BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian utang usaha Menurut Munawir, (2007:18) utang dagang adalah utang yang timbul karena adanya pembelian dagangan secara kredit. Jadi dapat disimpulkan bahwa utang usaha merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga atas transaksi dimasa lalu, dimana kewajiban tersebut tidak disertai surat perjanjian formal tetapi atas dasar kekayaan dan kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha perusahaan dengan saldo utang pihak ketiga, letak perbedaan jumlah saldo sering kali sangat sulit ditemukan, disinilah pentingnya untuk melakukan pemeriksaan utang usaha. 2.1.2 Tujuan audit utang usaha Menurut Agoes, (2004:15) tujuan audit utang usaha adalah sebagai berikut: 1) Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas kewajiban jangka pendek. 2) Untuk memeriksa apakah kewajiban jangka pendek yang tercantum di neraca didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan berasal dari transaksi yang betulbetul terjadi. 3) Untuk memeriksa apakah kewajiban jangka pendek perusahaan tercatat pada tanggal neraca. 6
4) Untuk memeriksa apakah accrued expense jumlahnya reasonable, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. 5) Untuk memeriksa apakah kewajiban leasing, jika ada, sudah dicatat sesuai dengan standar akuntansi sewa guna usaha. 6) Untuk memeriksa apakah seandaianya ada kewajiban jangka pendek dalam mata uang asing per tanggal neraca, sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal neraca dan selisih kurs yang terjadi sudah di bebankan/dikreditkan pada rugi laba tahun berjalan. 7) Untuk memeriksa apakah biaya bunga yang terhutang dari kewajiban jangka pendek telah dicatat per tanggal neraca. 8) Untuk memeriksa apakah biaya bunga kewajiban jangka pendek yang tercatat per tanggal neraca, betul telah terjadi, dihitung secara akurat, dan merupakan beban perusahaan. 9) Untuk memeriksa apakah semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga tidak terjadi Bank Default 10) Untuk memeriksa apakah penyajian kewajiban jangka pendek di dalam neraca dan catatan atas laporan keuangan ssesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK). 2.1.3 Pengertian Audit Menurut Jusuf, (2011:10) audit adalah sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk menentukan tingkat 7
kepatuhan antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Sedangkan menurut Mulyadi, (2014:9) audit merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah di tetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai. Dari definisi diatas dapat disimpulkan audit adalah suatu proses pemeriksaan yang dilakukan secara sistematis tehadap laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen serta mencari bukti pendukung dengan kreteria yang telah ditetapkan guna memberikan pernyataan tentang kewajaran saldo laporan keuangan. 2.1.4 Manfaat Audit Menurut Jusup, (2011:51) mengemukakan terhadap empat manfaat audit yaitu: 1) Akses ke pasar modal Undang-undang pasar modal mewajibkan perusahaan publik untuk diaudit laporan keuangannya, agar bisa didaftarkan dan bisa menerbitkan serta menjual sahamnya di pasar modal. Tanpa laporan keuangan yang diaudit perusahaan akan ditolak untuk melakukan akses ke pasar modal. 2) Biaya modal menjadi lebih rendah Perusahaan-perusahaan kecil sering kasli megaudit laporan keuangannya dalam rangka mendapatkan kredit dari bank atau dalam upaya mendapatkan persyaratan pinjaman yang telah menguntungkan. 8
3) Pencegahan terjadinya ketidak efisienan dan kecurangan Apabila karyawan mengetahui perusahaan akan diaudit oleh auditor independen maka untuk cendrung untuk lebih berhati-hati agar dapat memperkecil terjadinya kekeliruan dalam melakasanakan fungsi akuntansi dan memperkecil kemungkinan dalam pengendalian gunaan dan operasional. 4) Perbaikan dalam pengendalian dan operasional Berdasarkan observasi yang dilakukan auditor melakukan audit, auditor independen seringkali dapat memberikan berbagai saran untuk memperbaiki pengendalian interen dan mencapai efisiensi operasi yang lebih besar dalam organisasi klien. Manfaat ekonomisnya biasanya lebih dirasakan oleh perusahaan kecil menengah. 2.1.5 Standar Auditing Menurut Jusuf, (2011:58) standar audit merupakan pedoman umum untuk membantu para auditor dalam memenuhi tanggung jawab profesional mereka dalam pengauditan laporan keuangan historis. Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2002:150) terdiri dari sepuluh standar yang di kelompokan menjadi 3 kelompok besar yaitu: 1) Standar umum a. Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 9
c. Dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama. 2) Standar Pekerjaan lapangan a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi sebagaimana mestinya. b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkupan pengujian yang akan dilakukan. c) Bukti audit komponen yang cukup harus diperoleh melalui inpeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapatan atas laporan keuangan yang diaudit. 3) Standar Pelaporan a) Laporan audit harus menyatakan pendapat apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b) Laporan auditor harus menunjukan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam menyusun laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntnasi tersebut dalam periode sebelumnya. c) Pengungkapan Informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, keculai dinyatakan lain dalam laporan audit. d) Laporan harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu arsesi bahwa pernyataan demikian tidak diberikan, maka alasanya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor 10
di kaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor. 2.1.6 Prosedur Audit Menurut Jusup, (2002:136) prosedur audit adalah tindakan-tindakan yang lakukan atau metode dan teknik yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Adapun jenis-jenis prosedur audit yang digunakan untuk memperoleh informasi penguat antara lain: 1) Inpeksi Inpeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan sumber daya berwujud. Selain itu, inpeksi juga memberikan cara untuk mengevaluasi bukti fisik,. Prosedur ini digunkan secara luas dalam auditing. 2) Konfirmasi Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen di luar organisasi klien. 3) Permintaan Keterangan Permintaan Keterangan meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tertulis oleh auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya ditunjuk kepada manajemen atau karyawan, umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah dilaksanakannya prosedur analitis atau permintaan keterangan yang berkaitan dengan keuangan. 11
4) Mencocokan ke dokumen Tindakan mencocokan ke dokumen meliputi kegiatan memilih ayat-ayat jurnal tertantu dalam catatan akuntansi dan mendapatkan serta menginpeksi dokumen yang menjadi dasar pembuatan ayat jurnal tersebut untuk menentukan validasi dan ketelitian transaksi yang dicatat. Prosedur ini sangat penting untuk mendapatkan bukti yang berhubungan dengan asersi keberadaan atau kejadian. 5) Perhitungan Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah (1) perhitungan fisik sumber daya berwujud seperti jumlah kas dan persedian yang ada, dan (2) akuntansi seluruh dokumen dengan nomor urut yang telah dicetak. 6) Penelusuran Dalam penelusuran auditor memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar). Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen menuju ke catatan akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-asul aliran data melalui sistem akuntansi. 7) Pengamatan Pengamatan berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan beberapa kagiatan atau proses. Pengamatan terutama penting untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga dapat mengamati kecermatan orang seorang karyawan klien dalam melaksanakan pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan. 12
8) Pelaksanaan Ulang Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya perhitungan ulang total jurnal, beban penyusutan, bunga akrual, dan diskon atau primi obligasi, perhitungan kauntitas dikalikan herga per unit pada lembar iktisar persediaan, serta total pada skedul pendukung dan rekonsilidasi. Prosedur ini menghasilkan bukti perhitungan. 9) Analisis Pelaksanaan analisis meliputi penggunaan prosedur analitis yang berisi studi dan perbandingan hubungan antara data. Dalam prosedur ini digunakan data finansial, bisa juga digunakan data non-finansial. Prosedur analitis menghasilkan bukti analitis. 10) Teknik Audit Berbantuan Komputer Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka auditor dapat menggunkan teknik audit berbantuan computer untuk membantu melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuaraikan sebelumnya. Contoh auditor bisa menggunakan perangkat lunak computer untuk melakukan perhitungan dan membandingkan dalam prosedur analitis, melakukan pemilihan sampel piutang dagang untuk konfirmasi, membandingkan elemen-elemen data pada file yang berbeda untuk memeriksa kecocokan, dan melakukan ulang berbagai perhitungan seperti menjumlah saldo-saldo rekening dalam buku besar pembantu piutang dagang atau arsip persediaan. 13
