BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kecerdasan terutama pada anak-anak (Arisman, 2004). Gangguan

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK SD DI PERKOTAAN DAN PEDESAAAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas. mengalami penurunan beberapa tahun terakhir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Specific Dynamic Action

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diandalkan dalam pembangunan nasional. Sebagai modal


BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia. mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

PERANAN TENAGA KESEHATAN DALAM MEMPERBAIKI INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) REMAJA MELALUI PROGRAM SCHOOL HEALTH REPORT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

ISSN Vol 2, Oktober 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

HUBUNGAN MOTOR EDUCABILITY, INDEKS MASSA TUBUH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES. Myrza Akbari*)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

LEMBAR PERSETUJUAN...

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )²

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

MUHAMMAD DZIKRY ABDULLAH AL GHAZALY, 2015 DAMPAK LATIHAN PADA DAERAH TUBUH TERTENTU TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. obesitas yang meningkat terus-menerus. Obesitas ini menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. negatif terhadap kehidupan. Dilihat dari dampak positif, teknologi membuat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. didalam tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan erat dengan masa. perkembangan yang drastis. Remaja yang asupan gizinya terpenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. playstation, dan yang saat ini digemari anak dan remaja sekarang yaitu game

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam. peningkatan gizi remaja. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB IV HASIL PENELITIAN. Proses pengambilan data dilakukan pada Oktober 2015 di SMP Negeri 1

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB 1 PENDAHULUAN. secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan yang akan. menimbulkan berat badan meningkat (Sismoyo, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)

BAB 1 PENDAHULUAN. (Sumbodo, 2007). Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

METODE. Desain, Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Boyolali yang berada di Provinsi Jawa tengah dengan luas wilayah mencapai 6.985,24 km². Secara geografis, Kabupaten Boyolali berada antara 110º22-110º50 Bujur Timur 7º 36-7º 71 Lintang Selatan dengan ketinggian antara 200 sampai dengan 1.500 meter diatas permukaan laut. Adapun batas daerah Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut : Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Grobogan Selatan : Berbatasan dengan Kebupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kota Surakarta Lokasi penelitian tersebar di Tiga Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali, yaitu SMPN 01 Ngemplak, SMPN 03 Mojosongo dan SMPN 04 Boyolali. Waktu penelitian dilakukan selama 4 bulan terhitung mulai bulan Juni hingga Oktober 2015. Jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 161 subjek yang diambil data identitas diri serta umur, jenis kelamin dan riwayat genetik, dan dilakukan pengukuran antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan, serta data kebugaran jasmani dan prestasi akademik. 34

35 2. Karakteristik Responden Penelitian Untuk mengetahui sebaran data karakteristik dari responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel. 4.1. Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penelitian Variabel Jumlah n % Kegemukan Gemuk 111 68,9 Obes 50 31,1 Umur 13 Tahun 33 20,5 14 Tahun 70 43,5 15 Tahun 58 36,0 Jenis Kelamin Laki-laki 68 42,2 Perempuan 93 57,8 Riwayat Genetik Kegemukan Ada Riwayat 156 96,9 Tidak Ada Riwayat 5 3,1 Kebugaran Jasmani Kurang 115 71,4 Cukup 27 16,8 Baik 19 11,8 Prestasi Akademik Kurang 6 3,7 Cukup 25 15,5 Baik 130 80,7 Tabel. 4.1 menunjukkan bahwa dari sejumlah 161 responden, terdapat sebanyak 111 (68,9%) responden berstatus gizi gemuk, 70 (43,5%) responden berusia 14 tahun, 93 (57,8%) responden berjenis kelamin perempuan, 156 (96,9%) responden memiliki riwayat genetik dari kegemukan, 115 (71,4%) responden memiliki tingkat kebugaran jasmani yang kurang dan 130 (80,7%) responden memiliki tingkat prestasi akademik yang baik.

