BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya penanganan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Pulau Jawa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRACT

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem di Pulau Jawa. Dieng berada di ketinggian antara 1500

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

ADOPSI SISTEM PERTANIAN KONSERVASI USAHATANI KENTANG DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI KECAMATAN PANGALENGAN, BANDUNG RATNA KATHARINA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ADOPSI SISTEM PERTANIAN KONSERVASI USAHATANI KENTANG DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI KECAMATAN PANGALENGAN, BANDUNG RATNA KATHARINA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. mengalami peremajaan secara berkesinambungan (Alibasyah, 1996).

ABSTRACT. Keywords: land degradation, tobacco, income, erosion, agro-technology, slit pit

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

Fahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

VIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR

III. KERANGKA PEMIKIRAN. dengan tujuan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

commit to user BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

1. EROSI DAN DEGRADASI LAHAN KERING DI INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Departemen of Agriculture (USDA) atau klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO).

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pengelolaan sumber

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

BAB I PENDAHULUAN. Selain isu kerusakan hutan, yang santer terdengar akhir - akhir ini adalah

Konservasi lahan Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam usahatani dengan memperhatikan kelas kemampuannya dan dengan menerapkan

Erosi. Rekayasa Hidrologi

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Solehudin, 2015 Kajian Tingkat Bahaya Erosi Permukaandi Sub Daerah Aliran Sungai Cirompang

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tingkat kerusakan hutan di Indonesia akibat degradasi (berkurangnya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya penanganan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Pulau Jawa telah banyak dilakukan diantaranya dengan penerapan kebijakan dalam pengelolaan lingkungan hidup, pencegahan alih fungsi lahan, rehabilitasi hutan dan lahan, serta pengaturan kelembagaan pengelolaan DAS (Mawardi, 2010). Upaya penanganan tersebut belum sepenuhnya berjalan dengan baik karena kebijakan masih bersifat teoritis, umum dan minimnya analisis biaya-manfaat sebagai salah satu landasan aplikasi kebijakan konservasi baik secara ekonomi maupun lingkungan. Sub DAS Prambanan sebagai wilayah hulu DAS Serayu yang secara administrasi berada di Desa Tieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu contoh DAS di Jawa Tengah yang telah mengalami ketidakseimbangan ekosistem. Potensi erosi yang tinggi di wilayah ini disebabkan oleh karakteristik fisik wilayah yang ekstrim berupa curah hujan rata-rata lebih dari 3000 mm/tahun, dominasi kelerengan lebih dari 60%, dan tanah vulkanik dengan erodibilitas yang tinggi (Setiawan, 2012). Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian terutama untuk tanaman sayuran dan tembakau telah mempercepat laju erosi dan mengakibatkan berbagai dampak degradasi lingkungan. Dampak erosi dapat terjadi pada area on - site maupun off - site. Dampak di area on site secara langsung seperti kehilangan lapisan atas tanah, kehilangan unsur hara c-organik, rusaknya struktur tanah, penurunan produktivitas serta munculnya lahan kritis, dampak area off site secara langsung adalah sedimentasi tinggi dan menurunnya jumlah debit air di 1

2 Waduk Panglima Besar Sudirman. Hasil penelitian Dairiah, 2004 menyatakan bahwa tanah pada daerah dengan potensi erosi tinggi memiliki kandungan c- organik yang lebih rendah. Cadangan karbon tanah mempunyai arti penting dalam perubahan iklim, karena berperan menambat (sekuestrasi) dan menyimpan karbon dalam jumlah besar (Mettay et al., 2006; Tarnochi et al., 2009). Cadangan karbon tanah diperkirakan hampir tiga kali lipat cadangan karbon dalam biomassa, dan sekitar dua kali lipat cadangan karbon di atmosfir (Eswaran et al., 1993; Lal, 2004). Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya tindakan konservasi karbon agar tidak berpotensi menjadi sumber emisi gas rumah kaca (GRK) yang berdampak terhadap laju perubahan iklim. Pengurangan karbon organik tanah dapat mengakibatkan penurunan kualitas tanah, mengurangi aktivitas mikroba, berdampak terhadap pori air tersedia untuk tanaman dan juga terhadap produktivitas tanaman (Yustika dan Agus, 2010). Penurunan produktivitas tanaman di Kecamatan Kejajar dibuktikan dengan penelitian oleh Fauziyah (2013) bahwa apabila sebelum tahun 2005 pada tanah seluas 0,4 ha menghasilkan panen kentang sebanyak enam ton, namun mulai tahun 2005 hingga saat penelitian dilakukan hasil panen kentang menurun menjadi dua ton. Selain menurunnya produktivitas lahan, konversi hutan lindung mengakibatkan terjadinya bencana alam tanah longsor dan banjir bandang di Desa Tieng pada 18 Desember 2011 (Hasil wawancara, 2015). Kondisi tersebut mendorong petani dan PERHUTANI berupaya terus-menerus mengembalikan kualitas lingkungan dan mempertahankan produktivitas lahan dengan melakukan reboisasi pada sebagian lahan pertanian menjadi hutan lindung kembali dan penerapan usahatani

