PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 DUA KOTO KABUPATEN PASAMAN E JURNAL RAFIKA FITRAH NIM. 10010185 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 DUA KOTO KABUPATEN PASAMAN E JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) RAFIKA FITRAH NIM. 10010185 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 DUA KOTO KABUPATEN PASAMAN Rafika Fitrah, Mulyati, Liza Yulia Sari Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Jurusan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Email: rafikafitrah@yahoo.co.id ABSTRACT The low of biology learning outcomes of seven grade students at SMPN 2 Dua Koto Kabupaten Pasaman was caused by ineffective method such as communicative, group discussion and question-answer. Consequently students tend to be passive in learning process. The research objective was to reveal the effect of discovery learning model toward biology learning outcomes of seven grade students at SMPN 2 Dua Koto Kabupaten Pasaman. The research was experimental research. It used Randomized Control-Group Post Test Only Design. Research population was all seven students of SMPN 2 Dua Koto Kabupaten Pasaman. The sample technique was Purposive Sampling. VII 2 class was experimental class and VII 1 class was control class. The cognitive grades instrumen was post test sheet. The hypothesis of this research was examined by t-test. In other side, the affective grades used modus evaluation. It means frequency score appear from affective grades. Based on the analysis of the post tes result, obtained the average value of biology learning outcomes of both sample classes. The cognitive average value of experimental class students were 76,58 and the cognitive average value of control class students were 69,21. The t-tes result obtained t count = 3,76 and t table = 1,67 with T c > T t. It means hypothesis is accepted (H 1 ). In other words, the applying of discovery learning can improve biology learning outcomes of seven grade students at SMPN 2 Dua Koto Kabupaten Pasaman. The affective average values of experimental students were 3,09 and the affective average values of control class students were 3,00. In conclusion, the use of discovery learning model can improve students learning outcomes in cognitive domain of seven grade students at SMPN 2 Dua Koto Kabupaten Pasaman. Key word: Discovery Learning, Learning Outcome, Model, Learning process. PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan suatu proses, cara dan perbuatan yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu. Di dalam proses pembelajaran seharusnya guru mampu menguasai materi pelajaran, menentukan tujuan pembelajaran dan menggunakan model model pembelajaran aktif yang bervariasi. Belajar dengan menggunakan model pembelajaran aktif mampu membantu siswa untuk memahami materi dengan baik, meningkatkan minat belajar siswa serta membuat siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Bagi guru, model pembelajaran dapat mempermudah dalam penyampaian materi kepada siswa, apabila hal tersebut dapat dilaksanakan guru dengan baik. Proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar dan pembelajaran akan menyenangkan bagi siswa apabila guru dapat menyesuaikan materi yang akan dibahas dengan model pembelajaran yang digunakan. Adapun model-model pembelajaran aktif yang dapat digunakan seperti discovery learning dan pembelajaran kooferatif yang lainnya. Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan pada bulan Februari 2015 dengan seorang guru biologi yaitu ibu Ertisna, S.Pd, dan wakil kurikulum yaitu ibu Yunita, S.Pd di SMP Negeri 2 Dua Koto Kabupaten Pasaman, guru jarang
menggunakan model pembelajaran kooperatif sehingga siswapun kurang aktif dalam proses pembelajaran dan mengakibatkan nilai siswa menjadi rendah dan tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Selain itu dalam pembelajaran guru kebanyakan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajaran. Salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa kelas VII adalah Keanekaragaman Makhluk Hidup. Karena pada materi ini banyak konsep-konsep dan gambar yang harus diketahui oleh siswa dan materi keanekaragaman makhluk hidup ini besifat hapalan. Kondisi belajar yang kurang kondusif ini berdampak pada nilai biologi siswa di SMP Negeri 2 Dua Koto yang masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata rata nilai ulangan harian pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup pada tahun pelajaran 2013/2014 siswa kelas VII SMP Negeri 2 Dua Koto yaitu: kelas VII 1 (68,6), kelas VII 2 (64,7), kelas VII 3 (64,2) dan kelas VII 4 (56,0). Dimana Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan di SMP Negeri 2 Dua Koto Kabupaten Pasaman untuk mata pelajaran biologi adalah 75. Guru di dalam proses pembelajaran seharusnya bisa menentukan model pembelajaran yang sesuai, sehingga pembelajaran dapat memotivasi dan membangkitkan minat siswa untuk belajar. Salah satu cara yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran adalah dengan menggunakan model yang sesuai dengan materi yang akan dibahas. Salah satu model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dalam belajar adalah model pembelajaran discovery learning (pembelajaran penemuan). Menurut Suprihatiningrum (2013: 241) dalam pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk belajar aktif, melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Adapun hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebebelumnya dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning, dimana dengan menggunakan model ini nilai hasil belajar biologi siswa mengalami peningkatan. Keunggulan lain dari model ini adalah materi yang dipelajari lebih lama membekas pada diri siswa, karena siswa dilibatkan dalam proses menemukan sendiri. Penerapan model pembelajaran discovery learning dapat menciptakan interaksi yang positif dalam proses pembelajaran. Model ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilan yang dimilikinya. Selain itu, siswa dalam proses pembelajaran dapat berbagi pengetahuan dengan siswa lainnya. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti telah melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Dua Koto Kabupaten Pasaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar biologi siswa pada materi keanekaragaman makhluk hidup pada kelas VII SMP Negeri 2 Dua Koto. Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Tambahan ilmu pengetahuan bagi penulis dalam mempersiapkan diri sebagai calon pendidik yang nantinya dapat diterapkan di sekolah. Bahan masukan bagi guru biologi dalam menggunakan model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Sebagai masukan kepada sekolah dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Penerapan Model Pembelajaran Discoveri Learning dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Dua Koto Kabupaten Pasaman. Model pembelajaran discovery learning merupakan suatu model pembelajaran penemuan, diman siswa menemukan sendiri permasalahan kemudian guru menyuruh siswa mengamati dan menyelesaikan masalah tersebut melalui beberapa prosedur simulation, problem statement, data collection, data processing, verification dan generalization. Menurut Zalfendi dkk (2011: 188) model discovery learning ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan
menggali sendiri sehingga anak dapat belajar sendiri. Menurut Kemendikbud (2014: 42) discovery learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiri) dan problem solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang di hadapkan kepada siswa merupakan sebuah masalah yang direkayasa oleh guru. METODE PENELITIAN Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan Mei tahun pelajaran 2014/2015 di kelas VII semester II, tempat penelitian di SMP Negeri 2 Dua Koto Kabupaten Pasaman. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Siswa dikelompokkan atas dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Proses pemb elajaran biologi di kelas eksperimen yaitu dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning. Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran biologi yang digunakan yaitu pembelajaran konvensional (yang biasa dipakai guru dalam mengajar). Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group Post Test Only Design, yang digambarkan oleh Lufri (2005: 70). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang terdaftar pada tahun pelajaran 2014/2015 SMP Negeri 2 Dua Koto Kabupaten Pasaman. Sesuai dengan rancangan penelitian, maka diperlukan 2 kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, dimana kelas eksperimen yaitu kelas VII 2 dan kelas kontrol yaitu kelas VII 1. Prosedur penelitian terdiri dari empat tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, uji coba soal dan evaluasi. Penilaian kompetensi pengetahuan berupa soal pilihan ganda dengan empat options yang berjumlah 37 butir soal. Instrumen tes berupa soal pilihan ganda yang di uji cobakan pada kelas yang berbeda atau selaian kelas sampel. Agar instrumen tes tersebut menjadi alat ukur yang baik, maka perlu dilakukan analisis soal melalui validitas tes, reliabilitas tes, indeks kesukaran soal dan daya beda soal. Penilaian kompetensi sikap (afektif) berupa lembaran observasi/pengamatan aktifitas belajar siswa yang diamati melalui satu orang observer. Analisis data yang digunakan pada penilaian kompetensi pengetahuan melalui uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t / uji dua rata-rata. Teknik penilaian pada ranah sikap (afektif) berdasarkan kriteria Permendikbud No. 104, dimana pada penilaian pada ranah sikap diperoleh dari nilai modus (nilai yang sering muncul). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada kedua kelas sampel, maka diperoleh data tes hasil belajar biologi siswa pada materi keanekaragaman makhluk hidup kelas VII SMP Negeri 2 Dua Koto Kabupaten Pasaman, dapat dilihat pada tabel 9. Secara terinci hasil ini dikemukakan pada lampiran 13-18 halaman 108-115 sebagai berikut. Tabel 9. Nilai Rata-rata, Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. No Penilaian Parameter Perlakuan Eksperimen Kontrol Keterangan Rata-Rata Nilai 76,58 69,21 Eksp > Kon 1 Kognitif Uji Normalitas Uji Homogenitas L 0 = 0,026 L t = 0,173 F h = 1,03 F t = 1,88 L 0 = 0,0296 L t = 0,161 Uji Hipotesis T t = 1,67 T h > T t L 0 < L t Distribusi Normal F h < F t Varians Data Homogen