36 3. Hubungan Antara Kegemukan Dengan Kebugaran Jasmani Siswa Berbasis Gender. Untuk mengetahui hubungan antara kegemukan dengan kebugaran jasmani siswa berdasarkan gender di analisis menggunakan chi square yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel. 4.2. Tabel. 4.2 Hubungan Antara Kegemukan Dengan Kebugaran Jasmani Siswa Jenis Kelamin Kategori Kegemukan Berbasis Gender Kebugaran Jasmani Total Nilai p Baik Kurang n % N % N % Laki-laki Gemuk 3 5,7 50 94,3 53 100,0 0,00 Obes 6 40 9 60 15 100,0 Perempuan Gemuk Obes 5 5 8,5 14,3 53 30 91,5 85,7 58 35 100,0 100,0 0,39 Dari Tabel. 4.2 diketahui bahwa dari responden penelitian yang berjenis kelamin laki-laki, ditemukan sebanyak 53 responden gemuk dan 15 responden obes. Sedangkan pada responden yang berjenis kelamin perempuan ditemukan sebanyak 58 responden gemuk dan 35 responden obes. Dari hasil analisis chi square didapatkan nilai p = 0,00 (p<0,05) pada laki-laki yang berarti bahwa ada hubungan antara kegemukan dengan kebugaran jasmani pada responden dengan jenis kelamin laki-laki, dan nilai p = 0,39 (p>0,05) pada perempuan yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kegemukan dengan kebugaran jasmani pada responden dengan jenis kelamin perempuan. 4. Hubungan Antara Kegemukan Dengan Prestasi Akademik Siswa Berbasis Gender. Untuk mengetahui hubungan antara kegemukan dengan prestasi akademik siswa berdasarkan gender di analisis menggunakan chi square yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel. 4.3

37 Tabel. 4.3 Hubungan Antara Kegemukan Dengan Prestasi Akademik Siswa Jenis Kelamin Kategori Kegemukan Berbasis Gender Prestasi Akademik Total Nilai p Baik Kurang n % n % N % Laki-laki Gemuk 46 86,8 7 13,2 53 100,0 0,21 Obes 11 73,3 4 26,7 15 100,0 Perempuan Gemuk Obes 48 25 82,8 71,4 10 10 17,2 28,6 58 35 100,0 100,0 0,19 Dari Tabel. 4.3 diketahui bahwa dari responden penelitian yang berjenis kelamin laki-laki, ditemukan sebanyak 53 responden gemuk dan 15 responden obes. Sedangkan dari responden penelitian yang berjenis kelamin perempuan ditemukan sebanyak 58 responden gemuk dan 35 responden obes. Dari hasil analisis chi square didapatkan nilai p = 0,21 (p>0,05) pada laki-laki yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kegemukan dengan prestasi akademik pada responden dengan jenis kelamin laki-laki, dan nilai p = 0,19 (p>0,05) pada perempuan yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kegemukan dengan prestasi akademik pada responden dengan jenis kelamin perempuan. 5. Hubungan Antara Kebugaran jasmani Dengan Prestasi Akademik Siswa Berbasis Gender. Untuk mengetahui hubungan antara kebugaran jasmani dengan prestasi akademik siswa berdasarkan gender di analisis menggunakan chi square yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel. 4.4 Jenis Kelamin Tabel. 4.4 Hubungan Antara Kebugaran Jasmani Dengan Prestasi Akademik Siswa Berbasis Gender Kategori Kebugaran Jasmani Prestasi Akademik Total Nilai p Baik Kurang n % n % N % Laki-laki Baik 7 78 2 22 9 100,0 0,59 Kurang 50 85 9 15 59 100,0 Perempuan Baik Kurang 8 65 80 78 2 18 20 22 10 83 100,0 100,0 0,90