3 konservasi. Jenis usahatani konservasi yang dilakukan masyarakat di Sub DAS Prambanan Kecamatan Kejajar terdiri atas: teras biasa, teras dengan rumput pada bagian dinding, teras dengan batu, guludan searah lereng, guludan tidak searah lereng dan mulsa plastik (Setiawan et al., 2015). Aplikasi pengelolaan hutan dan penerapan usahatani konservasi bukan hanya berfungsi untuk mencegah erosi agar produktivitas pertanian meningkat, tetapi memiliki peranan dalam mendukung konservasi karbon tanah. Penerapan usahatani konservasi dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik lahan maupun sosial ekonomi petani. Kondisi fisik lahan, sosial ekonomi dan tingkat penerapan usahatani konservasi petani diharapkan mampu meningkatkan kualitas lingkungan dan penerimaan petani yang akhirnya berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani. Indikator penilaian dampak lingkungan dari upaya konservasi tersebut menggunakan analisis biaya manfaat langsung dan tidak langsung agar lebih memudahkan pemahaman terhadap kerugian finansial dalam pengambilan kebijakan lingkungan berdasarkan sudut pandang geografi. Penelitian mengenai analisis biaya manfaat pada skala detil dan wilayah DAS masih minim dilakukan. Penelitian Berentsen et al., 2006 mengenai analisis biaya manfaat pada pertanian konservasi mencakup wilayah Bagian Utara Belanda. Kulhman et al., 2008 mengenai estimasi biaya manfaat konservasi tanah pada lahan pertanian mencakup wilayah seluruh Eropa. Balana et al., 2011 terkait analisis biaya manfaat konservasi tanah dan air mencakup wilayah Bagian Utara Ethiopia. Beberapa penelitian tersebut (Barentsen et al., 2006, Kulhman et al., 2008 dan Balana et al., 2011 menggunakan skala analisis medium dan regional sehingga perlunya penelitian

4 skala detil terkait biaya manfaat. Penentuan skala detil dengan satuan persil pada wilayah sub DAS digunakan untuk mendapatkan analisis mendalam terkait upaya pengelolaan DAS yang berkelanjutan. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian mengenai Analisis Biaya Manfaat Pengelolaan Hutan dan Usahatani Konservasi di Sub DAS Prambanan perlu dilakukan. 1.2 Perumusan Masalah Penelitian mengenai dampak negatif dari konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian Wasis et al. (2012) menjelaskaan bahwa dengan menggunakan metode pengukuran langsung dan allometrik, perubahan penutupan lahan berdampak pada pengurangan stok karbon permukaan di DAS Ciliwung. Monde (2008) menyatakan bahwa dengan menggunakan metode petak penelitian disusun dalam pola rancangan acak kelompok pada tiga tingkat kemiringan lahan, alih fungsi hutan menjadi lahan kakao di DAS Nopu dapat menurunkan kualitas tanah, stok karbon serta meningkatkan laju erosi dan aliran permukaan. Banuwa (2008) menjelaskan bahwa dengan metode plot erosi dan pemodelan USLE konversi hutan menjadi lahan kopi mengakibatkan laju erosi di Sub-DAS Sekampung Hulu jauh lebih besar dari pada erosi yang dapat ditoleransi. Hasil penelitian tersebut Monde (2008), Banuwa (2008), dan Wasis et al (2012) belum mengkuantifikasikan dampak konversi hutan dalam nilai rupiah, sehingga perlu adanya keberlanjutan penelitian mengenai analisis biaya-manfaat baik secara ekonomi maupun lingkungan. Khatarian (2007) dengan metode model logit, fungsi produksi model cobb-douglas, model SCUAF dan cost benefit