T h = 3,76 Hipotesis Diterima 2 Afektif Rata-Rata Nilai 3,09 3,00 Eksp > Kon Pembahasan 1. Hasil Belajar Ranah Kognitif (Pengetahuan) Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang berarti dari penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Dua Koto Kabupaten Pasaman Tahun Pelajaran 2014/2015. Pengaruh ini terlihat dari peningkatan nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen yang lebih tinggi dari nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas kontrol. Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, karena pada kelas eksperimen siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa aktif dalam proses belajar terlihat pada saat siswa disuruh guru mengamati LDS yang berisi gambar-gambar materi yang dipelajari dengan penggunaan model pembelajaran discovery learning. Model pembelajaran discovery learning merupakan model pembelajaran yang baru diterapkan dalam proses pembelajaraan biologi di kelas VII SMP Negeri 2 Dua Koto Kabupaten Pasaman pada materi keanekaragaman makhluk hidup. Model pembelajaran discovery learning memiliki beberapa keunggulan sehingga model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar biologi siawa. Hal ini terlihat pada saat Proses Belajar Mengajar (PBM) berlangsung dimana aktivitas siswa yang tidak berpusat pada guru saja. Siswa berusaha untuk mencari informasi sendiri dari apa yang diamatinya sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep pelajaran sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Zalfendi dkk (2010: 188) keunggulan dari model pembelajaran discovery learning ini mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga siswa memiliki motivasi yang kuat untuk belajar yang lebih giat dan disiplin dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning ini bisa membuat siswa lebih aktif dan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran discovery learning merupakan model pembelajaran penemuan, dengan penemuan inilah terlihat pada pelajaran yang diajarkan akan lama membekas pada diri siswa. Dimana dengan model pembelajaran discovery learning ini siswa tidak merasa terbebani, karena semua yang diamati pada gambar yang ada pada lembar diskusi kelompok berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat Wilcolx (Nur, 2000) dalam Suprihatiningrum, (2013: 241-242) dalam pembelajaran discovery learning (penemuan), siswa didorong untuk belajar lebih aktif. Melalui keterlibatan aktif mereka sendiri, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dorongan guru kepada siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsipprinsip untuk diri mereka sendiri dalam belajar. Dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang terdiri dari 27 orang siswa, yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 19 orang siswa dengan persentase 70,37%. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah dan Zain (2010: 107) dimana tingkat keberhasilan belajar siswa dikatakan baik apabila mencapai 60% sampai 75% siswa tuntas dalam belajar. Berarti pada kelas eksperimen, siswa sudah dapat dikatakan pada kategori baik dalam ketuntasan belajar pada ranah kognitif. Selama proses pembelajaran berlangsung pada kelas eksperimen peneliti menemukan kendala-kendala. Dimana pada saat guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas masih banyak siswa yang merasa malu, takut dan tidak percaya diri untuk tampil ke depan kelas. Hal ini terjadi karena kebiasaan mereka pada kegiatan pembelajaran sebelumnya yang pasif dalam pembelajaran. Masih ada siswa yang tidak tuntas dalam belajar, hal ini dikarenakan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Sejalan dengan pendapat Hamalik (2009: 183) bahwa perbedaan hasil belajar dikalangan para siswa disebabkan oleh berbagai alternatif faktor-faktor, antara lain, faktor kematangan akibat dari kemajuan
umur kronologis, latar belakang pribadi masing-masing, sikap dan bakat terhadap suatu bidang pelajaran yang diberikan. Pada kelas kontrol nilai rata-rata hasil belajar siswa yaitu 69,21. Dimana pada kelas kontrol nilai ketuntasan hasil belajar siswa yang terdiri dari 28 orang siswa dan yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 7 orang siswa dengan persentase 25%. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah dan Zain (2010: 107) dimana tingkat keberhasilan belajar siswa dikatakan belum baik apabila mencapai 25% siswa tuntas dalam belajar. Berarti pada kelas kontrol, siswa belum dapat dikatakan pada kategori baik dalam ketuntasan belajar pada ranah kognitif. Hasil belajar siswa pada kelas kontrol rendah karena pada kelas kontrol siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi kelompok. Pada saat proses pembelajaran berlangsung pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ini terlihat bahwa proses pembelajaran hanya terpusat pada guru saja, siswa cenderung meribut di dalam kelas dan terlihat kurang aktif. Selain itu rasa tanggung jawab siswa dalam mengikuti pelajaran masih kurang, karena masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Di lihat dari kondisi siswa yang seperti ini siswa kurang memahami konsep-konsep pembelajaran sepenuhnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah dan Zain (2010: 97) metode ceramah adalah metode yang tradisional, karena sejak dahulu metode ini sudah digunaka guru sebagai alat komunikasi dengan siswa dalam PBM yang apabila digunakan terlalu lama akan membosankan dan mengakibatkan siswa menjadi pasif dalam belajar. Oleh karena kondisi itulah kadang-kadang siswa menganggap biologi sebagai pelajaran yang sukar untuk di pahami. Pada kelas kontrol peneliti menemukan kendala dalam pengelolaan kelas, karena dalam proses pembelajaran pada kelas kontrol siswa hanya menerima apa yang diberikan guru saja dan kebanyakan siswa hanya mengandalkan siswa yang pintar saja. 2. Hasil Belajar Ranah Afektif (Sikap) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada ranah afektif, menunjukan bahwa penilaian afektif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang terdiri dari tiga indikator pencapaian yaitu rasa ingin tahu, bekerja sama, dan berkomunikasi, dimana hasil penelitian menunjukkan secara umum bahwa nilai afektif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol mendapatkan peringkat B. Menurut Sani (2014: 206) pembentukan sikap melalui kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Kompetensi sikap yang harus dimiliki oleh siswa adalah perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsive dan proaktif. Menurut Kunandar (2013: 100) penilaian kompetensi sikap adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima atau memperhatikan, merespon atau menanggapi, menilai atau menghargai, mengorganisasi atau mengelola dan berkarakter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning sedikit lebih baik, hal ini terlihat pada penilaian sikap dari kedua kelas dimana nilai rata-rata modus pada kelas eksperimen yaitu 3,09 dengan predikat B (baik) dan pada kelas kontrol yaitu 3,00 dengan predikat B (baik). Penilaian sikap siswa kelas eksperimen lebih baik dari siswa kelas kontrol karena di dalam proses pembelajaran siswa kelas eksperimen lebih aktif dari kelas kontrol, ini terlihat pada saat proses pembelajaran berlangsung. Menurut Permendikbud nomor 104 (2014: 11) nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat. Adapun predikat nilai ketuntasan kompetensi sikap dalam bentuk predikat yakni Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Konversi skor dan predikat untuk penilaian sikap sebagai berikut predikat sangat baik 4,00, baik 3,00, cukup 2,00 dan kurang 1,00. Dari data dapat kita lihat adanya sedikit perbedaan nilai afektif dari kedua kelas sampel. Hal ini disebabkan pada saat Proses Belajar Mengajar (PBM) siswa pada kelas kontrol kurang aktif, kurang memperhatikan guru, tanggung jawab kurang baik, ini yang mana siswa sibuk dengan aktivitas masingmasing. Kejujuran sangat tidak baik, terlihat
pada saat siswa dalam belajar, siswa sering keluar masuk tanpa alasan yang pasti, kurang santun, karena masih banyak siswa yang tidak mendengarkan dan memperhatikan apa yang disampaikan guru, kurang disiplin, karena masih banyak siswa yang meribut pada saat pembelajaran berlangsung dan masih ada juga siswa yang masuk kelas tidak tepat waktu. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Dua Koto Kabupaten Pasaman. Saran 1. Guru IPA (biologi) khususnya, dan guru-guru bidang studi lain umumnya diharapkan dapat menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa untuk ke depannya. 2. Penulis mengharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menerapkan model pembelajaran discovery learning dengan menggunakan sekolah, media dan materi yang berbeda. 3. Bagi peneliti selanjutnya, dalam penerapan model pembelajaran discovery learning diupayakan lagi kedisiplinan dalam penggunaan waktu pemberian motivasi pada siswa agar siswa mampu untuk tampil di depan kelas. DAFTAR KEPUSTAKAAN Djamarah, S. Bahri dan Zain Aswan 2010. Strategi Belajar Mengajar. rev.ed. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Kemendikbud. 2013. Kementrian pendidikan dan kebudayaan. Dikjen pendidikan menengah.. 2014. Kementrian pendidikan dan kebudayaan. Dikjen pendidikan menengah. Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta: Rajawali Pers. Lufri, M.S. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: Universitas Negeri Padang. Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:Bumi Aksara Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Zalfendi & Neldi, Hendri. 2010. Strategi Pembelajaran. Padang: Sukabina Press.. 2011. Strategi Pembelajaran. Padang: Sukabina Press.