38 Dari Tabel. 4.4 diketahui bahwa dari responden penelitian yang berjenis kelamin laki-laki, ditemukan sebanyak 19 responden memiliki kebugaran jasmani yang baik dan 142 responden memiliki kebugaran jasmani yang kurang. Dari hasil analisis chi square didapatkan nilai p = 0,59 (p>0,05) pada laki-laki yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebugaran jasmani dengan prestasi akademik pada responden dengan jenis kelamin laki-laki, dan nilai p = 0,90 (p>0,05) pada perempuan yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebugaran jasmani dengan prestasi akademik pada responden dengan jenis kelamin perempuan. 6. Hubungan Antara Kegemukan Dengan Kebugaran Jasmani Setelah Mengendalikan Variabel Umur, Jenis Kelamin dan Riwayat Genetik. Untuk mengetahui kuat hubungan karakteristik responden secara bersamaan terhadap kebugaran jasmani menggunakan analisis regresi binary logistic dapat dilihat pada Tabel. 4.5. Tabel. 4.5 Hubungan Antara Kegemukan Dengan Kebugaran Jasmani Setelah Mengendalikan Variabel Umur, Jenis Kelamin dan Riwayat Genetik Variabel B S.E Wald Df Exp (B) Nilai p 95% C.I R Square Kegemukan 1,282 0,538 5,679 1 3,60 0,017 1,26 10,34 0,122 Umur -0,624 0,561 1,234 1 0,54 0,267 0,18 1,61 Jenis Kelamin -0,591 0,525 1,267 1 0,55 0,260 0,20 1,55 Genetik -19,283 17469,501 0,000 1 0,00 0,999 0,0 Constant. 20,944 17469,501 0,000 1 1246920685,15 0,999 Tabel. 4.5 menunjukkan bahwa dari beberapa variabel penelitian yaitu kegemukan, umur, jenis kelamin dan riwayat genetik, didapatkan bahwa kegemukanlah yang paling berhubungan dengan variabel terikat (dependent variable) yaitu kebugaran jasmani, ditandai dengan nilai Exp.(B) 3,60 dan nilai p = 0,017. 7. Hubungan Antara Kegemukan Dengan Prestasi Akademik Setelah Mengendalikan Variabel Umur, Jenis Kelamin dan Riwayat Genetik.

39 Untuk mengetahui kuat hubungan karakteristik responden secara bersamaan terhadap prestasi akademik juga menggunakan analisis regresi binary logistic dapat dilihat pada Tabel. 4.6. Tabel. 4.6 Hubungan Antara Kegemukan Dengan Prestasi Akademik Setelah Mengendalikan Variabel Umur, Jenis Kelamin dan Riwayat Genetik Variabel B S.E Wald df Exp (B) Nilai p 95% C.I R Square Kegemukan -0,543 0,435 1,561 1 0,58 0,212 0,25 1,36 0,066 Umur 0,827 0,465 3,159 1 2,29 0,076 0,92 5,69 Jenis Kelamin -0,183 0,431 0,181 1 0,83 0,671 0,36 1,94 Genetik -0,255 1,159 0,049 1 0,77 0,825 0,08 7,50 Constant. -0,977 1,167 0,700 1 0,38 0,403 Tabel. 4.6 menunjukkan bahwa dari beberapa variabel penelitian yaitu kegemukan, umur, jenis kelamin dan riwayat genetik, didapatkan bahwa umur respondenlah yang paling berhubungan dengan variabel terikat (dependent variable) yaitu prestasi akademik, ditandai dengan nilai Exp.(B) 2,29 dan nilai p = 0,076. B. Pembahasan 1. Hubungan Antara Kegemukan Dengan Kebugaran Jasmani Siswa. Berdasarkan dari masih tingginya angka kegemukan pada remaja usia sekolah maka penelitian ini berfokus pada remaja siswa sekolah dengan usia 13 hingga 15 tahun di tiga Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali, dengan jumlah responden sebanyak 161 orang, selanjutnya dilakukan pendataan meliputi data diri dan data antropometri yaitu tinggi badan dan berat badan lalu dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu gemuk dan obes, selanjutnya dilakukan pengambilan data tingkat kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani dapat menjadi indikator utama dari pola aktivitas fisik dimana kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor penyebab terjadinya masalah kegemukan. Perkembangan pembangunan yang memudahkan segala akses cenderung merubah pola hidup menjadi kurang gerak. Konsumsi energi yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang cukup dapat menyebabkan penimbunan energi dalam bentuk lemak di tubuh sehingga mengakibatkan kenaikan berat badan (Kemenkes RI, 2014).