5 analysis menjelaskan bahwa adopsi sistem pertanian konservasi dipengaruhi oleh faktor kecuraman lereng, status dan jumlah tenaga kerja keluarga, serta adopsi sistem tersebut mampu meningkatkan pendapatan serta menurunkan erosi tanah di Bandung. Hasil penelitian Balana et al. (2011) menjelaskan bahwa menggunakan analisis biaya-manfaat untuk proyek konservasi tanah dan air (exclosures) bernilai positif atau layak untuk dilanjutkan sedangkan pada lahan pertanian produktif yang dikonversi untuk proyek exclosures bernilai negatif. Khoiriyah et al., 2014 menyatakan bahwa dengan pengukuran skoring dan cost benefit analysis secara finansial usahatani konservasi layak untuk diterapkan, serta terdapat keterkaitan antara tingkat penerapan usahatani konservasi dengan tingkat pendapatan petani di Kota Batu. Rochecouste et al., 2015 menjelaskan bahwa menggunakan model system thinking faktor sosial ekonomi mendorong adopsi usahatani konservasi tanaman gandum di lahan kering Australia. Beberapa penelitian tersebut masih terfokus pada salah satu pembahasan baik pengaruh tingkat konservasi maupun analisis biaya manfaat lingkungan simpanan karbon atau erosi tanah saja. Penelitian di Sub DAS Prambanan Kecamatan Kejajar, selain memasukkan faktor pengaruh tingkat penerapan usahatani konservasi dan kaitannya dengan penerimaan petani, juga memasukkan analisis biaya manfaat langsung dan tidak langsung (simpanan karbon dan erosi) baik pada lahan hutan maupun usahatani konservasi dan diuji kelayakannya secara lebih detil. Berkaitan dengan uraian tersebut maka dapat dirumuskan 5 (lima) pertanyaan penelitian sebagai berikut:

6 a. apa saja bentuk pengelolaan hutan dan tingkat penerapan usahatani konservasi di Sub DAS Prambanan? b. berapa besar pengaruh faktor sosial ekonomi dan kondisi fisik lahan terhadap tingkat penerapan usahatani konservasi di Sub DAS Prambanan? c. berapa besar pengaruh faktor sosial ekonomi, kondisi fisik lahan dan tingkat penerapan usahatani konservasi terhadap penerimaan petani di Sub DAS Prambanan? d. berapa biaya-manfaat langsung dan tidak langsung dari pengelolaan hutan dan penerapan usahatani konservasi di Sub DAS Prambanan? e. apakah pengelolaan hutan dan penerapan usahatani konservasi di Sub DAS Prambanan layak dilakukan berdasarkan aspek lingkungan dan ekonomi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. menganalisis bentuk pengelolaan sistem hutan dan tingkat penerapan sistem usahatani konservasi di Sub DAS Prambanan. b. mengkaji pengaruh faktor sosial ekonomi dan kondisi fisik lahan terhadap tingkat penerapan usahatani konservasi oleh petani penggarap di Sub DAS Prambanan. c. mengkaji pengaruh faktor sosial ekonomi, kondisi fisik lahan dan tingkat penerapan usahatani konservasi terhadap penerimaan petani di Sub DAS Prambanan. d. menghitung biaya-manfaat langsung dan tidak langsung pada pengelolaan hutan dan penerapan usahatani konservasi di Sub DAS Prambanan.

7 e. menganalisis kelayakan pengelolaan hutan dan penerapan usahatani konservasi baik secara ekonomi dan lingkungan di Sub DAS Prambanan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi ilmu pengetahuan secara teoritis Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu dalam: a. memperoleh analisis mengenai bentuk pengelolaan hutan dan tingkat penerapan sistem usahatani konservasi skala detil di Sub DAS Prambanan. b. memperoleh analisis pengaruh faktor sosial ekonomi dan kondisi fisik lahan terhadap penerapan usahatani konservasi serta pengaruhnya terhadap penerimaan petani oleh petani penggarap skala detil di Sub DAS Prambanan. c. memperoleh analisis biaya-manfaat langsung dan tidak langsung serta kelayakan dari penerapan sistem hutan dan usahatani konservasi di Sub DAS Prambanan. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan memberikan masukan pemerintah pada : a. Sebagai masukan arahan bentuk pengelolaan hutan dan usahatani konservasi yang berkelanjutan di Sub DAS Prambanan. b. Sebagai masukan implementasi Undang-Undang Konservasi Tanah dan Air tahun 2014 pada sisi sosial ekonomi. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai analisis biaya-manfaat hutan dan penerapan sistem usahatani konservasi skala analisis persil secara bersamaan dalam satu lokasi penelitian masih sangat minim dilakukan. Hasil Penelitian Khatarian (2007) di Bandung, dengan metode model logit, fungsi produksi model cobb-douglas, model