2.1.7 Prosedur Audit Utang Usaha Prosedur audit yang dilakukan terhadap utang usaha yang dilakukan untuk mendapatkan bukti audit diantaranya: 1) Pemahaman Sistem Pengendalian Intern Pemahaman system pengendalian intern meliputi pertimbangan lingkungan pengendalian, system akuntansi dan prosedur pengendalian. Pemahaman tersebut dapat diperoleh melalui: a) Mengajukan pertanyaan kepda manajemen, pengawasan dan staff. b) Mempelajari bagan organisasi. 2) Compliance Test. Menurut Agoes, (2004:97) compliance test adalah test terhadap buktibukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat oleh perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan proses dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen. Dalam melakukan compliance test auditor harus memperhatikan hal-hal berikut: a. Kelengkapan bukti pendukung. b. Kebenaran perhitungan mathematis. c. Otorisasi dari penjabat perusahaan yang berwenang. d. Kebenaran nomor perkiraan yang didebet atau dikredit. e. Kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar. 3) Substantive Test 14
Substantive Test merupakan tahap pembuktian kewajaran saldo-saldo laporan keuangan. Menurut Mulyadi, (2002:160), pemeriksaan yang dilakukan dalam Substantive Test adalah: a. Prosedur Audit Awal 1) Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun utang usaha yang bersangkutan di dalam buku besar. 2) Hitung kembali saldo akun utang usaha di buku besar. 3) Usut saldo awal akun utang usaha ke kertas kerja tahun lalu. 4) Lakukan review terhadap mutasi luas biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun aktiva tetap dan akumulasi depresiasinya. 5) Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang usaha ke jurnal yang bersangkutan. 6) Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun kontrol utang usaha di buku besar. b. Prosedur Analitik Pada tahap awal pengujian substantif terhadap utang usaha, pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisinis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih instensif. c. Pengujian Terhadap Transaksi Rinci 1) Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun utang usaha ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi-transasi tersebut. 2) Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendukung: bukti kas kel;uar (voucher), laporan penerimaan barang, dan surat order pembelian. 15
3) Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung: bukti kas keluar, memo debit untuk retur pembelian. 4) Lakukan Verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pembelian dan retur pembelian. 5) Periksa dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca. 6) Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam minggu terakhir tahun yang di audit dan minggu setelah tanggal neraca. 7) Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas. 8) Periksa adanya utang usaha yang tidak dicatat. d. Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci 1) Lakukan konfirmasi utang usaha. 2) Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang usaha setelah tanggal neraca. 3) Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien atau kreditur. e. Verifikasi Penyajian Dan Pengungkapan. 1) Periksa klasifikasi utang usaha di neraca. 2) Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang non usaha. 3) Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang usaha. 16
4) Mintalah informasi dari klien untuk menemukan komitmen yang belum diungkapkan dan utang bersyarat dan periksa penjelasan yang bersangkutan dengan utang tersebut. 5) Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan. 6) Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontak yang lain. 7) Mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara pengadilan yang melibatkan klien. 8) Kirimkan konfirmasi ke Bank. 9) Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keungan. 2.1.8 Kantor Akuntan Publik Menururt Jusuf, (2011:21) mengemukakan bahwa Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan mendapat izin usaha berdasarkan Undang-undang Akuntan Publik. Menurut Hartadi, (2004:9), jasa-jasa yang diberikan oleh kantor akuntan publik diantaranya: 1) Pemeriksaan yaitu melaksanakann pemeriksaan baik pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan manajemen atau operasional. 2) Jasa perpajakan yaitu menyiapkan atau mengisi SPT Pajak, baik untuk klien yang sedang diperiksa atau tidak, perencanaan pembayaran dan permohonan pengampunan pajak. 3) Jasa manajemen yaitu memberikan jasa kepada klien agar usahanya dapat berjalan lebih efisien dan efektif, yang dapat berupa penyusunan lat-out 17
pabrik, penarikan tenaga kerja, training, penyusunan konsep strategi pemasaran, komputerisasi pengolahan data. 4) Jasa akuntansi atau pembukuan yaitu dapat membantu menyiapkan dan penyusunan laporan keuangan termasuk pembuatan jurnal-jurnal penyesuaian. Dengan kata lain KAP merupakan tempat penyediaan berbagai jasa oleh profesi akuntansi peblik bagi masyarakat. Dari jasa-jasa yang diberikan Kantor Akuntan Publik di atas di dalamnya termasuk audit untuk utang usaha dan sebagainya. 18