40 Pembinaan akan kebugaran jasmani sangat berpengaruh bagi siswa guna menunjang proses pembelajaran di sekolah, serta aktivitas fisik lain diluar sekolah. Sementara pada usia remaja, akan mulai terjadi perbedaan pertumbuhan, perkembangan dan pematangan oleh adanya pengaruh dari hormon (Giriwijoyo & Sidik, 2012). Kebugaran jasmani antara pria dan wanita dapat berbeda karena adanya perbedaan tubuh yang terjadi setelah masa pubertas. Setelah masa pubertas terdapat perbedaan, karena wanita memiliki jaringan lemak yang lebih banyak dan hemoglobin lebih rendah dibanding dengan pria. Hal yang sama juga terjadi pada kekuatan otot, karena perbedaan kekuatan antara pria dan wanita disebabkan oleh adanya perbedaan ukuran otot baik besar maupun proporsinya dalam tubuh (Erminawati, 2009). Tingkat kebugaran jasmani putera biasanya lebih baik dibandingkan dengan tingkat kebugaran jasmani puteri. Hal ini juga bisa saja disebabkan karena kegiatan fisik yang dilakukan oleh putera lebih banyak dibandingkan dengan puteri. Setelah mencapai/melewati usia pubertas, anak laki-laki biasanya mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat kebugaran jasmani anak perempuan (Suharjana, 2008). Sementara dari hasil analisis chi square hubungan kegemukan dengan kebugaran jasmani menurut jenis kelamin siswa sekolah menengah pertama usia 13 15 tahun pada penelitian ini ditemukan bahwa ada hubungan antara kegemukan dengan tingkat kebugaran jasmani siswa laki-laki dengan nilai p=0,00 (p<0,05) dan tidak ada hubungan antara kegemukan dengan tingkat kebugaran jasmani siswa perempuan dengan nilai p=0,39 (p>0,05). Utari (2007) dan Thibault et al. (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi indeks massa tubuh, maka akan semakin rendah tingkat kebugaran jasmani pada anak usia 12-14 tahun. Dalam aktivitas sehari-hari, kebugaran jasmani menggambarkan keadaan tubuh seseorang selain mampu mengerjakan pekerjaan rutin harian juga masih sanggup melakukan aktivitas fisik lainnya. Orang yang memiliki kebugaran jasmani yang lebih baik dapat menjalankan aktifitas fisiknya dengan lebih baik pula. Olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi terutama sumber energi dalam tubuh. Selain itu aktivitas fisik juga dapat memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk penyeimbangan zat gizi (Kemenkes RI, 2014), dan pada anak usia

41 sekolah, pembinaan kebugaran jasmani sangatlah berpengaruh guna menunjang proses pembelajaran, serta aktivitas lain diluar sekolah (Giriwijoyo & Sidik, 2012). 2. Hubungan Antara Kegemukan Dengan Prestasi Akademik Siswa Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan kegiatan tertentu. Sementara belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya, Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum definisi belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk dapat berubah ke arah yang lebih baik, melalui serangkaian kegiatan yang dijalani selama proses belajar berlangsung (Isnaini, 2014). Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru (Sunarsih, 2009). Prestasi atau keberhasilan akademik dapat dioperasionalkan dalam bentuk-bentuk atau indikator-indikator berupa nilai raport (Azwar, 2011). Dari hasil analisis chi square ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara kegemukan dengan prestasi akademik siswa sekolah menengah pertama baik pada laki-laki maupun pada perempuan dimana didapatkan nilai p=0,21 pada laki-laki (p>0,05) dan p=0,19 pada perempuan (p>0,05). Sutjijoso dan Zarfiel (2009), Annas (2011) berpendapat bahwa tidak ada hubungan antara kegemukan, obesitas maupun status gizi dengan prestasi belajar siswa. Namun hal berbeda disampaikan oleh Hartini et al (2011) dan Deliens et al. (2013) dimana status berat badan dan obesitas berhubungan bermakna dengan prestasi akademik siswa. Menurut Davis dan Cooper (2011) menyatakan bahwa kebugaran fisik berhubungan dengan prestasi dan kemampuan kognitif yang lebih baik, sedangkan kegemukan akan memperburuk keadaannya. Rismayanthi (2012) juga menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dan kebugaran jasmani secara bersamaan dengan prestasi hasil belajar mahasiswa. Kebugaran jasmani memberikan kontribusi paling besar terhadap prestasi belajar mahasiswa, dengan