8 SCUAF dan cost benefit analysis menjelaskan bahwa adopsi sistem pertanian konservasi dipengaruhi oleh faktor kecuraman lereng, status dan jumlah tenaga kerja keluarga, serta adopsi sistem tersebut mampu meningkatkan pendapatan serta menurunkan erosi tanah di Bandung. Selain itu faktor pupuk N, pestisida, tenaga kerja, dan luas lahan berpengaruh positif terhadap hasil produksi. Hasil penelitian Balana et al. (2011) di Etiopia Utara menjelaskan bahwa menggunakan analisis biaya-manfaat untuk proyek konservasi tanah dan air (exclosures) NPV bernilai positif sebesar 5620 ha 1 atau layak untuk dilanjutkan sedangkan pada lahan pertanian produktif yang dikonversi untuk proyek exclosures bernilai negatif. Hasil Penelitian Khoiriyah et al., 2014 di Kota Batu menyatakan bahwa dengan pengukuran skoring dan cost benefit analysis secara finansial tingkat penerapan usahatani relatif tinggi dan layak untuk diterapkan, serta terdapat keterkaitan antara tingkat penerapan usahatani konservasi dengan tingkat pendapatan petani yang dilihat dari perbandingan persentase pada katagori tingkat penerapan usahatani tergolong tinggi sebesar 54.6%. Selain itu usahatani konservasi lahan untuk komoditas kentang yang memiliki tingkat pendapatan paling tinggi. Rochecouste et al., 2015 menjelaskan bahwa menggunakan model system thinking faktor sosial ekonomi mendorong adopsi usahatani konservasi tanaman gandum di lahan kering Australia. Selain itu kebijakan promosi tingginya produktivitas dari adopsi teknik usahatani konservasi akan lebih efektif dibandingkan diberlakukannya perdagangan karbon pada petani yang menerapkan usahatani konservasi..adapun perbandingan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan secara detil dapat dilihat pada Tabel 1.1.

9 Tabel 1.1 Deskripsi Singkat Komparasi penelitian terdahulu dan yang telah dilakukan No Nama peneliti, tahun Judul, wilayah 1 Disertasi Khatarina, R., 2007 Adopsi Sistem Pertanian Konservasi Usahatani Kentang di Lahan Kering Dataran Tinggi Kecamatan Pangalengan, Bandung Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil penelitian 1. menganalisis faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk mengadopsi sistem pertanian konservasi. 2. menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap produksi 3. menganalisis pengaruh adopsi sistem pertanian konservasi terhadap kualitas sumberdaya lahan dan pendapatan usahatani kentang 1. Model logit 2. Fungsi produksi model Cobb- Douglas 3. Model SCUAF dan biaya-manfaat Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Adopsi sistem pertanian konservasi dipengaruhi oleh faktor kecuraman lereng, status dan jumlah tenaga kerja keluarga. 2. faktor pupuk N, pestisida, tenaga kerja, dan luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi. 3. sistem penanaman yang menerapkan teknik konservasi tanah tidak hanya meningkatkan pendapatan yang lebih baik, tetapi juga menurunkan erosi tanah. 2 Jurnal AGRISE Khoiriyah, C.N., et al., 2014. Application Of Conservation Farming And Financial Feasibility Of Farming At Upstream Watershed (Case Study At Sumber Brantas And Tulungrejo Village Bumiaji Sub District Batu City) 3 Jurnal Agricultural Systems Rochecouste. J.F., 2015 An analysis of the socioeconomic factors influencing the adoption of Tujuan penelitian ini sebagai berikut : 1. mengetahui tingkat penerapan usahatani konservasi 2. mengetahui kelayakan finansial usahatani konservasi 3. mengetahui keterkaitan tingkat penerapan usahatani konservasi lahan degan pendapatan petani 4. mengetahui jenis usahatani konservasi yang mampu meningkatkan pendapatan petani Tujuan penelitian ini sebagai berikut : (1) Memahami interaksi yang mendorong adopsi usahatani konservasi (2) Mengetahui faktor-faktor sosialekonomi yang mempengaruhi adopsi usahatani konservasi Penelitian ini menggunakan metode : 1. Pengukuran skoring 2. Analisis biayamanfaat Penelitian ini menggunakan metode : (1) Sistem model visual (system thinking) Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. tingkat penerapan usahatani relatif tinggi 2. nilai NPV dari usahatani konservasi adalah Rp 127,308,504.61, nilai IRR-nya adalah 16%, nilai Net B/Cnya adalah 1.29, sehingga secara finansial usahatani konservasi layak untuk diterapkan 3. adanya keterkaitan antara tingkat penerapan usahatani konservasi dengan tingkat pendapatan petani yang dilihat dari perbandingan persentase pada katagori tingkat penerapan usahatani tergolong tinggi sebesar 54.6% 4. usahatani konservasi lahan untuk komoditas kentang yang paling tinggi pendapatannya. Hasil Penelian : 1. Faktor sosial ekonomi mendorong adopsi usahatani konservasi tanaman gandum di lahan kering Australia 2. Kebijakan promosi tingginya produktivitas dari adopsi teknik usahatani konservasi akan lebih efektif dibandingkan diberlakukannya perdagangan karbon pada 9

