan 18 buah dan 287 desa diantaranya 3 kecamatan pesisir dan 12 desa pantai. Dengan panjang garis pantai 30 km, Kabupaten Tegal memiliki luas wilayah laut 216 ha. Batas wilayah Kabupaten Tegal adalah sebelah utara berbatasan dengan Kota Tegal dan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pemalang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Brebes dan Kota Tegal. Secara topografis Kabupaten Tegal terdiri dari 3 (tiga) kategori daerah, yaitu daerah pantai, meliputi sebagian Kecamatan Suradadi, Kramat dan Warureja; daerah dataran rendah, meliputi Kecamatan Slawi, Adiwerna, Talang, Lebaksiu, Kramat, Pagerbarang, sebagian Suradadi dan Warureja, Pangkah, Kedungbanteng, Dukuhwaru, Tarub dan Dukuhturi. Selebihnya merupakan daerah dataran tinggi, meliputi Kecamatan Jatinegara, Bumijawa, Balapulang, Margasari, sebagian Pangkah dan Kedungbanten serta Bojong.

79 Gambar 4.2 Lokasi penelitian (pengambilan sample responden) di Desa Surodadi dan Desa Mujung Agung, Kabupaten Tegal (Sumber : Googleearth tanggal akses 20 Februari 2006) Kabupaten Tegal mempunyai 12 desa pantai yang tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kramat terdapat 5 desa pantai yaitu Desa Dampyak, Padaharja, Munjung Agung, Bongkok dan Keramat. Di Kecamatan Suradadi terdapat 5 desa pantai yaitu Desa Maribaya, Sidoharjo, Purwahamba, Suradadi dan Bojongsana. Sedangkan di Kecamatan Warurejo terdapat 2 desa pantai yaitu Desa Demangharjo dan Kedungkelor. Dari keduabelas desa pantai tersebut yang menjadi sentra kegiatan nelayan dengan indikator tersedianya fasilitas TPI adalah Desa Suradadi di mana terdapat 2 TPI dan Desa Munjungagung di mana terdapat 1 TPI yang terletak di Kampung Larangan dan terkenal dengan TPI Larangan (Lampiran 2). Ditinjau dari klimatologi, Kabupaten Tegal beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim penghujan dan kemarau. Selama beberapa tahun belakangan ini menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi pada bulan Januari sebesar 531,30 mm dan terendah sebesar 0,0 mm pada bulan Agustus dan September. Kelembaban udara berkisar 90%, tertinggi terjadi pada bulan Januari sampai Maret dan yang terendah pada bulan September sebesar 68%. Suhu udara ratarata

80 27,3 C. Suhu udara minimum terjadi pada bulan Februari sebesar 26,2 C dan maksimum 28,5 C terjadi pada bulan Nopember. Kegiatan operasi penangkapan ikan di pantai Utara Jawa termasuk di perairan pantai Tegal dipengaruhi oleh cuaca (musim) dan ketersediaan ikan. Nelayan di perairan pantai Tegal mengenal tiga musim penangkapan ikan berkaitan dengan periode moonson, yaitu musim angin barat, musim angin timur dan musim peralihan. Musim angin barat berlangsung pada sekitar bulan Desember Maret, musim timur berlangsung antara bulan Agustus Oktober, dan musim peralihan di antara kedua periode musim barat dan timur. Dalam bulan Agustus hingga Oktober, nelayan umumnya banyak memperoleh ikan sehingga periode tersebut dapat disebut sebagai musim puncak kegiatan penangkapan ikan. Dalam periode lain, yaitu mulai Januari hingga Maret, hasil tangkapan biasanya sedikit sehingga periode teresbut sebagai musim paceklik, namun secara umum, kegiatan penangkapan ikan di perairan pantai Tegal berlangsung hampir sepanjang tahun. Hal ini disebabkan nelayan setempat dapat menggunakan berbagai jenis alat tangkap untuk menangkap ikan sesuai dengan musimnya. Kondisi seperti ini berlaku hampir di seluruh perairan di Indonesia sehingga kepemilikan alat tangkap menjadi sangat beragam dengan penggunaan yang dinamis sepanjang tahunnya. 4.2.2 Produksi perikanan Produksi perikanan di Kabupaten Tegal masih didominasi oleh produksi perikanan laut melalui kegiatan penangkapan. Kegiatan tersebut terdapat di Kecamatan Kramat, Suradadi, dan Warurejo. Dalam perkembangan kegiatan perikanan tangkap tersebut Kabupaten Tegal memiliki 3 tempat pelelangan ikan yang menjadi sentra bisnis kegiatan perikanan tangkap yaitu TPI Larangan, TPI Suradadi I, dan TPI Suradadi II. Secara geografis ketiga TPI tersebar di lokasi yang strategis dan memegang peranan penting untuk pendaratan ikan bagi perahu kapal nelayan berukuran kecil. Dengan panjang garis pantai 30 km dan luas wilayah laut 216 ha, kegiatan perikanan tangkap laut di Kabupaten Tegal juga memiliki lahan budidaya yang belum sepenuhnya dimanfaatkan dan berpotensi untuk dikembangkan.