42 memberikan sumbangan efektif sebesar 28,68%, sedangkan status gizi sebesar 10,32%. Lain halnya di Korea, So (2012) menyatakan bahwa remaja dengan tingkat aktivitas fisik yang tinggi akan berkorelasi positif terhadap prestasi belajar namun hanya pada laki-laki, dan aktivitas fisik yang sedang akan berkorelasi positif terhadap prestasi belajar pada keduanya (laki-laki dan perempuan). Umumnya ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik siswa, namun ada beberapa yang mungkin bisa lebih di perhatikan seperti faktor kesehatan, konsentrasi, suasana lingkungan baik di sekitar rumah maupun sekolah (Daryanto, 2010), dan menjaga pola makan sebab ada peningkatan prestasi akademik pada remaja yang memiliki pola makan yang baik serta melakukan aktivitas fisik dengan aktif (Stea dan Torstveit, 2014). Sebenarnya pendidikan jasmani dan olahraga disekolah juga bertujuan memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan sekaligus mengembangkan potensi anak baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral, mengembangkan potensi dari setiap anak baik dari segi kognitif, psikomotor dan afektif sebagai satu kesatuan (Paturusi, 2012), karena remaja yang terlibat secara aktif dalam olahraga akan memperlihatkan hasil akademik yang lebih baik daripada yang tidak (Giriwijoyo dan Sidik, 2012). C. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu : 1. Pemilihan populasi dan sampling responden penelitian yang secara khusus dan terbatas hanya pada responden dengan kegemukan saja, menyebabkan tidak dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih luas, namun tetap dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam penanggulangan kegemukan siswa sekolah pada usia yang lebih lanjut. 2. Penentuan lokasi penelitian yang hanya terbatas pada populasi siswa di sekolah saja, sehingga belum cukup kuat untuk mencerminkan keadaan di suatu daerah. 3. Pengambilan data yang hanya dilakukan satu kali dan dengan satu tekhnik memungkinkan adanya faktor perancu lain yang belum terkendali seperti pola asupan makanan, pola istirahat/tidur maupun faktor lingkungan. Perlu dilakukan

43 penggunaan metode pengambilan data yang lebih bervariasi serta berulang pada penelitian yang lebih lanjut. 4. Analisis hasil penelitian dilakukan hingga berdasarkan stratifikasi gender responden yang membuat jumlah dari jenis sampel menjadi semakin mengecil. Pada penelitian yang lebih lanjut perlu dilakukan pembatasan jumlah dari setiap jenis sampel penelitian khususnya saat analisis data yang membagi sampel menurut stratifikasi.

44 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Terdapat hubungan antara kegemukan dengan kebugaran jasmani pada laki-laki siswa Sekolah Menengah Pertama, namun tidak terdapat hubungan antara kegemukan dengan kebugaran jasmani pada siswa perempuan. 2. Tidak terdapat hubungan antara kegemukan dengan prestasi akademik siswa Sekolah Menengah Pertama baik pada laki-laki maupun pada perempuan. 3. Tidak terdapat hubungan antara kebugaran jasmani dengan prestasi akademik siswa Sekolah Menengah Pertama baik pada laki-laki maupun pada perempuan. B. Implikasi 1. Secara teoritis status gizi gemuk dan obes dapat menurunkan tingkat kebugaran jasmani sehingga dapat menghambat aktivitas fisik sehari-hari. 2. Secara praktis hasil penelitian ini memiliki implikasi khususnya pada siswa sekolah untuk tetap mempertahankan kebugaran jasmani dengan tetap melakukan aktivitas fisik yang cukup sehingga status berat badan lebih dapat terkontrol. C. Saran 1. Perlu adanya pemantauan status gizi maupun status kesehatan siswa secara rutin di sekolah, sehingga dapat sedini mungkin menentukan langkah penanganan. 2. Perlu adanya perhatian secara khusus terhadap siswa dengan kegemukan, pemberian aktivitas fisik secara rutin dan bertahap, sehingga kejadian kegemukan pada usia selanjutnya dapat ditekan meski dalam jangka waktu yang panjang.