10 conservation agriculture as a climate change mitigation activity in Australian dryland grain production 4 Jurnal Forest Policy and Economics Balana, B.B., et al., 2011 Cost-benefit analysis of soil and water conservation measure: The case of exclosures in northern Ethiopia 5 Tesis Vina Nurviana, 2015 Analisis Biaya-Manfaat Pengelolaan Hutan dan Usahatani Konservasi Di Sub DAS Prambanan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah Tujuan penelitian ini sebagai berikut : (1) Menghitung kelayakan proyek konservasi tanah dan air (exclosures) (2) Menghitung kelayakan proyek (exclosures) pada lahan pertanian produktif. 1. menganalisis bentuk pengelolaan hutan dan tingkat penerapan UK 2. mengetahui pengaruh faktor sosialekonomi dan kondisi fisik lahan terhadap tingkat penerapan UK 3. mengetahui pengaruh faktor sosialekonomi, kondisi fisik lahan dan tingkat penerapan UK terhadap tingkat penerimaan 4. menghitung biaya-manfaat langsung dan tidak langsung pada pengelolaan hutan dan UK 5. menganalisis kelayakan pengelolaan hutan dan UK Penelitian ini menggunakan metode : (1) Penghitungan CBA (2) Menghitung biayamanfaat langsung (produktivitas) dan tidak langsung (penilaian lingkungan) 1. Deskriptif kualitatif 2. Analisis kuantitatif dengan Regresi logistik ordinal 3. Analisis kuantitatif dengan Regresi linear berganda 4. CBA 5. Analisis biaya manfaat (NPV, B/CR, dan IRR) petani yang menerapkan usahatani konservasi di Australia. Hasil Penelian : (1) Nilai NPV pada proyek konservasi tanah dan air (exclosures) bernilai positif sebesar 5620 ha 1. (2) Nilai NPV pada lahan pertanian produktif yang dikonversi untuk proyek (exclosures) bernilai negatif. Hasil penelitian: 1. bentuk pengelolaan hutan lindung (reboisasi, pemeliharaan dan ekowisata) dan tingkat penerapan usahatani konservasi (tinggi 22,1%, sedang 21,6%, rendah I10,4%). 2. faktor sosial-ekonomi dan kondisi fisik lahan mempengaruhi tingkat penerapan usahatani konservasi sebesar 25,1%. 3. Faktor sosial-ekonomi, kondisi fisik lahan dan tingkat penerapan usahatani konservasi mempengaruhi penerimaan petani sebesar 86,4%. 4. Biaya langsung hutan (Rp. 55.281.602,-/tahun) dan UK (Rp. 5.343.998.200,-/tahun). Biaya tidak langsung hutan (Rp. 962.850,-/tahun) dan UK (Rp. 14.752.096,58/tahun). Manfaat langsung hutan (Rp. 903.000.000,-/tahun) dan UK (Rp. 7.673.805.000,-/tahun). Manfaat tidak langsung hutan (Rp. 278.914.720,-/tahun) dan UK (Rp. 182.353.000,- /tahun). 5. penerapan hutan lindung miliki PERHUTANI lebih layak dibandingkan UK secara ekonomi, lingkungan, dan kombinasi keduanya. 10

11