81 Produksi perikanan tangkap di perairan Tegal dan Laut Jawa pada umumnya, didominasi oleh sumberdaya ikan pelagis kecil seperti layang, kembung, selar dan tongkol serta berbagai jenis ikan demersal seperti udang, bawal dan petek. Berdasarkan data statistik perikanan produksi perikanan laut Kabupaten Tegal sejak tahun 1998 sampai dengan tahun 2004 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan menurun dari tahun ke tahun (Tabel 4.2). Penurunan produksi tersebut sudah sangat dirasakan dampak ekonominya oleh para nelayan di lokasi penelitian, karena penurunan produksi berakibat pada semakin menurunnya tingkat pendapatan persatuan usaha. Tabel 4.2 Perkembangan produksi perikanan tangkap Kabupaten Tegal tahun 1994 2004 No Tahun Jumlah Unit Produksi Kapal Alat Tangkap RTP (kg) 1 1994 332 633 2324 406.400 2 1995 335 438 2345 352.300 3 1996 329 437 2303 577.700 4 1997 338 448 2366 548.000 5 1998 343 500 2401 746,077 6 1999 352 680 2464 677.734 7 2000 365 657 2555 624.797 8 2001 446 772 2738 588.677 9 2002 467 825 3314 477.482 10 2003 427 707 2921 647.021 11 2004 416 670 3098 472.613 Ratarata 377 615 1651 556.255 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tegal dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah (laporan tahunan 19942005). Pada Tabel 4.2 tersebut dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 11 tahun telah terjadi peningkatan jumlah unit kapal dan alat tangkap dengan jumlah RTP yang meningkat sampai 1,5 kali lipat. Peningkatan jumlah RTP terjadi di mana pada tahun 1994 hanya 2.324 RTP dan meningkat pada tahun 2004 menjadi 3.098 RTP. Kenaikan tersebut ternyata tidak disertai dengan kenaikan produksi di mana produksi pada tahun 1994 mencapai 406.400 kg dan menjadi 472.613 kg pada tahun 2004.

82 4.2.3 Unit penangkapan ikan Pada Tabel 4.2, kapal/perahu sebagai bagian unit penangkapan di Kabupaten Tegal pada akhir tahun 2004 umumnya merupakan perahu dengan motor tempel berjumlah 416 unit yang terdiri dari jukung sebanyak 212 unit, perahu motor tempel 3 5 GT 180 unit, perahu motor tempel 510 GT 14 unit (Tabel 4.3). Tabel 4.3 Jumlah nelayan dan perahu motor tempel (PMT) Kabupaten Tegal tahun 2004. No 1. 2. 3. Kecamatan Perahu Motor Tempel Nelayan (PMT) Jumlah Juragan 3 5 5 10 ( PMT ) Pendega Jukung (RTP) GT GT Kramat 145 1.450 139 6 145 Suradadi 245 1.186 212 47 8 267 Warurejo 4 40 4 4 Jumlah 422 2.676 212 180 14 416 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tegal (2005) Kondisi terakhir alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Tegal cukup beragam dan dapat berubahubah setiap tahunnya. Alat tangkap yang digunakan pada tahun 2004 semakin sedikit dan didominasi oleh payang gemplo yang digunakan untuk menangkap teri. Walaupun menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tegal masih ada trammel net dan bagan, namun hasil wawancara dan pengamatan lapangan pada pertengahan tahun 2005 alat tangkap bagan dan trammel net sudah tidak ada yang digunakan mengingat secara finansial sudah dianggap tidak layak. No 1. 2. 3. Tabel 4.4 Jumlah dan jenis unit alat tangkap Kabupaten Tegal tahun 2004 Kecamatan Payang Bundes Jenis alat tangkap Trammel Rampus/ net Kopek 130 236 Jumlah Wadong Bagan (Unit) Kramat Suradadi Warurejo 145 46 4 5 85 19 145 521 4 J u m l a h 195 5 130 236 85 19 670 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tegal (2005)